Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI TANAMAN

OLEH :

APRILIA SAIDENA

NIM. 2106110304

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI TANAMAN

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2023

i
LEMBAR PENGESAHAN
Pekanbaru, 10 Juni 2023

APRILIA SAIDENA

NIM. 2106110304

ASISTEN

ASISTEN I ASISTEN II

TITIK DWI KARTIKA DYAN PITALOKA


NIM.1806124698 NIM. 1906110291

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat

dan hidayahnya sehingga penulisan laporan akhir ini dapat dibuat. Penulisan laporan

akhir merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh asisten dosen, Tugas ini

dikerjakan dengan keseriusan, kejujuran, dan ketekunan, maka akan melatih

Mahasiswa belajar mandiri, penuh tanggung jawab dan dapat mempelajari pelajaran

ini. Akhirnya tiada gading yang tak retak dan tiada besi yang tidak berkarat meskipun

penyusunan laporan akhir ini telah rampung, tetapi bukan berarti sudah sempurna.

Dengan demikian saya minta dimaklumi jika ada kesalahan dalam pembuatan karena

masih dalam tahap pembelajaran dan tidak ada copy paste dari laporan teman yang

juga membuat ini .

Pekanbaru, 06 November 2022

APRILIA SAIDENA

1
DAFTAR ISI

Contents

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 2

1.2 TUJUAN .............................................................................................................................. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................................... 20

2.1 PENGENALAN ALAT DAN BAHAN LABORATORIUM ........................................... 20

2.2 PEMBUATAN LARUTAN STOK ................................................................................... 35

2.3 Pembuatan Media Tanam Kultur Jaringan ......................................................................... 36

2.4 Teknik Sterilisasi Eksplan dan Penanaman Eksplan untuk Perbanyakan


Tanaman ................................................................................................................................... 37

2.5 Teknik Subkultur, Pengamatan dan Aklimatisasi .............................................................. 39

III. METODOLOGI .................................................................................................................... 45

3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................................................. 45

3.2 Alat dan Bahan ................................................................................................................... 45

3.2.1 Pengenalan Alat dan Bahan Bahan Laboratorium ...................................................... 45

3.2.2 Pembuatan Larutan stok ......................................................................................... 45

3.2.3 Pembuatan Media Tanam Kultur Jaringan .................................................................. 45

3.2.4 Teknik Sterilisasi dan Penanaman Eksplan Untuk Perbanyakan ................................ 46

3.2.5 Subkultur, Pengamatan, dan Aklimatisasi .................................................................. 46

3.3 Cara Kerja .......................................................................................................................... 46

3.3.1 Pengenalan Alat Dan Bahan Laboratorium................................................................. 46

2
3.3.2 Pembuatan Larutan stok ........................................................................................... 46

3.3.3 Pembuatan Media Tanam Kultur Jaringan .................................................................. 47

3.3.4 Teknik Sterilisasi Eksplan dan Penanaman Eksplan Untuk Perbanyakan


Tanaman ............................................................................................................................... 48

3.3.5 Subkultur, Pengamatan, dan Aklimatisasi .................................................................. 48

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................................. 50

4.1 Hasil ................................................................................................................................... 50

4,2 Pembahasan ........................................................................................................................ 52

V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................... 54

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 54

5.2 Saran................................................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 56

LAMPIRAN ................................................................................................................................. 64

3
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cabang ilmu biologi yang mengkombinasikan prinsip-prinsip biologi dengan

teknologi untuk memanipulasi genetika tanaman guna menghasilkan sifat-sifat yang

diinginkan. Bioteknologi tanaman melibatkan penggunaan teknik rekayasa genetika,

kultur jaringan, dan seleksi alami dalam mengubah dan memperbaiki tanaman untuk

tujuan tertentu.

Salah satu aplikasi bioteknologi tanaman yang umum adalah rekayasa

genetika tanaman. Dalam rekayasa genetika, gen-gen dari organisme lain yang

memiliki sifat-sifat yang diinginkan dapat dimasukkan ke dalam genom tanaman.

Misalnya, gen yang memberikan resistensi terhadap hama atau penyakit dapat

dimasukkan ke dalam tanaman untuk melindunginya dari serangan patogen. Gen juga

dapat dimasukkan untuk meningkatkan produksi tanaman atau meningkatkan

kualitasnya, seperti meningkatkan kandungan nutrisi atau menghasilkan tanaman

yang tahan terhadap kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. ( Sugiyarto et

al., 2014)

Selain rekayasa genetika, bioteknologi tanaman juga mencakup teknik kultur

jaringan, di mana bagian-bagian tanaman seperti daun atau batang dapat dikulturkan

dalam media yang kaya nutrisi untuk memperbanyak secara cepat. Teknik ini

digunakan untuk memproduksi bibit tanaman dalam skala besar, menghasilkan klon

tanaman yang seragam.

4
Aplikasi bioteknologi tanaman juga termasuk pemuliaan tanaman tradisional,

di mana tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan dipilih dan dikembangkan

melalui metode seleksi alami atau persilangan. Namun, bioteknologi modern telah

mempercepat dan meningkatkan efisiensi proses pemuliaan tanaman dengan

menggunakan teknologi molekuler dan pengetahuan tentang genetika. (Indrianto,

2003)

Bioteknologi tanaman memiliki potensi untuk menghasilkan tanaman yang

lebih tahan terhadap penyakit, serangga, dan kondisi lingkungan yang tidak

menguntungkan. Hal ini dapat berdampak positif pada produksi pertanian, keamanan

pangan, dan keberlanjutan lingkungan. Namun, perlu juga mempertimbangkan isu-isu

keamanan dan etika terkait penggunaan bioteknologi tanaman, serta memastikan

bahwa teknologi ini digunakan dengan bijaksana dan bertanggung jawab.

Secara umum, bioteknologi tanaman merujuk pada penerapan teknologi

biologi dan rekayasa genetika untuk memanipulasi sifat-sifat tanaman dengan tujuan

memperbaiki atau menghasilkan tanaman yang lebih baik. Bioteknologi tanaman

melibatkan berbagai metode dan teknik, termasuk rekayasa genetika, kultur jaringan,

dan pemuliaan tanaman. (Hendrayono, 1994)

Dalam konteks umum, bioteknologi tanaman mencakup penggunaan teknik

rekayasa genetika untuk memasukkan atau mengubah gen dalam tanaman dengan

cara yang tidak mungkin terjadi secara alami. Hal ini dapat dilakukan dengan

memindahkan gen-gen dari organisme lain ke tanaman target untuk memberikan

5
sifat-sifat yang diinginkan, seperti ketahanan terhadap hama atau penyakit,

peningkatan produksi, atau peningkatan kualitas. Contoh penggunaan bioteknologi

tanaman yang sering disebutkan adalah tanaman transgenik atau GMO (Genetically

Modified Organisms). (Santoso, 2004)

Selain itu, bioteknologi tanaman juga mencakup penggunaan teknik kultur

jaringan, di mana jaringan tanaman yang dikulturkan dalam laboratorium untuk

memperbanyak tanaman dengan cepat. Teknik ini digunakan untuk produksi bibit

secara massal atau untuk memperbanyak tanaman langka atau sulit

dikembangbiakkan secara konvensional.

Pemuliaan tanaman tradisional juga dapat dianggap sebagai bagian dari

bioteknologi tanaman. Dalam pemuliaan tanaman tradisional, tanaman dengan sifat-

sifat yang diinginkan dipilih dan dikembangkan melalui persilangan alami atau

seleksi alami. Namun, bioteknologi modern telah mempercepat dan meningkatkan

efisiensi proses pemuliaan dengan memanfaatkan teknologi molekuler dan

pengetahuan genetika.

Secara keseluruhan, bioteknologi tanaman adalah istilah yang mencakup

berbagai metode dan teknologi yang digunakan untuk memanipulasi genetika dan

sifat-sifat tanaman dengan tujuan meningkatkan pertanian, keamanan pangan, dan

keberlanjutan lingkungan.

6
Kegiatan bioteknologi tanaman mencakup berbagai teknik dan metode yang

digunakan untuk memanipulasi genetika tanaman dengan tujuan memperbaiki atau

menghasilkan tanaman yang lebih baik. Beberapa kegiatan utama dalam bioteknologi

tanaman meliputiadalah

Rekayasa Genetika adalah Penggunaan teknik rekayasa genetika untuk

memasukkan atau mengubah gen dalam tanaman. Ini melibatkan isolasi gen dari

organisme lain dan memasukkannya ke dalam genom tanaman target. Teknik ini

dapat digunakan untuk memperkenalkan sifat-sifat yang diinginkan seperti resistensi

terhadap hama atau penyakit, peningkatan kandungan nutrisi, atau toleransi terhadap

kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. (Suryowinoto, 1996)

Kultur Jaringan adalah Teknik kultur jaringan digunakan untuk

memperbanyak tanaman secara aseksual dan menghasilkan banyak bibit dengan

cepat. Bagian-bagian tanaman seperti daun, batang, atau akar dikulturkan dalam

media yang kaya nutrisi untuk memicu pembentukan tunas dan akar baru. Teknik ini

digunakan untuk reproduksi tanaman yang sulit berkembang biak secara

konvensional atau untuk menghasilkan tanaman klon yang seragam. ( Gunawan,

1992)

Pemuliaan Tanaman adalah Pemuliaan tanaman adalah kegiatan dalam

bioteknologi tanaman yang melibatkan seleksi dan persilangan tanaman untuk

7
mengembangkan varietas yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan. Pemuliaan

tradisional melibatkan pemilihan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan dan

persilangan mereka untuk menghasilkan keturunan yang menggabungkan sifat-sifat

yang diinginkan tersebut. Namun, dalam bioteknologi modern, teknik molekuler dan

pengetahuan genetika digunakan untuk mempercepat dan meningkatkan efisiensi

proses pemuliaan.

Analisis Genetika adalah Kegiatan bioteknologi tanaman juga melibatkan

analisis genetika untuk memahami struktur dan fungsi genom tanaman. Metode

analisis genetika, seperti sekuensing DNA, memungkinkan para peneliti untuk

mengidentifikasi gen-gen yang terlibat dalam sifat-sifat tertentu, mempelajari

keragaman genetik tanaman, dan memahami interaksi antara gen dan lingkungan.

Penelitian dan Pengembangan adalah Kegiatan penelitian dan pengembangan

dalam bioteknologi tanaman melibatkan upaya untuk mengembangkan teknologi

baru, mempelajari sifat-sifat tanaman, dan menguji keberhasilan teknik bioteknologi

dalam aplikasi praktis. Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini adalah untuk

meningkatkan produksi pertanian, mengembangkan tanaman yang lebih tahan

terhadap hama dan penyakit, serta menghasilkan tanaman dengan kualitas yang lebih

baik. (Gunawan, 1991)

8
Kegiatan bioteknologi tanaman ini dilakukan oleh para ilmuwan, peneliti, dan

perusahaan di bidang pertanian dan bioteknologi, dengan tujuan meningkatkan

pertanian yang berkelanjutan.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Pengenalan Alat dan Bahan Laboratorium

Tujuan pengenalan alat laboratorium adalah untuk memperkenalkan dan

menjelaskan fungsi-fungsi alat-alat yang digunakan dalam lingkungan laboratorium.

Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dasar kepada para peneliti,

mahasiswa, atau pekerja di bidang ilmiah tentang peralatan yang digunakan dalam

proses penelitian, pengujian, analisis, dan eksperimen di laboratorium.

Keselamatan dengan memahami fungsi dan penggunaan alat laboratorium

sangat penting untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain di sekitar.

Dengan memahami alat-alat laboratorium, individu dapat belajar tentang cara

menggunakan alat-alat dengan benar, menghindari risiko cedera, dan mengenali

bahaya potensial yang mungkin terkait dengan setiap alat.

Pemahaman eksperimen dan metode Alat-alat laboratorium sering digunakan

dalam proses eksperimen dan metode analisis. Dengan memahami fungsi dan

9
penggunaan alat-alat tersebut, individu dapat lebih memahami prosedur

eksperimental yang relevan dan metode analisis yang diterapkan dalam penelitian

mereka.

Efisiensi dan akurasi Pemahaman tentang alat-alat laboratorium

memungkinkan individu untuk menggunakan alat dengan efisien dan akurat. Dengan

mengetahui cara kerja alat, individu dapat meminimalkan kesalahan dalam

penggunaan alat, mengoptimalkan penggunaan alat untuk mendapatkan hasil yang

akurat, dan menghindari kerusakan atau kegagalan alat.

Interpretasi hasil Pemahaman tentang alat-alat laboratorium membantu

individu dalam menginterpretasikan hasil yang diperoleh dari penggunaan alat

tersebut. Mereka dapat menghubungkan hasil dengan fungsi dan kinerja alat untuk

memahami signifikansi data yang diperoleh dan mengambil kesimpulan yang tepat.

Pengembangan keterampilan Memperkenalkan alat laboratorium membantu

individu mengembangkan keterampilan praktis yang terkait dengan penggunaan alat

tersebut. Ini termasuk keterampilan dalam menangani, membersihkan, dan merawat

alat-alat laboratorium dengan benar, yang merupakan aspek penting dalam menjaga

keberlangsungan dan umur panjang alat.

10
Dengan memahami alat-alat laboratorium, individu dapat menjadi lebih

terampil dan percaya diri dalam melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan

menginterpretasikan hasil dalam lingkungan laboratorium.

1.2.2 Pembuatan Larutan Stok Kultur Jaringan

Pembuatan larutan stok untuk kultur jaringan adalah langkah penting dalam

mempersiapkan media kultur jaringan yang digunakan untuk pertumbuhan dan

perbanyakan tanaman dalam laboratorium. Berikut adalah langkah-langkah umum

untuk membuat larutan stok kultur jaringan adalah

Tentukan komposisi media kultur jaringan terdiri dari berbagai zat nutrisi,

gula, vitamin, dan hormon yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Tentukan

komposisi media yang sesuai untuk jenis kultur jaringan yang akan digunakan.

Biasanya, media kultur jaringan terdiri dari zat-zat seperti garam mineral, gula

(sukrosa atau glukosa), vitamin, asam amino, dan zat pengatur tumbuh (hormon).

Persiapkan bahan kimia siapkan bahan kimia yang diperlukan untuk membuat

media kultur jaringan. Ini termasuk bahan seperti garam-garam mineral, vitamin,

asam amino, dan hormon yang akan digunakan.

Timbang bahan kimia timbang bahan kimia dengan akurasi menggunakan

neraca analitik. Pastikan untuk mengikuti instruksi yang tepat mengenai jumlah bahan

kimia yang diperlukan sesuai dengan resep media yang Anda gunakan.

11
Larutkan bahan kimia tambahkan bahan kimia yang ditimbang ke dalam bejana

atau botol yang berisi air suling atau air yang telah disaring. Aduk secara perlahan

untuk membantu larutan bahan kimia tercampur dengan baik. Pastikan bahan kimia

terlarut dengan baik dan tidak ada endapan yang tersisa.

Sesuaikan pH gunakan pH meter atau indikator pH untuk memeriksa pH

larutan. Sesuaikan pH larutan dengan menambahkan larutan asam atau basa yang

sesuai, seperti asam sulfurik atau natrium hidroksida, hingga mencapai pH yang

diinginkan sesuai dengan resep media.

Tambahkan volume setelah pH larutan stok sudah sesuai, tambahkan air

suling atau air yang telah disaring hingga mencapai volume total yang diperlukan

sesuai dengan resep media. Pastikan untuk mengaduk larutan dengan lembut untuk

mencampurkan semua bahan secara merata.

Filter sterilisasi larutan stok kultur jaringan harus disterilkan sebelum

digunakan. Gunakan filter sterilisasi dengan pori-pori yang sesuai untuk menyaring

larutan dan menghilangkan kontaminan mikroba.

Penyimpanan simpan larutan stok dalam botol steril yang rapat dan tandai

dengan label yang sesuai, mencantumkan jenis larutan dan tanggal pembuatan.

12
Simpan larutan stok dalam lemari es atau pada suhu yang disarankan sesuai dengan

rekomendasi media yang digunakan.

1.2.3 Pembuatan Media Tanam Kultur Jaringan

Tujuan pembuatan media tanam kultur jaringan adalah untuk menyediakan

kondisi yang optimal bagi pertumbuhan, diferensiasi, dan perbanyakan tanaman

dalam lingkungan laboratorium. Media tanam kultur jaringan dirancang khusus untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi, faktor pertumbuhan, dan lingkungan yang dibutuhkan

oleh jaringan tanaman untuk berkembang dengan baik. Beberapa tujuan utama

pembuatan media tanam kultur jaringan adalah sebagai berikut adalah

Pertumbuhan jaringan adalah Media tanam kultur jaringan memberikan nutrisi

dan zat-zat penting yang dibutuhkan oleh jaringan tanaman untuk tumbuh dan

berkembang. Nutrisi yang tepat seperti garam mineral, karbohidrat, vitamin, dan asam

amino diberikan dalam jumlah yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan

jaringan.

Perbanyakan tanaman adalah Media tanam kultur jaringan digunakan untuk

memperbanyak tanaman secara aseksual melalui kultur jaringan. Media ini

mengandung zat-zat yang mempromosikan pembentukan tunas dan akar baru dari

13
jaringan tanaman yang dikulturkan. Tujuannya adalah untuk menghasilkan banyak

bibit yang seragam dan identik secara genetik dengan tanaman induk.

Diferensiasi jaringan adalah Media tanam kultur jaringan memberikan

lingkungan yang mengarahkan diferensiasi jaringan tanaman ke arah yang diinginkan.

Melalui kombinasi yang tepat dari zat pengatur tumbuh (hormon), media ini

mempengaruhi diferensiasi jaringan menjadi organ-organ seperti akar, batang, daun,

atau bunga.

Pengujian faktor pertumbuhan adalah Media tanam kultur jaringan digunakan

untuk menguji pengaruh dan efek dari faktor-faktor pertumbuhan tertentu pada

tanaman. Dengan memvariasikan komposisi media, termasuk konsentrasi zat-zat

nutrisi dan hormon, para peneliti dapat mempelajari respon tanaman terhadap faktor-

faktor ini dan mengoptimalkan kondisi pertumbuhan.

Pengembangan varietas tanaman adalah Melalui teknik kultur jaringan, media

tanam kultur jaringan dapat digunakan untuk mengembangkan varietas tanaman yang

unggul. Media ini memungkinkan seleksi dan pemuliaan in vitro yang efisien untuk

memperoleh tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, seperti resistensi terhadap

hama atau penyakit, peningkatan produksi, atau kualitas yang lebih baik.

14
Penelitian ilmiah adalah Pembuatan media tanam kultur jaringan juga

bertujuan untuk mendukung penelitian ilmiah dalam berbagai aspek biologi tanaman.

Media ini memberikan platform yang terkontrol untuk mempelajari mekanisme

pertumbuhan, diferensiasi, dan interaksi tanaman dengan lingkungannya.

Dengan pembuatan media tanam kultur jaringan yang tepat, tujuan-tujuan

tersebut dapat dicapai, memungkinkan para peneliti dan praktisi di bidang kultur

jaringan untuk mengembangkan tanaman

Larutan stok yang telah dibuat dapat digunakan untuk membuat media kultur

jaringan yang siap digunakan untuk menumbuhkan dan memperbanyak tanaman

dalam kultur jaringan. Penting untuk mematuhi instruksi penggunaan dan menjaga

kebersihan dan sterilisasi saat bekerja dengan media kultur jaringan.

1.2.4 Teknik Sterilisasi Eksplan dan Penanaman eksplan Untuk Perbanyakan

Tanaman

Tujuan teknik sterilisasi eksplan (fragmen jaringan tanaman yang digunakan

untuk kultur jaringan) dan penanaman eksplan adalah untuk menghilangkan

mikroorganisme kontaminan dan memastikan bahwa eksplan yang digunakan dalam

kultur jaringan bebas dari infeksi dan kontaminasi. Berikut adalah tujuan utama dari

kedua teknik tersebut:

15
Eliminasi mikroorganisme kontaminan Tujuan utama sterilisasi eksplan

adalah untuk menghilangkan bakteri, jamur, dan virus yang mungkin ada pada

permukaan eksplan. Dengan sterilisasi yang tepat, mikroorganisme kontaminan dapat

dieliminasi atau dikurangi sebanyak mungkin, mengurangi risiko kontaminasi dan

infeksi dalam kultur jaringan.

Pertumbuhan dan diferensiasi tanaman Tujuan penanaman eksplan adalah

untuk memfasilitasi pertumbuhan dan diferensiasi jaringan tanaman dalam kondisi

kultur jaringan yang optimal. Eksplan yang ditanam di media yang sesuai akan

menghasilkan tunas dan akar baru serta berkembang menjadi tanaman yang lengkap.

Perbanyakan tanaman Penanaman eksplan bertujuan untuk memperbanyak

tanaman secara aseksual melalui kultur jaringan. Dengan memanfaatkan kemampuan

regeneratif jaringan tanaman, eksplan yang ditanam dapat menghasilkan banyak bibit

yang seragam secara genetik dengan tanaman induk.

Konservasi genetik Penanaman eksplan juga dapat digunakan untuk tujuan

konservasi genetik tanaman langka atau terancam punah. Dengan menanam eksplan

dalam media kultur jaringan, tanaman dapat dipertahankan dan diperbanyak dalam

populasi yang terkontrol, menjaga keanekaragaman genetik dan melestarikan spesies

tersebut.

16
Studi dan penelitian Penanaman eksplan digunakan untuk mendukung

penelitian ilmiah dan studi dalam berbagai aspek biologi tanaman. Dengan menanam

eksplan dalam media yang telah ditentukan, peneliti dapat mempelajari pertumbuhan,

diferensiasi, dan respons tanaman terhadap faktor-faktor pertumbuhan atau kondisi

lingkungan tertentu.

Pada dasarnya, tujuan dari sterilisasi eksplan dan penanaman eksplan adalah

untuk menciptakan kondisi yang steril dan optimal bagi pertumbuhan, diferensiasi,

dan perbanyakan tanaman dalam kultur jaringan.

1.2.5 Teknik Subkultur, Pengamatan, dan Aklimatisasi

Tujuan Subkultur Perbanyakan dan pemeliharaan tujuan utama dari subkultur

dalam kultur jaringan adalah untuk memperbanyak dan mempertahankan jaringan

tanaman dalam kondisi yang optimal. Melalui subkultur, jaringan tanaman yang telah

tumbuh dan berkembang dalam kultur jaringan awalnya dapat diperbanyak dengan

menempatkannya ke dalam media segar. Ini memungkinkan pembentukan tunas dan

akar baru, sehingga menghasilkan lebih banyak bibit yang seragam secara genetik.

Pemulihan subkultur juga digunakan untuk pemulihan jaringan yang mungkin

mengalami gangguan pertumbuhan atau kerusakan. Dalam kasus jaringan yang

mengalami gejala stres atau infeksi, subkultur dapat membantu memulihkan jaringan

dan menghilangkan kontaminasi.

17
Tujuan pengamatan dalam kultur jaringan adalah untuk mempelajari fenotipe

tanaman yang tumbuh dalam kondisi kultur. Ini termasuk pengamatan pertumbuhan,

diferensiasi, bentuk dan warna jaringan, keberadaan struktur seperti akar, batang, dan

daun, serta respons tanaman terhadap faktor-faktor pertumbuhan atau lingkungan

tertentu.

Analisis morfologi dan histologi melalui pengamatan, peneliti dapat

melakukan analisis morfologi dan histologi dari jaringan tanaman dalam kultur.

Pengamatan ini membantu dalam pemahaman struktur jaringan, distribusi sel, dan

interaksi antara komponen seluler.

Evaluasi kualitas pengamatan juga dilakukan untuk mengevaluasi kualitas

tanaman yang dihasilkan melalui kultur jaringan, seperti kekuatan, pertumbuhan yang

normal, dan potensi perbanyakan lebih lanjut. Hal ini penting dalam memilih bibit

yang baik untuk propagasi atau penggunaan dalam penelitian lanjutan.

Tujuan Aklimatisasi Persiapan tanaman untuk transplantasi tujuan

aklimatisasi adalah untuk menyesuaikan tanaman yang tumbuh dalam kondisi kultur

jaringan dengan kondisi lingkungan di luar laboratorium. Proses ini melibatkan

langkah-langkah seperti perlahan mengurangi konsentrasi hormon, menyesuaikan

18
suhu, kelembaban, dan cahaya, serta memperkenalkan tanaman secara bertahap ke

lingkungan eksternal.

Kelangsungan hidup tanaman aklimatisasi bertujuan untuk meningkatkan

kelangsungan hidup tanaman setelah dipindahkan ke lingkungan alami atau kondisi

pertanian. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa tanaman telah

berkembang dengan baik dan dapat bertahan hidup di luar lingkungan kultur jaringan

yang terkontrol.

Produksi komersial aklimatisasi juga penting dalam produksi komersial

tanaman dari kultur jaringan. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tanaman yang

siap untuk dikirim dan ditanam di lapangan.

19
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGENALAN ALAT DAN BAHAN LABORATORIUM


Di dalam memulai melakukan kegiatan kultur jaringan diperlukan ruang dan

peralatan. Ukuran ruang yang diperlukan dapat disesuaikan dengan volume aktivitas

kultur jaringan yang akan dilakukan. Ruang yang diperlukan untuk kegiatan kultur

jaringan yaitu laboratorium yang ideal yang memiliki: 1.) Ruang persiapan yang di

dalamnya terdapat timbangan analitik, lemari pendingin, hotplate, mikrowave, oven,

pH meter, alat-alat gelas standar (labu takar, pipet volume, erlenmeyer, gelas piala,

batang pengaduk dari gelas, dan wadah kultur), alat untuk mencuci (wastafel), lemari

untuk alat dan bahan kimia, sentrifuse, fumehood, destilator, dan kereta dorong; 2.)

Ruang transfer yang di dalamnya terdapat laminar air flow, dissecting, mikroskop,

alat diseksi, lemari tempat penyimpanan alat-alat steril, dan timbangan kecil. 3.)

Ruang kultur yang dilengkapi dengan rak kultur dan lampu fluorescent, timer untuk

mengatur lama penyinaran, AC untuk mengontrol temperatur, mikroskop binokuler,

dan shaker (Barahima, 2011).

1. Erlenmeyer

20
Erlenmeyer atau dikenal juga dengan labu erlenmeyer adalah salah satu alat

gelas laboratorium yang salah satu fungsinya untuk menjadi wadah dari bahan kimia

cair. Pertama, zat kimia bisa langsung dituangkan ke dalam erlenmeyer dengan cara

dimasukan ke dalam Erlenmeyer. Kedua, setelah zat kimia dimasukkan ke dalam

Labu erlenmeyer kemudian bisa ditambahkan larutan pelarut.

2. Gelas Ukur

Gelas ukur adalah peralatan laboratorium umum yang digunakan untuk

mengukur volume cairan. Menyiapkan larutan yang ingin diukur volumenya,

tuangkan larutan tersebut ke dalam gelas ukur, Setelah volume larutan sesuai dengan

keinginan, serta meniskus laruatan telah sesuai dengan skala gelas ukur, maka

21
langkah selanjutnya menuangkan larutan tersebut ke dalam wadah lain yang sudah

disiapkan.

3. Labu Ukur

Labu ukur merupakan alat laboratorium yang digunakan untuk mengukur

volume suatu larutan saat proses pengenceran pada konsentrasi tertentu. Pastikan labu

ukur yang digunakan sudah steril dan bebas partikel. Siapkan larutan yang akan

diencerkan ke dalam labu ukur.Pipet larutan awal sesuai dengan volume yang sudah

dihitung dan masukkan ke dalam labu ukur (volume larutan awal yang dimasukkan

tidak akan terisi penuh dalam labu ukur). Tambahkan pelarut hingga mendekati tanda

garis pada labu ukur. (sebaiknya, jangan menambahkan pelarut hingga tanda garis

karena untuk menghindari terjadinya kelebihan volume). Ketika larutan sudah

mendekati garis tanda, anda bisa menambahkan larutan lagi menggunakan pipet tetes

secara perlahan hingga larutan sesuai dan pas berada di garis tanda. Setelah selesai,

kocok dengan cara membalikkan labu ke atas dan kebawah agar larutan tercampur

secara menyeluruh.

4. Gelas Beker

22
Gelas piala atau kadang kala disebut sebagai gelas beker adalah sebuah wadah

penampung yang digunakan untuk mengaduk, mencampur, dan memanaskan cairan

yang biasanya digunakan dalam laboratorium.

5. Botol Kultur

Botol kultur digunakan sebagai tempat media tanam yang nantinya ditutup

dengan plastik dan diikat juga dilapisi plastik wrap.

6. Alkohol

23
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa

organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon,

yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain. Berfungsi

untuk mensterilkan alat-alat laboratorium.

7. Cawan Petri

Cawan Petri atau telepa Petri adalah sebuah wadah yang bentuknya bundar

dan terbuat dari plastik atau kaca yang digunakan untuk membiakkan sel.

8. Corong kaca

Sebagai alat bantu untuk memindah / memasukkan larutan ke wadah / tempat

yang mempunyaai dimensi pemasukkan sampel bahan kecil.

9. Pipet Tetes

24
Pipet Pasteur atau pipet tetes merupakan jenis pipet yang digunakan untuk

memindahkan larutan dari suatu wadah ke wadah lain dengan jumlah yang sangat

sedikit dan dengan tingkat ketelitian pengukuran volume yang sangat rendah.

10. Bunsen

Pembakar Bunsen, dinamai dari Robert Bunsen, adalah sebuah peralatan

laboratorium umum yang menghasilkan nyala api gas tunggal yang terbuka, yang

digunakan untuk pemanasaan, sterilisasi, dan pembakaran.

11. Ph Meter

25
PH meter adalah sebuah alat elektronik yang berfungsi untuk mengukur pH

(derajat keasaman atau kebasaan) suatu cairan.

12. Lumpang dan Alu

Digunakan untuk menggerus atau menghaluskan sampel padatan menjadi

serbuk.

13. Spatula

26
Spatula atau sudip adalah alat untuk mengambil objek. Spatula yang sering

digunakan di laboratorium biologi atau kimia berbentuk sendok kecil, pipih dan

bertangkai.

14. Scalpel

Adalah mata pisau beserta pegangannya yang digunakan untuk memotong

suatu sampel yang keras. Scalpel ini terdiri dari 2 bagian yaitu bagian mata pisau dan

bagian gagang pisau.

15. Pinset

Pinset adalah alat bantu yang berfungsi untuk menjepit atau menggenggam

suatu objek yang kecil atau objek lainnya.

16. Laminar Air Flow Cabinet

27
Laminar air flow sendiri merupakan suatu tempat atau meja kerja yang steril

untuk melakukan kegiatan mulai dari persiapan bahan tanam, inokulasi atau

penanaman dan pemindahan tanaman dari satu tempat ke tempat lain dalam satu

kultur (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007)

17. Autoclave

Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi

suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi.

18. Timbangan Analitik

28
Timbangan Analitik adalah sebuah instrument laboratorium yang digunakan

untuk mengukur massa suatu zat.

19. Dithane M-45

Fungisida protektif berbentuk tepung yang dapat disuspensikan, berwarna

kuning keabu-abuan untuk mengendalikan berbagai penyakit pada tanaman.

20. Bayclin

29
Digunakan untuk bahan pembuatan larutan klorin yang fungsinya untuk

sterilisasi.

21. Hand Sprayer

Berfungsi untuk memecahkan cairan yang disemprotkan menjadi titisan kecil

dan mendisstribusikan secara merata pada objek.

22. Gunting

Digunakan untuk memotong eksplan yang besar.

23. Hcl

30
HCl adalah larutan akuatik dari gas Hidrogen Klorida, yang dikenal juga

dengan Asam Klorida. Digunakan untuk mengukur keasaman ph.

Dasar pengembangan kultur jaringan adalah totipotensi. Totipotensi

merupakan potensi suatu sel untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman

yang lengkap. Setiap sel akan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap dan utuh

apabila ditempatkan pada kondisi yang sesuai (Kumar et al. 2011).

Di dalam memulai melakukan kegiatan kultur jaringan diperlukan ruang dan

peralatan. Ukuran ruang yang diperlukan dapat disesuaikan dengan volume aktivitas

kultur jaringan yang akan dilakukan. Ruang yang diperlukan untuk kegiatan kultur

jaringan yaitu laboratorium yang ideal yang memiliki: 1.) Ruang persiapan yang di

dalamnya terdapat timbangan analitik, lemari pendingin. hotplate, mikrowave, oven,

pH meter, alat-alat gelas standar (labu takar, pipet volume, erlenmeyer, gelas piala,

hatang pengaduk dari gelas, dan wadah kultur). alat untuk mencuci (wastafel), lemari

untuk alat dan bahan kimia, sentrifuse, fumehood, destilator, dan kereta dorong: 2.)

Ruang transfer yang di dalamnya terdapat laminar air flow, dissecting, mikroskop,

alat diseksi, lemari tempat penyimpanan alat-alat steril, dan timbangan kecil. 3.)

Ruang kultur yang dilengkapi dengan rak kultur dan lampu fluorescent, timer untuk

31
mengatur lama penyinaran, AC untuk mengontrol temperatur. mikroskop binokuler,

dan shaker (Hasibuan, 2006).

Perlengkapan dan sarana yang digunakan pada percobaan kultur jaringan

tanaman meliputi: 1) Sterilisasi, alat yang digunakan adalah lemari aliran udara

laminari atau ruang kecil (catatan; lemari ini tersedia dalam berbagai ukuran, dan

dapat diletakkan di tempat yang diperlukan tanpa diperlukan tanpa perlu ruang

khusus untuk itu. Kipas angin pada lemari ini seringkali dijalankan terus menerus dan

pra filter diganti atau dibersihkan sebulan sekali), otoklaf, oven untuk sterilisasi

kering (sebaiknya ada tetapi tidak muklat), Perlengkapan untuk sterilisasi dengan

penyaringan, radas penyulingan air dan atau pembebas mineral air murni, (2) Kultur

alat yang diperlukan adalah ruang kultur dan atau kotak berpengatur suhu (baik terang

ataupun gelap terus-menerus sama baiknya untuk pertumbuhan sel).

Umumnya cahaya yang dipancarkan dari lampu neon yang dingin dan putih

pada 25 W.m² sudah mencukupi. Lampu ini dapat ditambah dengan bola lampu pijar.

Atau, dapat dipaki lampu Gro-Lux yang berspektur luas sebagi ganti lampu neon dan

lampu pijar), rak (rak dari kawat kasa yang kaku memungkinkan aliran udara

sebanyak-banyaknya dan naungan sekecil-kecilnya), pengocok (yang lebih baik

adalah model putar. Bentuk ini tersedia dari ukuran kecil untuk diletakkan di atas

meja (ukuran meja) sampai ukuran besar untuk ditempatkan di fantai). (3) Alat yang

lainnya adalah pisau klinis, tang dan pembakaran bunsen. Botol, cawan petri untuk

kultur agar. Lebih cocok digunakan botol gelas dan cawan petri plastic sekali pakai

yang disterilkan lebih dahulu. Labu kultur, botol delong mempunyai beberapa

32
keunggulan dibandingkan botol lainnya seperti labu Erlenmeyer, yang mempunyai

leher sehingga cenderung mengumpulkan debu. Sumbat, dapat digunakan sumbat

busa. Sumbat kapas yang dibungkus dengan kain kasa tipis tidaklah mahal, tidak

berubah bentuk dalam pemanasan dengan autoclave dan dapat digunakan berulang-

ulang, Pipet, tersedia pipet steril sekali-pakai, tetapi lebih baik digunakan pepet gelas

sengan ujung yang dapat dilepaskan. Lemari pendingin dan pembeku (Grasperz,

1992).

Melakukan kegiatan kultur jaringan diperlukan ruang dan peralatan. Ukuran

ruang yang diperlukan dapat disesuaikan dengan volume aktivitas kultur jaringan

yang akan dilakukan. Ruang yang diperlukan untuk kegiatan kultur jaringan yaitu

laboratorium yang ideal yang memiliki ruang persiapan yang di dalamnya terdapat

timbangan analitik, lemari pendingin, hotplate, mikrowave, oven, pH meter, alat-alat

gelas standar (labu takar, pipet volume, erlenmeyer, gelas piala, batang pengaduk dari

gelas dan wadah kultur), alat untuk mencuci (washtaple), lemari untuk alat dan bahan

kimia, sentrifuse, fumehood, destilator dan kereta dorong, ruang transfer yang di

dalamnya terdapat laminar air flow, dissecting, mikroskop, alat diseksi, lemari tempat

penyimpanan alat- alat steril dan timbangan kecil, ruang kultur yang dilengkapi

dengan rak kultur dan lampu fluorescent, timer untuk mengatur lama penyinaran, AC

untuk mengontrol temperatur, mikroskop binokuler dan shaker (Isni, 2009).

Pada dasarnya setiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat,

prinsip kerja atau proses yang berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa kegunaan

alat dapat dikenali berdasarkan namanya. Penamaan alat- alat yang berfungsi

33
mengukur biasanya diakhiri dengan kata meter seperti thermometer, hygrometer dan

spektrofotometer, dll. Alat-alat pengukur yang disertai dengan informasi tertulis,

biasanya diberi tambahan grap seperti thermograph, barograph (Yulita, 2012).

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium memerlukan

perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah

dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di laboratorium dapat

menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat

menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium secara

tepat dapat menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan. Adapun perlakuan

terhadap alat-alat di laboratorium seperti membawa alat sesuai petunjuk penggunaan,

menggunakan alat sesuai petunjuk penggunaan, menjaga kebersihan alat dan

menyimpan alat (Yuwono triwibowo, 2008).

Peralatan yang mutlak dimiliki untuk memulai melakukan kegiatan kultur

jaringan yaitu timbangan analitik, destilator, pH meter, autoclaf, laminar air flow dan

gelas-gelas standar. Peralatan ini kemungkinan dapat menimbulkan resiko pada

pemakainya atau menimbulkan kerusakan apabila salah prosedur dalam

mengoperasikannya (Komaruddin, 1991).

Perlengkapan dan sarana yang digunakan pada percobaan kultur jaringan

tanaman meliputi: 1) Sterilisasi, alat yang digunakan adalah lemari aliran udara

laminari atau ruang kecil (catatan: lemari ini tersedia dalam berbagai ukuran, dan

dapat diletakkan di tempat yang diperlukan tanpa diperlukan tanpa perlu ruang

34
khusus untuk itu. Kipas angin pada lemari ini seringkali dijalankan terus menerus dan

pra filter diganti atau dibersihkan sebulan sekali), otoklaf, oven untuk sterilisasi

kering (sebaiknya ada tetapi tidak muklat), Perlengkapan untuk sterilisasi dengan

penyaringan, radas penyulingan air dan atau pembebas mineral air murni, (2) Kultur

alat yang diperlukan adalah ruang kultur dan atau kotak berpengatur suhu (baik terang

ataupun gelap terus-menerus sama baiknya untuk pertumbuhan sel).

2.2 PEMBUATAN LARUTAN STOK


Larutan stok adalah larutan yang mengandung konsentrasi tinggi suatu zat

dalam pelarut tertentu. Biasanya, larutan stok digunakan dalam laboratorium atau

industri untuk membuat larutan yang lebih encer dengan konsentrasi yang diinginkan.

Larutan stok dibuat dengan melarutkan jumlah besar zat tertentu dalam volume kecil

pelarut. Konsentrasi zat dalam larutan stok biasanya dinyatakan dalam satuan mol per

liter (mol/L) atau molaritas. Larutan stok sering digunakan dalam percobaan kimia

dan biologi, di mana presisi dan konsentrasi yang tinggi diperlukan. (Abidin, 1985)

Dalam penggunaan laboratorium, larutan stok digunakan sebagai titik awal

untuk mempersiapkan larutan yang lebih encer dengan konsentrasi yang diinginkan.

Ini dilakukan dengan mengambil volume yang diukur dari larutan stok dan

menambahkan pelarut untuk mencapai volume yang diinginkan. Misalnya, jika Anda

ingin membuat larutan dengan konsentrasi 0,1 M (mol per liter) dari suatu zat, Anda

35
dapat mengambil 10 mL larutan stok dengan konsentrasi 1 M dan menambahkannya

dengan pelarut hingga mencapai volume 100 mL.(Narayanaswarny, 1994)

Larutan stok biasanya disimpan dalam wadah yang tersegel dengan rapat dan

diberi label yang jelas, mencantumkan identitas zat, konsentrasi, tanggal pembuatan,

dan informasi penting lainnya. Hal ini penting untuk menjaga konsentrasi yang akurat

dan mencegah kontaminasi atau kesalahan dalam penggunaan larutan stok.

Penggunaan larutan stok memungkinkan laboratorium atau industri untuk memiliki

sumber yang efisien dan praktis dalam mempersiapkan larutan dengan konsentrasi

yang diinginkan. (Wattimena et al., 1991)

2.3 Pembuatan Media Tanam Kultur Jaringan


Media tanam kultur jaringan adalah suatu media atau larutan yang digunakan

untuk mendukung pertumbuhan, diferensiasi, dan perkembangan jaringan tanaman

dalam kondisi in vitro, di luar lingkungan alami mereka. Media ini mengandung

nutrisi, garam anorganik, sumber karbon, vitamin, zat tambahan, dan hormon yang

dibutuhkan untuk menyediakan kondisi optimal bagi kultur jaringan. (Wardiyati,

1998)

Tujuan utama media tanam kultur jaringan adalah untuk menyediakan nutrisi

yang cukup dan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel

tanaman. Media ini memungkinkan tanaman untuk tumbuh di luar tubuh tanaman asli

mereka dan digunakan dalam berbagai aplikasi kultur jaringan, seperti perbanyakan

36
vegetatif, regenerasi tanaman, produksi tanaman transgenik, pengujian ketahanan

tanaman terhadap penyakit, dan penelitian dasar dalam biologi tanaman. (Wattimena,

1988)

Media tanam kultur jaringan harus dirancang dengan baik dan disesuaikan

dengan jenis kultur jaringan yang akan digunakan. Komposisi media dapat bervariasi

tergantung pada tujuan kultur jaringan, jenis tanaman yang dikulturkan, dan tahap

pertumbuhan yang diinginkan. Perbedaan dalam konsentrasi nutrisi, sumber karbon,

dan hormon dalam media tanam dapat menghasilkan respons yang berbeda dalam

kultur jaringan. (Wattimena, 19992)

Selain itu, media tanam kultur jaringan harus disterilkan sebelum digunakan

untuk mencegah kontaminasi mikroba yang dapat merusak kultur jaringan. Sterilisasi

dapat dilakukan dengan menggunakan autoklaf, filtrasi, atau perlakuan kimia. Dengan

menggunakan media tanam kultur jaringan yang tepat, para peneliti dan ahli kultur

jaringan dapat mengoptimalkan kondisi pertumbuhan dan perkembangan jaringan

tanaman, menghasilkan hasil yang diinginkan, dan mempelajari berbagai aspek

biologi dan aplikasi dalam konteks kultur jaringan tumbuhan.

2.4 Teknik Sterilisasi Eksplan dan Penanaman Eksplan untuk Perbanyakan


Tanaman

Sterilisasi adalah proses yang digunakan untuk menghilangkan atau

menginaktivasi semua bentuk kehidupan mikroba, termasuk bakteri, virus, dan fungi,

dari suatu objek, bahan, atau area tertentu. Tujuannya adalah untuk mencegah

37
kontaminasi atau infeksi mikroba yang dapat merusak atau mengganggu proses atau

produk tertentu. Sterilisasi penting dalam berbagai bidang, termasuk kedokteran,

farmasi, industri makanan, laboratorium, dan kultur jaringan. (Zulkarnain, 2009)

Sterilisasi eksplan adalah proses sterilisasi yang diterapkan pada eksplan

tanaman sebelum digunakan dalam teknik kultur jaringan. Eksplan adalah fragmen

atau bagian dari tanaman yang digunakan sebagai bahan dasar untuk inisiasi kultur

jaringan. Eksplan dapat berupa daun, batang, akar, tunas, atau bagian lain dari

tanaman yang diambil secara aseptik. (Zulkarnain, 2009)

Tujuan sterilisasi eksplan adalah untuk menghilangkan semua

mikroorganisme yang ada pada permukaan eksplan tanaman, termasuk bakteri, jamur,

dan spora. Hal ini penting karena kontaminasi mikroba dapat menghambat

pertumbuhan jaringan tanaman yang diusahakan dan menyebabkan pertumbuhan

mikroba yang tidak diinginkan. (Marsono, 2001)

Eksplan yang akan digunakan dipilih dan disiapkan dengan hati-hati. Bagian

tanaman yang digunakan harus dalam kondisi sehat dan bebas dari penyakit atau

infeksi yang tampak. Eksplan dapat dicuci atau direndam dalam larutan disinfektan

yang mengandung bahan seperti deterjen, desinfektan klorin (seperti hipoklorit), atau

etanol untuk menghilangkan kontaminan kasar seperti debu, kotoran, atau residu

organik lainnya. (Hasibuan, 2006)

Eksplan kemudian disterilkan melalui perlakuan fisik atau kimia. Perlakuan

fisik dapat melibatkan perendaman eksplan dalam larutan disinfektan (misalnya,

larutan klorin) atau pemaparan eksplan terhadap panas (misalnya, menggunakan

38
perlakuan panas basah atau panas kering). Perlakuan kimia dapat melibatkan

penggunaan bahan kimia sterilisasi seperti etilen oksida atau bahan kimia lain yang

efektif dalam membunuh mikroba. (Gaspersz, 1992)

Setelah eksplan disterilkan, biasanya mereka diambil dan dicuci dengan air

steril atau larutan steril untuk menghilangkan residu disinfektan yang mungkin

tersisa. Penting untuk menjaga kondisi aseptik selama seluruh proses sterilisasi

eksplan. Semua alat dan wadah yang digunakan harus steril, dan prosedur harus

dilakukan di area steril atau ruang laminar aliran udara yang memastikan bahwa

mikroorganisme tidak terbawa ke eksplan. Sterilisasi eksplan yang efektif menjadi

langkah penting dalam kultur jaringan untuk memastikan bahwa pertumbuhan

jaringan yang dihasilkan adalah murni dan bebas dari kontaminasi mikroba yang

dapat mengganggu hasil kultur jaringan yang diinginkan. (Handayani, 2020)

2.5 Teknik Subkultur, Pengamatan dan Aklimatisasi

Subkultur kultur jaringan adalah proses pemindahan atau penanaman kembali

jaringan tanaman yang telah tumbuh atau berkembang dalam kultur jaringan

sebelumnya ke media tanam yang baru. Tujuan dari subkultur adalah untuk

memperbanyak dan mempertahankan pertumbuhan serta perkembangan jaringan

tanaman secara in vitro. (Ginting, 2007)

Siapkan media tanam yang sesuai dengan kebutuhan spesifik tanaman yang

akan disubkultur. Media tanam dapat disiapkan dengan mencampurkan bahan kimia

39
dan nutrisi yang dibutuhkan dalam proporsi yang tepat. Media tanam harus disterilkan

sebelum digunakan untuk mencegah kontaminasi mikroba yang dapat merusak kultur

jaringan. Sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan autoklaf, filtrasi, atau

perlakuan kimia. (Indriani, 2001)

Eksplan tanaman yang akan disubkultur harus dipersiapkan dengan hati-hati.

Eksplan dapat berupa tunas, batang, daun, atau bagian tanaman lainnya. Eksplan

harus diambil dengan cara aseptik dan bebas dari kontaminasi mikroba. Eksplan

ditempatkan atau ditanamkan ke dalam media tanam yang telah disiapkan dengan

menggunakan alat yang steril. Eksplan dapat ditempatkan secara langsung di atas

media agar atau dalam media cair, tergantung pada jenis kultur jaringan yang

dilakukan. (Endang, 2011)

Setelah penanaman eksplan, media tanam dengan eksplan ditempatkan dalam

kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan jaringan tanaman. Ini

dapat melibatkan penempatan di inkubator dengan suhu, kelembaban, dan cahaya

yang sesuai, tergantung pada kebutuhan spesifik tanaman. Selama proses subkultur,

eksplan harus dipelihara dengan memperhatikan kondisi pertumbuhan yang optimal.

Ini mencakup pemantauan kebersihan, pemindahan eksplan ke media tanam yang

baru secara teratur, dan penghapusan jaringan yang tidak diinginkan seperti kalus atau

jaringan nekrosis. (Mariska, 2009)

Proses subkultur dilakukan secara berulang dengan interval waktu tertentu,

tergantung pada kecepatan pertumbuhan dan perkembangan jaringan tanaman yang

diinginkan. Subkultur yang berhasil akan menghasilkan perbanyakan tanaman secara

40
in vitro yang dapat digunakan untuk tujuan produksi tanaman, penelitian, atau

pelestarian genetik. (Cahyono, 2003)

Pengamatan eksplan kultur jaringan adalah proses memeriksa dan

mengevaluasi pertumbuhan, perkembangan, dan respons jaringan tanaman yang

dikulturkan secara in vitro. Pengamatan ini penting untuk memantau kondisi jaringan

tanaman, mengidentifikasi perubahan morfologi atau fisiologi, dan mengevaluasi

keberhasilan kultur jaringan. Beberapa hal yang dapat diamati pada eksplan kultur

jaringan meliputi: Pertumbuhan dan perkembangan jaringan: Pengamatan dilakukan

untuk melihat perubahan ukuran, bentuk, dan tekstur eksplan. Ini termasuk

pertumbuhan tunas, pembentukan akar, diferensiasi kalus, atau regenerasi organ

seperti daun atau bunga. (Ertina et ;., 2011)

Pengamatan dilakukan untuk memeriksa keadaan fisik eksplan, apakah terjadi

nekrosis (matinya jaringan), perubahan warna, atau gejala penyakit atau infeksi

seperti pembusukan atau pertumbuhan jamur. (Ertina et ;., 2011)

Kalus adalah massa jaringan tanaman yang terbentuk dari sel-sel tidak terdiferensiasi

atau terdiferensiasi secara terbatas. Pengamatan dilakukan untuk memantau

pembentukan dan perkembangan kalus, baik berupa kalus embriogenik (dapat

membentuk embrio) atau kalus non-embriogenik. Pengamatan dilakukan untuk

melihat adanya regenerasi organ seperti tunas, daun, atau akar baru dari eksplan. Hal

41
ini penting untuk mengevaluasi tingkat regenerasi yang berhasil dan menilai

keefektifan media tanam dan hormon yang digunakan. (Ertina et ;., 2011)

Pengamatan dilakukan untuk mendeteksi adanya kontaminasi mikroba seperti

bakteri atau jamur pada eksplan. Tanda-tanda kontaminasi meliputi perubahan warna,

pertumbuhan benang-benang jamur, atau pembusukan pada jaringan.Pengamatan

eksplan kultur jaringan biasanya dilakukan secara visual menggunakan mikroskop

atau dengan mata telanjang. Observasi dapat dilakukan secara berkala selama periode

kultur jaringan untuk melacak perubahan dan mengevaluasi keberhasilan kultur. Hasil

pengamatan ini dapat digunakan untuk penyesuaian kondisi kultur jaringan,

pemilihan media tanam yang lebih sesuai, atau perubahan parameter kultur jaringan

lainnya guna mencapai tujuan kultur jaringan yang diinginkan.(Edy, 2008)

Aklimatisasi kultur jaringan adalah proses penyesuaian atau adaptasi jaringan

tanaman yang telah dikulturkan in vitro terhadap kondisi lingkungan luar atau kondisi

tanam di lapangan. Setelah jaringan tanaman tumbuh dan berkembang dalam kondisi

steril dan terkendali di dalam laboratorium atau ruang kultur, mereka perlu melewati

tahap aklimatisasi sebelum dapat bertahan dan tumbuh dengan baik di lingkungan

alami. (George, 1984)

Jaringan tanaman yang telah tumbuh dalam kondisi steril di dalam media

tanam dan wadah kultur perlu diadaptasi secara bertahap untuk mengurangi

ketergantungan mereka terhadap kondisi steril tersebut. Ini dapat dilakukan dengan

42
mengurangi kebersihan dan memperkenalkan lingkungan yang lebih mirip dengan

kondisi alami, seperti meningkatkan sirkulasi udara, mengurangi kelembaban, atau

mengekspos jaringan tanaman secara perlahan ke udara luar. (Gaj, 2001)

Jaringan kultur perlu disesuaikan dengan suhu lingkungan yang berbeda. Ini

dilakukan dengan secara perlahan menurunkan suhu kultur jaringan ke suhu yang

lebih sesuai dengan kondisi lingkungan di luar kultur. Proses ini dapat melibatkan

penurunan suhu secara bertahap atau memindahkan jaringan ke ruangan dengan suhu

yang lebih rendah. Jaringan tanaman yang dikulturkan dalam kondisi cahaya buatan

perlu mengalami aklimatisasi terhadap intensitas dan spektrum cahaya yang ada di

lingkungan alami. Proses ini melibatkan penyesuaian secara bertahap terhadap

intensitas cahaya yang lebih tinggi atau perubahan spektrum cahaya yang lebih alami.

Jaringan tanaman kultur perlu disesuaikan dengan kondisi nutrisi yang ada di

lingkungan alami. Ini dapat melibatkan mengurangi atau mengubah komposisi nutrisi

dalam media tanam atau mengadaptasi jaringan tanaman untuk mengambil nutrisi

dari tanah. (George, 2008)

Proses aklimatisasi kultur jaringan harus dilakukan secara bertahap dan hati-

hati untuk meminimalkan stres pada jaringan tanaman dan meningkatkan

kemungkinan keberhasilan adaptasi. Tujuan akhir dari aklimatisasi kultur jaringan

adalah untuk memungkinkan jaringan tanaman beradaptasi dengan kondisi

43
lingkungan di luar kultur dan tumbuh sebagai tanaman yang mandiri dan sehat.

(Gray, 2000)

44
III. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilakukan pada pukul 15.00 – 16.40, pada tanggal 08 Maret

2023 – 12 April 2023. Tempat dilaksanakannya praktikum yaitu di Laboratorium

Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Riau.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Pengenalan Alat dan Bahan Bahan Laboratorium

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petri, gelas bekker,

alat diseksi, corong, botol scot, labuukur, hotplate magnetik stirer,

spatula, pipettetes, lupang alu, LAFC, erlenmeyer, gelasukur, bunsen, autoklaf,dan

timbangan analitik. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah bayclean,

aquades, agar, media ms instan, alkohol, larutan buffer dan gula.

3.2.2 Pembuatan Larutan stok

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah erlenmayer,

timbangan, gelas ukur, pengaduk, dan lemari pendingin. Sedangkan bahan

yang dibutuhkan adalah tiamin, HCl, asam nitsitat, piroditin, aquades steril

50 ml, dan juga larutan stok.

3.2.3 Pembuatan Media Tanam Kultur Jaringan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah botol kultur, labu

takar, auto clave dan hot plate magnetic stirrer, dan plastic penutup. Sedangkan bahan

45
yang dibutuhkan adalah yaitu larutan stok MS, gula pasir, Agar- agar.

3.2.4 Teknik Sterilisasi dan Penanaman Eksplan Untuk Perbanyakan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah petridih, scalpel,

pinset, lampu Bunsen, hand sprayer, tisu, LAFC, dan juga masker.sedangkan bahan

yang dibutuhkan adalah timun,wortel, larutan stok, media MS tanpa zat

pengatur tumbuh ( MSo ), alcohol 96 %.

3.2.5 Subkultur, Pengamatan, dan Aklimatisasi

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat dokuentasi. Sedangkan

bahan yang dibutuhkan adalah botol kultur yang berisi eksplan.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Pengenalan Alat Dan Bahan Laboratorium

1. Disiapkan alat dan bahan laboratorium

2. Diperkenalkan oleh asistenalat danbahan beserta fungsinya

3. Didokumentasikan oleh praktikan

3.3.2 Pembuatan Larutan stok

1. Disiapkan alat dan bahan kemudian disterilkan

2. Ditimbang KNO3 sebanyak 5,7 gram

3. Dimasukan bahan kimia kedalam 30 ml aquades

4. Diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 600 rpm

5. Dimasukan KNO3 \5,7 gram kedalam gelas beaker

46
6. Dihomogenkan dan kemudian ditambah lagi dengan menggunakan

aquades 60 ml

7. Dipindahkan larutan kedalam botol kultur dan ditutup dengan alumunium

foil

8. Dibuat label stok b dan tanggal pembuatannya

9. Disimpan kedalam lemari es

3.3.3 Pembuatan Media Tanam Kultur Jaringan

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang bahan seperti gula sebanyak 15 gram dan agar – agar 4 gram

3. Dimasukan larutan aquades sebanyak 100 ml kedalam gelas beaker

4. Dimasukkan stirrer bar dan di atur kecepatan mencapai 600 rpm

5. Dimasukan gula dan dihomogenkan hingga larut

6. Dimasukan larutan stok A sampai D masing - masing sebanyak 15 ml

7. Dimasukan larutan stok f1 15 ml, f2 0,5 ml, dan G 5 ml serta vitamin

myo-inisitol sebanyak 15 ml

8. Diangkat stirrer bar kemudian dikalinbrasi menggunakan ph meter (4,1 –

6,8) penetapan ph 5,86

9. Dikeluarkan stirer bar dan hasil pembuatan media sebanyak 300 ml dan

dicukupkan dengan aquades

10. Dimasukan media kedalam panci lalu dipanaskan sambal di aduk

11. Dipindahkan kedalam 25 botol kultur jaringan

47
12. Ditutup dengan menggunakan alumunium foil dan dimasukan kedalam

autoclave selama 15 menit

3.3.4 Teknik Sterilisasi Eksplan dan Penanaman Eksplan Untuk


Perbanyakan Tanaman

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dibersihkan eksplam dibawah air yang mengalir hingga bersih

3. Dimasukan alat dan bahan beserta media yang digunakan kedalam LAFC

4. Dinyalakan lampu UV selama 30 menit

5. Dinyalakan lampu dan dihidupkan blower lalu dinyalakan api bunsen

6. Dipotong eksplan lalu diambil bijinya

7. Dimasukan bahan tersebut kedalam petridish

8. Dipotong eksplan

9. Dimasukan kedalam media yang digunakan

10. Ditutup menggunakan alumunium foil kemudian diangin – anginkan

Kembali didekat api bunsen

11. Ditutup menggunakan plastic wrap dan diberi label

12. Diletakan kedalam ruangan inkubasi

3.3.5 Subkultur, Pengamatan, dan Aklimatisasi

1. Disiapkan alat bahan oleh asisten

2. Di jelaskan materi dari asisten kepada praktikan

3. Didokumentasikan bahan oleh praktikan

48
49
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
NO Jenis Sampel Jenis Ciri Ciri
Eksplant Kontaminasi
1 Wortel Botol 1 Jamur Permukaan media terdapat hifa

putih, pada media sudah

tumbuh bongkahan jamur dan

media berubah warna menjadi

coklat tua.

Botol 2 Jamur Permukaan media terdapat hifa

berwarna putih, dan media

berubah warna menjadi coklat.

Botol 3 Bakteri Permukaan media berlendir,

dan pada dibagian tengah

permukaan media lendir

berwarna coklat muda.

Botol 4 Jamur dan Permukaan media terdapat hifa

Bakteri putih dan juga hitam serta di

bagian pinggir media berlendir.

Pada permukaan media juga

banyak bongkahan jamur kecil

berbentuk lingkaran tidak

beraturan dan media berubah

50
warna menjadi coklat.

2 Timun Botol 5 Tidak Permukaan media bersih dan

Kontam media juga tidak berubah warna

namun eksplan biji timun tidak

tumbuh.

Botol 6 Jamur dan Permukaan media sedikit ber

Bakteri hifa putih dan hitam, berlendir

dan media berubah warna

menjadi coklat kemerahan.

Botol 7 Jamur Permukaan media terdapat hifa

putih dan abu abu, pinggir

media terdapat koloni jamur

yang berwarna orange dan

media berubah warna menjadi

pudar keabuan.

Botol 8 Jamur Permukaan media terdapat hifa

yang dominan abu abu

kehitaman dan sedikit hifa yang

berwarna putih, pinggi media

sudah muncul sedikit koloni

jamur berwarna orange dan

media berubah warna menjadi

51
pudar keabu abuan.

4,2 Pembahasan
Hasil pengamatan selama 7 hari kultur diperoleh 4 botol kultur kalus yang
mengalami kontaminasi dari 20 botol kultur kalus. Pada pengamatan yang dilakukan
eksplan yang terkontaminasi menunjukkan gejala berwarna putih, coklat kehitaman ,
yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. Media tumbuh dan eksplan dapat
terkontaminasi oleh jamur dan bakteri karena dapat berfungsi sebagai substrat yang
bagi bagi pertumbuhan.

Berdasarkan hasil pengamatan sebagian besar berupa jamur berhifa dan jamur
berlendir. Kontaminasi pada media kultur kalus sering juga ditemukan bakteri yang
terkontaminasi. Setiap kondisi kultur terkontaminasi sangant ditentukan oleh keahlian
pelaksananya, sterilnya lingkungan kerja, jenis eksplannya, cara sterilisasinya,
kondisi suhu dan iklim pada saat kultur. (Pandiangan, 2009)

Kontaminasi umumnya kelompok jamur, ada kemungkinan karena saat kultur


musim penghujan dan sedang banyak media kontaminasi dengan jamur. Proses
pembuatan kultur jaringan, komponen yang paling rentan terhadap kontaminasi
mikroorganisme adalah media tumbuh dan eksplan. Media kultur jaringan merupakan
media yang sangat mendukung bagi mikroba. Mikroba tersebut tumbuh dengan cepat
dan akan menutupi permukaan media dan eksplan yang ditanam. Disamping itu,
mikroba akan menyerang eksplan melalui luka-luka akibat pemotongan dan
penanganan waktu sterilisasi sehingga mengakkibatkan kematian jaringan eksplan.
(Gunawan, 1988)

Mikroorganisme membutuhkan nutrien untuk kelangsungan hidupnya yang


berperan sebagai sumber energi dan behan pembangun sel. Bahan makanan yang
diperlukan adalah air, sumber energi, sumber karbon, sumber mineral, dan nitrogen.
Kebutuhan akan zat-zat nutrisi bervariasi dari setiap mikroorganisme.

52
Hasil dari pengujian menunjukkan mikroba yang tumbuh pada tiap-tiap
medium sama walaupun eksplan berbeda. Salah satu penyebabnya adalah yaitu
medium MS (Murashige dan skoog) dan kondisi lingkungan kultur, cara kerja dan
keahlian pelaksanaanya sama. Kompisisi medium ini tentunya sama, yang cocok
untuk pertumbuhan mikroba tersebut.

53
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kultur jaringan memungkinkan perbanyakan massal tanaman yang efisien dan

cepat. Melalui teknik kultur jaringan, sejumlah besar tanaman dapat dihasilkan dari

satu eksplan tanaman. Hal ini sangat bermanfaat dalam reproduksi tanaman yang sulit

atau langka.

Kultur jaringan dapat digunakan untuk pelestarian genetik tanaman. Dengan

menyimpan jaringan tanaman dalam kultur jaringan, spesies yang terancam punah

atau varietas yang berharga dapat dipertahankan dan dijaga keberadaannya.

Kultur jaringan dapat digunakan dalam pemuliaan tanaman untuk

menghasilkan varietas baru dengan sifat-sifat yang diinginkan. Teknik seperti

pemuliaan in vitro, rekayasa genetika, atau penggunaan hormon pertumbuhan dapat

diterapkan dalam kultur jaringan untuk menghasilkan tanaman dengan resistensi

terhadap penyakit, produktivitas yang tinggi, atau sifat-sifat lain yang diinginkan.

Kultur jaringan juga digunakan dalam produksi metabolit sekunder yang

berharga, seperti senyawa obat, pigmen, atau minyak atsiri. Tanaman yang

menghasilkan senyawa-senyawa tersebut dapat dikulturkan secara in vitro untuk

meningkatkan produksi dan memperoleh kualitas yang lebih tinggi.

54
Kultur jaringan menyediakan model eksperimental yang baik untuk

mempelajari fisiologi dan biologi tanaman. Dalam kultur jaringan, faktor-faktor

seperti pertumbuhan, diferensiasi, regenerasi, interaksi hormon, dan respons terhadap

lingkungan dapat dipelajari dengan lebih terkontrol dan lebih teliti.

Kultur jaringan memungkinkan produksi tanaman hibrida secara efisien.

Melalui teknik kultur jaringan, jaringan generatif seperti embrio atau polen dapat

dikulturkan dan digunakan untuk menghasilkan tanaman hibrida dengan kombinasi

sifat-sifat yang diinginkan.

Mempelajari kultur jaringan memiliki potensi yang besar dalam bidang

pertanian, pelestarian lingkungan, dan industri farmasi. Teknik ini terus berkembang

dan dapat memberikan kontribusi penting dalam pemuliaan tanaman, pengembangan

produk-produk alami, dan pemahaman lebih lanjut tentang biologi tanaman.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum Teknologi Produksi Tanaman Pangan I ini kedepannya

adalah diharapkan agar praktikan mengikuti praktikum dengan sungguh-sungguh

sehingga praktikum berjalan lancar.Diharapkan juga supaya tidak ada mahasiswa

yang tidak membawa alat ataupun tidak bekerja dan bermain handphone saat

praktikum.Untuk asisten praktikum diharapkan supaya asisten lebih tegas dan

menekankan teori sehingga pada pelaksanaan di lapangan lebih terarah dan sesuai.

55
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 1985. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.


Angkasa.

AgroMedia., 2007. Cara Praktis Membuat Kompos. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Ammirato, and Y. Yamada. (Eds.). Handbook of Plant Cell Culture 1:82-123.

Andaryani, S., 2010, Kajian Penggunaan Berbagai Konsentrasi Bap DAN 2,4-D
Terhadap Induksi Kalus Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Secara In Vitro,
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 40 hal.

Arditti, J. dan Ernst, R. 1993. Micropropagation of Orchid. John Wiley& Sons Inc.
New York.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan Arah


Pengembangan Agribisnis: Rangkuman Kebutuhan Investasi . Edisi Kedua.
Departemen PertanianRepublik Indonesia, Jakarta.

Bandung.
Banks, D.P. 1999. Tropical Orchids of Indonesia. Periplus Edition (HK) Ltd,
Singapore.

Comber, J. B. 2001. Orchids of Sumatra. The Royal Botanic Garden. Kew.

Deli, R.N, Noli, Z.A dan Suwirmen. 2015.respon Pertumbuhan Nodus Artemesia
vulgaris L. Pada medium Murashige-Skoog dengan Penambahan Beberapa
Zat Pengatur Tumbuh Secara In vitro. Jurnal Biologi Universitas Andalas
(J. Bio. UA) 4(3) :162-168.

56
Dimas. 2016. Pelatihan dan pendampingan pemanfaatn eceng gondok menjadi pupul

kompos cair untuk mengurangi pencemaran air. Jurnal Agroteknologi.

1(2):10-17.

Dixon, R. A dan R. A . Gonzales. 1994. Plant Cell Culture. BIOS Scientific


Publisher.

Dwiyani,. R. 2013. Induksi Kalus pada Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl.
Var.
Edy, A dan H. Pujisiswanto. 2008. Pengaruh 2,4-D terhadap Induksi Embrio
Somatik Eksplant Laevet pada Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis
hipogea) Secarain vitro. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi II
Universitas Lampung. 17-18 November 2008.

Emi Royani Harahap, Luthfi A. M Siregar. Eva Sartini Bayu. 2013. Pertumbuhan

akar pada perkecambahan beberapa varietas tomat dengan pemberian

polyethylene glikol secara in vitro . Jurnal Online Agroekoteknologi .Vol.1.

No.3.

Endang G. Lestari, 2011. Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan

Tanaman melalui Kultur Jaringan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Jurnal AgroBiogen.

7(1):63-68

Ertina Novaria Sitorus, Endah Dwi Hastuti dan Nintya Setiari, 2011. Induksi Kalus

Binahong (Basella rubra L.) Secara In Vitro Pada Media Murashige & Skoog

Dengan Konsentrasi Sukrosa Yang Berbeda. BIOMA. Juni 2011 ISSN: 1410-

8801 Vol. 13, No. 1.

57
Fadhilah, N. 2016. Induksi Embriogenesis somatik Artemesia vulgaris L. Dengan
pemberian 2,4-D.Skripsi. Universitas Andalas. Padang.
Fintarti, M. 2010. Embriogenesis Somatik dari Kalus Peganggan (Centella asiantica
L Urban) Dengan Pemberian 2,4-D. Skripsi. Universitas Andalas. Padang.
Gaj, M.D. 2001. Direct somatic embryogenesis as a rapid and efficient system for
in vitro regeneration of Arabidopsis thaliana. Plant Cell and Organ Culture
64:39-46.

Gardner, F, P. Pearce,R. B, dan R. I, Mitchell. 1991. The Plantation of Vegetation


Physicology. Academic press. London.

Gaspersz, V., 1992. Analisis Sistem Terapan. Penerbit Tarsiti. Bandung.

George, E, dan Paul S, 2008. Plant Propagation by tissue Culture. England:


Handbook and Directory of Commercial Laboratories. Inggris: Exegetics
Limited..

George, E.F. and Sherrington, P.D. 1984. Plant propagation by tissue culture. Hand
bookand directory of commercial laboratories. Exegetics Ltd, England.

Ginting, R., 2007. Sistem Produksi. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Gray, D. J. 2000. Somatic Embryogenesis From Seeds Of Melon. p 205-211. In R.


N Trogiano and D. J. Gray (eds). Plant tissue Culture Concept and
LaboratoryExercises. CRC Press. Florida.

Guerra, M.P., dan W. Handro. 1998. Somatic Embryogenesis and Plant


Regeneration in Deffent organs of Euterpe edulis Mart. (palmae) Control
and Structural Features. Jurnal of Plant Research. 116:65-71.
Gunawan, L. N. 1987. Teknik Kultur Jaringan. PAN ITB. Bogor.

Gunawan, L. W., N. A Mattjik, E. Sjamsudin, N.M.A Wiendi dan A. Ernawati.


1991.
Gunawan. L. W. 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Laboratorium Kultur
JaringanTanaman. PAU Bioteknologi IPB. Bogor. 252 p.

58
Handayani, I., L. Nazirah., I. Ismaida., M. Rusdi dan R.S. Handayani. 2020. Pengaruh

konsistensi BAP pada perkecambahan biji pamelo asal aceh secara in-vitro.

Jurnal Agrium. 17(2):23-28.

Hasibuan, B.E.. 2006. Ilmu Tanah. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hendaryono dan A. Wijayani. 2001. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius. Yogyakarta.

Hendaryono, D.P.S., dan A.Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Penerbit


Kanisius.

Herjanto, F., 1999. Manajemen Produksi dan Operasi, PT Gramedia Widiasarana

Indonesia. Jakarta.

Indriani, Y. H., 2001. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta

Isroi dan N. Yuliarti. 2009. Kompos. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Komaruddin, 1991. Asas-Asas Manajemen Produksi. Bumi Aksara, Jakarta.

Kumar, A.A., K. Karthick, Arumugam, K. P., 2011, Properties of Biodegradable

Polymers and Degradatin for Sustainable Development. International Journal

of Chemical Engineering and Applications. 2(3):164-167.

Mariska, Ika, 2009. Perkembangan Penelitian Kultur In Vitro pada Tanaman Industri,

Pangan, dan Hortikultura. Buletin AgroBio. 5(2):45-50 VOL 5, NO. 2

Marlin 2012. Penuntun praktikum kultur jaringan. Bengkulu: Fakultas Pertanian

Universitas Bengkulu. Sukamto, LA 2010, Kultur in vitro endosperma,

protokol yang efisien. Jurnal Agrobiogen. 6(2): 107-112.

59
Marlin, Yidian, dan Hermansyah. 2012. INISIASI KALUS EMBRIOGENIK PADA

KULTUR JANTUNG PISANG 'CURUP' DENGAN PEMBERIAN

SUKROSA, BAP DAN 2,4-D. Initiation of embryogenic callus formation of

Banana 'Curup' male bud culture supplemented with sucrose, BAP, and 2,4-D.

J. Agrivigor. 11(2): 275-283, Mei Agustus 2012, ISSN 1412-2286

Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya,

Miq., var macroura) secara In vitro dalam Konservasi Plasma Nutfah Mascot Flora
Sumatra Barat. Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus: 3D (61–65),

Mirni Ulfa Bustami, 2011. PENGGUNAAN 2, 4-D UNTUK INDUKSI KALUS

KACANG TANAH. Media Litbang Sulteng. IV (2): 137-141. Desember 2011

ISSN: 1979-5971

Murbandono, L. 2009. Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.

Purwoko BS, Aswidinnoor H, Somantri IH 2014, Kultur antera padi pada beberapa

formulasi media yang mengandung poliamin. Jurnal Bioteknologi Pertanian.

9(1): 14-19. George E F and PD Sherrington 2006. Plant propagation; by

Tissue Culture. England: Exegetics Ltd.

Raimiyati, Dede Martino, Gusniwati dan Jasminami, 2009, THE DEVELOPMENT

OF BANANA (Musu sp.) CV. RAJA NANGKA VIA TISSUE CULTURE

USING SUCKER AND FLORAL MERISTEM EXPLANTS. Jurnal

Agronomi. Vol. II No. 1. Januari Juni 2009 ISSN 1410-1939

60
Rukmana, R. 1994. Kedelai Budi daya dan Paska Panen. Kanisus. Yogyakarta.

Santoso, U. Dan F. Nursandi. 2004. Kultur jaringan tanaman. Malang : UMM Pers.

Saputra, B., 2012. Induksi Kalus Embriogenik dan Inisiasi Embrio

Somatik Anggrek
Sharma. 2002. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta

Sriyanti, D.P. 2000. Pelestarian Tanaman Nilam (Pogostemon heyneasus Benth.)


melaluiKultur Mikrostek. Biosmart 2(2): 19-22.
Suavis Upaya Penyediaan Target Transformasi Melalui
Argobacteriumtumefaciens. Jurnal Agrotropika. 18(2) 73-76.
Sugiyarto, Lili, dan Paramita Cahyaningrum Kuswandi. 2014. Pengaruh
2,4Diklorofenoksiasetat (2,4-d) dan Benzyl Aminopurin (bap) Terhadap
Pertumbuhan Kalus Daun Binahong (anredera cordifolia L.) Serta Analisis
Kandungan Flavonoid Total. Jurnal Penelitian Saintek 19 (1).
Sukmadjaja, D. 2005. Embriogenesis Langsung Pada Tanaman Cendana. Jurnal
Bioteknologi Pertanian 10 (1):1-6.

Sulistiarini, D dan Mahyar, U.W. 2003. Jenis-jenis Anggrek T.N.B.N. Wartabone.


PusatPenelitian Biologi. LIPI. Bogor.

Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun Intensif. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suryowinoto, M. 1996. Pemuliaan Tanaman secara In Vitro. Kanisius. Yogyakarta.

Suwirmen. 2009. Induksi dan Multiplikasi Tunas Tumbuhan Andalas

(Morus macroura
Syahid, S, F dan Hermani. 2001. Pengaruh Zat Pengaruh Tumbuh Terhadap
Pembentukan Dan Pertumbuhan Serta Kandunga Sintesin dalam Kalus pada
Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus). Jurnal Littri 4:99-103.
Syahid, S, F dan N.N Kristina. 2007. Induksi dan Regenerasi Kalus Keladi Tikus
(Tyoponium flegelliforme Lodd.) Secara in vitro. Jurnal LITTRI.13(4) : 142-
146.

61
Triningsih, Luthfi A. M Siregar, Lollie A. P. Putri. 2013. PERTUMBUHAN

EKSPLAN PUAR TENANGAU (Elettariopsis sp.) SECARA IN VITRO.

Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol. 1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-

6597

United Kingdom.
Utami, E.S.W., Sumardi, I., Taryono, dan E. Semiarti. 2007. Pengaruh α-
Naphtaleneacetic Acid (NAA) Terhadap Embriogenesis Somatik Anggrek
Bulan Phalaenopsis Amabilis (L.) Bl. Jurnal Biodiversitas. 8 (4) : 295- 299.

Wardiyati, T. 1998. Kultur Jaringan Tanaman Hortikultura. Fakultas Pertanian


Universitas Brawijaya. Malang. p . 95-105

Wattimena, 1992. Bioteknologi tanaman. Laboratorium Kultur Jarigan Tanaman.


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 309 hal.
Wattimena, G. A, L. W Gunawan, N. Mattjik, A, Syamsudin, E, Wiendi, N. M. A
Ermwati. 1991. Bioteknologi Tanaman. PAU Bioteknologi. IPB Bogor.
Wattimena, G. A. 1990. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. PAU IPB. Bogor.

Wattimena,G.A. 1988. Zat pengatur tumbuh pada tanaman. Laboratorium Kultur


Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB. Bogor.

Widuri LI, P Dewanti, S Soeparjono 2015. Induksi somatik embriogenesis tanaman


tebu transgenik SUT event 02 menggunakan 2,4-D dan BAP. Berkala Ilmiah
Pertanian1(1)
Widyastoety, D dan A, Santi. 2012. Keunggulan Kelompok Anggrek Vanda dalam
Meningkatkan Variasi dan Kualitas Bunga Anggrek potong. Balai Penelitian
Tanaman Hias. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Cianjur.

Yunita R 2009. Pemanfaatan variasi somaklonal dan seleksi in vitro dalam perakitan

tanaman toleran cekaman abiotik, Jurnal Litbang Pertanian. 28(4): 142-148.

62
Zulkarnain, H. 2009. Kultur Jaringan Tanaman : Solusi Perbanyakan Tanaman
Budidaya. PT Bumi Aksara. Jakarta

Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

63
LAMPIRAN
I Dokumentasi

1. Pembuatan Larutan stok

Gambar 1. Cawan Petri Gambar 2. Gelas Bekker

Gambar 3. Alat Diseksi Gambar 4. Corong

Gambar 5. Fungisida Gambar 6. Media Ms Instan

64
2. Pembuatan Larutan stok

Gambar 7. Sterilisasi alat Gambar 8. Penimbangan KNO3

Gambar 10. Penuangan KNO3dan Gambar 11. Dihomogenkan


aquades larutan

Gambar 12. Penuangan larutan ke Gambar 13. Larutan stok siap disimpan
erlenmeyer

65
3. Pembuatan Media Tanam Kultur Jaringan

Gambar 14. Penimbangan gula Gambar 15. Distrerilkan alat


dan agar

Gambar 16. Diukur 100ml Gambar 17. Dihomogenkan


aquades aquades dan gula

66
Gambar 18. Penambahan larutan Gambar 19. Pengecekan ph larutan
stok

Gambar 20. Dicukupkan aquades Gambar 21 . Dimasukkan kedalam


500ml panci

Gambar 22. Dimasak hingga agar Gambar 23. Dimasukkan ke botol


larut kultur

67
Gambar 24. Diberi label dan Gambar 25. Disterilkan media dengan
ditutup autoklaf
alumuniumfoil

4. Penanaman

Gambar 26. Disterilkan eksplan Gambar 27. Distrerilkan alat

68
Gambar 28. Diambil biji timun Gambar 29. Disterilkan dan
ditanam ke media

Gambar 30. Ditutup botol dengan Gambar 31. Diberi label pada tutup
alumunium foil botol kultur

69
5. Pengamatan, Subkultur dan Aklimatisasi

Gambar 32. Eksplan berhifa Gambar 33 . Eksplan berlendir dan


warna abu-abu menguning

Gambar 34. Eksplan berhifa Gambar 35. Eksplan berlendir


warna putih warna putih

70
Gambar 36. Bakteri Gambar 37. Kalus

Gambar 38. Tunas pisang Gambar 39. Tunas jeruk

Gambar 40. Kontaminasi jamur Gambar 41. Penambahan arang aktif

71
Gambar 42. Kontaminasi Gambar 43. Pengamatan timun botol
ke 1

Gambar 44. Pengamatan botol timun Gambar 45. Pengamatan botol timun
ke-2 ke-3

72
Gambar 46. Pengamatan botol timun Gambar 47. Pengamatan botol wortel
ke-4 ke-1

Gambar 48. Pengamatan botol wortel Gambar 49. Pengamatan botol wortel
ke-2 ke-3

73
Gambar 50. Pengamatan botol wortel
ke-4

74

Anda mungkin juga menyukai