PNEUMONIA
Diajukan sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Program Internship Dokter
Indonesia
di RS Muhammadiyah Lamongan periode III angkatan 2022/2023
Disusun oleh :
dr. Serli Ulfa Novia Dewi
Dokter Pembimbing:
dr. Thanthawy Jauhary, Sp.Rad
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat ilmu pengetahuan
dan kesehatan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini.
Salawat dan salam semoga senantiasa Allah curahkan ke pangkuan baginda
Rasulullah SAW yang telah mengantar umatnya dari alam kebodohan ke alam penuh
dengan ilmu pengetahuan.
Tugas laporan kasus ini membahas mengenai “Pneumonia” dan merupakan
salah satu tugas dalam menjalani Program Internship Angkatan III periode 2022-2023
di RS Muhammadiyah Lamongan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Thanthawy Jauhary
Sp.Rad yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam
penyusunan laporan kasus ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan
dokter yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Semoga tulisan
ini memberikan manfaat bagi kita dan perkembangan ilmu kedokteran.
Penulis
3
DAFTAR ISI
COVER
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
BAB II LAPORAN KASUS ................................................................... 3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 22
3.1 Definisi ................................................................................ 22
3.2 Klasifikasi.............................................................................. 23
3.3 Patogenesis ........................................................................... 23
3.4 Gejala .................................................................................... 25
3.5 Diagnosis............................................................................... 26
3.6 Penatalaksanaan..................................................................... 29
3.7 Prognosis............................................................................... 31
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................... 33
BAB III KESIMPULAN .......................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
Pneumonia menimbulkan beberapa masalah yang cukup menantang
dikarenakan sering terjadi pada pasien lansia, menyebabkan infeksi yang sangat
serius terutama pada pasien lansia sehingga memiliki angka morbiditas dan mortalitas
yang cukup tinggi, dan mahalnya biaya yang perlu dikeluarkan untuk menangani
penyakit ini. Oleh sebab itu, diharapkan para tenaga medis dapat mengenali gejala-
gejala dan tanda-tanda dari pneumonia, menentukan etiologi dari pneumonia serta
mengetahui bagaimana penanganan dari pneumonia sehingga dapat mencegah
terjadinya komplikasi.
Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik membahas mengenai Pneumonia
dalam sebuah laporan kasus berjudul “Pneumonia”
6
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
2.2 Anamnesis
Keluhan utama : Sesak nafas
Keluhan tambahan : Batuk berdahak
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 4 hari yang lalu, memberat 1 hari
ini sejak 4 jam smrs. Keluhan disertai batuk berdahak namun susah dikeluarkan. Pilek
disangkal. Pasien juga mengeluhkan perut sedikit keram ketika batuk. Pasien tidur
selalu terbangun di malam hari karna keluhan sesak. Pasien tidur dengan
menggunakan 3 bantal. Meriang setiap malam nya. Keluhan mual muntah, nyeri
dada, demam disangkal. Keluhan BAK dan BAB disangkal.
11
12
Echo Cardiography: LVEF 70% normokinetik RA/RV dilatasi, TR+, (PG 89 mmHg),
susp ASD
2.3 Pemeriksaan fisik
a. Vital Sign
Heart Rate : 149 x/menit
Respiratory Rate : 38 x/menit
Temperatur : 36,5oC
Tekanan Darah : 113/89 mmHg
b. Primary Survey
A : Clear, Gargling -, Snoring -, Speak fluently +, Potensial obstruksi +
B : Spontan, RR 38 x/menit, Ves/Ves, Rh -/-, Wh -/-, SaO2 85%
C : Akral HKM, CRT < 2detik, N 149/menit TD 113/89 mmHg
D : GCS: 456, lateralisasi Kanan +, PBI 3mm/3mm, RC +/+
E : temp 36,5 °C
c. Secondary Survey
Kepala
GCS 456, Anemis -/ Icteric -/Cyanosis -/Dyspneu +
Thorax
I : simetris
P : Sonor +/+, batas jantung kesan membesar
P : Fremitus N/N
A : Cor : S1S2 Tunggal, murmur -, gallop -
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wz -/-
Abdomen
I : Flat
A : BU + N
12
13
P : timpani
P : nyeri tekan - epigastrium, H/L ttb, Undulasi -
Ekstremitas
Akral HKM, CRT < 2, pitting oedem
Hematokrit 35-50 % 50
Eritrosit 3,8-5,8 10 /mm
6 3
5.40
Leukosit 3.00-10.00 103/mm3 10.4
Trombosit 150-500 10 /mm
3 3
264
MCV 80-100 fL 92.60
MCH 27-31 Pg 31.50
MCHC 32-36 % 34.00
Diabetes
Glukosa Darah < 200 mg/dL 89
Sewaktu
Ginjal
Kreatinin 0.7-1.2 mg/dL 0.8
13
14
2.5 Radiologi
14
15
Hasil
Cor : Besar dan bentuk normal
Pulmo : Tampak konsolidasi paru kanan, fibroinfiltrat suprahiler kiri
Trakhea tertarik ke kanan
Sinus phrenicocostalis kanan kiri tertutup perselubungan, tulang dan soft tissue tak
nampak kelainan
Kesimpulan :
Pneumonia susp TB (lesi berat) susp destroted lung kanan
Efusi pleura terorganisasi, kanan >
2.6 Diagosis
Diagnosa Utama
15
16
Diagnosa Tambahan
- COPD/SOPT (J.44.\-)
- Dyspnoea (R.06.0\-)
2.7 Tatalaksana
Konsultasi Spesiaslis
Dr. Nurlaili, Sp.P -> SOPT, schwarte kanan. MRS.
Inj. Fluimucyl 2x600mg
Inj. Methylprednisolon 3x62,5mg
Inj. Cernevit 1x1amp
Nebul V+P tiap 8 jam
Chest fisiotherapy
2.8 Plannning
- Chest Fisiotherapy
16
17
2.9 Prognosis
2.10 Follow Up
30/09/2022 01/10/2022
17
18
02/10/2022 03/10/2022
Ass/ Ass/\
Pneumonia unspecified Pneumonia unspecified
COPD/SOPT COPD/SOPT
Dyspnoea Dyspnoea
Therapy/ Therapy/
Therapy Lanjutkan Dr. Ganis, Sp.P Pasien boleh pulang
Dr. Nurlaili Pro SM, Pro cek B24, PO :
levofloxacin 1x750mg Levocin 1x500mg
Codein 3x10mg
Lansoprazole 2x1
Dr. Shinta Sp.JP terapi teruskan
18
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
19
20
3.1 Definisi
3.2 Epidemiologi
Data dari The National Hospital Discharge Survey di amerika serikat menunjukan
bahwa diantara tahun 1990 hingga 2002 terdapat 21, 4 juta orang berumur lebih dari
65 tahun dirawat di rumah sakit. 48% dirawat akibat penyakit infeksi dan 46% dari
penyakit infeksi tersebut penyebabnya adalah infeksi saluran napas bawah (ISNB). 2
Kematian yang diakibatkan oleh ISNB dilaporkan berjumlah 48%. Pneumonia dan
influenza terdaftar sebagai urutan ke 6 dari penyebab utama kematian, dan sekitar
70% kasus pneumonia di rumah sakit terjadi pada lansia. Rata-rata kasus rawat inap
akibat pneumonia adalah 23,1 per 1000 pada pria berusia 75-84 tahun dan 13,3 per
1000 pada perempuan berumur 75-84 tahun. Usia lanjut merupakan risiko tinggi
untuk pneumonia, hal ini juga tergantung pada keadaan pejamu dan berdasarkan
tempat mereka berada. Pada orang-orang yang tinggal di rumah sendiri insidens
pneumonia berkisar antara 25-44 per 1000 orang dan yang tinggal di tempat
20
21
perawatan 68-114 per 1000 orang. Di rumah sakit pneumonia usia lanjut insidensnya
tiga kali lebih besar daripada penderita usia muda.2,4
3.3 Etiologi
Terdapat lebih dari 100 mikroba (bakteri, virus, jamur, protozoa, dan parasit
lainnya) yang dapat menyebabkan pneumonia komunitas. S. Pneumoniae adalah
penyebab tersering dari Pneumonia komunitas pada lansia, dengan presentasi > 50%
dari seluruh kasus pneumonia. Tabel 3.1 menunjukan urutan penyebab tersering dari
Pneumonia komunitas dan mengidentifikasi petunjuk yang didapatkan dari anamnesis
untuk mendapatkan kemungkinan organisme penyebab dari pneumonia.2,6
Tabel 3. 1 2
Most Common Causes of Community-Acquired Pneumoniain the Older Adults
1. S. Pneumoniae
2. C. pneumoniae
3. Enterobacteriaceae
4. L. pneumophila serogroups 1–6
5. Haemophilus influenzae
6. Moraxella catarrhalis
7. S. aureus
8. Influenza A virus
9. Influenza B virus
21
22
22
23
23
24
alkoholismus juga berhubungan dengan pneumonia karena bersifat sedatif yang dapat
mengganggu refleks batuk dan transportasi mukosiliar sehingga meningkatkan resiko
kolonisasi kuman. Alkohol dapat mengganggu efek makrofag yaitu sel darah putih
yang berfungsi dalam destruksi kuman. Penggunaan narkoba secara intravenous dapat
menyebabkan penyebaran kuman dari situs injeksi ke paru melalui pembuluh darah.6,7
3.5 Patofisiologi
24
25
25
26
3.6 Klasifikasi
26
27
Onset gejala dari pneumonia dapat bersifat akut ataupun insidius. Pada tabel
dibawah, ditunjukan frekuensi dari setiap gejala atau tanda dari pneumonia. Pada
suatu studi, pada pasien lansia dengan pneumonia mengeluhkan gejala yang lebih
sedikit dibandingkan pada pasien yang berusia muda. Pada pasien lansia, gejala yang
timbul dapat berupa gejala klasik respiratorius yang distai dengan delirium,
kebingungan kronis yang semakin memburuk dan terjatuh. Selain itu ditemukan
angka insiden yang tinggi dari “silent aspiration” pada pasien lansia dengan
pneumonia. Pneumonia dapat menjadi salah satu penyebab penurunan dari keadaan
umum dan atau aktifitas secara insidius atau non-spesifik, misalnya, kebingungan
ataupun ataupun jatuh pada pasien lansia. Infeksi, termasuk pneumonia, harus
27
28
1. Anamnesis
Ditujukan untuk mengetahui kuman penyebab yang berhubungan dengan
factor infeksi:
28
29
2. Pemeriksaan Fisik
Persentasi bervariasi tergantung etiologi, usia, dan keadaan klinis. Perhatikan
gejala klinis yang mengarah pada tipe kuman penyebab/patogenitas kuman dan
tingkat berat penyakit.
a. Awitan akut biasanya oleh kuman pathogen seperti S. pneumonia,
Streptococcus spp., Staphylococcus. Pneumonia virus ditandai dengan myalgia,
malaise, batuk kering dan nonproduktif;
b. Awitan lebih insidious dan ringan pada orangtua/imunitas menurun akibat
kuman yang kurang patogen /oportunistik, misalnya Klebsiella, Pseudomonas,
Enterobacteriaceae, kuman anaerob, jamur.
c. Tanda-tanda fisik pada tipe pneumoniaklasik bisa didapatkan berupa demam,
sesak napas, tanda-tanda konsolidasi paru (perkusi paru yang pekak, ronki
nyaring, suara pernapasan bronchial). Bentuk klasik pada pneumonia
komunitas primer berupa bronkopneumonia, pneumonia lobaris, atau
pleuropneumonia. Gejala atau bentuk yang tidak khas dijumpai pada
pneumonia komunitas yang sekunder (didahului penyakit dasar paru) ataupun
pneumonia nosokomial. Dapat diperoleh bentuk manifestasi lain infeksi paru
seperti efusi pleura, pneumotoraks/hidropneumotoraks. Pada pasien pneumonia
29
30
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologis
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air
bronchogram (airspace disease) misalnya oleh Streptococcus pneumoniae,
bronkopneumonia (segmental disease) oleh antara lain Staphylococcus, virus
atau mikoplasma; dan pneumonia interstitial (interstitial disease) oleh virus
dan mikoplasma. Distribusi infiltrat pada segmen apical lobus bawah atau
inferior lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Tetapi pada pasien yang tidak
sadar, lokasi ini bisa dimana saja. Infiltrate di lobus atas sering ditimbulkan
Klebsiella spp, tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi
akibat Staphylococcus atau bakteremia. Bentuk lesi berupa kavitasi dengan air-
fluid level sugestif untuk abses paru, infeksi anaerob, Gram negatif atau
amiloidosis. Efusi pleura dengan pneumonia sering ditimbulkan S.
pneumoniae. Dapat juga oleh kuman anaerob, S. pyogenes, E. coli dan
Staphylococcus (pada anak). Kadang-kadang oleh K. pneumoniae, P.
pseudomallei. Pembentukan kista terdapat pada pneumonia
nekrotikans/supurativa , abses, dan fibrosis akibat terjadinya nekrosis jaringan
paru oleh kuman S. aureus, K. pneumoniae,dan kuman-kuman anaerob
(Streptococcus anaerob, Bacteroides, Fusobacterium). Ulangan foto perlu
dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya infeksi sekunder/tambahan,
efusi pleura penyerta yang terinfeksi atau pembentukan abses. Pada pasien
yang mengalami perbaikan klinis ulangan foto dada dapat ditunda karena
resolusi pneumonia berlangsung 4-12 minggu.
30
31
b. Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit
normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau pada
infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respon leukosit, orangtua, atau lemah.
Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya neutropenia pada infeksi
kuman gram negative atau S. aureus pada pasien dengan keganasan dan
gangguan kekebalan. Faal hati mungkin terganggu.11
c. Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi
jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi.untuk tujuan terapi
empiris dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test, dan Z.
Nielsen. Kuman yang predominan pada sputum yang disertai PMN yang
kemungkinan merupakan penyebab infeksi. Kultur kuman merupakan
31
32
32
33
mediastinum kearah yang sehat. Rongga thorax membesar. Pada efusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign, tanda khas pada efusi pleura.
Untuk membedakan antara pneumonia, atelektasis, dan efusi pleura dilihat
dari adanya penarikan atau pendorongan jantung, trakea dan mediastinum ke arah
yang sakit atau sehat. Sementara untuk membedakan pneumonia dengan TB adalah
dilihat dari ada atau tidaknya kavitas yang umumnya terdapat pada lobus paru bagian
atas. Jadi dalam menegakkan pneumonia, sangat diperlukan gambaran radiologis
untuk penegakan diagnosis disamping pemeriksaan laboratorium.
3.10 Tatalaksana
a. Terapi Kausal
Pasien pada awalnya diberikan terapi empiric yang ditujukan pada pathogen
yang paling mungkin menjadi penyebab atau antibiotik yang berspektrum luas. Bila
telah ada hasil kultur dilakukan penyesuaian obat. Pada pasien rawat inap antibiotik
harus diberikan dalam 8 jam pertama dirawat di rumah sakit.11
Pilihan antibiotika yang disarankan pada pasien dewasa dengan pneumonia
komunitas adalah golongan makrolida atau doksisiklin atau fluoroquinolon terbaru.
Namun untuk dewasa muda yang berusia antara 17-40 tahun pilihan doksisiklin lebih
dianjurkan karena mencakup mikroorganisme atypical yang mungkin menginfeksi.
Untuk bakteri Streptococcus pneumoniae yang resisten terhadap penicillin
direkomendasikan untuk terapi beralih ke derivate fluoroquinolon terbaru. Sedangkan
untuk pneumonia komunitas yang disebabkan oleh aspirasi cairan lambung pilihan
jatuh pada amoksisilin-klavulanat. Golongan makrolida yang dapat dipilih mulai dari
eritromisin, claritromisin serta azitromisin. Eritromisin merupakan agen yang paling
ekonomis, namun harus diberikan 4 kali sehari. Azitromisin ditoleransi dengan baik,
efektif dan hanya diminum satu kali sehari selama 5 hari, memberikan keuntungan
bagi pasien. Sedangkan klaritromisin merupakan alternatif lain bila pasien tidak dapat
menggunakan eritromisin, namun harus diberikan dua kali sehari selama 10-14 hari.
Sedangkan pemilihan antibiotika untuk pneumonia nosokomial memerlukan kejelian,
karena sangat dipengaruhi pola resistensi antibiotika baik in vitro maupun in vivo di
33
34
rumah sakit. Sehingga antibiotika yang dapat digunakan tidak heran bila berbeda
antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lain. Namun secara umum antibiotika
yang dapat dipilih sesuai tabel dibawah ini.13
34
35
Nosokomial
Pneumonia K. pneumoniae, Cefuroksim 50-75 1-2 g.
Ringan, Onset P. aeruginosa, Cefotaksim 50-75 1-2 g.
<5 hari, Enterobacter Ceftriakson 50-75 1-2 g
Risiko spp. Ampicilin-Sulbaktam 100-200 4-8 g
rendah S. aureus, Tikarcilin-klav 200-300 12 g
Gatifloksasin - 0,4 g
Levofloksasin - 0,5-0,75
g
Pneumonia K. pneumoniae, Gentamicin/ 7,5 4-6
berat**, P. aeruginosa, Tobramicin - mg/kg
Onset > 5 Enterobacter atau Ciprofloksasin )* 150
hari, Risiko spp. + 100-150 0,5-1,5 g
Tinggi S. aureus, Ceftazidime atau 2-6 g
Cefepime atau 2-4 g
Tikarcilinklav/
Meronem/Aztreonam
Keterangan :
*) Aminoglikosida atau Ciprofloksasin dikombinasi dengan salah satu antibiotika yang terletak di
bawahnya dalam kolom yang sama.
**) Pneumonia berat bila disertai gagal napas, penggunaan ventilasi, sepsis berat, gagal ginjal.
b. Terapi Suportif
Terapi suportif yang dapat diberikan pada pasien dengan pneumonia adalah
sebagai berikut.11
1. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96% berdasarkan
pemeriksaan analisa gas darah.
2. Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental, dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme.
35
36
3.11 Komplikasi
Dapat terjadi komplikasi pneumonia ekstrapulmoner, misalnya pada
pneumonia pneumokokus dengan bakteriemi berupa meningitis, arthritis,
36
37
3.12 Prognosis
1. Pneumonia Komunitas
Secara umum angka kematian pneumonia oleh pneumokokus sebesar
5%, namun dapat meningkat pada orang tua dengan kondisi yang buruk.
Pneumonia dengan influenza di USA merupakan penyebab kematian no. 6
dengan kejadian sebesar 59%. Sebagian besar pada lanjut usia sebesar 89%.
2. Pneumonia Nosokomial
37
4
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
5
KESIMPULAN
5
6
DAFTAR PUSTAKA
4. Nwosu C, Babalola MO, Ibrahim MH, Suleiman SI. Major limb amputation in
a tertiary hospital north western nigeria. African health science.
2017;17(2):508-512.
7. McLure HA, Rubin AP. Review of local anaesthetic agents. Dalam Anestesia.
Minerva anestesiologica. 2005; 71 (3): 59-74.
6
7
9. Liu SS, McDonald SB. Current issues in spinal anesthesia. Dalam: Review
article American Society of Anesthesiologist. Anesthesiology. 2001; 94(5):
888-906.
11. Snell RS. Clinical Anatomy: T" edition. Philadelphia: Wolters Kluwer Health;
20 10
13. Snell RS. Clinical neuroanatomy: 71h edition. Philadelphia: Wolter Kluwer
Health; 2010
14. The New York School of Regional Anesthesia. Spinal anesthesia. 2013.
[Diakses 10 Juli2019]. (Diakses dari
http://vrww.nysora.com/techniques/neuraxial-and-perineuraxialtechniques/
landmark-based/3423-spinal-anesthesia.html).
15. Matras PJ, Poulton B, Derman S. Self learning package: Pain physiologyand
assessment, patient controlled analgesia, epidural and spinal analgesia,nerve
block catheters. Fraserhealth. 2012: 12-13.
16. Moos DD. Basic guide to anesthesia for developing countries. Volume 2.2008.
[Diakses 10 Juli 2019]. (Diakses dari http.z/www.ifnaint.orgli fna/e
107_tiles/downloads/DCAnesthesia Volume2Final.pdf).