Anda di halaman 1dari 48

TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DALAM

PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KEMBANGBAHU

MINI PROJECT
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
Internsip Dokter Indonesia

Disusun oleh:
dr. Serli Ulfa Novia Dewi

Pendamping:
dr. Rozanah
NIP. 19740904 200604 2 017

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PERIODE AGUSTUS 2022 – AGUSTUS 2023
STASE PUSKESMAS KEMBANGBAGHU
KABUPATEN LAMONGAN
2023

1
MINI PROJECT

TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN


HIPERTENSI DI PUSKESMAS BARADATU WAY KANAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Pelaksanaan Internsip Dokter Indonesia


Di Puskesmas Kembangbahu Kabupaten Lamongan

Disusun oleh :
dr. Serli Ulfa Novia Dewi

Mengetahui,
Dokter Pendamping

dr. Rozanah
NIP. 19740904 200604 2 017

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan evaluasi project yang berjudul
“Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi Dalam Pengobatan Hipertensi di
Puskesmas Kembangbahu” untuk memenuhi sebagian persyaratan Program
Internsip Dokter Indonesia. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:

1. dr. Rozanah, selaku kepala Puskesmas Kembangbahu dan pembimbing


Program Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Kembangbahu;

2. Seluruh staf dan karyawan Puskesmas Kembangbahu yang telah bersedia


membantu pembuatan mini project ini;

3. Semua pihak terkait yang telah memberikan bantuan serta dukungan

4. Seluruh Dokter Internship Puskesmas Kembangbahu bantuan dan


dukungan yang telah diberikan dalam penyelesaian penelitian ini

5. Terimakasih kepada semua pihak, termasuk responden yang telah bersedia


memberikan informasi yang diperlukan sebagai data penelitian ini

Penulis menyadari bahwa miniproject ini masih jauh dari sempurna.


Maka penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun.

Kembangbahu, Juli 2023

Penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... 1
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ 2
KATA PENGANTAR..................................................................................... 3
DAFTAR ISI ................................................................................................... 4
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 5
1.2 Rumusan masalah ……………………………………………........... 8
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 8
1.4 Manfaat................................................................................................ 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi ......................................................................................... 9
2.1.1 Definisi ..................................................................................... 9
2.1.2 Klasifikasi.......................................................................................10
2.1.3 Faktor risiko....................................................................................11
2.1.4 Gambaran Klinis.............................................................................15
2.1.5 Diagnosis........................................................................................15
2.1.6 Tatalaksana.....................................................................................17
2.1.7 Komplikasi......................................................................................20
2.2 Kerangka Teori...........................................................................................20
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian...............................................................................21
3.2 Metode Pengambilan Sampel............................................................21
3.3 Teknik Pengumpulan Data................................................................22
3.4 Kerangka Konsep, Variabel Penelitian.............................................22
3.5 Pengolahan Data................................................................................26
3.6 Analisis Data.....................................................................................27
3.7 Penyajuan data..................................................................................27
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian..................................................................................28

4
4.1.1 Data Umum....................................................................................28
4.1.2 Data Khusus....................................................................................30
4.2 Pembahasan........................................................................................32
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................................37
5.2 Saran..................................................................................................37

BAB VIDAFTAR PUSTAKA...............................................................................39


LAMPIRAN I.........................................................................................................42
LAMPIRAN II.......................................................................................................45

5
1.1 Latar Belakang

BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan

darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari

80 mmHg.1 Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan

pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang

dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang

membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap,

maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.2

Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita

oleh masyarakat Indonesia yang dapat terjadi akibat dari salah satu

masalah yang sering muncul dari perubahan gaya hidup, seperti

mengkonsumsi makanan yang kadar garamnya tinggi, hipertensi

diperkirakan sebagai penyebab berbagai penyakit berat beserta

komplikasinya. Berbagai faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada

usia lanjut dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti nyeri kepala,

obesitas, nutrisi serta gaya hidup serta faktor risiko yang tidak dapat

dimodifikasi seperti genetik, usia, jenis kelamin (Widjaya, 2009).

Kepatuhan mengkonsumsi obat penderita hipertensi di Indonesia yang

telah mengalami penderita hipertensi selama 1-5 tahun cenderung lebih

mematuhi proses mengkonsumsi obat, sedangkan pasien yang telah

mengalami hipertensi 6-10 tahun cenderung memiliki kepatuhan

mengkonsumsi obat yang lebih buruk karena faktor lama menerita,

6
pekerjaan, jenuh minum obat, kurang dukungan dari

keluarga (WHO, 2010)

Hasil dari Riset Kesehatan Dasar 2017 penyakit hipertensi telah

menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di

Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia, angka prevalensi

hipertensi di Indonesia sangat tinggi, yakni mencapai 31,7% dari total

jumlah penduduk dewasa. Luscher dan tim melaporkan bahwa 80%

kepatuhan terhadap regimen obat antihipertensi dapat menurunkan tekanan

darah ke tingkat normal dan kepatuhan< 50% tidak efektif dan adekuat

untuk menurunkan tekanan darah (WHO,2010).

Pengobatan hipertensi dipengaruhi oleh kepatuhan penderita

mengkonsumsi obat darah tinggi dan melakukan modifikasi gaya hidup

(Harijanto,2015). Kepatuhan penderita hipertensi dalam menjalani

pengobatan hipertensi sangat diperlukan agar didapatkan kualitas hidup

penderita hipertensi yang lebih baik. Faktor-faktor yang dapat

menyebabkan ketidakpatuhan minum obat antara lain

pengalaman pengguna obat terhadap efek samping dan kenyamanan obat,

terhadap kemanjuran obat atau tingkat kesembuhan yang telah dicapai,

komunikasi antara pasien dengan dokter atau apoteker, memberikan sikap

yang positif atau negatif bagi pengguna obat, faktor ekonomi, kepercayaan

atau persepsi pasien terhadap penyakit dan pengobatannya, faktor

kebosanan dalam menggunakan obat terus- menerus akibat lamanya pasien

menderita penyakit hipertensi.

7
Ketidakpatuhan minum obat dapat dilihat terkait dengan dosis, cara

minum obat, waktu minum obat dan periode minum obat yang tidak sesuai

dengan aturan. Beberapa dampak dari ketidak patuhan pasien dalam

mengkonsumsi obat terjadi efek samping obat yang dapat merugikan

kesehatan penderita. Dampak dari ketidakpatuhan minum obat dapat

menyebabkan komplikasi seperti kerusakan organ meliputi otak, karena

hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan beban kerja jantung

yang akan menyebabkan pembesaran jantung sehingga meningkatkan

resiko gagal jantung dan serangan jantung. (Hayer, 2009).

Pengobatan penderita hipertensi merupakan hal penting karena

hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan harus selalu

dikontrolkan atau dikendalikan agar tidak terjadi kompliksi yang dapat

berujung pada kematian (Palmer dan William, 2007). Ketidakpatuhan

umum dijumpai dalam pengobatan penyakit kronis yang memerlukan

pengobatan jangka panjang seperti hipertensi.

Obat-obat anti hipertensi telah terbukti dapat mengontrol tekanan

darah pada penderita hipertensi, dan sangat berperan dalam menurunan

resiko berkembangnya komplikasi kardiovaskuler. Namun demikian,

penggunaan anti hipertensi terbukti tidak cukup untuk menghasikan efek

pengontrolan tekanan darah jangka panjang apabila tidak didukung dengan

kepatuhan dalam menggunakan anti hipertensi (Saepudin,2011).

Berdasarkan hal tersebut, solusi mengkonsumsi minum obat bias terkait

karena dosis, cara minum obat, waktu minum obat dan period.

8
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dikemukakan di atas,
maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Kepatuhan
minum obat pada pasien hipertensi di Puskesmas Baradatu Way Kanan”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi
di Puskesmas Baradatu Way Kanan, diharapkan dapat meningkatkan
presentase kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengidentifikasi gambaran tingkat kepatuhan minum obat pada pasien
hipertensi di Puskesmas Baradatu Way Kanan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Untuk Masyarakat
a) Diharapkan penelitian ini menjadi acuan pentingnya untuk patuh dan
disiplin dalam minum obat hipertensi.
b) Masyarakat lebih memahami klasifikasi dan komplikasi Hipertensi
apabila terjadi ketidakpatuhan dalam minum obat Hipertensi
1.4.2 Untuk Dokter Internship
a) Merupakan kesempatan untuk menambah pengalaman dan
menerapkan ilmu kedokteran terutama Ilmu Kesehatan Masyarakat.
b) Meningkatkan ketrampilan komunikasi di masyarakat dan
bersosialisasi dengan masyarakat dan juga meningkatkan kemampuan
berpikir analisis dan sistematis dalam mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah Kesehatan.
1.4.3 Untuk Puskesmas
a) Memudahkan pihak puskesmas dalam pendataan kasus Hipertensi
b) Menambah informasi mengenai keadaan kesehatan masyarakat di
Puskesmas Baradatu Way Kanan

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi

2.1.1. Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling

tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai

usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia. Joint

National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High

Blood Pressure (JNC VIII) telah mempublikasikan revisi panduan nilai tekanan

darah sistolik dan diastolik yang optimal dan hipertensi. Pada umumnya tekanan

darah yang dianggap optimal adalah kurang dari 120 mmHg untuk tekanan darah

sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan darah diastolik, sementara tekanan yang

dianggap hipertensi adalah lebih dari 140 mmHg untuk tekanan sistolik dan lebih

dari 90 mmHg untuk tekanan diastolik. Untuk individu terutama yang memiliki

faktor risiko kardiovaskular bermakna, termasuk riwayat yang kuat dalam

keluarga untuk infark miokard atau stroke, atau riwayat diabetes pada individu,

bahkan pada nilai pra hipertensi dianggap terlalu tinggi.20

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan

yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.Hipertensi primer atau hipertensi

esensial terjadi karena peningkatan persisten tekanan arteri akibat ketidakteraturan

mekanisme kontrol homeostatik normal, dapat juga disebut hipertensi idiopatik.

Hipertensi ini mencakup sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang

mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf

10
simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan

Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas dan

merokok.21

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan hipertensi yang

penyebabnya diketahui dan terjadi sekitar 10% dari kasus-kasus

hipertensi.Hampir semua hipertensi sekunder berhubungan dengan gangguan

sekresi hormon dan fungsi ginjal. Penyebab spesifik hipertensi sekunder antara

lain penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,

hiperaldesteronisme primer, sindroma cushing, feokromositoma, dan hipertensi

yang berhubungan dengan kehamilan. Umumnya hipertensi sekunder dapat

disembuhkan dengan penatalaksanaan penyebabnya secara tepat.22

Pada masa ini ada 2 klasifikasi yang banyak dianut, yaitu berdasarkan

pedoman The Joint National Commision (JNC VII) dari Amerika Serikat dan yang

dikeluarkan oleh The European Society of Hypertension (ESC) tahun 2007, yang

sama dengan klasifikasi The International Society of Hypertension (ISH).23

2.1.2. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Hipertensi JNC VIII

Sistolik Diastolik
Normal <120 mmHg dan <80 mmHg

Prehipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg

Tingkat 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Tingkat 2 >160 mmHg >100 mmHg

11
Klasifikasi Hipertensi ESC/ISH (2007)

Sistolik Diastolik
Optimal <120 mmHg dan <80 mmHg

Normal 120 – 129 mmHg dan/atau 80-84 mmHg

Normal Tinggi 130 – 139 mmHg dan/atau 85-89 mmHg

Tingkat 1 140 – 159 mmHg dan/atau 90-99 mmHg

Tingkat 2 160 – 179 mmHg dan/atau 100-109 mmHg

Tingkat 3 >180 mmHg dan/atau >110 mmHg

Hipertensi sistolik >140 mmHg dan <90 mmHg

2.1.3. Faktor Risiko

2.1.3.1 Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol

1). Usia

Hal ini disebabkan karena tekanan arterial yang meningkat sesuai dengan

bertambahnya usia, terjadinya regurgitasi aorta, serta adanya proses degeneratif,

yang lebih sering pada usia tua. Pada saat terjadi penambahan usia sampai

mencapai tua, terjadi pula risiko peningkatan penyakit yang meliputi kelainan

syaraf kejiwaan, kelainan jantung dan pembuluh darah serta berkurangnya fungsi

panca indera dan kelainan metabolism pada tubuh.10Ahli lain berpendapat bahwa

wanita menopause mengalami perubahan hormonal yang menyebabkan kenaikan

berat badan dan tekanan darah menjadi lebih reaktif terhadap konsumsi garam,

sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Terapi hormon yang

12
digunakan oleh wanita menopause dapat pula menyebabkan peningkatan tekanan

darah.24

2). Jenis kelamin

Di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% pada pria dan 11% pada

wanita. Di daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9%

pada wanita, dan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6% pada pria dan

13,7% pada wanita.25 Pria dan wanita menopause memiliki pengaruh sama pada

terjadinya hipertensi.26

3). Riwayat keluarga

Subjek dengan riwayat keluarga menderita hipertensi memiliki risiko

terkena hipertensi 14,378 kali lebih besar bila dibandingkan dengan subjek tanpa

riwayat keluarga menderita hipertensi. Faktor keturunan berpengaruh terhadap

hipertensi primer melalui beberapa gen yang terlibat dalam regulasi vaskuler dan

reabsorpsi natrium oleh ginjal.27

2.1.3.2 Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol

1). Konsumsi garam

Garam dapur merupakan faktor yang sangat berperan dalam patogenesis

hipertensi. Garam dapur mengandung 40% natrium dan 60% klorida. Konsumsi 3-

7 gram natrium perhari, akan diabsorpsi terutama di usus halus. Pada orang sehat

volume cairan ekstraseluler umumnya berubah-ubah sesuai sirkulasi efektifnya

dan berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total. Volume sirkulasi

efektif adalah bagian dari volume cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang

melakukan perfusi aktif pada jaringan. Natrium diabsorpsi secara aktif, kemudian

13
dibawa oleh aliran darah ke ginjal untuk disaring dan dikembalikan ke aliran

darah dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam

darah. Kelebihan natrium yang jumlahnya mencapai 90-99 % dari yang

dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon

aldosteron yang dikeluarkan kelenjar adrenal.28

Orang-orang peka natrium akan lebih mudah mengikat natrium sehingga

menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah.23 Garam memiliki

sifat menahan cairan, sehingga mengkonsumsi garam berlebih atau makan-

makanan yang diasinkan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.29

2). Konsumsi Lemak

Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan

berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga

meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan

darah.23

Kandungan bahan kimia dalam minyak goreng terdiri dari beraneka asam

lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak jenuh (ALTJ).Minyak goreng yang

tinggi kandungan ALTJ-nya hanya memiliki nilai tambah pada gorengan pertama

saja. Penggunaan minyak goreng lebih dari satu kali pakai dapat merusak ikatan

kimia pada minyak, dan hal tersebut dapat meningkatkan pembentukan kolesterol

yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal yang memicu

terjadinya hipertensi dan penyakit jantung.23

3). Merokok

14
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok menyebabkan

nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan

diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar

adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan

pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan

darah yang lebih tinggi.25

Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan darah

karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan bahan

kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh darah.30

5). Obesitas

Obesitas merupakan suatu keadaan di mana indeks massa tubuh lebih dari

atau sama dengan 30. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena

beberapa sebab. Pada penderita hipertensi ditemukan 20-30% menderita berat

badan berlebih.31 Makin besar massa tubuh, makin banyak pula suplai darah yang

dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Hal ini

mengakibatkan volume darah yang beredar melalui pembuluh darah akan

meningkat sehingga tekanan pada dinding arteri menjadi lebih besar.29

6). Kurangnya aktivitas fisik

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang

yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut

jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih

keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa

15
darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga

meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah.

Kurangnya aktivitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan

yang akan menyebabkan risiko hipertensi meningkat.29

2.1.4 Gambaran Klinis

Sebagian besar manifestasi klinis terjadi setelah mengalami hipertensi

bertahun-tahun, dan berupa:

a. Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat

peningkatan tekanan darah intrakranium.

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.

c. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah pada ginjal dan filtrasi

glomerulus.

d. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.20

2.1.5 Diagnosis

2.1.5.1 Anamnesis

Riwayat keluarga yang kuat mengenai hipertensi bersama dengan

kelainan tekanan darah intermiten yang dilaporkan pada waktu yang lalu

mengarah diagnosis hipertensi primer. Hipertensi sekunder sering kali timbul

dalam usia 35 tahun atau setelah 35 tahun. Riwayat penggunaan steroid adrenal

atau estrogen mempunyai arti yang nyata, riwayat infeksi urinarius yang berulang

menunjukan pielonefritis kronik. Riwayat bertambahnya berat badan cocok

dengan sindroma cushing. Faktor risiko lainnya yang sebaiknya diperoleh adalah

16
merokok, diabetes mellitus, gangguan lipid, riwayat keluarga, adanya kematian

dini akibat kelainan kardiovaskular, dan gaya hidup.32

2.1.5.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai keadaan umum:

memperhatikan keadaaan khusus seperti: sindroma cushing, feokromasitoma,

perkembangan tidak proporsionalnya tubuh atas dibanding bawah yang sering

ditemukan pada koarktasio aorta. Pengukuran tekanan darah di tangan kiri dan

kanan saat tidur dan berdiri.Funduskopi dengan klasifikasi Keith-Wagener-Barker

sangat berguna untuk menilai prognosis.Palpasidan auskultasi arterikarotis untuk

menilai stenosis atau oklusi.33

Pemeriksaan jantung untuk mencari pembesaran jantung ditujukan untuk

menilai HVK dan tanda-tanda gagal jantung.Impuls apeks yang prominen.Bunyi

jantung S2 yang meningkat akibat kerasnya penutupan aorta. Kadang ditemukan

murmur diastolik akibat regurgitasi aorta. Bunyi S4 (gallop atrial atau presistolik)

dapat ditemukan akibat dari peninggian tekanan atrium kiri. Sedangkan bunyi S3

(gallop ventrikel atau protodiastolik).Ditemukan bila tekanan akhir diastolik

ventrikel kiri meningkat akibat dari dilatasi ventrikel kiri.Bila S3 dan S4

ditemukan bersama disebut summation gallop.Paru perlu diperhatikan apakah ada

suara napas tambahan seperti ronki basah atau ronki kering.Pemeriksaan perut

ditujukan untuk mencari aneurisma, pembesaran hati, limpa, ginjal dan asites.

Auskultasi bising sekitar kiri kanan umbilicus (renal artery stenosis). Arteri

radialis, arteri femoralis dan arteri dorsalis pedia harus diraba. Tekanan darah

dibetis harus diukur minimal sekali pada hipertensi umur muda.33

17
2.1.5.3 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium awal meliputi:

1. Urinalisa: protein, leukosit, eritrosit, dan silinder

2. Hemoglobin / hematokrit

3. Elektrolit darah : Kalium

4. Ureum / kreatinin

5. Gula darah puasa

6. Kolesterol total

7. Elektrokardiografi menunjukkan HVK pada sekitar 20-50% (kurang sensitive)

tetapi masih menjadi metode standart.33

2.1.6 Tatalaksana

Tujuan pengobatan penderita hipertensi adalah menurunkan morbiditas

dan mortalitas penyakit kardiovaskular dan ginjal. Beberapa percobaan klinis

menunjukan penurunan insidensi gagal jantung kongestif, infark miokard dan

stroke sebesar >50%, 20% dan 35%, dengan kontrol tekanan darah yang adekuat.

2.1.6.1 Pengobatan nonfarmakologi

JNC8merekomendasikan menurunkan berat badan berlebih atau

kegemukan, pembatasan asupan garam kurang atau sama dengan 100 meq/L/hari

(2,4 gram natrium atau 6 gram natrium klorida), meningkatkan konsumsi buah

dan sayur, menurunkan konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 kali minum/hari,

meningkatkan aktivitas fisik paling tidak berjalan 30 menit/hari selama 5

hari/minggu serta menghentikan merokok, akan mengurangirisiko kejadian

kardiovaskular.

18
2.1.6.2 Pengobatan farmakologi

Pengobatan hipertensi di layanan primer sebaiknya ditujukan untuk

pasien-pasien dengan hipertensi Tingkat 1 dan Tingkat 2. Hipertensi Tingkat 3

dan yang sudah memiliki kerusakan organ target atau KV lain sebaiknya dirujuk

kepada dokter yang lebih ahli atau spesialistik.23

Prinsip farmakoterapi :

 Pada pasien berisiko rendah dengan hipertensi tingkat 1 modifikasi gaya

hidup bisa merupakan terapi tunggal.

 Pada hipertensi dengan faktor risiko lain harus dipertimbangkan

farmakoterapi bila tekanan darah tetap sama atau lebih dari 140/90 mmHg

dengan upaya modifikasi gaya hidup

 Pasien dengan target organ demage (hipertrofi ventrikel kiri) disarankan

untuk farmakoterapi bila tekanan darah sama dengan atau diatas 140/90

mmHg.

 Pasien dengan diabetes atau penyakit ginjal menahun harus

dipertimbangkan untuk farmakoterapi bila TD sama dengan atau diatas

130/80 mmHg.

Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis antara lain:

 Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosteron Antagonist

(Aldo Ant)

 Beta Blocker (BB)

 Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)

 Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)

19
 Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Receptor Antagonist/Blocker

(ARB)

 Direct Renin Inhibitor (DRI)

Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektifitas dan keamanan

dalam pengobatan hipertensi. Untuk pemilihan obat antihipertensi dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu: faktor sosio ekonomi, profil faktor kardiovaskular,

ada tidaknya kerusakan organ target, ada tidaknya penyakit penyerta, variasi

individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi, kemungkinan adanya

interaksi dengan obat yang digunakan pasien untuk penyakit lain, bukti ilmiah

kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam menurunkan risiko

kardiovaskular.34

Efek samping pengobatan antihipertensi bisa dihindari dengan

menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Hampir sebagian

penderita memerlukan kombinasi antihipertensi untuk mencapai target tekanan

darah, tetapi pengobatan kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan

menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum

bertambah.34

Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi penderita

adalah: diuretika dengan Angiotensin Converting Enzyme (ACEI) atau

Angiotensin II Receptor Blocker (ARB), Calcium Channel Blocker (CCB) dengan

Angiotensin II Receptor Blocker (ARB), Calcium Channel Blocker (CCB) dengan

diuretika, Alfa Blocker (AB) dengan Beta Blocker (BB), dan kadang diperlukan

tiga atau empat kombinasi obat.34

20
2.1.7 Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dibahas di atas sebagai penyebab hipertrofi jantung dan infark

miokard. Hipertensi dapat pula menyebabkan kerusakan ginjal (nefropati),

retinopati, stroke, perdarahan intrakranial, aneurisme dan diseksi aorta.35

2.2 Kerangka teori

Faktor Risiko Hipertensi

Dapat dikontrol Gaya hidup: Tidak dapat dikontrol:


Kebiasaan makan Umur
Aktivitas fisik Jenis Kelamin
Stress Riwayat Keluarga
Kebiasaan merokok

Hipertensi

Penatalaksanaan

Farmakologis Non Farmakologis

Perubahan gaya hidup :


1. Kurangi
faktor
penyebab
2. Olahraga dan
3. Disiplin dalam
menkonsumsi
BAB III obat Hipertensi
METODOLOGI PENELITIAN

21
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif.
Pengertian dari deskriptif menurut (Sugiono: 2009;29) adalah suatu metode
yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran berupa
tingkatan terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan intervensi dan analisis.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian deskriptif biasanya meliputi angka
kejadian pada suatu populasi, penyebaran, frekuensi, morbiditas dan
mortalitas dalam suatu populasi.
Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Baradatu Way Kanan.
2. Waktu Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan pada awal bulan Oktober hingga bulan
November 2021
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian objek yang nyata dan memiliki karakteristik tertentu yang

mewakili populasi. (Martono,2012). Dalam hal ini sampel yang ditargetkan pada

penelitian ini adalah seluruh pasien yang berkunjung atau berobat di Puskesmas

Baradatu Way Kanan. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah penderita

hipertensi yang bersedia menjadi responden dalam penelitian.

3.2.1 Teknik Pengambilan Sampel


Metode pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan cara Purposive
Sampling, yaitu cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan yang
memenuhi syarat kriteria inklusi dan eksklusi di Puskesmas Baradatu Way
Kanan.
Kriteria Inklusi:

22
a. Pasien yang berkunjung dan bersedia menjadi responden Puskesmas
Baradatu Way Kanan.
b. Pasien penderita
hipertensi. Kriteria Eksklusi :

c. Penderita hipertensi mengalami komplikasi yang menyebabkan proses

penelitian terganggu.

d. Responden tidak ada ditempat selama penelitian.

e. Menderita gangguan jiwa.

f. Hipertensi gravidarum.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini dilakukan langsung oleh peneliti diperoleh


dari pemberian kuesioner kepada pasien yang berobat dan berkunjung ke
Puskesmas Baradatu Way Kanan.
3.3.1 Besar sampel
Besarnya sampel dalam penelitian ini semua penderita hipertensi di
Puskesmas Baradatu Way Kanan yang memenuhi kriteria inklusi yang jumlahnya
100 responden.
3.3.2 Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada
pasien yang sedang berkunjung atau berobat di Puskesmas Baradatu Way Kanan.
3.4 Kerangka Konsep , Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin
diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep ini
dikembangkan atau diacukan kepada tujuan penelitian yang telah dirumuskan,
serta didasari oleh kerangka teori yang telah disajikan dalam tinjauan
kepustakaan. (Notoatmodjo,2012).
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
pengertian tertentu. (Notoatmodjo,2010).

23
Menurut Notoatmodjo (2010), hubungan antara satu variable dengan
variable yang lain maka dalam penelitian ini dibedakan menjadi:
Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas merupakan variable yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable terikat (dependen)
(Notoatmodjo,2010). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pasien
Hipertensi di Puskesmas Baradatu Way Kanan.
Variabel Terikat (Dependen)
Variabel terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variable bebas. (Notoatmodjo,2010).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Tingkat Kepatuhan Minum
Obat Hipertensi pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Baradatu Way
Kanan
Definisi operasional variabel merupakan pedoman bagi peneliti
untuk mengukur atau memanipulasi variabel penelitian sehingga
memudahkan pengumpulan data dan menghindarkan perbedaan
interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel.
(Notoatmodjo,2010).
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Tingkat Kepatuhan minum obat Hipertensi (Ordinal) :
a. Patuh (>75-100%)
b. Cukup Patuh (56-75%)
c. Tidak Patuh (<56%)
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan
cara tatap muka yang menanyakan tentang isi materi yang ingin
diukur dari objek penelitian atau responden berdasarkan teori yang ada
di tinjauan pustaka dengan metode skoring.
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data.
(Notoatmodjo,2010) diberikan :

24
Kuesioner tingkat pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan dengan pilihan
jawaban Ya dan Tidak.
=

- Bila Ya nilai 1
=
- Bila Tidak nilai 0
Dengan cara penilaian =
x
Nilai yang diberi 100%

Jumlah item pertanyaan

3.4.1 Alur Penelitian

Observasi lapangan

25
Populasi

Sampel

Kuesioner

Penderita Hipertensi

Informed Consent

Setuju

Gambaran Tingkat
Kepatuhan Minum Obat
Hipertensi

26
3.5 Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dikumpulkan dan diolah

dengan cara sebagai berikut:

a) Editing

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data,

keterbacaan, konsistensi dan kelengkapan data yang terkumpul. 38 Editing dapat

dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Sehingga

jika terdapat beberapa data yang belum diisi atau pengisian yang tidak sesuai

dengan petunjuk, maka kuesioner segera diperbaiki dengan jalan meminta

respon den untuk melengkapi kuesioner yang belum diisi atau kurang lengkap.

b) Coding

Coding merupakan kegiatan mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari

responden kedalam kategori tertentu. Klasifikasi dilakukan dengan cara

memberikan kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.39 Pemberian

kode ini bertujuan untuk mempermudahkan peneliti dalam pengklasifikasian

serta dalam pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

c) Entry Data
Entry data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
kedalam master table atau database computer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau membuat table kontingensi.40
d) Tabullating

Tabullating merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden dengan

cara tertentu berupa skoring hasil kuesioner. Peneliti melakukan tabulasi

dengan memasukkan data kedalam tabel yang telah dibuat. Peneliti

27
menggunakan program komputer untuk memudahkan dalam proses tabulasi.

Selanjutnya data dihitung untuk mengetahui distribusi frekuensinya.40

3.6Analisis Data

Semua data yang terkumpul akan ditabulasi dan disusun menggunakan

tabel distribusi frekuensi.

3.7 Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk narasi dan tabel.

28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas tentang hasil penelitian meliputi, gambaran
karakteristik responden penelitian, analisa data serta pembahasan yang di
sesuaikan dengan teori yang ada. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-
Novmber 2021 di Puskesmas Baradatu Way Kanan Penelitian ini dilakukan
dengan melakukan pembagian kuesioner.

4.1 Hasil Penelitian


Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data responden dengan
pembagian kuesioner tentang kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di
Puskesmas Baradatu Way Kanan. Terdapat total 100 responden.
4.1.1 Data Umum
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)
1. Laki- laki 53 53
2. Perempuan 47 47
TOTAL 100 100
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis
kelamin laki-laki 53 responden (53 %).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur


No. Umur Jumlah Prosentase (%)
1. 31-40 Tahun 18 18
2. 41-50 Tahun 56 56
3. >51 Tahun 26 26
TOTAL 100 100
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Terdapat 100 subjek yang memenuhi kriteria penelitian dengan
berbagai usia dimana yang terbanyak berada pada rentang usia 31-40 tahun

29
sebanyak 56 orang (56%), lalu rentang usia 41-50 tahun sebanyak 26 orang
(26%) dan sebanyak 18 orang pada rentang usia >51 tahun (18%).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir


No. Umur Jumlah Prosentase (%)
1. SD 6 6
2. SLTP 11 11
3. SLTA 71 71
4. Perguruan 12 12
Tinggi
TOTAL 100 100
Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan dari seluruh riwayat pendidikan
yang diteliti, SLTA merupakan pendidikan yang paling banyak yaitu 71 orang
(71%).

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit Dahulu


No. RPD Jumlah Prosentase (%)
1. Tidak ada 23 23
2. Kolesterol 37 37
3. Diabetes 12 12
Melitus
4. Asam Urat 9 9
5. Tidak tahu 19 19
TOTAL 100 100
Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan
Riwayat Penyakit Dahulu
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki riwayat penyakit dahulu menderita kolesterol yang paling banyak
yaitu 37 orang (37%).
e. Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit Keluarga
No. RPK Jumlah Prosentase (%)
1. Non-Hipertensi 33 33
2. Hipertensi 67 67

30
TOTAL 100 100

Tabel 5.5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan


Riwayat Penyakit Keluarga
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki riwayat penyakit keluarga menderita hipertensiyaitu 67 orang
(67%).

4.1.2 Data Khusus


Data khusus merupakan karakteristik responden yang diamati seperti tabel berikut:

a. Penderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Baradatu


Way Kanan

No. Kriteria Frekuensi Prosentase (%)


1. Ringan 68 68
2. Sedang 24 24
3. Berat 8 8
TOTAL 100 100
Tabel 5.6 Klasifikasi Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Baradatu Way Kanan

Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukkan sebagian besar responden mengalami


hipertensi ringan 68 responden (68%).sebagian kecil mengalami hipertensi sedang
24 orang (24%) dan berat 8 responden (8 %).

b. Kepatuhan responden dalam meminum obat hipertensi di


Wilayah Kerja Puskesmas Baradatu Way Kanan
No. Kepatuhan Frekuensi Prosentase (%)
1. Patuh 62 62
2. Cukup Patuh 27 27
3. Tidak Patuh 11 11
TOTAL 100 100

31
Tabel 5.6Tingkat Kepatuhan Minum Obat Penderita Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Baradatu Way Kanan

Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan mayoritas responden Patuh dalam


meminum obat Hipertensi 62 responden (62 %) responden. Dan sebagian kecil
responden tidak patuh minum obat 11 responden (11 %).

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Karakteristik Penderita Hipertensi di Puskesmas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden


mengalami hipertensi ringan, sebagian kecil mengalami hipertensi
sedang dan berat. Dari data tersebut di ketahui bahwa Hipertensi yang
dialami oleh responden adalah hipertensi ringan. Hal ini dapat di pahami
karena penanganan hipertensi diawali dengan hipertensi ringan terlebih
dahulu agar tidak terjadinya hipertensi berat. Pengobatan hipertensi

32
merupakan salah satu aspek penting ke arah pencegahan terjadinya
hipertensi. Apabila masyarakat tidak melakukan pencegahan hipertensi
maka akan berpengaruh terhadap kesehatannya. Untuk itu pengobatan
hipertensi merupakan aspek penting yang berpengaruh terhadap
antisipasi hipertensi.
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah kondisi medis
dimana tekanan darah dalam arteri melebihi batas normal. Hipertensi
atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, hipertensi tak
ubahnya bom waktu, dia tidak mengirimkan sinyal-sinyal terlebih
dahulu.
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya
interaksi berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Ada beberapa
faktor resiko hipertensi yang tidak bisa diubah seperti riwayat keluarga,
umur, jenis kelamin, dan etnis. Akan tetapi, fakta yang sering terjadi
justru faktor diluar itulah yang menjadi pemicu terbesar terjadinya
hipertensi dengan komplikasi stroke dan serangan jantung, sperti stres,
obesitas, dan nutrisi(Nurrahmani,2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebgaian besar responden
berjenis kelamin laki-laki, sedangakan sebagian kecil berjenis kelamin
perempuan. Dari data tersebut semakin bertambahnya usia, hormon
estrogen yang dimililki perempuan tidak mampu menghasilkan High-
Density Lipoprotein (HDL) dalam jumlah banyak, sehingga beresiko
terkena arteriskerosis akibat meningkatnya Low-Density Lipoprotein
(LDL). Perempuan yang sudah memasuki menopause hormon estrogen
yang berperan dalam melindungi pembuluh darah sudah rusak.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Smantummkul
(2014) yang menyatakan bahwa perempuan mengalami perubahan
hormonal (menopause) yaitu terjadinya penurunan perbandingan
estrogen dan anderogen yang menyebabkan peningkatan pelepasan
rennin, sehingga dapat memicu peningkatan tekanan darah.

33
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar umur responden
41- 50 tahun. Umur 41- 50 tahun merupakan umur yang sudah memiliki
kematangan, sehingga mampu memahami tentang pencegahan hipertensi,
dimana umur tersebut responden mengerti bahwa hipertensi merupakan
tekanan darah tinggi yang dapat mengganggu kesehatan seseorang dan
dapat mengganggu aktifitas sehari-hari (Nurrahmani, 2014). Dengan
bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan dan pada aspek
fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar
ada empat kategori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua,
perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya
ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek
psikologis atau mental taraf berpikir semakin matang dan dewasa
(Nurrahmani, 2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berpendidikan SLTA. Pada tingkat pendidikan responden tidak melatar
belakangi responden terhadap kepatuhan dalam pengobatan atau
mengontrol tekanan darah. Dalam penelitian ini responden sudah
memiliki kesadaran untuk menjaga tekanan darah agar tetap stabil,
responden mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan karena tidak
ingin penyakit hipertensi menjadi semakin parah. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Rasajati, Raharjo, dan Ningrum (2015)
responden yang berpendidikan tinggi maupun yang berpendidikan rendah
sama-sama ingin sembuh dari penyakit sehingga tingkat pendidikan tidak
mempengaruhi kepatuhan melakukan pengobatan. (Natoatmodjo;2010)
perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan pada
pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran.

4.2.2 Kepatuhan responden dalam meminum obat hipertensi di

Puskesmas Baradatu Way Kanan

34
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden patuh

dalam meminum obat hipertensi, dan sebagian kecil responden tidak

patuh minum obat. Dari hasil data tersebut masyarakat menyadari

pentingnya menjaga kesehatan dan mulai menyadari pentingnya

mematuhi perintah tenaga kesehatan dalam hal pemberian obat, tepat

waktu dalam mengkonsumsi obat-obatan, sebagai tenaga kesehatan

selalu memberikan informasi terkait cara pencegahan hipertensi

karena lebih baik mencegah dari pada mengobati.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mursiany,

Ermawati, dan Oktaviani (2013) yang menjelaskan bahwa kepatuhan

pasien hipertensi juga terlihat dalam waktu kontrol pasien hipertensi.

Semakin sering mereka melakukan kontrol maka semakin patuh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berpendidikan SLTA. Pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha

manusia meningkatkan kepribadian atau proses perubahan perilaku

menuju kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia dengan

jalan membina dan mengembangkan potensi kepribadiannya, yang

berupa rohani (cipta, rasa, karsa) dan jasmani.

Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat

adanya interaksi anatara petugas kesehatan dan pasien sehingga

pasien mengerti rencana dengan segala konsekuensinya dan

menyetujui rencana tersebut serta melaksanakannya (Kemenkes R.I,

35
2011). Jenis ketidakpatuhan pada terapi obat, mencakup kegagalan

menebus resep, melalaikan dosis, kesalahan dalam waktu pemberian

konsumsi obat, dan penghentian obat sebelum waktunya.

Ketidakpatuhan akan mengakibatkan penggunaan suatu obat

yang kurang. Dengan demikian, Pasien kehilangan manfaat terapi

dan kemungkinan mengakibatkan kondisi secara bertahap

memburuk. Ketidakpatuhan juga dapat berkibat dalam penggunaan

suatu obat berlebih. Apabila dosis yang digunakan berlebihan atau

apabila obat dikonsumsi lebih sering daripada dimaksudkan, terjadi

resiko reaksi merugikan yang meningkat. Hipertensi merupakan

penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor resiko

yang dimiliki seseorang. Ada beberapa faktor resiko hipertensi yang

tidak bisa diubah seperti riwayat keluarga, umur, jenis kelamin,

dan etnis. Akan tetapi, fakta yang sering terjadi justru faktor diluar

itulah yang menjadi pemicu terbesar terjadinya hipertensi dengan

komplikasi stroke dan serangan jantung, sperti stres, obesitas, dan

nutrisi (Nurrahmani, 2014).

Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi yaitu dengan

nonfarmakologis dan dengan farmakologis. Cara non-farmakologis

dengan menurunkan berat badan pada penderita yang gemuk, diet

rendah garam dan rendah lemak, mengubah kebiasaan hidup,

olahraga secara teratur dan kontrol tekanan darah secara teratur.

Sedangkan dengan cara farmakologis yaitu dengan cara memberikan

36
obat-obatan anti hipertensi seperti deuretik seperti HCT,

Higroton, Lasix. Beta bloker seperti propanolol. Alfa bloker seperti

phentolamin, prozazine, nitroprusside captapril. Simpatolitic seperti

hidralazine, diazoxine. Antagonis kalsium seperti nefedipine (adalat).

Pengobatan hipertensi harus dilandasi oleh beberapa prinsip

yaitu pengobatan hipertensi sekunder harus lebih mendahulukan

pengobatan kausal, pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk

menurunkan tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur

dan mengurangi timbulnya komplikasi, upaya menurunkan

tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi,

pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang bahkan

mungkin seumur hidup, pengobatan dengan menggunakan standard

triple therapy (STT) menjadi dasar pengobatan hipertensi. Tujuan

pengobatan dari hipertensi adalah menurunkan angka

morboditassehingga upaya dalam menemukan obat anti hipertensi

yang memenuhi harapan terus dikembangkan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah

dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Tingkat kepatuhan minum obat hipertensi pada penderita hipertensi di


puskesmas Baradatu Way Kanan masih tergolong baik. Namun, masih ada

37
yang tergolong Hipertensi Berat dan memiliki tingkat ketidakpatuhan
dalam minum obat Hipertensi, sehingga pengetahuan masyarakat harus
lebih ditingkatkan agar dapat dijadikan preventif terhadap komplikasi dari
penyakit Hipertensi. terutama pada golongan individu hipertensi sedang –
berat.
b. Penderita Hipertensi di Puskesmas Baradatu Way Kanan sebagian besar
dalam kategori hipertensi ringan, dan umumnya ialah penderita berjenis
kelamin laki-laki, dalam rentang usia 41-50 tahun yang memiliki riwayat
penyakit dahulu mengalamai kolesterol tinggi, dan riwayat penyakit
keluarga hipertensi.

6.2 Saran
6.2.1 Untuk Masyarakat
Masyarakat dalam hal ini terutama tokoh masyarakat dan kader
diharapkan untuk tetap berperan aktif dalam memberikan motivasi dan
dorongan untuk mematuhi perintah tim medis khususnya dalam pemberian
obat agar terhindar terjadinya hipertensi berat dan memberikan informasi
pentingnya mencegah terjadinya hipertensi.
6.2.2 Untuk Puskesmas
Tetap menggalakkan penyuluhan guna memberikan informasi dan
motivasi secara kontinu kepada responden tentang pentingnya patuh atau taat
dalam mengkonsumsi obat hipertensi dan pihak puskesmas rutin
menggalakkan skrining hipertensi baik dalam kegiatan posyandu lansia
maupun kegiatan promotive dan kuratif lainnya.
.

38
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Muttaqin A. Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem


kardiovaskular. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2009.
2. Sustrani L. Hipertensi. Jakarta: GramediaPustakaUtama; 2004.
3. Saunders C. Pemilihan uji laboratorium yang efektif. Jakarta: Kedokteran
EGC; 1994.

39
4. Baradero M. Klien gangguan kardiovaskular :seri asuhan keperawatan.
Jakarta: Kedokteran EGC; 2005.
5. A T. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Gaya Baru; 2001.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2013 [Internet]. 2013 [cited 2015 May
20].
7. Kemenkes. Riskesdas dalam angka provinsi Jawa Tengah 2013. 2013.
8. Anies. Waspada ancaman penyakit tidak menular :Solusi pencegahan dari
aspek perilaku & lingkungan. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2006.
9. Sugiharto A. Faktor-faktor risiko hipertensi grade II pada masyarakat (studi
kasus di kabupaten Karanganyar). Univ Diponegoro. 2007;1(2):60–4.
10. Julianti E. Bebas hipertensi dengan terapi jus. Jakarta: Niaga Swadaya; 2011.
11. Puspitorini M. Hipertensi cara mudah mengatasi tekanan darah tinggi. 3rd ed.
Yogyakarta: Image Press; 2009.
12. Nuryati S. Gaya hidup dan status gizi serta hubungannya dengan hipertensi
dan diabetes mellitus pada pria dan wanita dewasa di DKI Jakarta. 2009.
13. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Riset kesehatan dasar
(RISKESDAS) 2007. Lap Nas 2007. 2008;1–384.
14. Hembing W. Ramuan tradisional untuk pengobatan darah tinggi. Jakarta: PT
AgroMedia.
15. A. SyahriAinun, MS, Dian SidikArsyad R. Hubungan Gaya Hidup dengan
Kejadian Hipertensi pada Mahasiswa di Lingkup Kesehatan Universitas
Hasanuddin. Bagian Epidemiologi Fak.Kesehatan Masyarakat Univ
Hasanuddin. 2012;1–10.
16. N A. Faktor risiko hipertensi pada masyarakat di desa kabongan kidul,
kabupaten rembang laporan hasil penelitian karya tulis ilmiah. 2012.
17. Lili M. 100 Questions & Answer Hipertensi. Jakarta: Elex Media
Komputindo; 2007.
18. Setiawan D. Care your self, Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus; 2008.

40
19. Hu B, Liu X, Yin S, Fan H, Feng F, Yuan J. Effects of Psychological Stress
on Hypertension in Middle-Aged Chinese: A Cross-Sectional Study. PLoS
One. 2015;10(6):e0129163.
20. Corwin, EJ,. 2009. Dalam: Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3, Jakarta:
EGC :484-489.
21. ArifMansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I :Nefrologi dan
Hipertensi. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001. p: 519-520.
22. Sheps, S. G. (2005). Mayo clinic hipertensi; mengatasi tekanan darah tinggi.
Jakarta: Intisari Mediatama.
23. Rilantono LI. 2012. Penyaki tKardiovaskular (PKV). Jakarta: FK UI.
24. Sandhya Pruthi. Menopause and High Blood Pressure. 2010. Available from:
http://www.mayoclinic.com/health/
25. Lam Murni BR Sagala. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh
Keluarga Suku Batak danSuku Jawa di Kelurahan Lau Cimba
Kabanjahe.2011. P: 10 – 13.
26. Aris Sugiarto. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat
(Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar). 2007. P:29-50, 90-126.
27. Kartikasari AN. Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Kabongan
Kidul, Kabupaten Rembang. 2012. Available from:
http://eprints.undip.ac.id/37291/
28. Kaplan M. Norman. Measurenment of Blood Pressure and Primary
Hypertension: Pathogenesis in Clinical Hypertension: Seventh Edition.
Baltimore, Maryland USA: William & Wilkins; 1998. P:28-46
29. Mayo Clinic Staff. High Blood Pressure ( Hypertension ). 2012. Available
from: http://www.mayoclinic.com/health/high-blood-pressure/risk-factors/
30. Efendi Sianturi. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan
Faktor Risiko di RSU dr.Pirngadi Kota Medan. 2004. Available from:
http://repository.usu.ac.id/
31. S.A. Nugraheni, Mellina Suryandari, Ronny Aruben. Pengendalian Faktor
Determinan sebagai Upaya Penatalaksanaan Hipertensi di Tingkat
Puskesmas.2008.Available from: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/

41
32. Williams, G. H., 2000. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam,
Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC: 1256-1272.
33. Panggabean MM. Penyakit Jantung Hipertensi. Dalam:Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Eds: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiadi S. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing,2009;p 1777-1778.
34. Mohani, CI,.Hipertensi Primer. Dalam: Buku Ajar IlmuPenyakitDalam,Eds:
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setyohadi B, Syam AF. Edisi
VI. Jakarta: Interna Publishing, 2014;p2284-2293.
35. Berkowitz Aaron. Lecture Notes Patofisiologi Klinik. Tangerang: BINARUPA
AKSARA, 2013;p69-70.

Lampiran I
KUESIONER

TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN


HIPERTENSI DI PUSKESMAS BARADATU WAY KANAN

Hari/tanggal :
Pukul :

42
I. Data Umum
Petunjuk pengisian : Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang
telah tersedia.
1. Jenis kelamin anda?
a. Laki-laki
b. Perempuan
2. Umur anda saat ini?
a. 21 – 30 tahun
b. 31 – 40 tahun
c. 41 – 50 tahun
d. > 50 tahun
3. Pendidikan terakhir anda?
a. SD
b. SLTP
c. SLTA
d. Perguruan tinggi
4. Pekerjaan :
5. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Tidak ada
b. Kolesterol
c. Diabetes Mellitus
d. Asam Urat
e. Tidak tahu
6. Riwayat Penyakit Keluarga mengalami Hipertensi?
a. Ya
b. Tidak
7. Saat kontrol berapa tekanan darah Anda?
a. 140 /90 – 159/100
b. 160/100 – 179/110
c. > 180/110

43
No Pertanyaan Jawaban Skor
Pasien (Ya= 1 /
Ya Tidak Tidak=0)
1. Pernahkah Anda lupa minum obat ?
2. Selain lupa, mungkin Anda tidak
minum obat karena alasan lain. Dalam
2 minggu terakhir, apakah Anda
pernah tidak minum obat?
3. Pernahkah Anda mengurangi atau
berhenti minum obat tanpa
sepengetahuan dokter karena Anda
merasa obat yang diberikan membuat
keadaan Anda menjadi lebih buruk?
4. Pernahkah Anda lupa membawa obat
ketika bepergian ?
5. Apakah Anda masih meminum obat
Anda kemarin?
6. Apakah Anda berhenti minum obat
ketika Anda merasa gejala yang
dialami telah teratasi?
7. Meminum obat setiap hari merupakan
sesuatu ketidaknyamanan untuk
beberapa orang. Apakah anda merasa
terganggu harus minum obat setiap
hari?
8. Apakah Anda sering mengalami
kesulitan mengingat seluruh obat anti
hipertensi yang harus dikonsumsi?
9. Apakah Anda rutin kontrol ke faskes ?
10 Berapa sering Anda lupa minum obat? a. Tidak
. Pernah
Ket : b. Sesekali
Selalu : 7 kali dalam seminggu c. Kadang -

44
Biasanya : 4-6 kali dalam kadang
seminggu Kadang- kadang : 2-3 d. Biasanya
kali dalam seminggu e. Selalu
Sesekali : 1 kali dalam seminggu
Tidak Pernah : Tidak pernah lupa
Total Skor

LAMPIRAN II
Responden Skor Kriteria
1. 60 Cukup Patuh
2. 80 Patuh
3. 90 Patuh
4. 50 Tidak Patuh
5. 80 Patuh
6. 70 Cukup Patuh
7. 80 Patuh
8. 40 Tidak Patuh
9. 50 Tidak Patuh
10. 80 Patuh
11. 60 Cukup Patuh
12. 90 Patuh

45
13. 80 Patuh
14. 40 Tidak Patuh
15. 80 Patuh
16. 90 Patuh
17. 70 Cukup Patuh
18. 60 Cukup Patuh
19. 70 Cukup Patuh
20. 70 Cukup Patuh
21. 80 Patuh
22. 80 Patuh
23. 80 Patuh
24. 80 Patuh
25. 90 Patuh
26. 90 Patuh
27. 80 Patuh
28. 80 Patuh
29. 80 Patuh
30. 60 Cukup Patuh
31. 80 Patuh
32. 90 Patuh
33. 90 Patuh
34. 70 Cukup Patuh
35. 70 Cukup Patuh
36. 70 Cukup Patuh
37. 80 Patuh
38. 50 Tidak Patuh
39. 80 Patuh
40. 80 Patuh
41. 70 Cukup Patuh
42. 90 Patuh
43. 80 Patuh
44. 80 Patuh
45. 50 Tidak Patuh
46. 80 Patuh
47. 80 Patuh
48. 60 Cukup Patuh
49. 70 Cukup Patuh
50. 80 Patuh
51. 90 Patuh
52. 60 Cukup Patuh
53. 80 Patuh
54. 80 Patuh
55. 50 Tidak Patuh
56. 70 Cukup Patuh

46
57. 80 Patuh
58. 80 Patuh
59. 80 Patuh
60. 90 Patuh
61. 60 Cukup Patuh
62. 80 Patuh
63. 80 Patuh
64. 60 Cukup Patuh
65. 80 Patuh
66. 80 Patuh
67. 70 Cukup Patuh
68. 90 Patuh
69. 40 Tidak Patuh
70. 90 Patuh
71. 70 Cukup Patuh
72. 80 Patuh
73. 80 Patuh
74. 80 Patuh
75. 50 Tidak Patuh
76. 70 Cukup Patuh
77. 80 Patuh
78. 80 Patuh
79. 50 Tidak Patuh
80. 50 Tidak Patuh
81. 90 Patuh
82. 90 Patuh
83. 80 Patuh
84. 60 Cukup Patuh
85. 80 Patuh
86. 80 Patuh
87. 80 Patuh
88. 70 Cukup Patuh
89. 80 Patuh
90. 80 Patuh
91. 80 Patuh
92. 90 Patuh
93. 90 Patuh
94. 80 Patuh
95. 60 Cukup Patuh
96. 60 Cukup Patuh
97. 70 Cukup Patuh
98. 90 Patuh
99. 70 Cukup Patuh
100. 80 Patuh

47
48

Anda mungkin juga menyukai