Anda di halaman 1dari 38

MINI PROJECT

GAMBARAN PENDERITA HIPERTENSI


DI PUSKESMAS PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG
BULAN MEI – JULI TAHUN 2021

Disusun Oleh:
dr. Nafisa Rima Amani

Pembimbing:
dr. Aris Munandar

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS PETARUKAN PEMALANG
PERIODE MEI 2021 – AGUSTUS 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan mini project dengan judul:

Gambaran Penderita Hipertensi


Di Puskesmas Petarukan
Kabupaten Pemalang Bulan Mei – Juli Tahun 2021

Yang diajukan oleh :

dr. Nafisa Rima Amani

Telah disetujui dan disahkan oleh dokter pendamping program internsip dokter di
Puskesmas Petarukan Pemalang pada Juli 2021

Dokter Internsip Dokter Pembimbing

dr. Nafisa Rima Amani dr. Aris Munandar


NIP.

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmatNya penulis dapat
menyelesaikan laporan mini project yang berjudul “Gambaran Penderita
Hipertensi Di Puskesmas Petarukan Kabupaten Pemalang Bulan Mei – Juli
Tahun 2021”. Penulisan laporan mini project ini dilakukan untuk memenuhi
sebagian persyaratan program internship dokter Indonesia angkatan IV periode
Mei 2021 – Agustus 2021.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dalam
menyelesaikan karya tulis ini, yaitu:
1. Kepala Puskesmas Petarukan yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melakukan penelitian mini project ini.
2. dr. Aris Munandar sebagai dokter pembimbing yang telah meluangkan
waktu dan pikiran dalam memberikan koreksi, bimbingan, membantu
penulis dalam pengumpulan data, sehingga mini project ini dapat
terselesaikan.
3. Pemegang program hipertensi di Puskesmas Petarukan dan seluruh
karyawan Puskesmas Petarukan yang telah meluangkan waktu dalam
membantu proses pengambilan data pada penelitian ini.
4. Seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaian mini project ini
namun tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan pada laporan ini. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat menambah
kesempurnaan laporan ini. Akhirnya semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan pihak lain.

Kabupaten Pemalang, Juli 2021


Penulis

iii
iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................
ii
KATA PENGANTAR......................................................................................
iii
DAFTAR ISI....................................................................................................
iv
DAFTAR GRAFIK..........................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
2
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................
2
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
4
2.1 Definisi.......................................................................................................
4
2.2 Epidemiologi...............................................................................................
5
2.3 Etiologi.......................................................................................................
6

v
2.4 Patofisiologi................................................................................................
10
2.5 Manifestasi Klinis.......................................................................................
11
2.6 Penatalaksanaan..........................................................................................
12
2.7 Komplikasi..................................................................................................
18
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................
20
3.1 Desain Penelitian........................................................................................
20
3.2 Ruang Lingkup Kerja.................................................................................
20
3.2.1 Tempat.....................................................................................................
20
3.2.2 Waktu.......................................................................................................
20
3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian...............................................................
20
3.3 Etika Penelitian...........................................................................................
21
3.4 Pengambilan Data.......................................................................................
22
3.5 Penyajian dan Analisis Data.......................................................................
22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................


23

vi
4.1 Hasil Penelitian...........................................................................................
23
4.1.1 Gambaran Umum.....................................................................................
23
4.1.2 Kejadian Hipertensi.................................................................................
23
4.1.3 Karakteristik Penderita Hipertensi...........................................................
25
4.2 Pembahasan................................................................................................
26
4.2.1 Kejadian Hipertensi.................................................................................
26
4.2.2 Karakteristik Penderita Hipertensi...........................................................
26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................
28
5.1 Kesimpulan.................................................................................................
28
5.2 Saran...........................................................................................................
28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
29

vii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Sebaran Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja
Puskesmas Petarukan Tahun 2020
.....................................................................................................................16
Grafik 2. Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Tipe II berdasarkan jenis
kelamin
...................................................................................................................18
Grafik 3. Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Tipe II berdasarkan usia...............
18

viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau
diastolic diatas normal. Joint National Committee (JNC) 8 tahun 2014
mengklasifikasikan tekanan darah manusia sebagai tekanan darah normal,
prehipertensi, hipertensi derajat I, dan hipertensi derajat II. Hipertensi
menimbulkan permasalahan seperti adanya kecenderungan peningkatan
prevalensi hipertensi, manajemen hipertensi yang belum optimal, serta
adanya penyakit penyerta, dan komplikasi yang dapat meningkatkan
terjadinya morbiditas dan mortalitas.
Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat
endogen seperti neurotransmitter, hormon, dan genetik, maupun yang bersifat
eksogen, seperti rokok, nutrisi, stresor dan lain-lain. Di seluruh dunia,
hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius. Di samping karena
prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan
datang, juga karena tingkat keganasan penyakit yang diakibatkan sangat
tinggi seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan lain-lain, juga
menimbulkan kecacatan permanen dan kematian mendadak.
Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah
kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai
the silent killer. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita
hipertensi. Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target
organ, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal,
serta kebutaan. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit
hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih
besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestiveheart failure, dan 3
kali lebih besar terkena serangan jantung.
Menurut WHO dan The International Society of Hypertension (ISH), saat
ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta

1
diantaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari sepuluh penderita tersebut
tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat.
Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei
Kesehatan RumahTangga (SKRT) tahun 2001menunjukkan bahwa 8,3%
penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun
2004. Kelompok Kerja Serebro kardiovaskuler FK UNPAD/RSHS tahun
1999, menemukan prevalensi hipertensi sebesar 17,6%, dan MONICA Jakarta
tahun 2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban adalah 31,7%.
Sementara untuk daerah rural (Sukabumi) FKUI menemukan prevalensi
sebesar 38,7%.
Berdasarkan uraian diatas perlu pengkajian untuk mengetahui gambaran
penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Petarukan Kabupaten
Pemalang dengan menggunakan metode deskriptif.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, penelitian ini mengangkat
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran kejadian hipertensi di puskesmas Petarukan
Kabupaten Pemalang Bulan Mei – Juli Tahun 2021?
2. Bagaimana gambaran jenis kelamin penderita hipertensi di Puskesmas
Petarukan Kabupaten Pemalang Bulan Mei – Juli Tahun 2021?
3. Bagaimana gambaran usia penderita hipertensi di Puskesmas Petarukan
Kabupaten Pemalang Bulan Mei – Juli Tahun 2021)

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan di atas, maka tujuan p
enelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui gambaran kejadian hipertensi pada wilayah kerja puskesmas
Petarukan Kabupaten Pemalang Bulan Mei – Juli Tahun 2021.
2. Mengetahui gambaran jenis kelamin penderita hipertensi pada wilayah
kerja puskesmas Petarukan Kabupaten Pemalang Bulan Mei – Juli Tahun
2021.

2
3. Mengetahui gambaran usia penderita hipertensi pada wilayah kerja
puskesmas Petarukan Kabupaten Pemalang Bulan Mei – Juli Tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Bagi Puskesmas Petarukan Kabupaten Pemalang
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan p
rogram-program dalam rangka deteksi dini dan mencegah terjadinya pen
yakit hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Petarukan Kabupaten
Pemalang.
2. Manfaat Bagi Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
Sebagai bahan masukan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu kep
erawatan dan ilmu kesehatan, terkait dengan deteksi dini, pencegahan
serta perawatan pada penyakit hipertensi di wilayah Kabupaten Pemalang.
3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat menambah pustaka bagi institusi pendidikan yang ber
hubungan dengan upaya deteksi dini dan pencegahan penyakit hipertensi
di Kabupaten Pemalang.
4. Manfaat Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan acuan atau referensi peneliti lain untuk men
gembangkan penelitian tentang deteksi dini dan pencegahan penyakit
hipertensi.
5. Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti mengenai deteksi dini
dan pencegahan penyakit hipertensi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sering ditemukan pada
Negara berkembang. Secara umum, hipertensi tidak bergejala, mudah dideteksi,
biasanya mudah diobati dan sering menyebabkan komplikasi kematian bila tidak
ditangani. Sebagai hasil dari program pendidikan yang luas pada akhir tahun 1960
dan 1970-an baik oleh lembaga swasta maupun pemerintah, jumlah pasien
terdiagnosis dan / atau tidak diobati berkurang secara signifikan pada akhir 1980-
an ke level 25% dengan seiring penurunan mortalitas kardiovaskular. Sayangnya,
pertengahan 1990-an, tren menguntungkan ini mulai berubah. Jumlah pasien
terdiagnosis dengan hipertensi meningkat menjadi hampir 33%, penurunan angka
kematian kardiovaskular cenderung statis, dan jumlah individu dengan penyakit
kronis dengan hipertensi yang tidak diobati atau pengobatannya buruk cenderung
meningkat (Fisher, 2005).
Saat ini untuk orang dewasa, hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih tinggi dan atau peningkatan
tekanan darah diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih tinggi. Hipertensi dibagi
menjadi dua tingkatan baik bersadarkan sistolik maupun diastolik darah. Tekanan
darah sistolik antara 120 dan 139 mmHg atau tekanan darah diastolik antara 80
dan 89 mmHg dikategorikan prehipertensi. Orang dengan prehipertensi memiliki
peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan perkembangan hipertensi dari
waktu ke waktu dibandingkan dengan orang dengan tekanan darah normal
(Schwartz, 2008).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang menjadi semakin penting.
Prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya umur ke titik di mana lebih
dari setengah dari orang usia 60-69 tahun dan sekitar tiga-perempat dari mereka
70 tahun dan lebih tua. Peningkatan terutama tekanan darah sistolik bertanggung
jawab dalam meningkatkan insiden dan prevalensi hipertensi sejalan dengan
pertambahan usia. Studi Jantung Framingham baru-baru ini menjelaskan risiko

4
seumur hidup hipertensi mencapai sekitar 90 persen untuk pria dan wanita yang
tidak hipertensi pada usia 55 atau 65 tahun dan selamat sampai usia 80-85.
Bahkan setelah disesuaikan dengan persaingan angka kematian, risiko seumur
hidup sisa hipertensi adalah 86-90 persen pada wanita dan 81-83 persen pada pria
(JNC 7, 2003).

2.2 Epidemiologi
Prevalensi hipertensi tergantung antara komposisi ras pada populasi yang
diteliti dan kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan kondisi. Dalam populasi
suburban kulit putih seperti dalam penelitian Framingham, hampir seperlima dari
individu memiliki tekanan darah 160/95 mmHg, sementara setengahnya memiliki
tekanan darah 140/90 mmHg. Prevalensi yang lebih tinggi telah
didokumentasikan dalam penduduk kulit putih. Pada perempuan prevalensi
berkaitan erat dengan usia, dengan peningkatan yang substansial terjadi setelah
usia 50. Peningkatan ini diduga berkaitan dengan perubahan hormonal saat
menopause, meskipun mekanismenya belum diketahui dengan jelas. Dengan
demikian, rasio frekuensi hipertensi pada wanita dibandingkan pria meningkat
0,6-0,7 pada usia 30 hingga 1,1-1,2 pada usia 65 (Fisher, 2003).
Data dari The National Health and Nutrition Survey (NHANES) telah
menunjukkan bahwa 50 juta atau lebih orang Amerika menderita hipertensi yang

5
menjalani beberapa bentuk pengobatan (Fisher, 2003). Di Seluruh Dunia estimasi
prevalensi untuk hipertensi diperkirakan sebanyak 1 miliar orang, dan sekitar 7,1
juta kematian per tahun mungkin disebabkan hipertensi. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) melaporkan bahwa tekanan darah suboptimal (tekanan darah
sistolik > 115 mmHg) bertanggung jawab atas 62 persen dari penyakit
serebrovaskular dan 49 persen dari penyakit jantung iskemik (IHD), dengan
sedikit variasi berdasarkan jenis kelamin. Selain itu, tekanan darah suboptimal
tersebut merupakan faktor risiko nomor satu kematian di dunia (Fisher, 2003).

2.3 Etiologi
Sebagian besar (80-90%) dari pasien dengan hipertensi memiliki peningkatan
tekanan darah primer, yaitu hipertensi esensial yang tidak diketahui penyebabnya
(Camm, 2005).

a. Hipertensi Esensial/ Hipertensi Primer.


Hipertensi esensial memiliki etiologi multifaktorial.
a.) Faktor Genetik.
Tekanan darah anak dalam sebuah keluarga cenderung meningkat apabila
orang tuanya mengalami hipertensi,dibandingkan dengan anak tanpa riwayat
orang tua hipertensi. Hal ini menunjukkan tendensi faktor risiko genetik dalam
penyebab hipertensi, meskipun sebagian, adanya pengaruh lingkungan secara
bersama. Namun, sebagian besar faktor genetik bertanggung jawab atas kejadian
hipertensi dalam sebuah keluarga.
b.) Faktor Janin.
Berat badan lahir rendah dikaitkan dengan hipertensi. Hubungan ini mungkin
karena adaptasi janin intrauterin abikbat kekurangan gizi dengan perubahan
jangka panjang dalam darah Kapal struktur atau fungsi penting sisstem hormonal.
c.) Faktor Lingkungan.
Di antara beberapa faktor lingkungan yang telah diduga berperan, berikut ini
tampaknya menjadi yang paling signifikan:

6
(a) Obesitas.

Orang gemuk memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan orang
kurus. Ada resiko, yang cenderung lebih tinggi jika tekanan darah diukur dengan
manset kecil. Sesuaikan ukuran maset dengan lingkar lengan. Gangguan
pernafasan saat tidur yang bersamaan ditemukan pada pasien obesitas merupakan
faktor risiko tambahan.

(b) Alkohol.

Kebanyakan penelitian telah menunjukkan hubungan yang erat antara


konsumsi alkohol dan hipertensi. Namun, subyek yang mengonsumsi sejumlah
kecil alkohol tampaknya memiliki tingkat tekanan darah yang lebih rendah
daripada mereka yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah banyak.

(c) Asupan Garam.

Asupan Garam yang tinggi telah disarankan untuk menjadi penentu utama
dari perbedaan tekanan darah dalam populasi di seluruh dunia. Populasi dengan
asupan natrium lebih tinggi memiliki tekana darah rata-rata lebih tinggi
dibandingkan dengan asupan natrium rendah. Migrasi dari pedesaan ke
lingkungan perkotaan dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah yang sebagian
terkait dengan jumlah garam dalam diet. Studi tentang pembatasan asupan garam
telah menunjukkan efek yang menguntungkan pada tekanan darah pada pasien
hipertensi. Sejumlah bukti telah menjelaskan komsumsi tinggi kalium dapat
melawan efek asupan kadar garam yang tinggi.

(d) Stres.
Nyeri akut atau stress dapat meningkatkan tekanan darah. Namun hubungan
antaran nyeri kronik dan peningkatan tekanan darah belum dapat dijelaskan
dengan pasti.

7
d.) Mekanisme Hormonal
Adanya sistem saraf otonom maupun Renin-angiotensis, peptide nautriuetik dan
sistem kalikrein-kinin memainkan peran dalam regulasi perubahan tekanan darah
jangka pendek dan telah dikaitkan dalam patogenesis hipertensi. Penurunan renin,
saltsensitive, hipertensi esensial yang terjadi pada pasien yang mengalami retensi
garam dan air dapat dijelaskan.
e.) Resistensi Insulin
Hubungan antara diabetes dan hipertensi telah lama telah diakui dan sebuah
sindrom telah dijelaskan dari adanya hiperinsulinemia, intoleransi glukosa,
penurunan tingkat kolesterol HDL, hipertrigliseridemia dan obesitas sentral
(semua yang berhubungan dengan resistensi insulin) dalam hubungan dengan
hipertensi. Hubungan ini (juga disebut sindrom metabolik) merupakan faktor
risiko utama untuk penyakit kardiovaskular.

b. Hipertensi Sekunder.
Hipertensi sekunder adalah keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
akibat dari penyakit spesifik dan berpotensi dapat diobati. Bentuk-bentuk dari
penyeba hipertensi sekunder seperti yang ada di bawah ini:
a.) Penyakit Ginjal.
Sekitar 80% pasien penyakit ginjal mengalami hipertensi. Penyebab yang palig
sering adalah:
- Nefropati diabetik
- Glomerulonefritis Kronik
- Penyakit Polikistik pada dewasa
- Nefritis tubulointestinal Kronik
- Penyakit renovaskuler.
Hipertensi itu sendiri dapat menyebabkan atau memperburuk penyakit ginjal.
Mekanisme peningkatan tekanan darah ini akibat retensi garam dan air, meskipun
dapat pula ditemukan ketidaksesuaian peningkatan level plasma rennin.

8
b.) Penyakit Endokrin
- Sindrom Conn
- Adrenalhiperplasia
- Pheochromasitoma
- Sindrom Cushing
- Acromegali
c.) Penyakit kardiovaskular Kongenital
Penyebab yang paling sering adalah coartasio aorta.
d.) Obat-obatan
Banyak obat telah terbukti menyebabkan atau memperburuk hipertensi, atau
mengganggu respon terhadap beberapa agen antihipertensi: NSAID, kontrasepsi
oral, steroid, carbenoxolone, akar manis, simpatomimetik dan vasopressin. Pasien
yang memakai monoamine oxidase inhibitors yang mengkonsumsi makanan yang
mengandung tyramin dapat mengembangkan paroksismal hipertensi berat.
e.) Kehamilan
Curah jantung meningkat pada kehamilan tetapi, karena relatif besarnya
penurunan resistensi perifer, tekanan darah pada ibu hamil perempuan biasanya
lebih rendah dari pada mereka yang tidak hamil. Hipertensi dicatat dalam 8-10%
dari kehamilan; bila terdeteksi pada trimester pertama kehamilan atau bertahan
setelah melahirkan, biasanya karena sudah ada hipertensi esensial sebelumnya.
Hipertensi yang muncul pada paruh kedua kehamilan atau 'hipertensi yang
dicetuskan oleh kehamilan’ biasanya sembuh setelah melahirkan. Ketika tekanan
darah meningkat terhadap pengobatan> 160/110 mmHg dibenarkan untuk diobati.
Pre-eklampsia adalah sindrom yang terdiri dari kehamilan yang diinduksi
hipertensi dengan proteinuria. penyebab primer tidak diketahui dengan pasti,
tetapi kemungkinan melibatkan gangguan sirkulasi uteroplasenta dan
mengakibatkan pembatasan pertumbuhan intrauterin. Hipertensi pada kehamilan,
bersama dengan emboli paru, adalah penyebab kematian ibu yang paling umum,
dengan kejadian 10 per 1 juta kehamilan. Selain itu, penting kondisi eklampsia,
yang berhubungan dengan berat hipertensi, pada akhirnya dapat menyebabkan

9
kejang-kejang, gangguan edema otak dan paru, penyakit kuning, kelainan
pembekuan dan kematian janin.

2.4 Patofisiologi
Mekanisme patogenesis hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah yang
dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Mekanisme hipertensi tidak
dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi
dinamis antara faktor genetic, lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan darah
dirumuskan sebagai perkalian antara curah  jantung dan/atau tekanan perifer yang
akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal,
meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya aktifitas renin angiotensin
aldosteron, perubahan membrane sel, hyperinsulinemia, disfungsi endotel
merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme hipertensi.

Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistem


renin angiotensin aldosterone, dimana hampir semua golongan obat anti hipertensi
bekerja dengan mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin aldosteron
adalah sistem endogen komplek  yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah
arteri. Aktivasi dan regulasi sistem renin-angiotensin-aldosteron diatur terutama
oleh ginjal. Sistem renin-angiotensin-aldosteron mengatur keseimbangan cairan,
natrium, dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh pada aliran
pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatic regulasi
tekanan darah.

10
2.5 Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi, padahal sesungguhnya tidak. Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik   pada penderita hipertensi
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Hipertensi diduga
dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius dan bahkan dapat
menyebabkan kematian. Sering kali hipertensi disebut sebagai silent killer  karena
dua hal yaitu:

a. Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala


khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit kepala biasanya
jarang berhubungan langsung dengan hipertensi.

11
b. Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur.
Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar
untuk  meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan
jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal.

Jika timbul hipertensi yang berat atau menahun dan tidak terobati, bisa timbul
gejala  berikut:

1) Sakit kepala

2) Kelelahan

3) Jantung berdebar – debar

4) Mual

5) Muntah

6) Sesak napas

7) Gelisah

8) Pandangan menjadi kabur

9) Telinga berdenging

10) Sering buang air kecil terutama di malam hari

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan


koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut enselopati
hipertensi, yang memerlukan penanganan segera (Schwartz, 2008).

2.6 Penatalaksanaan
Pasien dengan tekanan diastolik 90 mmHg atau tekanan sistolik 140 mmHg
harus ditangani. Pasien dengan hipertensi sistolik terisolasi (level 160 mmHg
dengan tekanan diastolik 89 mmHg) harus juga diobati jika mereka di atas usia 65
tahun. Pasien dengan hipertensi dengan tekanan darah yang tidak stabil atau

12
hipertensi sistolik terisolasi yang tidak diobati harus memiliki tindak lanjut
pemeriksaan rutin pada interval 6 bulan karena hipertensi dapat menjadi progresif
dan / atau berkelanjutan. Akhirnya, pasien dengan penyakit vaskular
aterosklerotik atau diabetes mellitus dan tekanan darah diastolik antara 85 dan 90
mmHg juga harus menerima terapi antihipertensi (Fisher, 2005).

Berapakah target penurunan tekanan darah yang semestinya? Sebelumnya


diasumsikan 140/90 mmHg adalah tingkat yang diinginkan. Hal ini tampaknya
masih wajar untuk pasien nondiabetes sejak studi Pengobatan Optimal Hipertensi
(HOT) tidak mendeteksi perbedaan yang signifikan dalam risiko kardiovaskular
antara pasien nondiabetes dirawat untuk tujuan penurunan tekanan darah diastolic
90 mmHg dibandingkan 80 mmHg (Fisher, 2005).

Sekitar kurang dari sepertiga dari pasien hipertensi di Amerika Serikat diobati
secara efektif. Jumlah kegagalan terhitung kecil terkait dengan obat yang tidak
merespom. Kebanyakan kegagalan akibat (1) gagal mendeteksi hipertensi, (2)
kegagalan institusi dalam pengobatan yang efektif pasien hipertensi asimtomatik,
dan (3) kegagalan pasien hipertensi asimtomatik untuk mematuhi terapi. Untuk
membantu mengatasi masalah selanjutnya, pasien harus diedukasi untuk
melanjutkan perawatan dengan regimen yang efektif. Efek samping dan
ketidaknyamanan pengobatan harus diminimalkan atau dihilangkan agar pasien
dapat bekerja sama (Fisher, 2005).

a. Pengobatan Non-Farmakologi

Perubahan gaya hidup dapat menurunkan tekanan darah dan harus digalakkan
untuk semua orang dengan prehipertensi. Modifikasi mungkin cukup sebagai
terapi awal untuk beberapa orang dengan hipertensi stadium 1. Perlu terapi
tambahan bagi mereka dengan hipertensi yang lebih parah (Schwartz, 2008).

Pendekatan Diet untuk Menghentikan Hipertensi atau The Dietary Approach


to Stop Hypertension (DASH) efektif dalam menurunkan tekanan darah pada
pasien dengan prehipertensi atau hipertensi stadium 1. Rencana makan DASH
meliputi mengkonsumsi diet kaya buah-buahan, sayuran (kalium yang tinggi), dan

13
produk susu rendah lemak (kalsium tinggi) dengan pengurangan kandungan dari
lemak total dan jenuh (Schwartz, 2008).

Prevalensi hipertensi lebih besar pada orang-orang yang mengalami obesitas.


Peningkatan tekanan darah sering seiring dengan berat badan, dan uji klinis
banyak telah mendokumentasikan efektivitas penurunan berat badan untuk
menurunkan tekanan darah. Pengurangan berat badan ke dalam kisaran normal
(indeks massa tubuh 18,5-24,9) adalah tujuan yang diharapkan.

Pembatasan asupan natrium setiap hari menjadi100 mEq (2,4 g natrium atau 6
gr garam) menurunkan tekanan darah pada sejumlah pasien tapi tidak semua
pasien hipertensi. Sensitivitas terhadap garam lebih umum pada orang-orang ras
African American, obesitas, atau orang tua atau yang memiliki hipertensi rendah
renin, tingkat tekanan darah yang lebih tinggi, atau penyakit ginjal kronik, efek
antihipertensi dari banyak obat yang ditingkatkan oleh pembatasan natrium. Juga,
pembatasan natrium meminimalkan kehilangan kalium yang menginduksi
diuresis.

Latihan aerobik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah secara langsung
dan secara tidak langsung dengan memfasilitasi penurunan berat badan.
Setidaknya 30 menit sehari-hari aktivitas aerobik, seperti berjalan, harus
digalakkan (Schwartz, 2008).

Pembatasan asupan alkohol setiap hari ]kurang dari 1 oz (30 ml) dan etanol
(<0.5 oz untuk perempuan atau laki-laki ringan) sering dikaitkan dengan
penurunan tekanan darah. Alkohol adalah sumber kalori, dan penggunaannya
sering dikaitkan dengan buruknya kepatuhan dengan terapinantihipertensi.
Asupan alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan hipertensi yang tidak stabil
yang sulit untuk mengontrol dalam hubungan dengan gejala lain (pembilasan dan
takikardia) yang merujuk pada penyakit pheochromocytoma (Schwartz, 2008).

Karena komplikasi dari penyakit arteri koroner yang paling umum penyebab
kematian pada orang hipertensi, semua risiko untuk penyakit kardiovaskular harus
ditangani. Manfaat penurunan tekanan darah dikurangi pada perokok. Komponen

14
sindrom metabolik hidup berdampingan lebih sering pada orang hipertensi
dibandingkan orang normotensi. Pengobatan sindrom metabolik menurunkan
risiko penyakit jantung dan hipertensi yang sedang berkembang. Ini mencakup
instruksi dalam diet rendah lemak, penurunan berat badan; dorongan berolahraga
secara teratur, dan penggunaan obat-obatan untuk menurunkan kadar serum lipid,
tekanan darah, dan sensitivitas insulin bila diperlukan (Schwartz, 2008).

a. Pengobatan Farmakologi

Pada lebih dari 50% dari orang dengan hipertensi stadium 1, tekanan darah
dapat dikontrol dengan terapi obat tunggal. Faktor penting untuk pertimbangkan
ketika memilih obat untuk terapi awal adalah khasiat sebagai monoterapi, rute
eliminasi, interaksi obat, efek samping, dan biaya. Pemilihan obat yang tepat
adalah penting untuk menjaga kepatuhan jangka panjang.

Pasien dengan hipertensi stadium 2, orang-orang dengan tekanan darah awal


lebih dari 20/10 mm Hg di atas batas, dan mereka ditargetkan untuk menurunkan
tekanan darah (penyakit ginjal kronis atau diabetes) sering akan memerlukan dua
atau lebih obat untuk mengontrol tekanan darah. Pertimbangan terapi awal dengan
kombinasi dua obat (salah satunya adalah diuretik yang tepat untuk tingkat fungsi
ginjal) harus dipertimbangkan.

Pengobatan monoterapi meliputi diuretik tiazid, beta-bloker, calcium channel


blockers (CCB), ACE-inhibitors (ACEIs) dan Angiotensin Receptor Blockers
(ARBs). Kombinasi dosis rendah juga dapat digunakan untuk terapi awal. Tiazid
sebaiknya diberikan sebagai terapi awal pasien hipertensi tanpa komplikasi yang
tidak memiliki pilihan yang jelas untuk jenis lain.

Obat kelas lain dipertimbangan untuk diberikan apabila diuretik tidak efektif
atau ada kontraindikasi atau dengan pengaturan obat lain yang memiki alternative
pada kondisi tertentu (misalnya ACEIs pada pasien hipertensi dengan gagal
jantung kongestif). Antagonis alfa yang bekerja sentral (clonidin, methyldopa,
guanabenz dan guanfacine) dan vasodilator (hydralazine dan monoxidil) dapat
dipertimbangkan dalam kondisi pseudotoleransi. Pseudotoleransi adalah stimulasi

15
refleks dari sistem rennin-angiotensin-aldosteron atau sistem saraf simpatis yang
menyebabkan retensi cairan, peningkatan resistensi vaskular, atau peningkatan
curah jantung dengan hilangnya kemanjuran dengan penggunaan jangka panjang.
Oleh karena itu sejumlah obat tidak diberikan sendiri. Obat efek sentral (beta-
agonist cocok ketika diberikan dengan diuretik, vasodilator paling baik diberikan
sebagai obat ketiga dalam kombinasi diuretik dan adrenergik inhibitor. Adapula
obat yang lebih baik pada sejumlah umur dan ras tertentu (diuretik dan CCB lebih
efektif pada ras Afro-Amerika dan pasien usia: beta-bloker , ACEI dan ARB lebih
efektif pada pasien kulit putih dan dan pasien yang lebih muda. Dengan terapi
kombinasi, memastikan obat bekerja kombinasi dan dua obat dari kelas yang sama
tidak boleh diberikan. Biasanya, salah satu obat kombinasi adalah diuretik
kelemahan dan impotensi. Impotensi merupakan efek sampiang yang paling
berpotensi pada semua obat anti hipertensi.

Dikenal ada 2 kelompok obat lini pertama yang lazim digunakan untuk
pengobatan awal hipertensi yang itu diuretic, beta-bloker, ACE-inhbitor, ARB dan
antagonis kalsium. Pada JNC-VII, penyekat reseptor alfa adrenergik tidak
dimasukkan dalam lini pertama (Hafrialdi, 2007).

Berikut ini pembagian obat lini pertama hipertensi:

1. Diuretik.

Diuretik bekerja dengan meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida


sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Penelitianpenelitian
besar membuktikan bahwa efek proteksi kardiovaskuler diuretic belum dikalahkan
oleh obat lain sehingga diuretic dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi
ringan dan sedang. Bahkan bila menggunakan kombinasi dua atau lebih
antihipertensi, maka salah satunya adalah diuretik (Hafrialdi, 2007).

Sampai sekarang diuretik golongan tiazid merupakan obat utama dalam terapi
hipertensi. Sebagian penelitian besar membuktikan bahwa diuretik terbukti paling
efektif dalam menurunkan risiko kardiovaskuler.

16
Diuretik bekerja dengan menghambat transport bersama Na-Cl di tubulus
distal ginjal, sehingga ekskresi Na+ dan Cl- meningkat.Beberapa obat golongan
diuretic antara lain hidroklorotiazid, bendroflumetiazid, klorotiazid dan diuretik
lain yang memiliki gugus aryl-sulfonamida. Pemberian 1x sehari (Hafrialdi,
2007).

2. Beta bloker.

Beta-bloker bekerja dengan (1) menurunkan frekuensi denyut jantung dan


kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung, (2) hambatan sekresi
rennin di sel jungstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan kadar angiotensin
II, (3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas baroreseptor, perubahan aktivitas
neuron adrenergik perifer dan oeningkatan sintesis prostasiklin.

Dari berbagai beta-bloker, atenolol merupakan obat yang sering dipilih. Dosis
lazim 50-100 mg per oral sehari. Metoprolol diberikan dua kali sehari dengan
dosis 50-100 mg. Labetolol diberikan dua kali sehari maksimal 300 mg, dam
karvedilol sekali sehari maksimal 50 mg (Hafrialdi, 2007).

3. Angiotensin Converting Enzym (ACE) inhibitor dan Angiotensin Reseptor


Blocker (ARB)

ACE-inhibitor bekerja dengan menghambat perubahan angiotensin I menjadi


angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron.
Pada gagal jantung kongestif, ACEI mengurangi beban jantung dan akan
memperbaiki keadaan pasien.

ACEI dibedakan atas dua kelompok yaitu: 1) yang bekerja langsung,


contohnya Captopril dosis 25-100 mg 2-3x sehari dan lisinopril 10-40 mg 1x
sehari. 2) Prodrug, contohnya enalapril, kuinapril, perindopril, ramipril, silazapril,
benazepril, fosinopril dan lain-lain.

ARB bekerja dengan memblok reseptor AT 1 sehingga terjadi vasokontriksi,


sekresi aldosteron, rangsangan saraf simpatis, stimulasi jantung, efek renal serta
efek jangka panjang berupa hipertrofi otot polos pembuluh darah dan miokard.

17
Obat ARB seperti Losartan 25-100 mg 1-2x sehari, valsartan, irberstan,
telmisartan dan candesartan 1x sehari (Hafrialdi, 2007).

4. Antagonis Kalsium

Antagonis kalsium meghambat influx kalsium pada sel otot polos pembuluh
darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama menimbulkan
relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan resistensi
perifer ini sering diikuti oleh reflek takikardia dan vasokontriksi, terutama
menggunakan golongan dihidropiridin kerja pendek (nifedipin). Dossi nifedipin 3-
4x sehari tab 100 mg. Sedangkan diltiazem 80-180 mg 3x sehari dan verapamil
80-320 mg 2-3x sehari tidak menimbulkan takikardia karena efek kronotropik
negative langsung pada jantung. Bila reflex takikardia kurang baik, seperti pada
orang tua, maka pemberian antagonis kalsium dapat menimbulkan hipotensi yang
berlebihan (Hafrialdi, 2007).

2.7 Komplikasi
Salah satu alasan mengapa kita perlu mengo-ati tekanan darah tinggi adalah
untuk  mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi yang dapat timbul jika
penyakit ini tidak  disembuhkan. Beberapa komplikasi hipertensi yang umum
terjadi diantaranya sebagai berikut :

1). Stroke

Hipertensi adalah faktor resiko yang penting dari stroke dan trancient
ischaemic attack. Pada penderita hipertensi 80% stroke yang terjadi merupakan
stroke iskemik, yang disebabkan karena trombosis intra arterial atau embolisasi
dari jantung dan arteri besar. Sisanya 20% disebabkan oleh pendarahan
(haemorrhage) yang juga berhubungan dengan nilai tekanan darah yang sangat
tinggi. Studi populasi menunjukan bahwa penurunan tekanan darah sebesar 6
mmHg menurunkan resiko terjadinya stroke.

18
2). Penyakit jantung koroner dan gagal jantung

Nilai tekanan darah menunjukan huBungan yang positif dengan resiko


terjadinya  penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau kematian
mendadak). Bukti dari suatu studi epidemiologik yang bersifat retrospektif
menyatakan bahwa penderita dengan riwayat hipertensi memiliki resiko enam kali
lebih besar untuk menderita gagal jantung daripada  penderita tanpa riwayat
hipertensi.

3). Penyakit Vaskular

Penyakit vaskular meliputi aneurisma aorta dan penyakit vaskular perifer.


Kedua penyakit ini menunjukan adanya atherosklerosis yang diperbesar oleh
hipertensi. Hipertensi juga meningkatkan terjadinya lesi atherosklerosis pada
arteri carotid, dimana lesi atherosklerosis yang berat seringkali merupakan
penyebab terjadinya stroke.

4). Retinopati

Hipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata, yang disebut


retinopati hipertensi. Perubahan tersebut meliputi bilateral retinal flameshaped
haemorrhage, cotton wool spots, hard exudates dan papiloedema. Pada tekanan
yang sangat tinggi (diastolik >120 mmHg, kadang;kadang setinggi 180 mmHg
atau bahkan lebih), cairan mulai bocor dari arteriol-arteriol kedalam retina,
sehingga menyebabkan padangan kabur.

5). Kerusakan ginjal

Ginjal merupakan organ penting yang sering rusak akibat hipertensi. Dalam
waktu beberapa tahun hipertensi parah dapat menyebabkan insufiensi ginjal,
kebanyakan sebagai akibat nekrosis fibrinoid karena insufisiensi arteri ginjal
kecil. Perkembangan kerusakan ginjal akibat hipertensi biasanya ditandai oleh
proteinuria. Proteinuria dapat dikurangi dengan menurunkan tekanan darah secara
efektif.

19
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif
tentang suatu keadaan secara objektif. Pada penelitian ini data diambil
menggunakan data sekunder yaitu data pasien penderita hipertensi yang
memeriksakan diri ke Poli Umum Puskesmas Petarukan selama bulan Mei sampai
Juli 2021.

3.2 Ruang Lingkup Kerja


3.2.1 Tempat
Penelitian dilakukan di Puskesmas Petarukan, Kabupaten Pemalang, Jawa
Tengah
3.2.2 Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juli 2021.
3.2.3 Populasi dan sampel penelitian
1) Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga yang
memeriksakan diri ke Poli Umum Puskesmas Petarukan selama bulan Mei
sampai Juli 2021.
2) Sampel
Sampel penelitian diperoleh dengan menggunakan metode total
sampling. Sampel yang diteliti merupakan populasi terjangkau yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
3) Kriteria inklusi
a. Usia ≥ 15 tahun
b. Memeriksakan diri ke Poli Umum Puskesmas Petarukan selama
bulan Mei – Juli 2021

20
c. Memiliki hasil pemeriksaan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
dan/atau diastolik ≥ 90 mm Hg
4) Kriteria eklusi
a. Penderita selain hipertensi
b. Penderita hipertensi sekunder

3.3 Etika Penelitian


Etika penelitian memiliki berbagai macam prinsip, namun terdapat empat
prinsip utama yang perlu dipahami oleh pembaca, yaitu:
1) Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan
informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta
memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy).
2) Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for
privacy and confidentiality). Setiap manusia memiliki hak-hak dasar
individu termasuk privasi dan kebebasan individu. Pada dasarnya
penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi individu
termasuk informasi yang bersifat pribadi. Sedangkan, tidak semua orang
menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti
perlu memperhatikan hak- hak dasar individu tersebut.
3) Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness). Prinsip
keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi prinsip
keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati - hati, profesional,
berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor - faktor ketepatan,
keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius
subyek penelitian.
4) Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits). Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan
prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal
mungkin bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat

21
populasi (beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan
bagi subyek (nonmaleficence). Apabila intervensi penelitian berpotensi
mengakibatkan cedera atau stres tambahan maka subyek dikeluarkan dari
kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stres,
maupun kematian subyek penelitian (Nursalam, 2011).

3.4 Pengambilan Data


Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder,
dimana data sekunder berupa daftar identitas penderita yang akan dijadikan
sample diperoleh dari Puskesmas Petarukan.

3.5 Penyajian Dan Analisis Data


Penyajian data lebih banyak berupa kata-kata yang merupakan hasil
penelitian, jika terdapat data lain maka dapat ditambahkan gambar, grafik,
tabel, dokumen maupun diagram. Bentuk penyajian data dalam penelitian
kualitatif tidak terdapat batasan baku, sebagaimana karakteristik penelitian
kualitatif yang fleksibel maka penyajian data dalam penelitian juga sangat
dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam merangkai kata-kata sehingga
terbentuk kalimat yang mewakili hasil penelitian.

22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum
Puskesmas Petarukan berada di wilayah Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa
Tengah dan memiliki wilayah kerja sebanyak 5 Kelurahan, dengan perincian 1)
Petarukan 2) Kalirandu 3) Bulu 4) Tegalmlati 5) Serang.
Penelitian ini dilakukan terhadap pasien yang memeriksakan diri ke poli
umum Puskesmas Petarukan pada bulan Mei 2021 sampai Juli 2021. Sebelum
pengambilan data, dilakukan pencatatan data dasar sample berdasarkan kriteria
inklusi, sehingga didapatkan 147 penderita hipertensi. Setiap penderita kemudian
dicatat usia, jenis kelamin, alamat dan hasil pemeriksaan tekanan darah masing-
masing.

4.1.2 Kejadian Hipertensi


Distribusi frekuensi kejadian Hipertensi di Puskesmas Petarukan pada
bulan Mei sampai Juli 2021 dapat dilihat pada Grafik di bawah ini:

23
Sumber : Data Puskesmas Petarukan
Grafik 1. Persentase Penderita Hipertensi di Puskesmas Petarukan Periode Mei-Juli 2021

Berdasarkan grafik diatas didapatkan pasien hipertensi yang


memeriksakan diri ke poli umum Puskesmas Petarukan sebanyak 3% atau 147
orang dari total keseluruhan pasien sebanyak 5115 pasien.

Grafik 2. Sebaran penderita hipertensi berdasarkan wilayah kerja Puskesmas Petarukan

Berdasarkan Grafik di atas terlihat bahwa distribusi pasien hipertensi


tidak sama untuk masing – masing kelurahan. Kelurahan Petarukan merupakan
kelurahan yang memiliki jumlah pasien hipertensi yang tertinggi pada bulan Mei-
Juli 2021, yaitu sebanyak 63 penderita dan pasien hipertensi terendah terdapat
pada kelurahan Bulu dan Tegalmlati yaitu masing-masing 8 penderita. Hal ini
terjadi dikarenakan banyak faktor salah satunya yaitu jarak tempuh dari masing-
masing kelurahan menuju puskesmas, dimana kelurahan Petarukan adalah
kelurahan yang paling dekat dengan Puskesmas Petarukan sedangkan Kelurahan
Tegalmlati merupakan kelurahan yang terjauh jarak tempuhnya dengan
Puseksmas Petarukan sehingga masyarakat kelurahan Tegalmlati yang datang ke
Puskesmas Petarukan lebih sedikit. Faktor lainnya yaitu tidak diadakannya pos
Pandu-PTM dimana selama masa pandemi Covid-19.

24
4.1.3 Karakteristik Penderita Hipertensi
Penderita Hipertensi yang dimaksud dalam hal ini merupakan orang yang
memiliki gejala klinis Hipertensi dan pemeriksaan tekanan darah menunjukkan
hasil sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau diastolik ≥ 90 mm Hg saat memeriksakan diri
ke poli umum Puskesmas Petarukan selama bulan Mei-Juli 2021.
Karakteristik penderita yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis
kelamin dan usia. Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik pendertita
Hipertensi di wilayah kerja Puskemas Petarukan sebagai berikut:

Grafik 3. Karakteristik Penderita Hipertensi berdasarkan jenis kelamin

25
Grafik 4. Karakteristik Penderita Hipertensi berdasarkan usia
Karakteristik penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin diperoleh
penderita laki-laki sebanyak 43 orang (29%) dan perempuan sebanyak 104 orang
(71%). Berdasarkan usia didapatkan penderita Diabetes Melitus Tipe II terbanyak
yaitu usia 60-69 tahun sebanyak 55 orang (38%) dan paling sedikit yaitu usia 20-
39 tahun yaitu sebanyak 2 orang (1%).

4.2 Pembahasan
4.2.1 Kejadian Hipertensi
Berdasarkan data sekunder yang didapatkan, jumlah kejadian hipertensi di
Puskesmas Petarukan selama bulan Mei-Juli adalah sebanyak 147 pasien. Hal ini
berkaitan dengan beberapa faktor internal dan eksternal dimana faktor internal
yaitu yang berkaitan dengan faktor risiko penyakit hipertensi itu sendiri dan faktor
eksternal diantaranya penurunan jumlah pasien secara keseluruhan yang datang
memeriksakan diri ke Puskesmas Petarukan selama masa pandemic Covid-19.
4.2.2 Karakteristik Penderita Hipertensi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita Hipertensi banyak terjadi
pada jenis kelamin perempuan daripada laki-laki. Data tersebut sesuai dengan
penelitian Schwartz (2008) yang menyatakan bahwa dalam usia dewasa muda dan
usia pertengahan awal, hipertensi lebih umum pada pria dibandingkan pada

26
wanita. Pada orang yang lebih tua dari 60 tahun, sebaliknya adalah hipertensi
lebih umum pada wanita dibandingkan pada pria. Pada perempuan prevalensi
berkaitan erat dengan usia, dengan peningkatan yang substansial terjadi setelah
usia 50. Peningkatan ini diduga berkaitan dengan perubahan hormonal saat
menopause, meskipun mekanismenya belum diketahui dengan jelas. Dengan
demikian, rasio frekuensi hipertensi pada wanita dibandingkan pria meningkat
0,6-0,7 pada usia 30 hingga 1,1-1,2 pada usia 65.
Mayoritas penderita hipertensi pada penelitian ini berusia 60-69 tahun yang
merupakan usia lanjut. Data tersebut sesuai dengan laporan oleh JNC 7 dimana
Prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya umur ke titik di mana lebih
dari setengah dari orang usia 60-69 tahun dan sekitar tiga-perempat dari mereka
70 tahun dan lebih tua. Peningkatan terutama tekanan darah sistolik bertanggung
jawab dalam meningkatkan insiden dan prevalensi hipertensi sejalan dengan
pertambahan usia.
Tekanan darah meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Tekanan darah
sistolik meningkat sepanjang hidup, tetapi tekanan darah diastolik cenderung
stabil pada usia dekade kelima. Dengan demikian, baik insiden dan prevalensi
hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia, dan hipertensi sistolik terisolasi
menjadi subtipe yang paling umum pada orang tua. Untuk orang setengah baya
dengan tekanan darah normal yang hidup sampai usia 85 tahun, masa residual
risiko mengembangkan hipertensi adalah 90% (Fisher, 2005).

27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang di lakukan mengenai
gambaran penderita hipertensi di Puskesmas Petarukan Kabupaten Pemalang
bulan Mei sampai Juli 2021, dapat di simpulkan sebagai berikut :
1. Daerah dengan penderita Hipertensi paling tinggi yakni Kelurahan
Petarukan, sedangkan Kelurahan Bulu dan Tegalmlati merupakan
kelurahan dengan kejadian hipertensi terendah.
2. Berdasarkan jenis kelamin, dari keseluruhan penderita hipertensi
didominasi oleh pasien dengan jenis kelamin Perempuan.
3. Jika dikelompokkan berdasarkan usia, penderita hipertensi yang paling
banyak yaitu usia 60-69 tahun.

5.2 Saran
1) Meningkatkan mutu sumber daya manusia dengan memberikan
penyuluhan rutin di bidang kesehatan serta perilaku hidup bersih dan sehat
terutama yang berkaitan dengan Hipertensi pada masyarakat agar
meningkatkan pengetahuan dan perilaku untuk mengurangi angka
penambahan penderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Petarukan.
2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam pelaksanaan screening dini
Hipertesni agar dapat diobati dan mencegah terjadinya komplikasi lebih
lanjut yang dapat mengakibatkan kematian

28
DAFTAR PUSTAKA

Camm AJ, BUnce N. Cardiovascular Disease. Kumar Parveen, Clark Micheal,


editors. Kumar & Klark’s Clinicak Medicine. Seventh Edition. UK:
Saunders Elsevier. 2005. p.798-804
Fisher Nomi, Williams Gordon. Hypertensive Vascular Diease. Harrison Tinsley
R, editor. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 16th edition. United
Nations of America: McGraw-Hill. 2005. P.1463-80
Hafrialdi. Antihipertensi. Gunawan Gan Sulistia, editor. Farmakologi dan Terapi.
Edisi 5. Jakarta: Departemen farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran Indonesia. 2007. h.341-60
Kowalak Jenifer, Cardiovascular System. Kowalak Jenifer, Cavallini Mario,
editors. Handbook of Pathopisiology. US: Springhouse Corporation.
2001.p.120-4
Schwartz Gary L. Hypertension. Habermann Thomas, Ghosh K. Amit, editors.
Mayo Clinic Internal Medicine Concise Textbook. USA: Mayo Clinic
Scientific Press and Informa Healthcare USA, INC. 2008. P 429-64
Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. U.S. Department
Health and Human Services. August. 2004

29

Anda mungkin juga menyukai