Pasien rujukan Puskesmas Kepil 1 datang ke IGD dengan keterangan G2P1A0 hamil 30 minggu
dengan keluhan sesak napas. Sesak napas dirasakan memberat sejak tadi malam. Keluhan
dirasakan memberat jika pasieng tidur atau berbaring, dan membaik ketika duduk. Pasien juga
mengeluhkan dadanya berdebar-debar sejak tadi malam, dan batuk tidak berdahak kurang lebih
1 bulan. Pasien juga merasa sering berkeringat walaupun tidak beraktivitas berat. Keluhan
kenceng-kenceng, keluar lendir/darah dari jalan lahir, air ketuban rembes disangkal. Penurunan
berat badan yang signifikan disangkal. BAK (+) lancar, BAB (+) lancar.
Anamnesis
RPD:
- Riwayat hipertiroid ± 10 tahun, pasien menghentikan pengobatannya sendiri sekitar 1 bulan
lalu.
- Riwayat hipertensi sebelumnya disangkal.
- Riwayat diabetes seblumnya disangkal.
- Riwayat asma/alergi sebelumnya disangkal.
- Riwayat penyakit jantung sebelumnya disangkal.
Anamnesis
RPK:
Riwayat keluarga mengalami gejala serupa disangkal.
Riwayat keluarga mengalami hipertensi disangkal.
Riwayat keluarga mengalami diabetes disangkal.
Riwayat keluarga mengalami penyakit jantung disangkal.
RPSos:
Bekerja sebagai ibu rumah tangga, merokok (-), riwayat konsumsi alkohol dan NAPZA disangkal,
riwayat minum jamu dan pijat selama kehamilan disangkal, dalam satu hari, pasien makan 3 kali
dalam sehari. Suami pasien tidak merokok.
Anamnesis
Riwayat Obstetrik:
Riwayat Menstruasi : menarche usia 14 tahun, siklus menstruasi teratur 28 hari, lama mens 5-7
hari, keputihan (-)
Riwayat Pernikahan : 1 kali sudah 11 tahun.
Riwayat KB : riwayat KB suntik 3 bulan.
Riwayat Kehamilan:
Anak I: Usia 9 tahun, jenis kelamin perempuan, lahir Vacum Ekstraksi di RSUD, BBL 3100 gram, sehat.
Anak II: Hamil ini.
Usia Kehamilan : 30 minggu 2 hari
HPHT : 03/03/19
HPL : 17/12/19
Anamnesis
Anamnesis Sistem:
Sistem serebrospinal : keluhan nyeri kepala (-), demam (-)
Sistem kardiovaskular : nyeri dada (-), berdebar-debar (+)
Sistem respirasi : sesak napas (+), batuk (+)
Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), BAK/BAB tidak ada keluhan
Sistem urogenital : tidak ada keluhan
Sistem integumentum : sering berkeringat
Sistem musculoskeletal : tidak ada keluhan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sesak napas
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital :
TD : 171/100 mmHg
Nadi : 140 x/menit
Respirasi : 30 x/menit
Temperatur : 36,6 ℃
SpO2 : 96% (menggunakan NRM 10 lpm)
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Kepala
Bentuk : Mesocephal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Hidung : bentuk normal, tidak ada sekret, tidak ada epistaksis
Telinga : Bentuk normal, simetris kanan dan kiri, discharge tidak ada, serumen minimal
Mulut : Tidak ada bibir sianosis,tampak bibir kering, tidak terdapat gusi berdarah,
mukosa mulut kering, pembesaran tonsil tidak ada.
Leher : JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran KGB, terdapat pembesaran
kelenjar tiroid kanan dan kiri.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Thorax dan Pulmo :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi (+)
Palpasi : vokal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : suara sonor pada lapang paru
Auskultasi : SDV (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi :Ictus cordis tidak tampak
Palpasi :Ictus cordis teraba.
Auskultasi :Bunyi jantung 1 dan 2 murni reguler, tidak ada bising
Abdomen : status obstetrika
Ekstremitas : Bentuk normal anatomis, tidak ada deformitas, tidak terdapat nyeri gerak aktif dan pasif. Akral hangat dan
edem (-).
Pemeriksaan Fisik
Status Obstetrika
Leopold I : TFU 26 cm, teraba bagian lunak (bokong)
Leopold II : teraba bagian memanjang di sebelah kiri (puki).
Leopold III : teraba bagian bulat dan keras (preskep)
Leopold IV :kepala belum masuk PAP
Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
Foto Thorax AP
(4 Oktober 2019)
Pemeriksaan Laboratorium (4 Okt 2019)
Pemeriksaan Hemoglobin
Leukosit
14.0
14.3
13,2 – 17,3
3,8 – 10,6
L
H
SGPT 13.3 0 - 50
Sero Imunologi
- Inf. RL 10 tpm
UPD:
- Nifedipin 10 mg
-PTU 3X1
- Inj. Furosemid 1 amp
-Propanolol tab 3x1
-Profilas 2x1
-Retaphyl syr. 1x1
-Cek free T4
-Ro thorax
Follow Up
4/10/19 (15.30 VK) 5/10/19 (10.00)
S : Pasien mengeluh sesak napas, memberat jika berbaring, berdebar-
Pasien dipindah ke ruang HCU bangsal edelweiss.
debar (+)
O : S : Keluhan sesak napas sudah berkurang, berdebar-debar (+)
KU: tampak sesak napas T : 36.70C O :
TD: 140/90 RR : 30x/menit KU: Sedang R: 26x/menit
N : 131x/menit
Kepala : CA-/-, SI -/- TD: 145/90 T: 36.70C
Thorax : SDV +/+, ronkhi (+), wheezing (-) N : 128x/menit SpO2: 96% (O2 3 lpm)
BJ I-II Reguler, Bising (-) Thorax : SDV +/+, ronkhi (+), wheezing (-)
Abdomen : BJ I-II Reguler, Bising (-)
Leopold I : TFU 26 cm, teraba bagian lunak (bokong)
Leopold II : teraba bagian memanjang di sebelah kiri (puki). A : G2P1A0 H 30+3 minggu dengan hipertiroid, dispneu
Leopold III : teraba bagian bulat dan keras (preskep) P : Observasi KU dan VS
Leopold IV :kepala belum masuk PAP O2 3-4 lpm
PTU 3x1
A : G2P1A0 H 30+2 minggu dengan hipertiroid, dispneu
P : Observasi KU dan VS Propanolol 3x1
O2 NRM 10 lpm
PTU 3X1
Propanolol 3x1
6/10/19 7/10/19
S : Pasien merasa sesak napas berkurang, berdebar-debar berkurang. S : Pasien merasa sudah tidak sesak napas, berdebar-debar
O : berkurang, batuk kering (+), sudah mulai jalan-jalan.
KU: Cukup R: 26x/menit O :
TD: 146/86 T: 36.80C KU: Cukup R: 23x/menit
N : 121x/menit SpO2: 97% TD: 145/90 T: 36.8
Kepala: CA-/-. SI-/- N : 112x/menit SpO2: 98%
Thorax : SDV +/+, ronkhi (+), wheezing (-) Kepala : CA-/-, SI -/-
BJ I-II Reguler, Bising (+) Thorax : SDV +/+, ronkhi (+), wheezing (-)
Ekstremitas: edema (-) BJ I-II Reguler, Bising (+)
A : G2P1A0 H 30+4 minggu dengan hipertiroid, dispneu, HHD Abdomen :
P : Observasi KU dan VS Leopold I: TFU 26 cm, teraba bagian lunak (bokong)
O2 3-4 lpm Leopold II: teraba bagian memanjang di sebelah kiri (puki).
PTU 3x1 Leopold III: teraba bagian bulat dan keras (preskep)
Propanolol 3x1 Leopold IV:kepala belum masuk PAP
Pro konsultasi ts kardiologi
A : G2P1A0 H 30+4 minggu dengan hipertiroid, HHD, GH
Bentuk paling umum dari hipertiroidisme antara lain diffuse toxic goiter (Grave’s disease), toxic
multinodular goiter (Plummer disease), dan toxic adenoma.
Epidemiologi
Insidensi tiroroksikosis atau hipertiroidisme dalam kehamilan bervariasi antara 2 sampai 17 per
1.000 kehamilan. Prevalensi hipertiroidisme di Indonesia belum diketahui.
Hipertiroidisme lebih sering ditemukan pada wanita daripada laki-laki dengan ratio 5:1.
Hipertiroidisme jarang ditemukan pada wanita hamil. Kekerapannya diperkirakan 2 : 1000 dari
semua kehamilan, namun bila tidak terkontrol dapat menimbulkan krisis tiroid, persalinan
prematur, abortus dan kematian janin.
Epidemiologi
Fisiologi Tiroid dan Kehamilan
Terjadi perubahan kadar tiroid karena meningkatnya kadar TBG (Thyroid Binding Globulin)
sebagai respons terhadap peningkatan kadar estrogen.
Peningkatan kadar TBG serum selama kehamilan disebabkan karena meningkatnya produksi TBG oleh sel-sel
hati dan menurunnya degradasi TBG perifer akibat modifikasi oligosakarida karena pengaruh kadar estrogen
yang tinggi.
Terjadi peningkatan sekresi Thyroid Stimulating Factors (TSF) dari plasenta terutama Human
Chorionic Gonadotropin (HCG).
HCG menyerupai TSH, dimana keduanya merupakan glikoprotein yang mempunyai gugus alfa yang identik.
TSH tidak melewati plasenta. Kadar Hcg serum mencapai maksimal selama 12 minggu pertama, dan
bersamaan dengan itu kadar tiroksin bebas meningkat untuk menekan sekresi tirotropin hipofisis.
Fisiologi Tiroid dan Kehamilan
Penurunan ketersediaan iodium karena peningkatan bersihan ginjal terhadap iodium dan
hilangnya iodium melalui kompleks feto-plasental pada akhir kehamilan.
Selama kehamilan, tiroksin ibu disalurkan ke janin. Tiroksin ibu penting bagi pembentukan otak
janin khususnya sebelum kelenjar tiroid janin berfungsi.
Kelenjar janin mulai memekatkan iodium dan membentuk hormone tiroid setelah 12 minggu.
Poros hipothalamus hipofise organ target
kelenjar tiroid
Patofisiologi
Autoimunitas
Hipertiroid dalam kehamilan pada umumnya disebabkan oleh penyakit autoimun Grave.
Penyebab yang lainnya, adalah struma multinodular, adenoma toksik, tiroiditis
Grave’ disease → proses autoimun → antibody tiroid → menempel dan mengaktivasi reseptor
TSH →hiper fungsi dari kelenjar tiroid
Episode kekambuhan → riwayat hipertiroid
Patofisiologi
Diagnosis
Tanda & Gejala
Diagnosis
Diagnosis hipertiroidisme harus selalu dikonfirmasi oleh pengukuran FT 4 dan TSH
Penatalaksanaan
Obat-obatan anti tiroid
Drug of choice: Propiltiourasil (PTU)
PTU dapat menghambat perubahan T4 menjadi T3 disamping
menghambat sintesis hormon tiroid.
PTU lebih sedikit melewati plasenta dibandingkan metimazol karena
Penatalaksanaan PTU mempunyai ikatan protein yang kuat dan sukar larut dalam air.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa metimazol dilaporkan
berkaitan dengan embriopati metimazol yang ditandai dengan
atresia esophagus atau koana serta aplasia kulit.
Dosis PTU 300-450 mg/hari dalam 3 dosis terbagi.
Bila kadar FT4 dan FT3 mencapai batas normal, berikan dosis
maintenance 50-300 mg/hari dalam dosis terbagi.
Larutan iodium (Lugol) diberikan sebanyak 3 tetes dalam
segelas air putih & diminum 1x sehari selama 1-2 minggu.
Beta bloker
Beta bloker digunakan untuk mengurangi manifestasi
simpatetik pada hipertiroidisme.
Obat yang dapat digunakan adalah Propanolol dengan dosis
40-80 mg/hari terbagi dalam 3-4 dosis.
Penatalaksanaan Tidak digunakan pada kehamilan dengan hipertiroid yang
disertai dengan penyakit paru obstruktif, blockade jantung,
dekompensatio cordis, dan diabetes mellitus.
Tiroidektomi subtotal
Dapat dipertimbangkan ketika kondisi hipertroid telah teratasi
lewat pengobatan.