(Bacillus Thuringiensis)
Dosen Pengampu: Dra. Uswatun Hasanah, M.Si
Disusun Oleh:
Kelompok 6 :
1. Grace Serephita (4232431013)
2. Riyanda Syahfitri (4233131079)
3. Sari Mustika Anjani Hutagaol (4232431016)
4. Siarif Hidayat Daeli (4232431002)
5. Tiur Maida Aritonang (4231131050)
Kelas: PSPK 23 E
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan- Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa'atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehinggan penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas Rekayasa Ide dari mata kuliah Biologi Umum dengan judul
“ Rekayasa Hayati ”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen yang telah membimbing
kami dalam tugas ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rekayasa genetik pada tanaman pangan adalah suatu teknologi yang melibatkan
manipulasi genetik tanaman untuk menciptakan varietas baru yang memiliki sifat-sifat yang
diinginkan. Latar belakang perkembangan rekayasa genetik pada tanaman pangan melibatkan
beberapa faktor utama yaitu Masalah Ketahanan Pangan, Pertumbuhan populasi global yang
cepat dan perubahan iklim telah meningkatkan tekanan terhadap produksi pangan. Rekayasa
genetik dapat membantu meningkatkan hasil tanaman dan ketahanan terhadap faktor-faktor
lingkungan yang ekstrim.
Tanaman jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan utama di dunia dan
memiliki peran krusial dalam menyediakan kebutuhan pangan manusia dan hewan ternak.
Namun, pertumbuhan tanaman jagung sering kali terancam oleh serangan hama, khususnya
ulat penggerek jagung yang dapat menyebabkan kerugian signifikan pada hasil panen. Salah
satu inovasi dalam meningkatkan ketahanan tanaman jagung terhadap serangga hama adalah
melalui rekayasa genetik dengan memasukkan gen dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt).
Bacillus thuringiensis (Bt) merupakan bakteri yang menghasilkan protein toksin yang
bersifat racun terhadap sejumlah spesies serangga. Penggunaan gen Bt dalam tanaman jagung
memungkinkan tanaman untuk menghasilkan toksin Bt secara alami, memberikan
perlindungan terhadap serangga hama, seperti ulat penggerek jagung. Teknologi ini telah
terbukti efektif dalam mengurangi kerugian hasil panen dan penggunaan pestisida kimia.
Ulat penggerek jagung (Ostrinia nubilalis), atau yang dikenal sebagai European corn
borer, merupakan salah satu hama utama pada tanaman jagung. Serangan ulat penggerek dapat
menyebabkan kerusakan pada batang dan tongkol jagung, mengurangi hasil panen serta
kualitasnya. Dampak ekonomi dan kerugian produksi yang diakibatkan oleh ulat penggerek
jagung menjadi motivasi kuat untuk mencari solusi inovatif dalam mengatasi masalah ini.
Rekayasa genetik pada tanaman jagung dengan memasukkan gen Bt memberikan sejumlah
keuntungan, antara lain: Pengurangan Penggunaan Pestisida: Tanaman jagung Bt dapat
mengurangi ketergantungan petani pada pestisida kimia, mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia. Peningkatan Hasil Panen: Perlindungan terhadap serangga
hama menghasilkan tanaman yang lebih sehat dan produktif.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana originalitas ide dan konteks sosialnya dalam rekayasa genetik tanaman
jagung
2. Bagaimana perangkat yang dibutuhkan untuk melakukan inovasi dalam rekayasa
genetik tanaman jagung?
3. Apa ide turunan dalam rekayasa genetik tanaman jagung?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui originalitas ide dan konteks sosialnya dalam rekayasa genetik
tanaman jagung
2. Untuk mengetahui perangkat yang dibutuhkan untuk melakukan inovasi dalam
rekayasa genetik tanaman jagung
3. Untuk mengetahui ide turunan dalam rekayasa genetik tanaman jagung
5
BAB II
ORIGINALITAS IDE DAN KOTEKS SOSIALNYA
6
2. Penekanan pada Keberlanjutan Lingkungan
Inovasi ini memiliki fokus kuat pada keberlanjutan lingkungan dengan memperkuat
interaksi tanaman dengan ekosistem tanahnya, mengurangi ketergantungan pada input
eksternal, dan meningkatkan siklus nutrisi alami.
Tanaman jagung Bt menghasilkan toksin yang efektif melawan ulat penggerek jagung,
mengurangi kebutuhan petani untuk mengaplikasikan pestisida kimia. Dengan demikian,
petani dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pestisida dan aplikasinya,
7
meningkatkan margin keuntungan mereka. Perlindungan yang diberikan oleh tanaman jagung
Bt bersifat berkelanjutan dan terintegrasi dalam tanaman itu sendiri. Ini memungkinkan petani
untuk mencapai tingkat perlindungan yang konsisten tanpa ketergantungan pada aplikasi
pestisida yang mungkin tidak efisien atau ramah lingkungan. Dengan mengurangi kerugian
hasil panen akibat serangan ulat penggerek jagung, tanaman jagung Bt dapat memberikan hasil
panen yang lebih tinggi. Ini dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian dan memberikan
manfaat ekonomi yang substansial bagi petani.
Bagi konsumen manfaat dari rekayasa genetika pada tanaman jagung Bt melalui:
pengurangan kebutuhan penggunaan pestisida kimia yang mungkin dapat meninggalkan residu
pada tanaman. Konsumen akan mendapatkan produk jagung yang lebih aman dan bebas atau
memiliki kadar residu pestisida yang sangat rendah. Dengan peningkatan hasil panen dan
keberlanjutan produksi, tanaman jagung Bt dapat memberikan kontribusi pada ketersediaan
dan stabilitas pangan di pasar. Ini berpotensi mengurangi fluktuasi harga dan memastikan
pasokan pangan yang konsisten. Pengurangan penggunaan pestisida dan peningkatan
produktivitas juga dapat memberikan kontribusi pada keberlanjutan lingkungan. Tanaman
jagung Bt membantu mengurangi dampak negatif pestisida terhadap lingkungan, seperti
pencemaran tanah dan air.
8
BAB III
PERANGKAT INOVASI
Sequencer DNA Berbasis NGS memainkan peran kunci dalam rekayasa genetika
tanaman jagung yang dirancang untuk mengatasi serangan ulat penggerek jagung. Dengan
menggunakan NGS, para peneliti dapat melakukan analisis genomik yang mendalam pada
tanaman jagung yang telah dimodifikasi genetik (misalnya, dengan memasukkan gen Bacillus
thuringiensis/Bt). NGS memungkinkan identifikasi dan pemetaan gen Bacillus thuringiensis
dengan akurasi tinggi dalam genom tanaman jagung. Hal ini penting karena gen Bt
memproduksi toksin yang efektif melawan ulat penggerek jagung.
Sequencer NGS dapat membantu dalam menganalisis variasi genetik yang mungkin
muncul selama proses rekayasa genetika. Pemahaman mendalam tentang variasi ini penting
untuk memastikan kestabilan dan efektivitas modifikasi genetik pada tanaman. NGS juga
digunakan untuk memahami ekspresi genetik tanaman jagung yang dimodifikasi. Ini
melibatkan pemantauan tingkat aktivitas gen Bt dan bagaimana gen tersebut merespons
serangan ulat penggerek jagung.
b. Ekstraksi DNA:
Dari sampel tersebut, dilakukan ekstraksi DNA. Proses ini melibatkan pemisahan
dan pengambilan DNA dari sel tanaman. DNA yang diekstraksi nantinya akan
menjadi bahan dasar untuk analisis sekuensing.
c. Fragmentasi DNA:
9
DNA yang telah diekstraksi kemudian dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil.
Proses ini dilakukan agar DNA dapat diolah lebih efisien dalam sequencer dan
menghasilkan data sekuensing yang akurat.
d. Adaptor dan Amplifikasi:
Pada langkah ini, kepingan-kepingan DNA yang telah dipecah akan dihubungkan
dengan adaptor khusus. Adaptor ini memungkinkan DNA terhubung ke platform
sequencer. Selanjutnya, dilakukan amplifikasi DNA untuk membuat salinan
tambahan sehingga jumlah materi genetik yang cukup untuk sekuensing.
e. Sekuensing DNA:
Sampel DNA yang sudah siap kemudian dimasukkan ke dalam sequencer DNA
Berbasis NGS. Sequencer ini menggunakan teknologi yang memungkinkan
sekuensing simultan dari banyak fragmen DNA secara paralel. Sebagai contoh,
Illumina adalah salah satu platform NGS yang umum digunakan.
f. Deteksi Fluoresen:
Selama proses sekuensing, setiap basa DNA yang melewati detektor akan
melepaskan sinyal fluoresen yang dapat dideteksi oleh perangkat sequencer. Sinyal
fluoresen ini merepresentasikan urutan basa DNA pada fragmen yang sedang di-
sekuens.
g. Analisis Data:
Data sekuensing yang dihasilkan oleh sequencer kemudian diolah dan dianalisis
menggunakan perangkat lunak bioinformatika. Proses ini melibatkan pemetaan
sekuens DNA ke genom referensi tanaman jagung dan Bacillus thuringiensis, serta
identifikasi perbedaan atau modifikasi genetik yang telah diintroduksi.
h. Interpretasi Hasil:
Hasil analisis memberikan pemahaman yang mendalam tentang struktur genom
tanaman jagung yang telah dimodifikasi dan ekspresi gen Bacillus thuringiensis. Ini
termasuk informasi tentang gen-gen yang terlibat dalam ketahanan terhadap ulat
penggerek jagung.
i. Validasi Hasil:
Hasil sekuensing perlu divalidasi dengan menggunakan metode tambahan, seperti
PCR (Polymerase Chain Reaction), untuk memastikan keakuratan hasil dan
keberlanjutan modifikasi genetik pada tanaman.
10
IV
IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIALNYA
11
3. Efisiensi dan Presisi dalam Rekayasa Genetika :
Penggunaan NGS mempercepat proses analisis genetik dan memungkinkan identifikasi
yang lebih tepat dan presisi terhadap modifikasi genetik pada tanaman jagung. Hal ini
mengarah pada rekayasa genetika yang lebih efisien dan cermat.
12
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Rekayasa genetik pada tanaman jagung dengan memanfaatkan teknologi Bacillus thuringiensis
(Bt) merupakan langkah inovatif dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan
hama, khususnya ulat penggerek jagung. Implementasi teknologi ini memiliki potensi untuk
memberikan solusi yang berkelanjutan terhadap tantangan dalam produksi jagung, dengan
memperhitungkan aspek lingkungan dan keberlanjutan pertanian. Rekayasa genetika pada
tanaman jagung Bt ini dirancang untuk mengahadapi tantangan utama dalam pertumbuhan
tanaman, yaitu serangan ulat penggerak jagung ( Ostrinia Nubilalis).
Sequencer DNA Berbasis NGS adalah teknologi sekuensing DNA yang menggunakan
pendekatan canggih untuk membaca urutan DNA secara cepat dan efisien. Dalam metode
sekuensing tradisional, sekuensing dilakukan satu molekul DNA per waktu, sementara NGS
memungkinkan sekuensing puluhan hingga jutaan fragmen DNA secara simultan. Teknologi
ini telah merevolusi cara kita memahami genom dan memungkinkan pemahaman yang lebih
mendalam tentang struktur genetik dan variasi genetik. Sequencer DNA Berbasis NGS
memainkan peran kunci dalam rekayasa genetika tanaman jagung yang dirancang untuk
mengatasi serangan ulat penggerek jagung. Dengan menggunakan NGS, para peneliti dapat
melakukan analisis genomik yang mendalam pada tanaman jagung yang telah dimodifikasi
genetik (misalnya, dengan memasukkan gen Bacillus thuringiensis/Bt). Namun, perlu
dilakukan penelitian dan pemantauan terus-menerus untuk memahami dan mengatasi dampak
serta tantangan yang mungkin muncul seiring waktu.
5.2 Saran
Dengan adanya Inovasi ini dapat membantu Integrasi gen Bacillus thuringiensis (Bt) dalam
tanaman jagung memungkinkan ketahanan terhadap serangga hama secara alami,penggunaan
teknologi NGS membuka jalan untuk pemahaman mendalam tentang struktur genetik tanaman
jagung yang dimodifikasi. Rekayasa genetika dengan NGS dapat mengurangi ketergantungan
pada pestisida kimia dalam pertanian jagung. Sequencer DNA NGS mempercepat analisis
genetik, memungkinkan pengembangan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap serangan
ulat penggerek jagung. Inovasi ini mengarah pada pertanian yang lebih berkelanjutan dengan
efisiensi sumber daya yang lebih baik dalam budidaya jagung.
13
DAFTAR PUSTAKA
James, C. (2017). Global Status of Commercialized Biotech/GM Crops: 2017. ISAAA Brief
No. 53.
Loman, N. J., & Pallen, M. J. (2015). Twenty years of bacterial genome sequencing. Nature
Reviews Microbiology, 13(12), 787–794. doi: 10.1038/nrmicro3565
Pade, N., & Link, D. (2019). Plant Bioreactors for Pharmaceuticals and Value-Added
Products: An Overview. Comprehensive Reviews in Food Science and Food
Safety, 18(1), 322– 335. doi: 10.1111/1541-4337.12408.
Sanahuja, Georgina et al., "Agricultural production of plantibodies against Colorado potato
beetle."
Qaim, M., & Kouser, S. (2003). Genetically Modified Crops and Agricultural Development.
Science, 299(5608), 900-902.
14