Anda di halaman 1dari 14

REKAYASA GENETIK PADA TANAMAN JAGUNG

(Bacillus Thuringiensis)
Dosen Pengampu: Dra. Uswatun Hasanah, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 6 :
1. Grace Serephita (4232431013)
2. Riyanda Syahfitri (4233131079)
3. Sari Mustika Anjani Hutagaol (4232431016)
4. Siarif Hidayat Daeli (4232431002)
5. Tiur Maida Aritonang (4231131050)

Kelas: PSPK 23 E

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan- Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa'atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehinggan penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas Rekayasa Ide dari mata kuliah Biologi Umum dengan judul
“ Rekayasa Hayati ”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen yang telah membimbing
kami dalam tugas ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Medan, 15 November 2023

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.................................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................................... 5
BAB II .............................................................................................................................................. 6
ORIGINALITAS IDE DAN KOTEKS SOSIALNYA .................................................................... 6
2.1 Originalitas Ide ..................................................................................................................... 6
2.1.1 Pengenalan Ide ............................................................................................................... 6
2.1.2 Elemen Spesifik .............................................................................................................. 6
2.1.3 Perbedaan dari Pendekatan yang Sudah Ada ............................................................... 6
2.2 Konteks Sosial ....................................................................................................................... 7
2.2.1 Dampak Pada Pertanian ................................................................................................ 7
2.2.2 Manfaat bagi Petani dan Konsumen ............................................................................. 7
BAB III ............................................................................................................................................ 9
PERANGKAT INOVASI ................................................................................................................ 9
3.1 Sequencer DNA Berbasis NGS ............................................................................................. 9
3.2 Cara Kerja Sequencer DNA Berbasis NGS ......................................................................... 9
IV ................................................................................................................................................... 11
IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIALNYA ........................................................................ 11
4.1 Peluang Keterwujudan Ide ................................................................................................. 11
4.2 Nilai – Nilai Inovasi ............................................................................................................. 11
4.3 Dampak dari Inovasi .......................................................................................................... 12
V ..................................................................................................................................................... 13
PENUTUP...................................................................................................................................... 13
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 13
5.2 Saran .................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Rekayasa genetik pada tanaman pangan adalah suatu teknologi yang melibatkan
manipulasi genetik tanaman untuk menciptakan varietas baru yang memiliki sifat-sifat yang
diinginkan. Latar belakang perkembangan rekayasa genetik pada tanaman pangan melibatkan
beberapa faktor utama yaitu Masalah Ketahanan Pangan, Pertumbuhan populasi global yang
cepat dan perubahan iklim telah meningkatkan tekanan terhadap produksi pangan. Rekayasa
genetik dapat membantu meningkatkan hasil tanaman dan ketahanan terhadap faktor-faktor
lingkungan yang ekstrim.
Tanaman jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan utama di dunia dan
memiliki peran krusial dalam menyediakan kebutuhan pangan manusia dan hewan ternak.
Namun, pertumbuhan tanaman jagung sering kali terancam oleh serangan hama, khususnya
ulat penggerek jagung yang dapat menyebabkan kerugian signifikan pada hasil panen. Salah
satu inovasi dalam meningkatkan ketahanan tanaman jagung terhadap serangga hama adalah
melalui rekayasa genetik dengan memasukkan gen dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt).
Bacillus thuringiensis (Bt) merupakan bakteri yang menghasilkan protein toksin yang
bersifat racun terhadap sejumlah spesies serangga. Penggunaan gen Bt dalam tanaman jagung
memungkinkan tanaman untuk menghasilkan toksin Bt secara alami, memberikan
perlindungan terhadap serangga hama, seperti ulat penggerek jagung. Teknologi ini telah
terbukti efektif dalam mengurangi kerugian hasil panen dan penggunaan pestisida kimia.
Ulat penggerek jagung (Ostrinia nubilalis), atau yang dikenal sebagai European corn
borer, merupakan salah satu hama utama pada tanaman jagung. Serangan ulat penggerek dapat
menyebabkan kerusakan pada batang dan tongkol jagung, mengurangi hasil panen serta
kualitasnya. Dampak ekonomi dan kerugian produksi yang diakibatkan oleh ulat penggerek
jagung menjadi motivasi kuat untuk mencari solusi inovatif dalam mengatasi masalah ini.
Rekayasa genetik pada tanaman jagung dengan memasukkan gen Bt memberikan sejumlah
keuntungan, antara lain: Pengurangan Penggunaan Pestisida: Tanaman jagung Bt dapat
mengurangi ketergantungan petani pada pestisida kimia, mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia. Peningkatan Hasil Panen: Perlindungan terhadap serangga
hama menghasilkan tanaman yang lebih sehat dan produktif.

Pengembangan Tanaman Toleran Terhadap Lingkungan adalah Varietas tanaman hasil


rekayasa genetik dapat dibuat lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang keras, seperti tanah
beracun, kekeringan, atau suhu ekstrem. Meskipun ada potensi manfaat dari rekayasa genetika
pada tanaman pangan, ada juga yang memuat etika dan kekhawatiran seputar dampak
lingkungan dan kesehatan manusia yang perlu dipertimbangkan. Peraturan yang ketat dan
penelitian ilmiah yang mendalam diperlukan dalam pengembangan dan penggunaan tanaman
hasil rekayasa genetik untuk memastikan keamanan dan manfaatnya.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana originalitas ide dan konteks sosialnya dalam rekayasa genetik tanaman
jagung
2. Bagaimana perangkat yang dibutuhkan untuk melakukan inovasi dalam rekayasa
genetik tanaman jagung?
3. Apa ide turunan dalam rekayasa genetik tanaman jagung?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui originalitas ide dan konteks sosialnya dalam rekayasa genetik
tanaman jagung
2. Untuk mengetahui perangkat yang dibutuhkan untuk melakukan inovasi dalam
rekayasa genetik tanaman jagung
3. Untuk mengetahui ide turunan dalam rekayasa genetik tanaman jagung

5
BAB II
ORIGINALITAS IDE DAN KOTEKS SOSIALNYA

2.1 Originalitas Ide


2.1.1 Pengenalan Ide
Rekayasa genetika pada tanaman jagung Bt ini dirancang untuk menghadapi tantangan
utama dalam pertumbuhan tanaman, yaitu serangan ulat penggerek jagung (Ostrinia nubilalis).
Fokus utama adalah menciptakan tanaman jagung yang tidak hanya menghasilkan toksin Bt,
tetapi juga memiliki sistem pertahanan adaptif yang lebih cerdas dan efektif.

2.1.2 Elemen Spesifik


1. Sistem Kekebalan Adaptif:
Inovasi utama terletak pada integrasi sistem kekebalan adaptif yang memungkinkan
tanaman jagung Bt untuk merespons perubahan lingkungan dan ancaman hama secara
lebih dinamis. Ini dicapai dengan memodifikasi genetik yang mengatur respons
tanaman terhadap serangan serangga.

2. Pengelolaan Sumberdaya Genetik:


Pengaturan genetik yang lebih canggih untuk pengelolaan sumberdaya genetik
tanaman. Penambahan gen spesifik yang memastikan efisiensi ekspresi gen Bt dan
mengoptimalkan penggunaan sumberdaya tanaman.

3. Resistensi Terhadap Resistensi Hama:


Peningkatan resistensi terhadap evolusi resistensi hama terhadap toksin Bt. Melibatkan
penambahan mekanisme baru untuk mengatasi evolusi hama yang dapat
mengembangkan ketahanan terhadap toksin Bt.

4. Interaksi Symbiotik dengan Mikroba Tanah:


Memfasilitasi interaksi simbiotik yang lebih erat dengan mikroorganisme tanah yang
mendukung pertumbuhan tanaman. Peningkatan ketersediaan nutrisi dan
meningkatkan kestabilan sistem ekologi tanah.

2.1.3 Perbedaan dari Pendekatan yang Sudah Ada


1. Kecerdasan Adaptif Tanaman
Pendekatan ini membedakan dirinya dengan memberikan kemampuan adaptif yang
lebih tinggi pada tanaman jagung Bt. Tanaman mampu "mempelajari" dan merespons
secara dinamis terhadap serangan hama, mengurangi risiko resistensi serangga.

6
2. Penekanan pada Keberlanjutan Lingkungan
Inovasi ini memiliki fokus kuat pada keberlanjutan lingkungan dengan memperkuat
interaksi tanaman dengan ekosistem tanahnya, mengurangi ketergantungan pada input
eksternal, dan meningkatkan siklus nutrisi alami.

3. Strategi Mengelola Resistensi Hama:


Dibandingkan dengan pendekatan sebelumnya, inovasi ini memberikan penekanan
khusus pada manajemen resistensi hama melalui peningkatan kompleksitas genetik
tanaman.

2.2 Konteks Sosial


2.2.1 Dampak Pada Pertanian
Implementasi rekayasa genetika pada tanaman jagung Bt memiliki dampak signifikan
pada keberlanjutan pertanian dengan mengurangi penggunaan pestisida dan meningkatkan
hasil panen. Tanaman jagung yang dimodifikasi genetik dengan memasukkan gen dari bakteri
Bacillus thuringiensis (Bt) menghasilkan protein toksin Bt, yang memberikan perlindungan
alami terhadap serangga hama, khususnya ulat penggerek jagung. Salah satu dampak paling
mencolok dari tanaman jagung Bt adalah pengurangan ketergantungan petani pada pestisida
kimia. Toksin Bt yang dihasilkan oleh tanaman secara alami bersifat racun terhadap serangga
hama, terutama ulat penggerek jagung. Dengan demikian, petani dapat mengurangi frekuensi
dan jumlah pestisida yang diperlukan untuk melindungi tanaman dari serangan hama.
Pengurangan penggunaan pestisida memiliki dampak positif pada keberlanjutan
lingkungan. Pestisida kimia dapat menyebabkan pencemaran tanah, air, dan udara, serta
merugikan organisme non-target. Dengan mengandalkan perlindungan yang diberikan oleh
tanaman jagung Bt, risiko dampak negatif terhadap ekosistem dapat berkurang, mendukung
pertanian yang lebih berkelanjutan. Tanaman jagung Bt cenderung menghasilkan hasil panen
yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas non-Bt karena perlindungan terhadap serangan
ulat penggerek jagung. Dengan mengurangi kerugian hasil panen akibat serangga hama, petani
dapat mencapai produktivitas yang lebih stabil dan tinggi, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka. Keberlanjutan pertanian juga terkait dengan
pengelolaan sumberdaya tanaman yang efisien. Tanaman jagung Bt, dengan ketahanan bawaan
terhadap ulat penggerek, dapat mengurangi kebutuhan untuk pengelolaan intensif dan dapat
memberikan manfaat yang signifikan di lingkungan pertanian yang berkelanjutan.

2.2.2 Manfaat bagi Petani dan Konsumen


Rekayasa genetika pada tanaman jagung dengan memasukkan gen Bacillus
thuringiensis (Bt) membawa manfaat signifikan bagi petani dan konsumen. Tanaman jagung
Bt memberikan perlindungan alami terhadap serangga hama, terutama ulat penggerek jagung,
dan menghasilkan dampak positif

Tanaman jagung Bt menghasilkan toksin yang efektif melawan ulat penggerek jagung,
mengurangi kebutuhan petani untuk mengaplikasikan pestisida kimia. Dengan demikian,
petani dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pestisida dan aplikasinya,

7
meningkatkan margin keuntungan mereka. Perlindungan yang diberikan oleh tanaman jagung
Bt bersifat berkelanjutan dan terintegrasi dalam tanaman itu sendiri. Ini memungkinkan petani
untuk mencapai tingkat perlindungan yang konsisten tanpa ketergantungan pada aplikasi
pestisida yang mungkin tidak efisien atau ramah lingkungan. Dengan mengurangi kerugian
hasil panen akibat serangan ulat penggerek jagung, tanaman jagung Bt dapat memberikan hasil
panen yang lebih tinggi. Ini dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian dan memberikan
manfaat ekonomi yang substansial bagi petani.
Bagi konsumen manfaat dari rekayasa genetika pada tanaman jagung Bt melalui:
pengurangan kebutuhan penggunaan pestisida kimia yang mungkin dapat meninggalkan residu
pada tanaman. Konsumen akan mendapatkan produk jagung yang lebih aman dan bebas atau
memiliki kadar residu pestisida yang sangat rendah. Dengan peningkatan hasil panen dan
keberlanjutan produksi, tanaman jagung Bt dapat memberikan kontribusi pada ketersediaan
dan stabilitas pangan di pasar. Ini berpotensi mengurangi fluktuasi harga dan memastikan
pasokan pangan yang konsisten. Pengurangan penggunaan pestisida dan peningkatan
produktivitas juga dapat memberikan kontribusi pada keberlanjutan lingkungan. Tanaman
jagung Bt membantu mengurangi dampak negatif pestisida terhadap lingkungan, seperti
pencemaran tanah dan air.

8
BAB III

PERANGKAT INOVASI

3.1 Sequencer DNA Berbasis NGS


Sequencer DNA Berbasis NGS adalah teknologi sekuensing DNA yang menggunakan
pendekatan canggih untuk membaca urutan DNA secara cepat dan efisien. Dalam metode
sekuensing tradisional, sekuensing dilakukan satu molekul DNA per waktu, sementara NGS
memungkinkan sekuensing puluhan hingga jutaan fragmen DNA secara simultan. Teknologi
ini telah merevolusi cara kita memahami genom dan memungkinkan pemahaman yang lebih
mendalam tentang struktur genetik dan variasi genetik.

Sequencer DNA Berbasis NGS memainkan peran kunci dalam rekayasa genetika
tanaman jagung yang dirancang untuk mengatasi serangan ulat penggerek jagung. Dengan
menggunakan NGS, para peneliti dapat melakukan analisis genomik yang mendalam pada
tanaman jagung yang telah dimodifikasi genetik (misalnya, dengan memasukkan gen Bacillus
thuringiensis/Bt). NGS memungkinkan identifikasi dan pemetaan gen Bacillus thuringiensis
dengan akurasi tinggi dalam genom tanaman jagung. Hal ini penting karena gen Bt
memproduksi toksin yang efektif melawan ulat penggerek jagung.

Sequencer NGS dapat membantu dalam menganalisis variasi genetik yang mungkin
muncul selama proses rekayasa genetika. Pemahaman mendalam tentang variasi ini penting
untuk memastikan kestabilan dan efektivitas modifikasi genetik pada tanaman. NGS juga
digunakan untuk memahami ekspresi genetik tanaman jagung yang dimodifikasi. Ini
melibatkan pemantauan tingkat aktivitas gen Bt dan bagaimana gen tersebut merespons
serangan ulat penggerek jagung.

3.2 Cara Kerja Sequencer DNA Berbasis NGS


a. Persiapan Sampel:
Proses dimulai dengan pengumpulan sampel tanaman jagung (Bacillus
thuringiensis) yang telah mengalami rekayasa genetika untuk meningkatkan
ketahanan terhadap serangan ulat penggerek jagung. Sampel ini dapat berupa daun,
batang, atau bagian lain yang relevan.

b. Ekstraksi DNA:
Dari sampel tersebut, dilakukan ekstraksi DNA. Proses ini melibatkan pemisahan
dan pengambilan DNA dari sel tanaman. DNA yang diekstraksi nantinya akan
menjadi bahan dasar untuk analisis sekuensing.

c. Fragmentasi DNA:

9
DNA yang telah diekstraksi kemudian dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil.
Proses ini dilakukan agar DNA dapat diolah lebih efisien dalam sequencer dan
menghasilkan data sekuensing yang akurat.
d. Adaptor dan Amplifikasi:
Pada langkah ini, kepingan-kepingan DNA yang telah dipecah akan dihubungkan
dengan adaptor khusus. Adaptor ini memungkinkan DNA terhubung ke platform
sequencer. Selanjutnya, dilakukan amplifikasi DNA untuk membuat salinan
tambahan sehingga jumlah materi genetik yang cukup untuk sekuensing.

e. Sekuensing DNA:
Sampel DNA yang sudah siap kemudian dimasukkan ke dalam sequencer DNA
Berbasis NGS. Sequencer ini menggunakan teknologi yang memungkinkan
sekuensing simultan dari banyak fragmen DNA secara paralel. Sebagai contoh,
Illumina adalah salah satu platform NGS yang umum digunakan.

f. Deteksi Fluoresen:
Selama proses sekuensing, setiap basa DNA yang melewati detektor akan
melepaskan sinyal fluoresen yang dapat dideteksi oleh perangkat sequencer. Sinyal
fluoresen ini merepresentasikan urutan basa DNA pada fragmen yang sedang di-
sekuens.

g. Analisis Data:
Data sekuensing yang dihasilkan oleh sequencer kemudian diolah dan dianalisis
menggunakan perangkat lunak bioinformatika. Proses ini melibatkan pemetaan
sekuens DNA ke genom referensi tanaman jagung dan Bacillus thuringiensis, serta
identifikasi perbedaan atau modifikasi genetik yang telah diintroduksi.

h. Interpretasi Hasil:
Hasil analisis memberikan pemahaman yang mendalam tentang struktur genom
tanaman jagung yang telah dimodifikasi dan ekspresi gen Bacillus thuringiensis. Ini
termasuk informasi tentang gen-gen yang terlibat dalam ketahanan terhadap ulat
penggerek jagung.

i. Validasi Hasil:
Hasil sekuensing perlu divalidasi dengan menggunakan metode tambahan, seperti
PCR (Polymerase Chain Reaction), untuk memastikan keakuratan hasil dan
keberlanjutan modifikasi genetik pada tanaman.

j. Implementasi Rekayasa Genetika:


Berdasarkan hasil sekuensing, para peneliti dapat merancang dan
mengimplementasikan strategi rekayasa genetika yang lebih efektif untuk
meningkatkan ketahanan tanaman jagung terhadap serangan ulat penggerek jagung.
Ini bisa melibatkan peningkatan ekspresi gen tertentu atau penambahan gen baru
yang lebih efisien dalam mengatasi hama.

10
IV
IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIALNYA

4.1 Peluang Keterwujudan Ide


Potensi keterwujudan ide dengan memanfaatkan Sequencer DNA Berbasis NGS dalam
rekayasa genetika tanaman jagung (Bacillus thuringiensis) menjanjikan peluang signifikan
untuk menghadapi tantangan serangan ulat penggerek jagung.
Sequencer NGS memungkinkan analisis komprehensif terhadap genom tanaman
jagung yang telah dimodifikasi dengan gen Bt. Ini memberikan pemahaman mendalam tentang
struktur genomik, termasuk lokasi dan ekspresi gen Bt. Teknologi NGS memfasilitasi
identifikasi dan pemetaan gen Bacillus thuringiensis dalam genom tanaman jagung dengan
tingkat akurasi yang tinggi. Ini memungkinkan pemantauan dan peningkatan ekspresi gen Bt
yang efektif melawan ulat penggerek jagung.
Sequencer NGS juga dapat menganalisis varian genetik yang mungkin muncul selama
proses rekayasa genetika. Pemahaman ini membantu memastikan stabilitas dan efektivitas
modifikasi genetik pada tanaman jagung. Data sekuensing yang dihasilkan memungkinkan
pengembangan lanjutan untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan ulat
penggerek jagung. Identifikasi gen tertentu atau modifikasi genetik tambahan dapat dijelajahi
untuk meningkatkan efektivitas tanaman dalam menghadapi hama.
Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang genom tanaman jagung yang telah
dimodifikasi, aplikasi praktisnya dapat diimplementasikan dalam pertanian secara lebih tepat
sasaran. Ini bisa termasuk penggunaan yang lebih efisien dari sumber daya pertanian dan
pengurangan ketergantungan pada pestisida kimia.

4.2 Nilai – Nilai Inovasi


Beberapa nila – nilai inovasi dari rekayas ide dengan memanfaatkan teknologi untuk
tanaman pangan jagung, diantaranya :

1. Kemajuan Teknologi Genomik :


Pemanfaatan Sequencer DNA Berbasis NGS dalam rekayasa genetika tanaman jagung
menandai kemajuan teknologi sekuensing genomik. Ini memberikan pemahaman yang
lebih dalam tentang struktur genetik tanaman yang dimodifikasi, membuka pintu untuk
pemahaman yang lebih baik tentang ekspresi gen dan perubahan genetik yang terjadi.

2. Optimasi Ketahanan Tanaman :


Integrasi teknologi NGS memungkinkan pemahaman yang lebih rinci tentang
bagaimana gen Bacillus thuringiensis bekerja dalam tanaman jagung. Hal ini
memungkinkan pengoptimalan dan peningkatan ketahanan tanaman terhadap serangan
hama seperti ulat penggerek jagung.

11
3. Efisiensi dan Presisi dalam Rekayasa Genetika :
Penggunaan NGS mempercepat proses analisis genetik dan memungkinkan identifikasi
yang lebih tepat dan presisi terhadap modifikasi genetik pada tanaman jagung. Hal ini
mengarah pada rekayasa genetika yang lebih efisien dan cermat.

4. Penerapan Pertanian yang Berkelanjutan :


Implementasi rekayasa genetika dengan bantuan NGS dalam tanaman jagung Bt dapat
mengarah pada pertanian yang lebih berkelanjutan dengan mengurangi ketergantungan
pada pestisida kimia. Ini berkontribusi pada keselamatan lingkungan dan kesehatan
manusia.

5. Pengembangan Solusi Pertanian yang Lebih Adaptif :


Keterampilan dalam menggunakan teknologi NGS dalam rekayasa genetika
memberikan fondasi untuk pengembangan solusi pertanian yang lebih adaptif dan
responsif terhadap tantangan lingkungan dan hama yang berubah-ubah.

4.3 Dampak dari Inovasi


Dari inovasi yang dihasilkan dengan memanfaatkan perangkat Sequencer DNA
Berbasis NGS dalam rekayasa genetika tanaman jagung (Bacillus thuringiensis) untuk
menghadapi tantangan serangan ulat penggerek jagung, memberikan dampak positif yaitu,
antara lain :
1) Peningkatan Ketahanan Tanaman Terhadap Hama :
Dengan memanfaatkan gen Bacillus thuringiensis dan teknologi NGS, tanaman
jagung dapat dimodifikasi untuk lebih tahan terhadap serangan ulat penggerek
jagung. Ini mengurangi kerugian hasil panen dan ketergantungan pada pestisida
kimia.

2) Optimasi Sumber Daya Pertanian :


Penggunaan rekayasa genetika dengan bantuan NGS memungkinkan peningkatan
efisiensi dalam penggunaan sumber daya pertanian seperti air dan pupuk. Tanaman
yang lebih tahan terhadap hama dapat meminimalkan kerugian yang disebabkan oleh
serangan, menghasilkan hasil yang lebih baik dengan penggunaan sumber daya yang
lebih sedikit.

3) Pengurangan Penggunaan Pestisida Kimia dan Pengembangan Varietas Tanaman


yang Lebih Unggul :
Tanaman yang telah dimodifikasi genetik untuk menjadi lebih tahan terhadap hama
memungkinkan pengurangan ketergantungan pada pestisida kimia. Hal ini dapat
mengurangi dampak negatif pestisida terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
Melalui rekayasa genetika dan analisis yang mendalam menggunakan NGS, dapat
dikembangkan varietas tanaman jagung yang lebih unggul dalam hal ketahanan,
hasil panen, dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan.

12
V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Rekayasa genetik pada tanaman jagung dengan memanfaatkan teknologi Bacillus thuringiensis
(Bt) merupakan langkah inovatif dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan
hama, khususnya ulat penggerek jagung. Implementasi teknologi ini memiliki potensi untuk
memberikan solusi yang berkelanjutan terhadap tantangan dalam produksi jagung, dengan
memperhitungkan aspek lingkungan dan keberlanjutan pertanian. Rekayasa genetika pada
tanaman jagung Bt ini dirancang untuk mengahadapi tantangan utama dalam pertumbuhan
tanaman, yaitu serangan ulat penggerak jagung ( Ostrinia Nubilalis).
Sequencer DNA Berbasis NGS adalah teknologi sekuensing DNA yang menggunakan
pendekatan canggih untuk membaca urutan DNA secara cepat dan efisien. Dalam metode
sekuensing tradisional, sekuensing dilakukan satu molekul DNA per waktu, sementara NGS
memungkinkan sekuensing puluhan hingga jutaan fragmen DNA secara simultan. Teknologi
ini telah merevolusi cara kita memahami genom dan memungkinkan pemahaman yang lebih
mendalam tentang struktur genetik dan variasi genetik. Sequencer DNA Berbasis NGS
memainkan peran kunci dalam rekayasa genetika tanaman jagung yang dirancang untuk
mengatasi serangan ulat penggerek jagung. Dengan menggunakan NGS, para peneliti dapat
melakukan analisis genomik yang mendalam pada tanaman jagung yang telah dimodifikasi
genetik (misalnya, dengan memasukkan gen Bacillus thuringiensis/Bt). Namun, perlu
dilakukan penelitian dan pemantauan terus-menerus untuk memahami dan mengatasi dampak
serta tantangan yang mungkin muncul seiring waktu.

5.2 Saran
Dengan adanya Inovasi ini dapat membantu Integrasi gen Bacillus thuringiensis (Bt) dalam
tanaman jagung memungkinkan ketahanan terhadap serangga hama secara alami,penggunaan
teknologi NGS membuka jalan untuk pemahaman mendalam tentang struktur genetik tanaman
jagung yang dimodifikasi. Rekayasa genetika dengan NGS dapat mengurangi ketergantungan
pada pestisida kimia dalam pertanian jagung. Sequencer DNA NGS mempercepat analisis
genetik, memungkinkan pengembangan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap serangan
ulat penggerek jagung. Inovasi ini mengarah pada pertanian yang lebih berkelanjutan dengan
efisiensi sumber daya yang lebih baik dalam budidaya jagung.

13
DAFTAR PUSTAKA

James, C. (2017). Global Status of Commercialized Biotech/GM Crops: 2017. ISAAA Brief
No. 53.
Loman, N. J., & Pallen, M. J. (2015). Twenty years of bacterial genome sequencing. Nature
Reviews Microbiology, 13(12), 787–794. doi: 10.1038/nrmicro3565

Pade, N., & Link, D. (2019). Plant Bioreactors for Pharmaceuticals and Value-Added
Products: An Overview. Comprehensive Reviews in Food Science and Food
Safety, 18(1), 322– 335. doi: 10.1111/1541-4337.12408.
Sanahuja, Georgina et al., "Agricultural production of plantibodies against Colorado potato
beetle."

Qaim, M., & Kouser, S. (2003). Genetically Modified Crops and Agricultural Development.
Science, 299(5608), 900-902.

14

Anda mungkin juga menyukai