DISUSUN OLEH
(21154010006)
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
hidayah-Nya sehingga proposal yang berjudul "Jamu Tradisional Apis
Dismenore", selesai tepat waktunya.
Dalam penyusunan proposal ini penulis di bantu oleh beberapa pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis inngin
mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu Dosen:
5. Orang tua, kakak, adik yang telah mendoakan dan memberikan motivasi,
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................7
1.2 Sasaran....................................................................................................................8
1.3 Visi...........................................................................................................................8
1.4 Misi..........................................................................................................................8
2.1 Jahe.........................................................................................................................9
2.1.1 Morfologi..........................................................................................................9
2.2 Kapulaga...............................................................................................................10
2.2.1 Morfologi........................................................................................................11
2.3 Cengkeh................................................................................................................12
2.3.1 Morfologi........................................................................................................12
2.4 Madu.....................................................................................................................13
2.4.1 Morfologi........................................................................................................14
4.1 Permodalan...........................................................................................................18
BAB V PENUTUP..........................................................................................................22
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................22
5.2 Saran.....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................23
LAMPIRAN...........................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
Rasa nyeri saat haid atau yang biasa disebut dengan dismenore merupakan
keluhan ginekologi yang paling umum dan banyak dialami oleh wanita. Rasa
nyeri saat haid tidak diketahui secara pasti kaitan dengan penyebabnya, namun
beberapa faktor dapat mempengaruhi yaitu ketidak seimbangan hormon dan faktor
psikologis. Dismenorea dibedakan menjadi 2 yaitu dismenore primer dan
dismenore sekunder. Yang dikatakan dismenore primer adalah menstruasi yang
sangat nyeri yang terjadi dengan tidak adanya penyebab patologis yang dapat
ditunjukkan, keadaan ini lebih sering pada wanita ovulasi dan belum pernah
mengandung. Sedangkan dismenore sekunder juga disebut salah satu indikasi
yang dapat mengaruh ke beberapa penyakit tertentu seringkali berhubungan
dengan penyakit pelvis seperti endometriosis, penyakit peradangan pelvis dan
polip uterus.
1.2 Sasaran
1. Sasaran pasar: Minimarket, warung atau kedai, kantin kantin
sekolah, Apotik sekitar.
2. Sasaran penjualan: Remaja, dewasa, hingga orang tua.
1.3 Visi
Visi dari pembuatan produk ini adalah untuk menciptakan produk dari
bahan herbal yang aman, berkualitas serta ramah lingkungan dan memberikan
pelayanan prima kepada konsumen.
1.4 Misi
1. Memberikan inovasi pengobatan herbal alternatif yang aman dan murah.
2. Menciptakan lapangan kerja.
3. Membangun semangat berwirausaha.
4. Membangun kemandirian siswa dalam menghadapi tantangan global.
5. Terbentuknya usaha sampingan terbaik yang mengedepankan pelayanan
dan kenikmatan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jahe
Diketahui bahwa kandungan aleoresin pada rimpang jahe seperti gingerol
memiliki aktivitas antioksidan diatas vitamin E. Gingreol pada jahe juga besifat
antikoagulan, yaitu dapat mencegah penggumpalan darah. Hal ini sangat
membantu dalam pengeluaran darah haid. Sumber lain mengatakan, bahwa jahe
dapat menurunkan produksi prostaglandin, yang diketahui sebagai penyebab
utama nyeri haid (Agusta, 2001). Aleorisin bekerja dalam menghambat reaksi
cyclooxcygenase (COX) sehingga menghambat terjadinya inflamasi yang akan
mengurangi kontraksi uterus (Thania, et al., 2009). Ramuan jahe adalah varian
jahe yang sangat cocok untuk herbal dengan kandungan minyak atsiri dan
oleoresinnya yang lebih tinggi dibandingkan varian jahe lainya, karena itu
biasanya jahe merah bisa digunakan untuk pengobatan tradisional dan yang paling
banyak diberikan adalah dalam bentuk minuman jahe. Jahe atau yang bernama
latin (Zingiberofficinale) memiliki rimpang berwarna putih dan lebih kecil, jahe
memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi(Stikes & Waluyo, 2014).
2.1.1 Morfologi
Jahe (Zingiber officinale) termasuk dalam ordo Zingiberales, famili
Zingiberaceae, dan genus Zingiber (Simpson, 2006). Kedudukan tanaman jahe
dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Rosc. (Rukmana, 2000).
2.2 Kapulaga
kapulaga lokal (Amomum compactum Sol. Ex Maton), termasuk famili
Zingiberaceae, merupakan tanaman rempah asli Indonesia yang banyak
dimanfaatkan dan memiliki khasiat melegakan tenggorokan, menghilangkan bau
mulut, mengobati perut kembung dan radang tenggorokan. Minyak atsiri dan
ekstrak metanol dari biji dan buah kapulaga lokal (Amomum compactum Sol. Ex
Maton) dilaporkan mampu menghambat pertumbuhan cendawan Botrytis cinerea
Pers asal buah anggur (Vitis sp.) dan senyawa sineol diduga merupakan senyawa
utama dalam kapulaga lokal yang bersifat sebagai anticendawan.Kapulaga
merupakan tanaman tahunan berupa perdu dengan tinggi 1,5 m, berbatang semu,
buahnya berbentuk bulat, membentuk anakan berwarna hijau. Mempunyai daun
tunggal yang tersebar, berbentuk lanset, ujung runcing dengan tepi rata.Pangkal
daun berbentuk runcing dengan panjang 25-35 cm dan lebar 10-12 cm,
pertulangan menyirip dan berwarna hijau (Maryani, 2003. Hasil penelitian
Ağaoğlu, et.al menyatakan ekstrak dietil eter biji kapulaga sabrang (Elettaria
cardamomum Maton), memiliki aktivitas antimikroba pada beberapa jenis
mikroba Mycobacterium smegmatis, pneumoniae, Staphylococcus Escherichia
coli, Salmonella typhimurium, Enterococcus faecalis, Micrococcus luteus dan
Candida albicans. Selain itu hasil penelitian Islam, et.al menyatakan ekstrak
metanol biji kapulaga sabrang (Elettaria cardamomum L. Maton) memiliki
aktivitas antibakteri pada konsentrasi 100 mg/mL terhadap bakteri Gram positif
diantaranya S. aureus, Streptococcus-β-haemolytica, Bacillus subtilis, Bacillus
megaterium, dan Sarcina lutea dan bakteri Gram negatif diantaranya K.
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, S. typhimurium, Shigella dysenteriae, dan
Shigella sonnei. Penelitian mengenai aktivitas antibakteri kapulaga lokal
umumnya menggunakan ekstrak metanol, dietil eter dan minyak atsirinya, tetapi
belum dilakukan pengujian aktivitas antibakteri terhadap fraksi etil asetat hasil
partisi cair-cair ekstrak metanol.
2.2.1 Morfologi
Morfologi atau ciri-ciri tanaman kapulaga, dapat dilihat dari
batang, daun, bunga, buah dan biji adalah sebagai berikut.
1. Akar
Akar kapulaga asdalah akar rimpang yang bebentuk bulat menjang atau
tidak beraturan, seperti tanaman jahe, berwarna putih kotor hingga kekuningan
kotor.
2. Batang
3. Daun
4. Bunga
5. Bunga kapulaga adalah bunga majemuk, berbentuk bonggol terletak di
pangkal batang dengan panjang keliopak bunga 12,5 cm pada bagian
kepala sari yang terbentuk elips dengan panjang 2 mm, tangkai putik tidak
memiliki bulu, dan berbentuk mangkok. Mahkota berbentuk tabung
dengan panjang 12,5 mm, berwarna putih atau putih kekuningan, mahkota
berbuah kotak dengan biji kecil yang berwarna hitam.
6. Buah
2.3 Cengkeh
Cengkeh (Syzgium aromaticum L.) merupakan tanaman pohon dengan
batang besar berkayu keras yang tingginya mencapai 20-30 m. Tanaman ini
mampu bertahan hingga lebih dari 100 tahun dan tumbuh dengan baik di daerah
tropis dengan ketinggian 600-1000 meter di atas permukaan laut (dpl) (Daniarti
dan Najiyati, 2003).
2.3.1 Morfologi
Tanaman cengkeh memiliki 4 jenis akar yaitu akar tunggang, akar lateral,
akar serabut, dan akar rambut. Daun dari tanaman cengkeh merupakan daun
tunggal yang kaku dan bertangkai tebal dengan panjang tangkai daun sekitar 2-3
cm (Nuraini,2014). Daun cengkeh berbentuk lonjong dengan ujung yang runcing,
tepi rata, tulang daun menyirip, panjang daun 6-13 cm dan lebar 2,5-5 cm. Daun
cengkeh muda berwarna hijau muda, sedangkan daun cengkeh tua berwarna hijau
kemerahan (Kardinan, 2003).
2.4 Madu
Madu adalah bahan alami yang memiliki rasa manis yang dihasilkan oleh
lebah dari nektar atau sari bunga atau cairan yang berasal dari bagian-bagian
tanaman hidup yang dikumpulkan, diubah dan diikat dengan senyawa tertentu
oleh lebah kemudian disimpan pada sarang yang berbentuk heksagonal (Al Fady,
2015). Madu merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki rasa manis dan
kental yang berwarna emas sampai coklat gelap dengan kandungan gula yang
tinggi serta lemak rendah (Wulansari, 2018).
2.4.1 Morfologi
Struktur Eksternal
Tubuh lebah madu terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kepala (caput),
dada (thorax), perut (abdomen). Lebah dimasukan kedalam kelas insekta karena
tidak mempunyai kerangka internal tempat otot bertaut, tetapi sebagai
penggantinya berupa penutup tubuh eksternal yang mengandung kitin. Penutup
tubuh ini sekaligus melindungi organ-organ dalam.
1. Kepala (caput)
Komponen utama dari kepala yaitu mata, antena, dan mulut. Mata
dibedakan menjadi dua, yaitu mata majemuk (compound eye) yang terletak di
kedua sisi kepala dan mata sederhana (ocelli) di bagian dahi yang letaknya
membentuk segitiga. Mulut terdiri dari bagian pemotong benda keras (mandibula)
proboscis yang berupa belalai. Fungsi proboscis untuk menghisap bahan cair
seperti air, nektar dan madu. Sepasang atena yang terdapat di kepala berfungsi
sebagai alat peraba yang responsif terhadap rangsangan mekanis dan juga
kimiawi.
2. Dada (thorax)
Dada berstruktur keras dan terdiri dari empat segmen yang saling
berhubungan erat, yaitu:
Weakness (Kelemahan)
a. Produk yang kami hasilkan tidak tahan lama dan harus segera
dikonsumsi
b. Belum dikenal oleh masyarakat
Opportunity (Peluang)
a. Pesaing untuk inovasi jamu menjadi produk ice cream tidak begitu
banyak
b. Anak-anak cenderung menyukai produk berupa ice cream
Threat (Ancaman)
METODOLOGI
Cara penyeduhan :
PERHITUNGAN BIAYA
4.1 Permodalan
Modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk
berdagang, melepas uang dan sebagainya atau modal adalah harta benda (uang,
barang dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu
untuk menambah kekayaan. Biaya bahan baku (produksi) dan biaya alat proses
produksi dalam pembuatan JAMU TRADISIONAL APIS DISMENORE sebagai
berikut.
Rp. 23.000
🔸 Biaya Penyusutan
3 tahun
- Cengkeh = Rp 2.000
- Kapulaga = Rp. 10.000
Rp. 44.000
🔸 Biaya 1x Produksi
= Rp. 3.96/bungkus
Artinya apabila sudah mampu menjual 3,9 bungkus, maka perusahaan sudah
kembali modal atau titik impas ( tidak laba dan tidak rugi ).
Biaya produksi per hari 49.560 dapat menghasilkan 5 pouch Jamu Tradisional
Apis Dismenore
Jika 250 g Jahe, 10 ons kapulaga, 2 ons cengkeh, 5 ons ketumbar, 3 lembar kayu
manis dan 5 bungkus madu menghasilkan 5 pouch seharga Rp.12.500, maka dapat
menghasilkan pendapatan Rp. 62.500.
• Biaya
= Rp. 160.000
Dengan demikian perincian modal awal saya dalam membuka usaha ini dapat
kembali dalam jangka waktu satu bulan.
.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dengan berjalannya proses pembuatan jamu tradisional ini
sebagai alternatif pengobatan Dismenore dan menghasilkan jamu yang dapat di
jual dan melakukan transaksi terhadap penjualan dan pembelian. Jika diterapkan
dengan baik dan benar, berperan dalam kemajuan sebuah usaha. Hal ini tentu saja
telah membuktikan bahwa berbisnis dapat kita lakukan atau kita produksi di mana
saja dan dengan berbisnis seperti ini kita juga dapat membuka peluang usaha bagi
masyarakat untuk berwirausaha.
5.2 Saran
Produk Jamu Tradisional Apis Dismenore ini diharapkan nantinya dapat
dikenal baik oleh masyarakat luas agar bisa lebih berkembang dengan pesat dan
manfaatnya menjadi lebih terlihat, Seorang pengusaha harus dapat mengetahui
apa manfaat usaha yang mereka akan jual untuk kepentingan orang banyak dan
tanpa merugikan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Al Fady, Moh. Faisol. (2015). Madu dan Luka Diabetik. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
APIARI, 2003. Lebah madu, cara beternak & pemanfaatan. Cet 1. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Danarti dan Najiyati. 2003. Budi Daya dan Penanganan Pascapanen Cengkih.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Guyton & Hall, J.E, 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta :
EGC . Pg 1072-1094.
Maryani, 2003. Tanaman Obat Untuk Mengatasi Penyakit Pada Usia Lanjut.
Jakarta : Agro Media Pustaka.
Stikes, D. K., & Waluyo, N. (2014). Pengaruh Minuman Jahe Merah (Zingiberis
Officinale Roscoe) Terhadap Intensitas Nyeri Haid pada Mahasiswa D- IV
Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo 0,0-10.
Suranto, Adji. (2008). Khasiat dan Manfaat Madu Herbal. Jakarta Selatan:
agromedia Pustaka.