TUBERKULOSIS PARU
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Ilmu Penyakit Paru
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia
Oleh :
Preseptor :
dr. Puspa Rosfadilla, M. Ked (Paru), Sp. P
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas limpahan
berkah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Tuberkulosis Paru” ini dengan tepat waktu. Laporan kasus ini disusun sebagai
salah satu tugas kepaniteraan klinik di Ilmu Penyakit Paru di RS. Cut Meutia
Aceh Utara, dengan harapan dapat menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat bagi
pengetahuan.
Penulisan laporan kasus ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
Semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi para pembaca sekalian. Kami
menyadari bahwa ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik maupun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................... ii
BAB 4. PEMBAHASAN................................................................................... 37
BAB 5. KESIMPULAN.................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 42
ii
BAB I
PENDAHULUAN
juta orang terjangkit TB paru dan 1,4 juta orang meninggal dunia. Dilaporkan
sebanyak 91% berada pada rentang usia 21-60 tahun.3 Indonesia berada pada
peringkat keempat dunia terbanyak penderita TB setelah India, China, dan Afrika
sehingga bila dihitung secara kasar, pada setiap 100.000 penduduk Indonesia
terdapat 107 penderita tuberkulosis paru dengan Basil Tahan Asam (BTA) positif.
Indonesia.4,5
diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk)
63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka
1
2
sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus,
menyatakan bahwa kasus baru (insidensi) TB paru BTA positif berjumlah 96 per
100.000 penduduk. Jumlah kematian akibat TB paru BTA positif berjumlah 1,6
per 100.000 penduduk. Sebanyak 478 penduduk merupakan jumlah kasus baru TB
paru di Aceh Utara. Jumlah kasus dan angka penemuan kasus TB paru BTA
positif di Aceh Utara cukup tinggi, yaitu berjumlah 388 penduduk. Tuberkulosis
paru berada di posisi 9 dari daftar penyakit untuk rawat jalan dan posisi 5 untuk
rawat inap di Rumah Sakit Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2012.7
BAB 2
STATUS PASIEN
Nama : Ny. Y
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Alamat : Langkahan
Suku : Aceh
No RM : 10.06.99
1.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Batuk berdarah
Keluhan Tambahan
Demam, batuk berdahak, nyeri dada, keringat malam, berat badan turun,
Pasien datang ke IGD RSU Cut Meutia Aceh Utara dengan keluhan batuk
berdarah sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, volume darah
3
4
dikatakan pasien sekitar 1/3 botol aqua gelas (80 cc), darah berwarna merah
kehitaman. batuk dirasakan sepanjang hari, makin memberat malam dan saat
seringkali pasien merasa meriang dimalam hari. Selain itu pasien juga
mengeluhkan batuk berdahak selama 4 bulan terakhir dan memberat selama 3 hari
terakhir, pasien mengatakan dahak berwarna kuning, saat batuk terasa nyeri dada.
Bersamaan dengan gejala itu, pasien juga mengalami keringat malam hari, badan
lemas, nafsu makan yang menurun, kadang mual dan nyeri perut serta penurunan
berat badan.
Ibu pasien mengalami hal yang sama sekitar 2 tahun yang lalu dan tuntas
berobat selama 6 bulan. Anggota keluarga lain tidak ada yang mengalami keluhan
Riwayat Alergi
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi makanan, debu ataupun cuaca.
5
Suhu : 36,7°C
Mata : hitam
deviasi.
dan kiri
wheezing (-/-)
Perkusi : Timpani
Extremitas :
Ekstremitas atas :
- Akral hangat : +/+
- Deformitas : -/-
- Sendi : dalam batas normal, hiperemis (-)
- Edema: -/-
- Sianosis : -/-
- Clubbing finger: -/-
- Infus terpasang
Ekstremitas bawah:
- Akral hangat : +/+
- Deformitas : -/-
- Sendi : dalam batas normal, hiperemis (-)
- Edema : -/-
- Gangren : -/-
- Sianosis : -/-
- Clubbing finger: -/-
BB : 53 Kg
Pemeriksaan Penunjang :
Foto Thorax PA
Foto I : 6/5/2018
8
Foto II : 25/7/2018
22/3/2019
HEMATOLOGI
Ht 37-47 % 30.5
INDEX ERITROSIT
KIMIA KLINIK
Karbohidrat
Sewaktu
RESUME
Pasien datang ke IGD RSU Cut Meutia Aceh Utara dengan keluhan batuk
berdarah sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, volume darah
dikatakan pasien sekitar 1/3 botol aqua gelas (80 cc), darah berwarna merah
kehitaman. batuk dirasakan sepanjang hari, makin memberat malam dan saat
seringkali pasien merasa meriang dimalam hari. Selain itu pasien juga
mengeluhkan batuk berdahak selama 4 bulan terakhir dan memberat selama 3 hari
terakhir, pasien mengatakan dahak berwarna kuning, saat batuk terasa nyeri dada.
Bersamaan dengan gejala itu, pasien juga mengalami keringat malam hari, badan
didapatkan bentuk dada normal, fremitus normal, sonor dan suara napas vesikuler
11
dan didapatkan suara napas tambahan berupa rhonki dikedua basal paru. Dari foto
toraks di dapatkan kesan bayangan berawan bagian bawah kedua paru, terdapat
bronchogram, terdapat kavitas pada pulmo sinistra yang dikelilingi oleh bayangan
1.5 Diagnosis
1.6 Terapi
Codein 3 x 20mg
Lesipar 1x1
Cetirizine 1x1
Antasida syr 3 x C2
12
1.7 Prognosis
1.8 Follow Up
Tanggal S O A P
23/3/2019 - Batuk KU: lemah TB Paru IVFD
darah (-) Kesadaran: Asering +
- Batuk E4M6V5 Chrome 20
dahak (+) TD: 100/70 gtt/i
- Nyeri mmHg Inj. Fosmicin
dada (+) HR: 77x/menit vial 1
- Kurang RR: 19x/menit gram/12 jam
nafsu T: 36,5°C Inj.
makan Omeprazole
(+) Thorax: vial 40
Ves (+/+) mg/12 jam
Rh (-/-) Inj. Kalnex
Wh (-/-) 500 mg amp/
8 jam
Inj.
Novalgin/ 8
jam
Oral:
Codein 3x
20mg
Lesipar 1x1
Cetirizine
1x1
Antasida syr
3 x C2
OAT 2FDC
3 tab
24/3/2019 - Batuk KU: lemah TB Paru IVFD
darah (-) Kesadaran: Asering +
- Batuk E4M6V5 Chrome 20
dahak (+) TD:110/80mmHg gtt/i
- Nyeri HR: 86x/menit Inj. Fosmicin
dada (+) RR: 20x/menit vial 1
↓ T: 36,9°C gram/12 jam
13
- Kurang Inj.
nafsu Thorax: Omeprazole
makan Ves (+/+) vial 40
(+) Rh (+/+) mg/12 jam
Wh (-/-) Inj. Kalnex
500 mg amp/
8 jam
Inj.
Novalgin/ 8
jam
Oral:
Codein 3 x
20mg
Lesipar 1x1
Cetirizine
1x1
Antasida syr
3 x C2
OAT 2FDC
3 tab
25/3/2019 - Batuk KU: lemah TB paru IVFD
berdarah Kesadaran: Asering +
(-) E4M6V5 Chrome 20
- Sesak (-) TD:110/80mmHg gtt/i
- Batuk (+) HR: 87x/menit Inj. Fosmicin
dahak (+) RR: 20x/menit vial 1
- Nyeri T: 36,7°C gram/12 jam
dada (+) Inj.
↓ Thorax: Omeprazole
- Kurang Ves (+/+) vial 40
nafsu Rh (+/+) mg/12 jam
makan Wh (-/-) Inj. Kalnex
(+) 500 mg amp/
8 jam
Inj.
Novalgin/ 8
jam
Oral:
Codein 3 x
20mg
Lesipar 1x1
Cetirizine
1x1
Antasida syr
3 x C2
14
OAT 2FDC
3 tab
26/3/2019 - Batuk KU: baik TB paru IVFD
berdara Kesadaran: Asering +
h (+) E4M6V5 Chrome 20
berwarn TD:90/60mmHg gtt/i
a gelap HR: 62x/menit Inj. Fosmicin
- Batuk (+) RR: 22x/menit vial 1
dahak (+) T: 36.8°C gram/12 jam
↓ Inj.
- Nyeri Thorax: Omeprazole
dada (+) Ves (+/+) vial 40
↓ Rh (-/-) mg/12 jam
- Kurang Wh (-/-)
nafsu Oral:
makan Codein 3 x
(+) 20mg
- Keringat Lesipar 1x1
malam Cetirizine
(+) 1x1
- Lemas Antasida syr
(+) ↓ 3 x C2
OAT 2FDC
3 tab
27/3/2019 - Batuk KU: baik TB paru + Cefixime 2 x
berdara Kesadaran: Pneumonia 1
h (-) E4M6V5 Codein 3x
- Batuk (+) TD:100/60mmHg 20mg
↓ HR: 108x/menit Lesipar 1x1
- Nyeri RR: 18x/menit Cetirizine
dada (-) T: 37,8°C 1x1
- nafsu Antasida syr
makan Thorax: 3 x C2
(+) Ves (+/+) OAT 2FDC
- Lemas Rh (-/-) 3 tab
(+) ↓ Wh (-/-)
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Beban penyakit yang disebabkan oleh
(didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu tertentu),
3.2 Epidemiologi
Pada tahun 2014 ditemukan jumlah kasus baru BTA+ sebanyak 176.677
kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang ditemukan tahun 2013
yang sebesar 196.310 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di
provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan
Jawa Tengah. Kasus baru BTA+ di tiga provinsi tersebut sebesar 40% dari
Menurut jenis kelamin, kasus BTA+ pada laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan yaitu 1,5 kali dibandingkan kasus BTA+ pada perempuan. Pada
dan perempuan terjadi di Kep. Bangka Belitung , kasus pada laki-laki hampir dua
kali lipat dari kasus pada perempuan. Menurut kelompok umur, kasus baru paling
15
16
banyak ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 20,76% diikuti
kelompok umur 45-54 tahun sebesar 19,57% dan pada kelompok umur 35-44
Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta
kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan. Dengan
1,5 juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan. Dari
kasus TB tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian
Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru,
diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di bawah usia 15 tahun) dan 140.000
kematian/tahun.6
diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk)
63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka
sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus,
diantaranya 314.965 adalah kasus baru. Secara nasional perkiraan prevalensi HIV
sebanyak 6700 kasus yang berasal dari 1,9% kasus TB-RO dari kasus baru TB
berbentuk batang. Yang sebagian besar dindingnya terdiri atas asam lemak (lipid),
lebih tahan terhadap asam (asam alcohol) sehingga disebut bakteri tahan asam
(BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis.10,18
Kuman dapat bertahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin (dapat bertahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena
kuman berada dalam sifat dormant. Jadi karena bersifat dormant, TB dapat
yang pertumbuhannya lambat karena dihambat oleh pH <6,5 dan oleh asam lemak
rantai panjang. Maka dari itu, basil tuberkulosis sulit ditemukan di bagian tengah
lesi perkijauan besar karena terdapat anaerobiosis, pH rendah, dan kadar asam
lemak meningkat.10,17
bersin, berbicara atau bernyanyi. Penularan sebagian besar melalui inhalasi basil
yang terdapat pada pasien TB paru dengan batuk berdarah maupun TB dengan
saluran pencernaan (GI), dan luka terbuka pada kulit. Infeksi TB paru terjadi
berkembang19
18
Masalah pada kondisi sanitasi, papan, sandang dan pangan yang buruk,
seperti penemuan kasus/diagnosis yang tidak baku, paduan obat yang tidak
dan pelaporan.
merokok, serta keadaan lain yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh.
pendidikan dan pendapatan per kapita, kondisi sanitasi, papan, sandang dan
pangan yang tidak memadai yang berakibat pada tingginya risiko masyarakat
terjangkit TB.
3.5 Patofisiologi6,12,17
A. Tuberkulosis Primer
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana
20
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan
integrum)
dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang
tuberkuloma)
B. Tuberkulosis Post-primer
Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah
dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus
inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang
atas.
mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi.
positif
biakan positif
A. Kasus Baru : Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi
aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa
kemungkinan :
C. Kasus Defaulted atau drop out : Adalah pasien yang telah menjalani
D. Kasus Gagal : Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
E. Kasus Kronik : Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
F. Kasus Bekas TB :
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial
pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan
gambaran radiologi.
1. Gejala Klinis :
a. Respiratorik
• batuk ≥ 3 minggu
• batuk darah
• sesak napas
• nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis
25
pada saat medical checkup. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit,
maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi
b. Sistemik
• Demam
menurun13
2. Pemeriksaan Fisik
Suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-
- perkusi : pekak
- auskultasi : suara napas melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang
terdapat cairan
abscess”.13
3. Pemeriksaan Bakteriologik
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk
pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor
26
jarum halus/BJH)6,12,13,24
dengan cara:
B. Cara pemeriksaan dahak dan specimen lain dapat dilakukan dengan cara
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman
27
4. Pemeriksaan Radiologik15,25
Pemeriksaan standar adalah dengan foto thoraks PA dengan atau tanpa foto
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opaque berawan
atau nodular
berikut
Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas Kalsifikasi atau
fibrotik
Kompleks ranke
biasanya secara klinis disebut luluh paru .Gambaran radiologik luluh paru
terdiri dari atelektasis, multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk
28
tersebut.
Tujuan pengobatan :
selanjutnya
o Menurunkan penularan TB
Prinsip Pengobatan TB
TB
o Diminum secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (pengawas
Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap
Tahapan Pengobatan TB :
- Fase Lanjutan : Tahap penting untuk membunuh sisa kuman yang masih ada
dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan
mencegah kekambuhan.
30
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia (WHO dan ISTC) adalah sebagai
berikut :
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Kategori 2 : 2(HZRE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
31
OAT Kategori 1 (2HRZE/ 4H3R3) diberikan untuk pasien baru, yaitu pasien
TB paru dengan tes BTA positif dan pasien TB paru dengan BTA negatif namun
foto toraks positif. Berikut adalah tabel aturan pakai FDC dan kombipak untuk
pasien kategori I :
positif yang telah diobati sebelumnya, meliputi pasien kambuh, pasien gagal dan
pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default) 2. Berikut adalah tabel
dahak secara mikroskopis dengan 2 contoh uji dahak yaitu sewaktu dan pagi. Jika
2 contoh uji dahak negatif, maka BTA (-), jika salah satu atau kedua contoh uji
3.11 Komplikasi
TB laring
Tb laring merupakan komplikasi ekstraparu yang dapat terjadi karena
penyebaran kuman tuberculosis ke laring.
Pleuritis Eksudatif
Bila terdapat proses TB di bagian paru dekat sekali dengan pleura, pleura
akan ikut meradang dan menghasilkan cairan eksudat. Keadaan ini disebut dengan
pleuritis eksudatif. Tidak jarang proses TB nya masih begitu kecil, sehingga pada
foto paru belum tampak kelainan. Saat cairan eksudat masih sedikit, cukup
diberikan terapi spesifik saja, tetapi apabila volume cairan semakin banyak, perlu
dilakukan pungsi dan cairan eksudat dikeluarkan sebanyak mungkin, untuk
menghindari terjadinya Schwarte (Penebalan pleura) di kemudian hari.
35
Pneumothoraks
Bisa saja terjadi proses nekrotis berlangsung dekat sekali dengan pleura,
sehingga pleura ikut mengalami nekrosis dan berlubang, sehingga terjadilah
pneumothoraks. Sebab lain pneumothoraks adalah pecahnya dinding kavitas yang
kebetulan berdekatan dengan pleura, sehingga pleura pun ikut robek.
Hemoptisis
Hemoptisis adalah ekspektorasi darah yang berasal dari saluran nafas bagian
bawah (dibawah pita suara). Karena pada dasarnya proses TB adalah proses
nekrosis, kalau diantara jaringan yang mengalami nekrosis terdapat pembuluh
darah, besar kemungkinan penderita akan mengalami batuk darah, yang dapat
bervariasi mulai dari jarang sekali sampai sering/setiap hari. Variasi lainnya
adalah jumlah darah yang dibatukkan keluar mulai dari sangat sedikit (berupa
garis pada sputum) sampai banyak sekali (profus), tergantung pada pembuluh
darah yang terkena.
Batuk darah baru akan membahayakan jiwa penderita bila profus, karena
dapat menyebabkan kematian oleh syok dan anemia akut. Di samping itu, darah
yang akan dibatukkan keluar akan menyangkut di trakea/larings dan akan
menyebabkan asfiksia akut yang dapat berakibat fatal.1,3,12
Untuk batuk darah yang minimal sampai agak banyak, dapat diberikan
koagulan dan/atau obat-obatan trombolitik (asam traneksamat) saja. Bila
perdarahan agak hebat, perlu dipertimbangkan pemberian transfusi darah segar.
Kalau hal ini sering berulang, perlu juga dipertimbangkan lobektomi ataupun
embolisasi arteri, yang menjadi permasalahan.12
Dalam stadium akut sampai beberapa hari sesudahnya, sebaiknya diberikan
pula antitusif untuk mencegah batuk, sebaiknya diberikan pula antitusif untuk
mencegah batuk, setidak-tidaknya mengurangi frekuensi batuk untuk memberi
kesempatan beristirahat secukupnya bagi lesi, sampai thrombus yang terbentuk
cukup kuat. Hemoptisis dikatakan massif apabila batuk darah mencapai > 600 ml
darah dalam 24 sampai 48 jam.
36
PEMBAHASAN
RSU Cut Meutia Aceh Utara dengan keluhan batuk berdarah sejak 1 hari yang
lalu sebelum masuk rumah sakit, volume darah dikatakan pasien sekitar 1/3 botol
aqua gelas (80 cc), darah berwarna merah kehitaman. batuk dirasakan sepanjang
hari, makin memberat malam dan saat beraktivitas, dan tidak hilang dengan
istirahat. Hal ini sesuai dengan teori bahwa sebagian besar pasien dating dengan
seringkali pasien merasa meriang dimalam hari. Selain itu pasien juga
mengeluhkan batuk berdahak selama 4 bulan terakhir dan memberat selama 3 hari
terakhir, pasien mengatakan dahak berwarna kuning, saat batuk terasa nyeri dada.
Bersamaan dengan gejala itu, pasien juga mengalami keringat malam hari, badan
lemas, nafsu makan yang menurun terkadang mual dan nyeri perut serta
anoreksia, keringat malam hari, serta penurunan berat badan. Beberapa literatur
menyebutkan bahwa keluhan pada pasien TB juga dapat disertai dengan koinfeksi
yang terjadi sehingga gejala respiratorik seperti batuk berdahak, rhonki dan
37
38
Pasien sebelumnya pernah mengalami keluhan yang sama pada bulan 5 tahun
2018 dan telah pernah diperiksa sebelumnya. Ibu pasien mengalami hal yang
sama sekitar 2 tahun yang lalu dan tuntas berobat selama 6 bulan. Anggota
keluarga lain tidak ada yang mengalami keluhan seperti yang pasien rasakan.
Keluarga dan pasien sendiri mengaku tidak pernah diimunisasi sejak lahir. Pasien
juga berasal dari golongan ekonomi menengah kebawah. Hasil anamnesis tersebut
dapat mendukung penegakan diagnosis TB pada pasien ini, sesuai dengan teori
bahwa riwayat kontak, imunisasi, dan kondisi social ekonomi menjadi factor
didapatkan bentuk dada normal, fremitus normal, sonor dan suara napas vesikuler
dan didapatkan suara napas tambahan berupa rhonki dikedua basal paru. Hal ini
sesuai dengan literatur yang disampaikan pada bab sebelumnya bahwa temuan
klinis pada pasien TB sangat bervariasi, sangat tergantung kepada luas lesi dan
ribu/mm3, Ht 30.5%, trombosit 260 ribu/mm 3 KGDS 85 g/dL. Hasil ini tidak
toraks di dapatkan kesan bayangan berawan bagian bawah kedua paru, terdapat
bronchogram, terdapat kavitas pada pulmo sinistra yang dikelilingi oleh bayangan
didapatkan kesan fibrosis pada kedua pulmo. Hasil ini mendukung penegakan
sebelumnya.
nutrisi dan hidrasi yang cukup melalui pemberian cairan, tatalaksana sesuai
menghentikan perdarahan, pemberian obat antasida syr dan proton pump inhibitor
untuk sakit perut pada pasien dan codein untuk mengatasi batuk pada pasien,
antinyeri dan vitamin sebagai pengobatan suportif serta pemberian OAT 2 FDC 3
masuk ke saluran napas dan bersarang di jaringan paru hingga membentuk afek
primer. Afek primer dapat timbul dimana saja dalam paru. Dari afek primer ini
diikuti dengan terjadinya inflamasi pada kelenjar getah bening menuju hilus
Klasifikasi Tuberkulosis berdasarkan hasil BTA dibagi dua, yaitu BTA (-)
dan BTA (+). Kriteria BTA (+) yaitu sekurangnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak
memberikan hasil (+), atau 1 kali pemeriksaan spesimen hasilnya (+) disertai
gambaran radiologi yang menjadikan tuberkulosis aktif, atau 1 spesiemn BTA (+)
dan kultur (+), atau lebih dari 1 spesiemn dahak positif setelah 3 kali pemeriksaan
dahak SPS sebelumnya negatif dan tidak ada perbaikan setelahnya pemberian
OAT. Kriteria BTA (-) jika hasil sputum BTA 3 kali negatif, dan gambaran
OAT. Klasifikasi TB berdasarkan tipe pasien terbagi menjadi kasus baru, kasus
kambuh, kasus default, kasus gagal, kasus kronik, kasus bekas TB.
hemoptisis, sesak napas, dan nyeri dada, serta demam, malaise, kringat malam,
pemeriksaan fisik, yaitu: suara napas bronkial, amforik, melemah, atau ronki
40
41
basah. Pemeriksaan bakteriologi dapat dilihat dari hasil sputum SPS. Hasil
segmen apikal dan posterior, kavitas, bercak milier, dan kadang efusi pleura
unilateral.
Pengobatan tuberkulosis terdapat 2 fase, yaitu: fase Intensif (2-3 bulan) dan
lanjutan (4-7 bulan). Pmeberian OAT ada 2 kategori, yaitu Kategori I jika pasien
baru dengan BTA positif, kemudian pasien baru BTA negatif , radiologi positif
mengalami pasien kambuh, pasien gagal, atau pasien default, regimen yang
diberikan 2RHZES/1RHZE.
42
DAFTAR PUSTAKA
17. Robbins, S.L., Cotran, R.S., 2015. Robbins and Cotran Pathologic Basis of
Disease. 9th ed. pp. 392-398. Elsevier Saundres, Philadelphia.
18. Chorba T. Peace, liberty, mycobacteria, and tuberculosis mortality. Emerg
Infect Dis. 2018;24:611–2.
19. Cherng ST, Shrestha S, Reynolds S, Hill AN, Marks SM, Kelly J, Dowdy
DW. Tuberculosis Incidence Among Populations at High Risk in California,
Florida, New York, and Texas, 2011-2015.External Am J Public Health.
2018 Nov;108(S4):S311-S314. doi: 10.2105/AJPH.2018.304503. PMID:
30383419.
20. Reaves EJ, Shah S, France AM, Morris SB, Bradley H. In Reply: Latent
tuberculous infection testing among HIV-infected persons in clinical
care.External Int J Tuberc Lung Dis. 2018 Apr 1;22(4):468-469. doi:
10.5588/ijtld.17.0910-2. No abstract available. PMID: 29563002.
21. Reichler MR, Khan A, Sterling TR, Zhao H, Moran J, McAuley J, Bessler P,
Mangura B; Tuberculosis Epidemiologic Studies Consortium Task Order 2
Team. Risk and Timing of Tuberculosis Among Close Contacts of Persons
with Infectious Tuberculosis.External J Infect Dis. 2018 May 15. doi:
10.1093/infdis/jiy265. [Epub ahead of print]. PMID: 29767733.
22. Stout JE, Wu Y, Ho CS, Pettit AC, Feng PJ, Katz DJ, Ghosh S, Venkatappa
T, Luo R; Tuberculosis Epidemiologic Studies Consortium. Evaluating latent
tuberculosis infection diagnostics using latent class analysis.ExternalThorax.
2018 Jul 7. pii: thoraxjnl-2018-211715. doi: 10.1136/thoraxjnl-2018-211715.
[Epub ahead of print]. PMID: 29982223.
23. Wortham JM. TB Anywhere is TB Everywhere.External Isr J Health Policy
Res. 2018 Jul 20;7(1):40. doi: 10.1186/s13584-018-0233-0. PMID:
30029612.
24. WHO. Xpert MTB/RIF assay for the diagnosis of pulmonary and
extrapulmonary TB in adults and children. Policy update. 2013.
25. World Health Organization. Chest radiography in tuberculosis detection:
summary of current WHO recommendations and guidance on programmatic
approaches. World Health Organization; 2016.