Anda di halaman 1dari 39

Kehamilan dengan Hipertiroid

NAFISA RIMA AMANI


(20184010121)
Identitas Pasien
Nama : Ny. IS
Tanggal lahir : 13 September 1985/34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kapulogo wetan 9/4 Kepil, Wonosobo
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Tanggal masuk : 4 Oktober 2019
Anamnesis
Keluhan Utama: sesak napas
RPS:

Pasien rujukan Puskesmas Kepil 1 datang ke IGD dengan keterangan G2P1A0 hamil 30 minggu
dengan keluhan sesak napas. Sesak napas dirasakan memberat sejak tadi malam. Keluhan
dirasakan memberat jika pasieng tidur atau berbaring, dan membaik ketika duduk. Pasien juga
mengeluhkan dadanya berdebar-debar sejak tadi malam, dan batuk tidak berdahak kurang lebih
1 bulan. Pasien juga merasa sering berkeringat walaupun tidak beraktivitas berat. Keluhan
kenceng-kenceng, keluar lendir/darah dari jalan lahir, air ketuban rembes disangkal. Penurunan
berat badan yang signifikan disangkal. BAK (+) lancar, BAB (+) lancar.
Anamnesis
RPD:
- Riwayat hipertiroid ± 10 tahun, pasien menghentikan pengobatannya sendiri sekitar 1 bulan
lalu.
- Riwayat hipertensi sebelumnya disangkal.
- Riwayat diabetes seblumnya disangkal.
- Riwayat asma/alergi sebelumnya disangkal.
- Riwayat penyakit jantung sebelumnya disangkal.
Anamnesis
RPK:
Riwayat keluarga mengalami gejala serupa disangkal.
Riwayat keluarga mengalami hipertensi disangkal.
Riwayat keluarga mengalami diabetes disangkal.
Riwayat keluarga mengalami penyakit jantung disangkal.
RPSos:

Bekerja sebagai ibu rumah tangga, merokok (-), riwayat konsumsi alkohol dan NAPZA disangkal,
riwayat minum jamu dan pijat selama kehamilan disangkal, dalam satu hari, pasien makan 3 kali
dalam sehari. Suami pasien tidak merokok.
Anamnesis
Riwayat Obstetrik:
Riwayat Menstruasi : menarche usia 14 tahun, siklus menstruasi teratur 28 hari, lama mens 5-7
hari, keputihan (-)
Riwayat Pernikahan : 1 kali sudah 11 tahun.
Riwayat KB : riwayat KB suntik 3 bulan.
Riwayat Kehamilan:
Anak I: Usia 9 tahun, jenis kelamin perempuan, lahir Vacum Ekstraksi di RSUD, BBL 3100 gram, sehat.
Anak II: Hamil ini.
Usia Kehamilan : 30 minggu 2 hari
HPHT : 03/03/19
HPL : 17/12/19
Anamnesis
Anamnesis Sistem:
Sistem serebrospinal : keluhan nyeri kepala (-), demam (-)
Sistem kardiovaskular : nyeri dada (-), berdebar-debar (+)
Sistem respirasi : sesak napas (+), batuk (+)
Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), BAK/BAB tidak ada keluhan
Sistem urogenital : tidak ada keluhan
Sistem integumentum : sering berkeringat
Sistem musculoskeletal : tidak ada keluhan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sesak napas
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital :
TD : 171/100 mmHg
Nadi : 140 x/menit
Respirasi : 30 x/menit
Temperatur : 36,6 ℃
SpO2 : 96% (menggunakan NRM 10 lpm)
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Kepala
Bentuk : Mesocephal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Hidung : bentuk normal, tidak ada sekret, tidak ada epistaksis
Telinga : Bentuk normal, simetris kanan dan kiri, discharge tidak ada, serumen minimal
Mulut : Tidak ada bibir sianosis,tampak bibir kering, tidak terdapat gusi berdarah,
mukosa mulut kering, pembesaran tonsil tidak ada.
Leher : JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran KGB, terdapat pembesaran
kelenjar tiroid kanan dan kiri.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Thorax dan Pulmo :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi (+)
Palpasi : vokal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : suara sonor pada lapang paru
Auskultasi : SDV (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi :Ictus cordis tidak tampak
Palpasi :Ictus cordis teraba.
Auskultasi :Bunyi jantung 1 dan 2 murni reguler, tidak ada bising
Abdomen : status obstetrika
Ekstremitas : Bentuk normal anatomis, tidak ada deformitas, tidak terdapat nyeri gerak aktif dan pasif. Akral hangat dan
edem (-).
Pemeriksaan Fisik
Status Obstetrika
Leopold I : TFU 26 cm, teraba bagian lunak (bokong)
Leopold II : teraba bagian memanjang di sebelah kiri (puki).
Leopold III : teraba bagian bulat dan keras (preskep)
Leopold IV :kepala belum masuk PAP
Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
Foto Thorax AP
(4 Oktober 2019)
Pemeriksaan Laboratorium (4 Okt 2019)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi


Paket Darah Otomatis

Pemeriksaan Hemoglobin
Leukosit
14.0
14.3
13,2 – 17,3
3,8 – 10,6
L
H

Penunjang DIFF COUNT


Eosinofil 1.50% 2,00 - 400 L
Basofil 0.30% 0 – 4,00
Neutrofil 86.00% 50,00 – 70,00 H
Limfosit 3.40% 25,00 – 40,00 L
Monosit 8.20% 2,00 – 8,00 H
IG 0.6% 0 – 10
Hematokrit 41% 40 – 52
Eritrosit 5.2 4,40 – 5,90
MCV 79 fL 80 – 100 L
MCH 27pg 26 – 34
MCHC 34 g/dl 32 – 36
Trombosit 210 150 - 400
Gol. darah AB
Pemeriksaan Laboratorium (4 Okt 2019)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi


Kimia Klinik
Pemeriksaan GDS
Ureum
83 mg/dl
5.6 mg/dl
70-150
< 50
Penunjang Kreatinin
SGOT
0.21 mg/dl
17.8
0,60 – 1,10
0 – 50
L

SGPT 13.3 0 - 50

Sero Imunologi

HBsAg Negatif Negatif

TSH < 0.5 mu/L 0.27 – 4.20

FT4 1.9 0.9 – 1.7 H


Diagnosis Kerja
G2P1A0 hamil 30+2 minggu dengan dispneu dan hipertiroid
Penatalaksanaan
IGD: Obsgyn:
- Posisikan pasien ½ duduk - Inj. Metilprednisolon 62,5 mg
- O2 NRM 10 lpm - Konsul UPD

- Inf. RL 10 tpm
UPD:
- Nifedipin 10 mg
-PTU 3X1
- Inj. Furosemid 1 amp
-Propanolol tab 3x1
-Profilas 2x1
-Retaphyl syr. 1x1
-Cek free T4
-Ro thorax
Follow Up
 4/10/19 (15.30 VK)  5/10/19 (10.00)
S : Pasien mengeluh sesak napas, memberat jika berbaring, berdebar-
Pasien dipindah ke ruang HCU bangsal edelweiss.
debar (+)
O : S : Keluhan sesak napas sudah berkurang, berdebar-debar (+)
KU: tampak sesak napas T : 36.70C O :
TD: 140/90 RR : 30x/menit KU: Sedang R: 26x/menit
N : 131x/menit
Kepala : CA-/-, SI -/- TD: 145/90 T: 36.70C
Thorax : SDV +/+, ronkhi (+), wheezing (-) N : 128x/menit SpO2: 96% (O2 3 lpm)
BJ I-II Reguler, Bising (-) Thorax : SDV +/+, ronkhi (+), wheezing (-)
Abdomen : BJ I-II Reguler, Bising (-)
Leopold I : TFU 26 cm, teraba bagian lunak (bokong)
Leopold II : teraba bagian memanjang di sebelah kiri (puki). A : G2P1A0 H 30+3 minggu dengan hipertiroid, dispneu
Leopold III : teraba bagian bulat dan keras (preskep) P : Observasi KU dan VS
Leopold IV :kepala belum masuk PAP O2 3-4 lpm
PTU 3x1
A : G2P1A0 H 30+2 minggu dengan hipertiroid, dispneu
P : Observasi KU dan VS Propanolol 3x1
O2 NRM 10 lpm
PTU 3X1
Propanolol 3x1
 6/10/19  7/10/19
S : Pasien merasa sesak napas berkurang, berdebar-debar berkurang. S : Pasien merasa sudah tidak sesak napas, berdebar-debar
O : berkurang, batuk kering (+), sudah mulai jalan-jalan.
KU: Cukup R: 26x/menit O :
TD: 146/86 T: 36.80C KU: Cukup R: 23x/menit
N : 121x/menit SpO2: 97% TD: 145/90 T: 36.8
Kepala: CA-/-. SI-/- N : 112x/menit SpO2: 98%
Thorax : SDV +/+, ronkhi (+), wheezing (-) Kepala : CA-/-, SI -/-
BJ I-II Reguler, Bising (+) Thorax : SDV +/+, ronkhi (+), wheezing (-)
Ekstremitas: edema (-) BJ I-II Reguler, Bising (+)
A : G2P1A0 H 30+4 minggu dengan hipertiroid, dispneu, HHD Abdomen :
P : Observasi KU dan VS Leopold I: TFU 26 cm, teraba bagian lunak (bokong)
O2 3-4 lpm Leopold II: teraba bagian memanjang di sebelah kiri (puki).
PTU 3x1 Leopold III: teraba bagian bulat dan keras (preskep)
Propanolol 3x1 Leopold IV:kepala belum masuk PAP
Pro konsultasi ts kardiologi
A : G2P1A0 H 30+4 minggu dengan hipertiroid, HHD, GH

P : Aspilet tab 1x1


SF tab 1x1
Kalk tab 1x1
Nifedipin tab 3x10 mg
Inj. MgSO4 4 gr loading dose
TS Kardiologi: Thyroid Heart Disease
Pro echocardiography
 8/10/19  9/10/19
S : Pasien merasa sudah tidak sesak napas, berdebar-debar S : Pasien merasa sudah tidak sesak napas, berdebar-debar
berkurang, batuk kering (+) berkurang, batuk kering berkurang, sudah bisa jalan-jalan
O : O :
KU: Cukup R: 23x/menit KU: Cukup R: 22x/menit
TD: 140/85 T: 36.8 TD: 140/80 T: 36.8
N : 98x/menit SpO2: 99% (kanul O2) N : 100x/menit SpO2: 96%
Kepala : CA-/-, SI -/- Kepala : CA-/-, SI -/-
Thorax : SDV +/+, ronkhi (+), wheezing (-) Thorax : SDV +/+, ronkhi (+), wheezing (-)
BJ I-II Reguler, Bising (+) BJ I-II Reguler, Bising (+)
Abdomen :
Abdomen :
Leopold I: TFU 26 cm, teraba bagian lunak (bokong)
Leopold I: TFU 26 cm, teraba bagian lunak (bokong)
Leopold II: teraba bagian memanjang di sebelah kiri (puki).
Leopold II: teraba bagian memanjang di sebelah kiri (puki).
Leopold III: teraba bagian bulat dan keras (preskep)
Leopold III: teraba bagian bulat dan keras (preskep)
Leopold IV:kepala belum masuk PAP
Leopold IV:kepala belum masuk PAP
A : G2P1A0 H 30+5 minggu dengan hipertiroid, HHD, thyroid heart
disease A : G2P1A0 H 30+6 minggu dengan hipertiroid, HHD, thyroid heart
disease
P : Manajemen konservatif P : Manajemen konservatif
SF tab 1x1 SF tab 1x1
Kalk tab 1x1 Kalk tab 1x1
PTU 3x1 PTU 3x1
Propanolol 3x1 Propanolol 3x1
Hasil Echo: Disfungsi diastolic grade I Motivasi rujuk
 10/10/19
S : Pasien merasa sudah tidak sesak napas, berdebar-debar (-), batuk
kering berkurang, sudah bisa jalan-jalan
O :
KU: Cukup R: 22x/menit
TD: 145/80 T: 36.8
N : 96x/menit SpO2: 96%
Kepala : CA-/-, SI -/-
Thorax : SDV +/+, ronkhi (+), wheezing (-)
BJ I-II Reguler, Bising (+)
Abdomen :
Leopold I: TFU 26 cm, teraba bagian lunak (bokong)
Leopold II: teraba bagian memanjang di sebelah kiri (puki).
Leopold III: teraba bagian bulat dan keras (preskep)
Leopold IV:kepala belum masuk PAP

A : G2P1A0 H 31 minggu dengan hipertiroid, HHD, thyroid heart


disease
P : SF tab 1x1
Kalk tab 1x1
PTU 3x1
Propanolol 3x1
Rujuk RSUP Sardjito
Tinjauan Pustaka
Definisi
Hipertiroidisme adalah suatu sindrom klinik yang disebabkan oleh peningkatan sintesis dan
sekresi hormone-hormone tiroid oleh kelenjar tiroid. Meningkatnya kadar tiroksin bebas (FT4),
triiodotironin bebas (FT3) atau keduanya dapat menyebabkan kondisi hipermetabolisme
(tirotoksikosis).

Bentuk paling umum dari hipertiroidisme antara lain diffuse toxic goiter (Grave’s disease), toxic
multinodular goiter (Plummer disease), dan toxic adenoma.
Epidemiologi
Insidensi tiroroksikosis atau hipertiroidisme dalam kehamilan bervariasi antara 2 sampai 17 per
1.000 kehamilan. Prevalensi hipertiroidisme di Indonesia belum diketahui.

Di Eropa berkisar antara 1 sampai 2 % dari semua penduduk dewasa.

Hipertiroidisme lebih sering ditemukan pada wanita daripada laki-laki dengan ratio 5:1.

 Hipertiroidisme jarang ditemukan pada wanita hamil. Kekerapannya diperkirakan 2 : 1000 dari
semua kehamilan, namun bila tidak terkontrol dapat menimbulkan krisis tiroid, persalinan
prematur, abortus dan kematian janin.
Epidemiologi
Fisiologi Tiroid dan Kehamilan
Terjadi perubahan kadar tiroid karena meningkatnya kadar TBG (Thyroid Binding Globulin)
sebagai respons terhadap peningkatan kadar estrogen.
Peningkatan kadar TBG serum selama kehamilan disebabkan karena meningkatnya produksi TBG oleh sel-sel
hati dan menurunnya degradasi TBG perifer akibat modifikasi oligosakarida karena pengaruh kadar estrogen
yang tinggi.
Terjadi peningkatan sekresi Thyroid Stimulating Factors (TSF) dari plasenta terutama Human
Chorionic Gonadotropin (HCG).
HCG menyerupai TSH, dimana keduanya merupakan glikoprotein yang mempunyai gugus alfa yang identik.
TSH tidak melewati plasenta. Kadar Hcg serum mencapai maksimal selama 12 minggu pertama, dan
bersamaan dengan itu kadar tiroksin bebas meningkat untuk menekan sekresi tirotropin hipofisis.
Fisiologi Tiroid dan Kehamilan
Penurunan ketersediaan iodium karena peningkatan bersihan ginjal terhadap iodium dan
hilangnya iodium melalui kompleks feto-plasental pada akhir kehamilan.
Selama kehamilan, tiroksin ibu disalurkan ke janin. Tiroksin ibu penting bagi pembentukan otak
janin khususnya sebelum kelenjar tiroid janin berfungsi.
Kelenjar janin mulai memekatkan iodium dan membentuk hormone tiroid setelah 12 minggu.
Poros hipothalamus hipofise organ target
kelenjar tiroid
Patofisiologi
Autoimunitas
Hipertiroid dalam kehamilan pada umumnya disebabkan oleh penyakit autoimun Grave.
Penyebab yang lainnya, adalah struma multinodular, adenoma toksik, tiroiditis
Grave’ disease → proses autoimun → antibody tiroid → menempel dan mengaktivasi reseptor
TSH →hiper fungsi dari kelenjar tiroid
Episode kekambuhan → riwayat hipertiroid
Patofisiologi
Diagnosis
Tanda & Gejala
Diagnosis
Diagnosis hipertiroidisme harus selalu dikonfirmasi oleh pengukuran FT 4 dan TSH
Penatalaksanaan
Obat-obatan anti tiroid
Drug of choice: Propiltiourasil (PTU)
PTU dapat menghambat perubahan T4 menjadi T3 disamping
menghambat sintesis hormon tiroid.
PTU lebih sedikit melewati plasenta dibandingkan metimazol karena
Penatalaksanaan PTU mempunyai ikatan protein yang kuat dan sukar larut dalam air.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa metimazol dilaporkan
berkaitan dengan embriopati metimazol yang ditandai dengan
atresia esophagus atau koana serta aplasia kulit.
Dosis PTU 300-450 mg/hari dalam 3 dosis terbagi.
Bila kadar FT4 dan FT3 mencapai batas normal, berikan dosis
maintenance 50-300 mg/hari dalam dosis terbagi.
Larutan iodium (Lugol) diberikan sebanyak 3 tetes dalam
segelas air putih & diminum 1x sehari selama 1-2 minggu.
Beta bloker
Beta bloker digunakan untuk mengurangi manifestasi
simpatetik pada hipertiroidisme.
Obat yang dapat digunakan adalah Propanolol dengan dosis
40-80 mg/hari terbagi dalam 3-4 dosis.
Penatalaksanaan Tidak digunakan pada kehamilan dengan hipertiroid yang
disertai dengan penyakit paru obstruktif, blockade jantung,
dekompensatio cordis, dan diabetes mellitus.
Tiroidektomi subtotal
Dapat dipertimbangkan ketika kondisi hipertroid telah teratasi
lewat pengobatan.

 Periksa kadar hormone tiroid bayi setelah lahir untuk


menyingkirkan kemungkinan hipotiroidisme akibat
pengobatan ibu selama hamil.
Komplikasi
Pembahasan
Hipertiroidisme adalah suatu sindrom klinik yang disebabkan oleh peningkatan sintesis dan
sekresi hormone-hormone tiroid oleh kelenjar tiroid. Meningkatnya kadar tiroksin bebas (FT4),
triiodotironin bebas (FT3) atau keduanya dapat menyebabkan kondisi hipermetabolisme
(tirotoksikosis).
Berdasarkan anamnesis, keluhan utama pasien adalah sesak napas yang memberat untuk
berbaring, berdebar-debar dan berkeringat meskipun tidak melakukan aktivitas berat, dimana
hal ini sesuai dengan teori yang telah dibahas sebelumnya. Selain itu, pada juga didapatkan
pembesaran kelenjar tiroid, ronkhi pada kedua paru, serta bising jantung yang merupakan
tanda-tanda komplikasi dari hipertiroid.
Pasien juga mengatakn bahwa ia memiliki riwayat hipertiroid sejak kurang lebih 10 tahun yang
lalu, dan menghentikan pengobatannya sendiri sendiri kurang lebih sudah 1 bulan. Dari
pemeriksaan penunjang didapatkan kadar FT4 yang meningkat yaitu 1.9.
Pembahasan
Pada pasien ini dilakukan perbaikan keadaan umum, dan diberikan terapi untuk kondisi
hipertiroid berupa Propiltiourasil tablet 3x1 dan Propanolol tablet 3x1 yang sudah sesuai dengan
teori diatas. Propiltiourasil digunakan untuk menurunkan kadar FT4, sedangkan propanolol
(golongan beta bloker) digunakan untuk mengurangi manifestasi simpatetik, seperti berdebar-
debar. Setelah keadaan umum pasien baik, pasien dirujuk ke RSUP dr. Sardjito untuk tatalaksana
lebih lanjut.
Kesimpulan
Pada pasien ini kondisi hipertiroid ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dengan didapatkannya keluhan berupa sesak napas, berdebar-debar,
dan berkeringat merupakan gejala dari hipertiroid, serta dari riwayat pasien menderita
hipertiroid sejak 10 tahun lalu. Kemudian ditambah dengan hasil pemeriksaan fisik didapatkan
pembesaran kelenjar tiroid kanan dan kiri, takikardia, takipneu, dan ronkhi pada basal paru,
serta hasil pemeriksaan penunjang FT4 1.9 (meningkat). Pasien dilakukan manajemen
konservatif untuk memperbaiki keadaan umum, kemudian dirujuk untuk tatalaksana lebih
lanjut.

Anda mungkin juga menyukai