Anda di halaman 1dari 25

Proposal Kewirausahaan

Jamu Tradisional Apis Dismenore

DISUSUN OLEH

Nurdyana Yunita Sari

(21154010006)

POLITEKNIK MERCUSUAR INDONESIA

Jl. Dr. Sahardjo No.16 Kota Kediri

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
hidayah-Nya sehingga proposal yang berjudul "Jamu Tradisional Apis
Dismenore", selesai tepat waktunya.

Dalam penyusunan proposal ini penulis di bantu oleh beberapa pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis inngin
mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu Dosen:

1. Bapak Agus Priyanto, S.KM.,M.Pd selaku Kepala direktur Politeknik


Mercusuar Indonesia yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik.

2. Ibu Septi Nirmala, S.Pd., selaku Kemahasiswaan Politeknik Mercusuar


Indonesia yang telah memberikan dukungan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik.

3. Ibu Diyan Wahyuningtyas,SST.,M.Tr.Keb, selaku Kepala Kaprodi


Kebidanan Politeknik Mercusuar Indonesia yang selalu memberikan nasehat,
memberikan saran, mengajak anak-anaknya untuk terus berprestasi, sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal dengan baik.

4. Ibu Restu Duwi Lestari.,SST.,M.Kes, selaku guru mata kuliah


kewirausahaan Politeknik Mercusuar Indonesia yang telah bersedia meluangkan
waktu, membimbing serta memberikan pengarahan baik kritik maupun saran
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik.

5. Orang tua, kakak, adik yang telah mendoakan dan memberikan motivasi,
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik.

6. Semua pihak yang tidak dapat bisa disebutkan satu-persatu.


Penulis sangat menyadari bahwa proposal ini masih ada kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
demi menyempurnakan proposal ini terlebih dahulu untuk selanjutnya. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita dan semua pihak.

Kediri, 21 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................7

1.1 Latar belakang.......................................................................................................7

1.2 Sasaran....................................................................................................................8

1.3 Visi...........................................................................................................................8

1.4 Misi..........................................................................................................................8

1.5 Hasil Yang Diharapkan........................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................9

2.1 Jahe.........................................................................................................................9

2.1.1 Morfologi..........................................................................................................9

2.2 Kapulaga...............................................................................................................10

2.2.1 Morfologi........................................................................................................11

2.3 Cengkeh................................................................................................................12

2.3.1 Morfologi........................................................................................................12

2.4 Madu.....................................................................................................................13

2.4.1 Morfologi........................................................................................................14

2.5 Analisis SWOT.....................................................................................................15

BAB III METODOLOGI..............................................................................................16

3.1 Aspek Produksi.....................................................................................................16

3.1.1 Deskripsi lokal usaha.....................................................................................16

3.1.2 Bahan produksi..............................................................................................16

3.1.3 Peralatan Produksi.........................................................................................16

3.1.4 Proses produksi..............................................................................................17

3.2 Aspek pemasaran.................................................................................................17


BAB IV PERHITUNGAN BIAYA................................................................................18

4.1 Permodalan...........................................................................................................18

4.2 Perencanaan laba dan rugi..................................................................................20

BAB V PENUTUP..........................................................................................................22

5.1 Kesimpulan...........................................................................................................22

5.2 Saran.....................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................23

LAMPIRAN...........................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Nyeri adalah suatu mekanisme pertahanan bagi tubuh yang timbul bila
mana jaringan sedang dirusak yang menyebabkan individu tersebut bereaksi
dengan cara memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall, 2008 dalam Saifullah,
2015). Nyeri adalah ketidaknyamanan yag dapat di sebabkan oleh efek dari
penyakit-penyakit tertentu atau akibat cedera (Andarmoyo, 2013).

Rasa nyeri saat haid atau yang biasa disebut dengan dismenore merupakan
keluhan ginekologi yang paling umum dan banyak dialami oleh wanita. Rasa
nyeri saat haid tidak diketahui secara pasti kaitan dengan penyebabnya, namun
beberapa faktor dapat mempengaruhi yaitu ketidak seimbangan hormon dan faktor
psikologis. Dismenorea dibedakan menjadi 2 yaitu dismenore primer dan
dismenore sekunder. Yang dikatakan dismenore primer adalah menstruasi yang
sangat nyeri yang terjadi dengan tidak adanya penyebab patologis yang dapat
ditunjukkan, keadaan ini lebih sering pada wanita ovulasi dan belum pernah
mengandung. Sedangkan dismenore sekunder juga disebut salah satu indikasi
yang dapat mengaruh ke beberapa penyakit tertentu seringkali berhubungan
dengan penyakit pelvis seperti endometriosis, penyakit peradangan pelvis dan
polip uterus.

Pada prinsipnya, pengobatan untuk nyeri haid adalah eliminasi penyebab


patologis pada kasus dismenore sekunder. Sedangkan pada kasus dismenore
primer, biasanya wanita lebih sering menggunakan cara instan yaitu dengan
mengonsumsi obat pereda nyeri haid. Sayangnya, berdasarkan kajian teorik
mengonsumsi obat anti nyeri haid dari bahan kimia tidak terlalu bagus efeknya
bagi tubuh dalam jangka waktu yang lama karena dapat merusak usus bila
digunakan lebih daei 3 bulan. Seperti golongan obat Anti Inflamasi Non Steroid
(AINS) seperti Ibu profen. Oleh karena itu, dapat diberikan alternatif pengobatan
lain menggunakan bahan herbal yang aman dan tersedia di lingkungan sekitar,
seperti jahe karena secara alamiah jahe dipercaya memiliki kandungan bahan aktif
yang dapat berfungsi sebagai analgetik dengan efek samping minimal. Dibantu
dengan bahan-bahan lain yang dapat menunjang seperti kayu manis, kapulaga,
ketumbar dan cengkeh.

1.2 Sasaran
1. Sasaran pasar: Minimarket, warung atau kedai, kantin kantin
sekolah, Apotik sekitar.
2. Sasaran penjualan: Remaja, dewasa, hingga orang tua.

1.3 Visi
Visi dari pembuatan produk ini adalah untuk menciptakan produk dari
bahan herbal yang aman, berkualitas serta ramah lingkungan dan memberikan
pelayanan prima kepada konsumen.

1.4 Misi
1. Memberikan inovasi pengobatan herbal alternatif yang aman dan murah.
2. Menciptakan lapangan kerja.
3. Membangun semangat berwirausaha.
4. Membangun kemandirian siswa dalam menghadapi tantangan global.
5. Terbentuknya usaha sampingan terbaik yang mengedepankan pelayanan
dan kenikmatan.

1.5 Hasil Yang Diharapkan


Hasil yang diharapkan dari detox menstruasi ini adalah selain sebagai
alternatif pengobatan dari bahan herbal juga untuk memperkenalkan bahan yang
biasa digunakan untuk bahan dapur juga bisa di gunakan sebagai pengobatan pada
keluhan nyeri saat haid dan melancarkan haid.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jahe
Diketahui bahwa kandungan aleoresin pada rimpang jahe seperti gingerol
memiliki aktivitas antioksidan diatas vitamin E. Gingreol pada jahe juga besifat
antikoagulan, yaitu dapat mencegah penggumpalan darah. Hal ini sangat
membantu dalam pengeluaran darah haid. Sumber lain mengatakan, bahwa jahe
dapat menurunkan produksi prostaglandin, yang diketahui sebagai penyebab
utama nyeri haid (Agusta, 2001). Aleorisin bekerja dalam menghambat reaksi
cyclooxcygenase (COX) sehingga menghambat terjadinya inflamasi yang akan
mengurangi kontraksi uterus (Thania, et al., 2009). Ramuan jahe adalah varian
jahe yang sangat cocok untuk herbal dengan kandungan minyak atsiri dan
oleoresinnya yang lebih tinggi dibandingkan varian jahe lainya, karena itu
biasanya jahe merah bisa digunakan untuk pengobatan tradisional dan yang paling
banyak diberikan adalah dalam bentuk minuman jahe. Jahe atau yang bernama
latin (Zingiberofficinale) memiliki rimpang berwarna putih dan lebih kecil, jahe
memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi(Stikes & Waluyo, 2014).

2.1.1 Morfologi
Jahe (Zingiber officinale) termasuk dalam ordo Zingiberales, famili
Zingiberaceae, dan genus Zingiber (Simpson, 2006). Kedudukan tanaman jahe
dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah sebagai berikut :

 Kingdom : Plantae
 Divisi : Spermatophyta
 Subdivisi : Angiospermae
 Kelas : Monocotyledonae
 Ordo : Zingiberales
 Famili : Zingiberaceae
 Genus : Zingiber
 Spesies : Zingiber officinale Rosc. (Rukmana, 2000).

Tanaman jahe merupakan terna tahunan, berbatang semu dengan tinggi


antara 30 cm - 75 cm. Berdaun sempit memanjang menyerupai pita, dengan
panjang 15 cm – 23 cm, lebar lebih kurang 2,5 cm, tersusun teratur dua baris
berseling. Tanaman jahe hidup merumpun, beranak-pinak, menghasilkan rimpang
dan berbunga. Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu: jahe besar (jahe gajah) yang ditandai dengan ukuran
rimpang yang besar, berwarna muda atau kuning, berserat halus dan sedikit
beraroma maupun berasa kurang tajam; jahe putih kecil (jahe emprit) yang
ditandai dengan ukuran rimpang yang termasuk kategori sedang, dengan bentuk
agak pipih, berwarna putih, berserat lembut, dan beraroma serta berasa tajam; jahe
merah yang ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil, berwarna merah jingga,
berserat kasar, beraroma serta berasa sangat tajam (Rukmana, 2000).

2.2 Kapulaga
kapulaga lokal (Amomum compactum Sol. Ex Maton), termasuk famili
Zingiberaceae, merupakan tanaman rempah asli Indonesia yang banyak
dimanfaatkan dan memiliki khasiat melegakan tenggorokan, menghilangkan bau
mulut, mengobati perut kembung dan radang tenggorokan. Minyak atsiri dan
ekstrak metanol dari biji dan buah kapulaga lokal (Amomum compactum Sol. Ex
Maton) dilaporkan mampu menghambat pertumbuhan cendawan Botrytis cinerea
Pers asal buah anggur (Vitis sp.) dan senyawa sineol diduga merupakan senyawa
utama dalam kapulaga lokal yang bersifat sebagai anticendawan.Kapulaga
merupakan tanaman tahunan berupa perdu dengan tinggi 1,5 m, berbatang semu,
buahnya berbentuk bulat, membentuk anakan berwarna hijau. Mempunyai daun
tunggal yang tersebar, berbentuk lanset, ujung runcing dengan tepi rata.Pangkal
daun berbentuk runcing dengan panjang 25-35 cm dan lebar 10-12 cm,
pertulangan menyirip dan berwarna hijau (Maryani, 2003. Hasil penelitian
Ağaoğlu, et.al menyatakan ekstrak dietil eter biji kapulaga sabrang (Elettaria
cardamomum Maton), memiliki aktivitas antimikroba pada beberapa jenis
mikroba Mycobacterium smegmatis, pneumoniae, Staphylococcus Escherichia
coli, Salmonella typhimurium, Enterococcus faecalis, Micrococcus luteus dan
Candida albicans. Selain itu hasil penelitian Islam, et.al menyatakan ekstrak
metanol biji kapulaga sabrang (Elettaria cardamomum L. Maton) memiliki
aktivitas antibakteri pada konsentrasi 100 mg/mL terhadap bakteri Gram positif
diantaranya S. aureus, Streptococcus-β-haemolytica, Bacillus subtilis, Bacillus
megaterium, dan Sarcina lutea dan bakteri Gram negatif diantaranya K.
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, S. typhimurium, Shigella dysenteriae, dan
Shigella sonnei. Penelitian mengenai aktivitas antibakteri kapulaga lokal
umumnya menggunakan ekstrak metanol, dietil eter dan minyak atsirinya, tetapi
belum dilakukan pengujian aktivitas antibakteri terhadap fraksi etil asetat hasil
partisi cair-cair ekstrak metanol.

2.2.1 Morfologi
Morfologi atau ciri-ciri tanaman kapulaga, dapat dilihat dari
batang, daun, bunga, buah dan biji adalah sebagai berikut.

1. Akar

Akar kapulaga asdalah akar rimpang yang bebentuk bulat menjang atau
tidak beraturan, seperti tanaman jahe, berwarna putih kotor hingga kekuningan
kotor.

2. Batang

Batang kapulaga disebut dengan batang semua, karena terbungkus oleh


pelepah daun yang berwarna hijau, berbentuk bulat, tumbuh tegak, tinggi sekitar
1-3 m. Batang tumbuh dari rizome yang berada di bawah permukaan tanah, satu
rumpun bisa mencapai 20-30 batang semua, batang tua akan mati dan diganti oleh
batang muda yang tumbuh dari rizoma yang lain.

3. Daun

Daun kapulaga mempunyai daun tunggal yang tersebar, berbentuk lanset,


ujung runcing dengan tepi rata, pangkal daun berbentuk runcing dengan panjang
25-35 cm dan lebar 10-12 cm, pertulangan menyirip dan berwarna hijau.

4. Bunga
5. Bunga kapulaga adalah bunga majemuk, berbentuk bonggol terletak di
pangkal batang dengan panjang keliopak bunga 12,5 cm pada bagian
kepala sari yang terbentuk elips dengan panjang 2 mm, tangkai putik tidak
memiliki bulu, dan berbentuk mangkok. Mahkota berbentuk tabung
dengan panjang 12,5 mm, berwarna putih atau putih kekuningan, mahkota
berbuah kotak dengan biji kecil yang berwarna hitam.
6. Buah

Buah kapulaga berupa buah kotak, berbentuk memanjang, berlekuk,


bersegi tiga, agak pipih, kadang-kadang terdapat bulu halus, berwarna putih
kekuningan atau kuning kelabu. Buahnya memiliki 3 ruang, setiap ruang
dipisahkan oleh selaput tipis seteval kertas, tiap ruang berisi 5-6 biji kecil,
berwarna coklat atau hitam beraroma harum khas.

2.3 Cengkeh
Cengkeh (Syzgium aromaticum L.) merupakan tanaman pohon dengan
batang besar berkayu keras yang tingginya mencapai 20-30 m. Tanaman ini
mampu bertahan hingga lebih dari 100 tahun dan tumbuh dengan baik di daerah
tropis dengan ketinggian 600-1000 meter di atas permukaan laut (dpl) (Daniarti
dan Najiyati, 2003).

2.3.1 Morfologi
Tanaman cengkeh memiliki 4 jenis akar yaitu akar tunggang, akar lateral,
akar serabut, dan akar rambut. Daun dari tanaman cengkeh merupakan daun
tunggal yang kaku dan bertangkai tebal dengan panjang tangkai daun sekitar 2-3
cm (Nuraini,2014). Daun cengkeh berbentuk lonjong dengan ujung yang runcing,
tepi rata, tulang daun menyirip, panjang daun 6-13 cm dan lebar 2,5-5 cm. Daun
cengkeh muda berwarna hijau muda, sedangkan daun cengkeh tua berwarna hijau
kemerahan (Kardinan, 2003).

Tanaman cengkeh mulai berbunga setelah beruur 4,5-8,5 tahun, tergantung


keadaan lingkungannya. Bungan cengkeh merupakan bunga tunggal berukuran
kecil dengan panjang 1-2 cm dan tersusun dalam satu tandan yang keluar pada
ujung-ujung ranting. Setap tandan terdiri dari 2-3 cabang malai yang bisa
bercabang lagi. Jumlah bunga per malai bisa mencapai lebih dari 15 kuntum.
Bunga cengkeh muda berwarna hijau muda, kemudian berubah menjadi kuning
pucat kehijauan dan berubah menjadi kemerahan apabila sudah tua. Bunga
cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas karena
mengandung minyak atsiri (Thomas, 2007).

2.4 Madu
Madu adalah bahan alami yang memiliki rasa manis yang dihasilkan oleh
lebah dari nektar atau sari bunga atau cairan yang berasal dari bagian-bagian
tanaman hidup yang dikumpulkan, diubah dan diikat dengan senyawa tertentu
oleh lebah kemudian disimpan pada sarang yang berbentuk heksagonal (Al Fady,
2015). Madu merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki rasa manis dan
kental yang berwarna emas sampai coklat gelap dengan kandungan gula yang
tinggi serta lemak rendah (Wulansari, 2018).

Dibidang kedokteran, madu mendapatkan perhatian untuk digunakan


sebagai agen antibakteri dalam perawatan ulserasi, luka, dan infeksi lain akibat
luka bakar maupun luka lainnya. Efektivitas dalam mengatasi infeksi dan
mempercepat proses penyembuhan disebabkan oleh adanya aktivitas antibakteri
yang terdapat pada madu. Aktivitas antibakteri madu terjadi karena adanya
hidrogen peroksida, flavonoid, dan konsentrasi gula hipertonik. Hidrogen
peroksida dibentuk di dalam madu oleh aktivitas enzim glucose oxide yang
memproduksi asam glukonat dan hidrogen peroksida dari glukosa. Enzim ini akan
aktif apabila madu diencerkan. Hidrogen peroksida yang terbentuk akan
terskumulasi dalam medium yang akan menginhibisi pertumbuhan bakteri
(Suranto, 2008).

2.4.1 Morfologi
Struktur Eksternal

Tubuh lebah madu terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kepala (caput),
dada (thorax), perut (abdomen). Lebah dimasukan kedalam kelas insekta karena
tidak mempunyai kerangka internal tempat otot bertaut, tetapi sebagai
penggantinya berupa penutup tubuh eksternal yang mengandung kitin. Penutup
tubuh ini sekaligus melindungi organ-organ dalam.

1. Kepala (caput)

Komponen utama dari kepala yaitu mata, antena, dan mulut. Mata
dibedakan menjadi dua, yaitu mata majemuk (compound eye) yang terletak di
kedua sisi kepala dan mata sederhana (ocelli) di bagian dahi yang letaknya
membentuk segitiga. Mulut terdiri dari bagian pemotong benda keras (mandibula)
proboscis yang berupa belalai. Fungsi proboscis untuk menghisap bahan cair
seperti air, nektar dan madu. Sepasang atena yang terdapat di kepala berfungsi
sebagai alat peraba yang responsif terhadap rangsangan mekanis dan juga
kimiawi.

2. Dada (thorax)

Dada berstruktur keras dan terdiri dari empat segmen yang saling
berhubungan erat, yaitu:

 Prothorax yang menopang pasangan kaki pertama.


 Mesothorax yang menopang sayap depan dan pasangan kaki tengah.

Metathorak yang menopang pasangan sayap belakang dan pasangan kaki


belakang. Bagian terbesar internal dada diisi oleh otot-otot yang menggerakkan
sayap, kaki, kepala dan perut di bawah koordinasi sistem saraf. Kaki terdapat tiga
pasang dan masing-masing kaki terdiri dari enam segmen yang dihubungkan oleh
penghubung fleksibel. Segmen pertama menempel pada dada yaitu coxae (Cx),
diikuti berturut-turut trochanter (Tr), femur (Fm), tibia (Tb), tarsus (Ts), dan
pretarsus (Pts). Pada tibia bagian luar dari kaki belakang lebah pekerja terdapat
sebuah kantong pollen bentuk konkaf yang ditumbuhi bulu-bulu dibagian luarnya.
Pasangan kaki depan digunakan untuk membersihkan dan mengumpulkan pollen
yang menempel pada mata, kepala, dan mulut. Pasangan kaki tengah berguna
untuk membersihkan dada. Lebah mempunyai dua pasang sayap yang semua
gerakannya dikontrol oleh satu sistem kompleks otot dada.
3. Perut (abdomen)

Larva lebah mempunyai 10 segmen perut. Pada fase pupa, segmen


pertama berubah menjadi bagian dada, yaitu dada keempat (propodeum). Pada
lebah ratu dan pekerja, enam segmen perut terlihat jelas, sedangkan tiga segmen
lainnya mengalami degenerasi dan perubahan bentuk sehingga tidak dapat
dibedakan. Pada lebah jantan, terlihat jelas ada tujuh segmen pada perutnya.Setiap
segmen perut terdiri dari dua lembaran, yaitu atas dan bawah. Lembaran atas
(tergum) lebih besar dari lembaran bawah (sternum). Setiap bagian tepi ruas atau
segmen perut saling menutupi satu sama lain dan dihubungkan dengan membran
tipis yang melipat sehingga dapat dikembang kempiskan. Setiap perpanjangan
sterna menutupi dua ruangan bentuk oval yang di dalamnya terdapat kelenjar
malam (waz glands). Pada bagian atas (tragum), segmen terakhir terdapat kelenjar
bau (sent gland), yaitu nassanov's gland (APIARI, 2003).

2.5 Analisis SWOT


Streght (Kelebihan)

a. Terbuat dari rempah-rempah


b. Bebas bahan pengawet
c. Rasanya unik dan belum pernah ditemui di pasaran.
d. Harganya terjangkau

Weakness (Kelemahan)

a. Produk yang kami hasilkan tidak tahan lama dan harus segera
dikonsumsi
b. Belum dikenal oleh masyarakat

Opportunity (Peluang)

a. Pesaing untuk inovasi jamu menjadi produk ice cream tidak begitu
banyak
b. Anak-anak cenderung menyukai produk berupa ice cream
Threat (Ancaman)

a. Adanya pesaing baru yang muncul dan menawarkan produk yang


sejenis dengan harga yang lebih murah.
BAB III

METODOLOGI

3.1 Aspek Produksi

3.1.1 Deskripsi lokal usaha


Usaha ini beralamat di Desa Modangan RT 01/ RW 02 Kec. Nglegok
Kab. Blitar

3.1.2 Bahan produksi


 1 iris jahe
 2 biji cengkeh
 5 butir kapulaga
 1 sdt ketumbar
 3-4 cm kayu manis
 Madu secukupnya.

3.1.3 Peralatan Produksi


 Kompor gas
 1 Tabung gas
 Panci
 Sendok
 Gelas
 Pisau
 Standing pouch
 Plastik

3.1.4 Proses produksi


Cara pembuatan :

1. Cuci jahe , kayu manis, ketumbar, kapulaga dan cengkeh.


2. Potong jahe menjadi beberapa iris.
3. Keringkan semua bahan di bawah sinar matahari.
4. Simplisia yang sudah kering bisa di kemas dalam plastik lalu di
masukkan ke dalam wadah.

Cara penyeduhan :

1. Maukkan jahe, kapulaga, ketumbar, cengkeh dan kayu manis ke


dalam gelas.
2. Tambahkan air 250 ml kedalam gelas, tunggu sampai hangat lalu
3. Tambahkan madu secukupnya.

3.2 Aspek pemasaran


Pemasaran produk ini akan di mulai dengan memasarkan ke mini maket,
warung/kedai, kantin-kantin di sekolah dan melalui sosial media seperti
Instagram, Whatsapp dan Facebook.
BAB IV

PERHITUNGAN BIAYA

4.1 Permodalan
Modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk
berdagang, melepas uang dan sebagainya atau modal adalah harta benda (uang,
barang dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu
untuk menambah kekayaan. Biaya bahan baku (produksi) dan biaya alat proses
produksi dalam pembuatan JAMU TRADISIONAL APIS DISMENORE sebagai
berikut.

🔸 Modal Jangka Panjang

1. Pisau = Rp. 10.000

2. Sendok = Rp. 3.000

3. Tampah = Rp. 10.000 +

Rp. 23.000

🔸 Biaya Penyusutan

Rp. 23.000 - 6.000 = 5.600/ tahun

3 tahun

🔸 Biaya Penyusutan 1x Produksi

Rp. 5.600 : 24 = Rp. 2.333 = Rp. 2.500

🔸 Modal Jangka Pendek

- Jahe = Rp. 10.000

- Cengkeh = Rp 2.000
- Kapulaga = Rp. 10.000

- Ketumbar = Rp. 2.000

- Kayu manis = Rp. 4.000

- Madu = Rp. 10.000

- Stiker = Rp. 1.000

- Plastik = Rp. 1.000 +

Rp. 44.000

🔸 Biaya 1x Produksi

Biaya Bahan Baku = Rp. 44.000

Biaya tenaga kerja = Rp. 0

 Biaya overhead pabrik

Biaya Penyusutan = Rp. 2.500

Biaya Transportasi = Rp. 3.000 +

Total = Rp. 49.500

Kapasitas = 5 pouch (1 pouch isi 5 bungkus)

Harga Pokok Produksi/ bungkus = Total Harga Produksi : Kapasitas Produksi

= Rp. 49.500 : 5 bungkus = Rp: 9.900 /


bungkus

Harga Jual /bungkus = HPP/ bungkus + (%laba×HPP/bungkus)

=Rp. 9.900 + ( 25% + 9.900)

=Rp. 9.900 + Rp. 2.475


=Rp. 12.375 = Rp. 12.500 (di bulatkan)

Menghitung BEP (Break Event Point) = Total Biaya Produksi : HJ Unit

= Rp. 49.500 : 12.500

= Rp. 3.96/bungkus

Artinya apabila sudah mampu menjual 3,9 bungkus, maka perusahaan sudah
kembali modal atau titik impas ( tidak laba dan tidak rugi ).

4.2 Perencanaan laba dan rugi


 Rugi Laba per Minggu

Biaya produksi per hari 49.560 dapat menghasilkan 5 pouch Jamu Tradisional
Apis Dismenore

Jika 250 g Jahe, 10 ons kapulaga, 2 ons cengkeh, 5 ons ketumbar, 3 lembar kayu
manis dan 5 bungkus madu menghasilkan 5 pouch seharga Rp.12.500, maka dapat
menghasilkan pendapatan Rp. 62.500.

- Jadi dapat disimpulkan penghasilan dalam sehari Rp. 62.500


- Dikurangi biaya operasional per hari Rp. 5.500
- Laba per hari Rp. 57.000

 Rugi laba per Bulan

Jika diperinci per bulan

• Pendapatan = Rp. 57.000 × 2 = Rp. 114.000

• Biaya

 Produksi = Rp. 49.500 × 2 = Rp. 99.000

 Transportasi = Rp.3.000 × 2 = Rp. 6.000

Total = Rp. 274.000


Total laba = Rp. 274.000 – Rp. 114.000

= Rp. 160.000

Dengan demikian perincian modal awal saya dalam membuka usaha ini dapat
kembali dalam jangka waktu satu bulan.
.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dengan berjalannya proses pembuatan jamu tradisional ini
sebagai alternatif pengobatan Dismenore dan menghasilkan jamu yang dapat di
jual dan melakukan transaksi terhadap penjualan dan pembelian. Jika diterapkan
dengan baik dan benar, berperan dalam kemajuan sebuah usaha. Hal ini tentu saja
telah membuktikan bahwa berbisnis dapat kita lakukan atau kita produksi di mana
saja dan dengan berbisnis seperti ini kita juga dapat membuka peluang usaha bagi
masyarakat untuk berwirausaha.

5.2 Saran
Produk Jamu Tradisional Apis Dismenore ini diharapkan nantinya dapat
dikenal baik oleh masyarakat luas agar bisa lebih berkembang dengan pesat dan
manfaatnya menjadi lebih terlihat, Seorang pengusaha harus dapat mengetahui
apa manfaat usaha yang mereka akan jual untuk kepentingan orang banyak dan
tanpa merugikan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. 2001. Awas bahaya tumbuhan obat. Laboratorium Fitokimia,


Puslitbang Biologi-LIPI, Bogor.

Al Fady, Moh. Faisol. (2015). Madu dan Luka Diabetik. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.

Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Ar-Ruzz,


Yogyakarta.

APIARI, 2003. Lebah madu, cara beternak & pemanfaatan. Cet 1. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Danarti dan Najiyati. 2003. Budi Daya dan Penanganan Pascapanen Cengkih.
Jakarta : Penebar Swadaya.

Guyton & Hall, J.E, 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta :
EGC . Pg 1072-1094.

Kardinan, A. 2003. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta : Agro


Media Pustaka, pp: 22-23.

Maryani, 2003. Tanaman Obat Untuk Mengatasi Penyakit Pada Usia Lanjut.
Jakarta : Agro Media Pustaka.

Stikes, D. K., & Waluyo, N. (2014). Pengaruh Minuman Jahe Merah (Zingiberis
Officinale Roscoe) Terhadap Intensitas Nyeri Haid pada Mahasiswa D- IV
Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo 0,0-10.

Suranto, Adji. (2008). Khasiat dan Manfaat Madu Herbal. Jakarta Selatan:
agromedia Pustaka.

Thomas, A. 2007. Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta : Kanisus.

Wulansari, D. (2018). Madu Sebagai Terapi Komplementer. Yogyakarta : Graha


Ilmu
LAMPIRAN

TIDAK ADA LOGO 100% HALAL

ADA LOGO 100% HALAL

Anda mungkin juga menyukai