R DENGAN
DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM DIRUANG PICU RSUD
PROF. DR. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK: 3A DAN 3B
MENGETAHUI
PRESEPTOR
Ns. Meyke Luawo, S.Kep TTD :
KLINIK
PRESEPTOR
Ns. Dewi Modjo, M. Kep. TTD :
AKADEMIK
TANGGAL 1. TGL :
PENGUMPULAN 2. TEPAT WAKTU :
3. TERLAMBAT :
Dengan sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji kepada Allah SWT
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Seminar Kasus Keperawatan anak diruangan perawatan anak RSUD
PROF. DR. ALOEI SABOE. Selama menyelesaikan penyusunan laporan ini
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui
kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Firmawati, M.Kep Selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
2. Ns. Dewi Modjo M.Kep Selaku Preseptor Akademik ruangan NICU dan
PICU
3. Ns. Andi Akifa Sudirman, M.Kep Selaku Preseptor Akademik Perawatan
Anak Dan Poli Tumbang
4. ns. Sofiyah Tri Indrianingsih M.Kep Selaku Preseptor Akademik MTBS
5. Ns. Muriyati Rokhani,M.Kep Selaku Preseptor Klinik Ruangan NICU
6. Ns. Meyke Luawo S.Kep selaku Perseptor Klinik Ruangan PICU
7. NS. Wahida Zakaria, S.Kep Selaku Preseptor Klinik Keperawatan Anak
Teman-teman seperjuangan Profesi Ners Angkatan XVI dan yang paling
teristimewa teman -teman kelompok 3A dan 3B yang selalu memberikan motifasi
satu sama lain dan yang selalu menjaga kekompakannya. Saya menyadari masih
banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, wawasan
dan kemampuan kami. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan masukan guna
penyempurnaan dalam penulisan laporan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi
para pengambil keputusan dan pemerhati.
PRESEPTOR
AKADEMIK Ns. Dewi Modjo S.Kep TTD:
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................
1.1 Konsep Dasar Medis Kejang Demam...............................................................
2.1.1 Definisi....................................................................................................
2.1.2 Etiologi....................................................................................................
2.1.3 Manifestasi Klinis...................................................................................
2.1.4 Patofisiologis...........................................................................................
2.1.5 Penyimpangan KDM...............................................................................
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................
2.1.7 Penatalaksanaan......................................................................................
2.2 Konsep Dasar Keperawatan..............................................................................
2.2.1 Pengkajian...............................................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan...........................................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan.....................................................................
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................
3.1 Asuhan Keperawatan Pada Pasien An.C.R dengan diagnosa medis kejang
demam...............................................................................................................
BAB IV PENUTUP..................................................................................................
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................
4.2 Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal lebih dari, 38° C) akibat suatu proses ekstra kranial, biasanya
terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun. Setiap kejang kemungkinan dapat
menimbulkan epilepsi dan trauma pada otak, sehingga mencemaskan orang tua.
Pengobatan dengan antikonvulsan setiap hari yaitu dengan fenobarbital atau asam
valproat mengurangi kejadian kejang demam berulang. Obat pencegahan kejang
tanpa demam (epilepsi) tidak pernah dilaporkan. Pengobatan intermittent dengan
diazepam pada permulaan pada kejang demam pertama memberikan hasil yang
lebih baik. Antipiretik bermanfaat, tetapi tidak dapat mencegah kejang demam
namun tidak dapat mencegah berulangnya kejang demam (Vebriasa et al., 2016).
Kejang demam merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada anak.
Kejang demam umumnya terjadi pada anak yang berusia 6 bulan sampai 5 tahun.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada
anak-anak, terutama pada golongan umur 3 bulan sampai 5 tahun.
sebanyak 2% sampai dengan 5% anak yang berumur kurang dari 5 tahun
perna mengalami kejang yang berulang yang disertai oleh demam dan kejadian
terbanyak pada usia 17 sampai dengan usia 23 bulan. secara umum kejang demam
memiliki progonosis yang baik, namun sekitar 30% sampai dengan 35% anak
dengan kejang demam berulang. setiap tahunya kejang demam di usia hampir 1.5
juta, dan sebagian besar terjadi dalam rentang usia 6 hingga sampai 36 bulan
dengan puncak pada usia 18 bulan. angka kejadian kejang demam bervariasi di
berbagai negara. daera eropa barat dan amerika tercatat 2%-4% angka kejadian
kejang demam petahunya sedangkan di indonesia dilaporkan berkisar 2-4% dari
anak yang berusia 6 bulan sampai dengan 6 tahun yang mengalami kejang demam
wibisono 2015 dalam sirait et.al 2021 sedangkan dari badan penelitian dan
pengabdian masyarakat tahun2019 angka kejadian kejang demam di indonesia
sendiri berkisar 14,254 penderita (Balitbankes 2019). Dari kejadian kasus kejang
demam di tempat praktek RSUD Prof. Dr.H. Aloei Saboe, anak yang mengalami
kejang demam itu masi sering ditemukan pada anak-anak terutama di ruangan
picu terdapat 1 anak yang berusia <5 tahun mengalami masalah kejang demam
(RSUD. Prof.dr.H. aloei sboe, (2023)
Sampai saat ini penyebab kejang demam secara khusus belum di ketahui
secara pasti namun Menurut Maiti & Bidinger (2018) ada beberapa faktor
penyebab terjadinya kejang demam syakni Faktor Genetika Faktor keturunan dari
salah satu penyebab terjadinya kejang demam, 25-50% anak yang mengalami
kejang demam memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam,
faktor Penyakit infeksi bisa disebakan oleh Bakteri penyakit seperti bakteri traktus
respiratorius, pharyngitis, tonsillitis, otitis media sedangkan dari Virus yakni,
varicella (cacar), morbili (campak), dengue (virus penyebab demam berdarah)
(Maiti & Bidinger, 2018). Sedangkan menurut Zulmeliza et.al (2019), yakni dapat
disebabkan oleh karna obat-obatan, ketidak seimbangan kimiawi seperti
hiperkalemia, hipoglikemia dan asidosis, demam, patologis otak,
eklamsia,toksimea gravidarum (Zulmeliza et.al, 2019).
Upaya dan usaha yang dilakukan untuk menangani masalah pada anak
dengan kejang demam terutama dengan penegakan asuhan keperawatan yang
secara konfrehensif dan terukur. dengan beberapa langka atau tahap yang terdiri
dari pengkajian atau asesment, penegakan diagnostik, perencanaan, inplementasi
dan pendokumentasian. sehingga penerapan terapi baik secara farmakologi
maupun secara nonfarmakologi dapat terlaksana dengan baik dan terukur (PPNI,
2018).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana “Asuhan Keperawatan Pada An.C.R Dengan Diagnosa Medis
Kejang Demam”
1.1 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk Mengetahui “Asuhan Keperawatan Pada An.C.R Dengan Diagnosa
Medis Kejang Demam”
1.3.2 tujuan khusus
1. Mampu menjelaksan konsep medis pada pasien AN.C.R dengan diagnosa
medis kejang demam
2. Mampu melakukan penkajian pada psien AN.C.R dengan diagnosa medis
kejang demam
3. Mampu melakukan penegakan diagnosa keperawatan pada pasien AN.C.R
dengan diagnosa medis kejang demam
4. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada pasien AN.C.R dengan
diagnosa medis kejang demam
5. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien AN.C.R dengan
diagnosa medis kejang demam
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai penambah ilmu dan pengetahuan profesi dan juga dapat
mempertahankan kemapuan profesi keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kejang demam
2.4.1 Bagi Masyarakan
Dengan diselesaikannya asuhan keperawatan pada klien orang tua mampu
melakukan upaya pencegahan tentang penyakit kejang demam dan klien dapat
kembali di lingkungan keluarga dan masyarakat dalam keadaan sehat
BAB II
TINJAUAN TEORI
Faktor Rangsangan
Infeksi Bakteri,
Mekanik Dan Biokimia
Virus Dan Parasit
Perubahan
Reaksi Inflamasi Konsentrasi Ion Di
Ruang Ektraseluler
Difusi Na Dan
Kalium
Kejang
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk penyebab
demam atau kejang, pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap,
gula darah, elektrolit, urinalisi, dan biakan darah, urin atau feses.
2. Pemeriksaan cairan serebrosphinal dilakukan untuk menegakkan atau
kemungkinan terjadinya meningitis. Pada bayi kecil sering kali sulit
untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena
manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika yakin bukam meningitis secara
klinis tidak perlu dilakukan fungsi lumbal, fungsi lumbal dilakukan
pada :
a) Bayi usia kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan
b) Bayi berusia 12-18 bulan dianjurkan
c) Bayi lebih usia dari 18 bulan tidak perlu dilakukan
3. Pemeriksaan elektroenselografi (EEG) tidak direkomendasikan,
pemeriksaan ini dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas,
misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun,
kejang demam fokal.
4. Pemeriksaan CT Scan dilakukan jiak ada indikasi :
a) Kelainan neurologis fokal yang menetap atau kemungkinan adanya
lesi structural di otak
b) Terdapat tanda tekanan intracranial (kesadaran menurun, muntah
berulang, ubun-ubun menonjol, edema pupil) (Yulianti, 2017).
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang, dengan dosis pemberian:
a) 5 mg untuk anak < 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak > 3 tahun
b) 4 mg untuk BB < 10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB > 10 kg 0,5 –
0,7 mg/kgBB/kali
2. Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2 – 0,5
mg/kgBB. Pemberian secara perlahan – lahan dengan kecepatan 0,5 – 1
mg/menit untuk menghindari depresi pernafasan, bila kejang berhenti
sebelum obat habis, hentikan penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2
kali dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang, Diazepam tidak
dianjurkan diberikan per IM karena tidak diabsorbsi dengan baik.
3. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB
perlahan – lahan, kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobarbital
50 mg IM dan pasang ventilator bila perlu. Setelah kejang berhenti Bila
kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan
dengan pengobatan intermetten yang diberikan pada anak demam untuk
mencegah terjadinya kejang demam. Obat yang diberikan berupa:
a) Antipirentik Parasetamol atau asetaminofen 10 – 15 mg/kgBB/kali
diberikan 4 kali atau tiap 6 jam. Berikan dosis
rendah dan pertimbangan efek samping berupa hiperhidrosis.
b) Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali
c) Antikonvulsan
d) Berikan diazepam oral dosis 0,3 – 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada
saat demam menurunkan risiko berulang
e) Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali perhari
Bila kejang berulang Berikan pengobatan rumatan dengan
fenobarbital atau asamn valproat dengan dosis asam valproat 15 – 40
mg/kgBB/hari dibagi 2 – 3 dosis, sedangkan fenobarbital 3 – 5
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
4. Pengobatan keperawatan saat terjadi kejang demam menurut adalah:
a) Saat terjadi serangan mendadak yang harus diperhatikan pertama
kali adalah ABC (Airway, Breathing, Circulation)
b) Setelah ABC aman, Baringkan pasien ditempat yang rata untuk
mencegah terjadinya perpindahan posisi tubuh kearah danger
c) Kepala dimiringkan dan pasang sundip lidah yang sudah di bungkus
kasa
d) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien yang bisa
menyebabkan bahaya
e) Lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan
f) Bila suhu tinggi berikan kompres hangat
g) Setelah pasien sadar dan terbangun berikan minum air hangat
h) Jangan diberikan selimut tebal karena uap panas akan sulit
dilepaskan (Nayiro, 2017)
termoregulasi
Infeksi bakteri tidak efektif
virus parasit Rangsangan mekanik
dan biokimia
Risiko
Kurangnya pengetahuan Lebih dari Perubahan Risiko
Defisit perfusi
keluarga terhadap 15 menit suplai darah ke kerusakan sel
pengetahuan serebral
perawatan kejang pada otak neuron otak n
tidak efektif
anak
2.2.3 Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi (D0130) B.d proses penyakit d.d suhu tubuh meningkat.
2. Resiko cedera (D0136) d.d kejang
3. Defisit Pengetahuan B.D Kurang terpapar informasi D.D kondisi klinis
yang baru dihadapi klien.
4. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d stenosis karotis d.d infeksi otak.
5. Gangguan tumbuh kembang ( D.0108) B.d proses infeksi d.d tidak
mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai kelompok
umur.
DS: - membaik
3. Berikan cairan oral
Do : Suhu tubuh di atas
nilai normal 4. Berikan oksigen
keliru terhadap
masalah
Gejala Tanda Minor :
Ds :
Do :
Menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat
Menunjukan
perilaku
berlebihan .
Kondisi Klinis terkait :
Kondisi klinis
yang bisa
dihadapi
1. Identitas Klien
Nama :An. C R Umur : 1 th 8 bln 30 hari
Tempat / Tanggal Lahir :Gorontalo 06-04-2022 Jenis Kelamin :P
Agama : Islam Suku : Gorontalo
Pendidkan : Belum sekolah Dx. Medis : kejang demam
Alamat : Desa Ayula Tilanggo Telepon : 082290911982
Tanggal masuk RS : 13 agustus 2023 Ruangan : Picu
Golongan Darah :O Sumber info : Orang Tua
3. Alasan masuk RS : Pasien An C.R usia 1 th 8 bln 30 haro dengan no rekam medic 26-44-74
alamat desa ayula tilanggo dibawah oleh keluarga pada tangal 13 agustus 2023 tepat pada hari
senin dengan keluhan demam naik turun disertai kejang yang berlangsung sudah 2 hari, anak
juga sering rewel dan susah untuk di bujuk. Makan anak sedikit tapi sering dan anak sering
minum. Saat dilakukan pemeriksaan ttv oleh perawat diruangan suhu tubuh 38.8 °C pada
pukul 21:00 sedangkan pada pukul 10.00 diruangan picu suhu tubuh 37.1 °C
4. Riwayat penyakit sekarang: Pada saat dilakukan pengkajian pada tangal 15 agustus 2023 pikil
10.00 orang tua klien mengatakan anaknya demam naik turun hasil pengukuran vital
signdiperoleh suhu tubuh 37.8 °C dengan frekuensi nadi 140 x/m. 30 menit yang lalu anak
mengalami kejang, kulit teraba hangat otot-otot tampak tegang serta anak rewel dan sulit
untuk di bujuk .
Imunisasi TT : - kali
c. Postnatal
Kondisi bayi : □ BB lahir 2000 gram □ PB lahir 45 Cm
Penyakit anak : □ Kuning □ Kebiruan √ Kemerahan
Problem menyusui : Tidak ada masalah
D. PENGKAJIAN FISIK
Hari Selasa., tanggal 15- 08- 2023, pukul 10.00
E. Pengukuran Atropometri
Berat Badan : 104 gr/Kg
Tinggi Badan : 77 Cm
Lingkar Kepala : 48 Cm
Lingkar Dada : 51 Cm
Lingkar Lengan Atas : 13 Cm
Ketebalan lipat kulit :1 Cm
I. Tanda Vital
Suhu : jam 21.00 38,8 ˚C pada jam 10.00 Sb 37,1°C
Frekuensi Jantung : 140 kali/menit
Frekuensi Pernafasan : 25 kali/menit
Tekanan Darah : 100/90 mmHg
J. Kepala: bentuk kepala bulat tampak bersih tidak ada lesi tidak ada massa
Keluhan lainnya: tidak ada keluhan
(Meliputi ; peradangan, kebersihan, keluhan yang berhubungan dan cara
mengatasinya)
K. Kebutuhan Oksigenasi
Hidung: hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada peradangan , tampak bersih
tidak ada cairan, tidak ada sumbatan
Keluhan lainnya: tidak ada
(Meliputi ; peradangan, perdarahan, sumbatan, reaksi alergi, keluhan yang
berhubungan dan cara mengatasinya)
Dada dan paru : bentuk dada tampak simetris, tidak
terdapat bunyi nafas tambahan rochi, wezing, perkusi bunyi sonor
Keluhan lainnya : tidak ada
(Meliputi ; bentu, retraksi intercostals, perkusi dada, pola
pernapasan, bunyi napas tambahan, keluhan yang berhubungan dan cara
mengatasinya)
Jantung : bunyi jantung terdengar lup dup irama regular, tidak ada nyeri bunyi
katup jantung aorta , pulmunal.
Keluhan lainnya : tidak ada
(Meliputi ; bunyi, irama, nyeri, letak/posisi, suara tambahan, CVP, keluhan
yang berhubungan dan cara mengatasinya)
Mulut : Mulut tampak tidak ada masalah menelan, mukosa mulut lembab,
tidak ada peradangan, bibir tampak kering
Leher : tidak ada pembengkakan, tidak ada vena junggularis, tidak kaku,
pergerakan aktif
Abdomen : bentuk datar, tidak teraba massa bising usus tidak hiperatif
Riwayat nutrisi : :
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
Saat ini ( … bulan / tahun) Bubur, telur, biscuit, susu Diberikan saat ini
Pola Nutrisi dan Cairan Sehat Sakit
Kebutuhan Eliminasi
Pola Buang Air Besar Sehat Sakit
(BAB)
Frekuensi 2- 3 x / hari 2- 3 x / hari
Konsistensi Lunak Lunak
Warna Kuning Kuning
Keluhan saat BAB Tidak ada Tidak ada
Istilah yang digunakan anak Tidak ada Tidak ada
saat BAB
Kuku : bersih
Higiene :Bersih
M. Organ Sensoris
Mata : pupil mengecil terkena cahaya, rangsangan cahaya akomodasi, tidak
anemia, sclera tidak kuning/ikteri
Telinga : tampak bersih, tidak ada cairan pada telingga, simetris kiri dan kanan,
tidak ada pembengkakan
(Meliputi ; posisi, kesejajaran pinna, hygiene telinga, rabas telinga, pemakaian alat bantu,
peradangan, keluhan yang berhubungan dan cara mengatasinya)
Kulit : warna sawo matang, tekstur halus, lembab, intregitas kulit utuh, tidak ada
Data Spritual
Keluargadan anak melaksanakan keg.
ibadah di RS
Keluargadan anak tidak melaksanakan
keg. ibadah di RS
K. Pemeriksaan Diagnostic
(meliputi tanggal dan hasil pemeriksaan) meliputi Pemeriksaan
Laboratorium, Foto Rontgen, Data Tambahan
Laboratorium Rujukan
Hemoglobin
MCH 27 pq 22 – 34
MCHC 32 q/dl 32 – 36
Kimia darah
Elektrolit
2. Diazepam 1 mg/iv Sebagai obat untuk mengatasi Tidak dapat digunakan pada
keang dengan cara kerja pasien dengan hipersensitif
melemaskan otot – otot yang kaku terhadap obat
/tegang
3. Gentamicin 1 x 4 mg/iv Sebagai antibiotic dengan cara kerja Kontraindikasi pasien dengan
menghambat sintesis protein bakteri eiwayat hipersensitif terhadap
melalui ikatan terhadap RNA ominagrasida dan pada pasien
memiliki gangguan fungsi ginjal
4. Paracetamol 500 mg Sebagai antibiotic dengan cara Tidak dapat digunakan pada
menghambat produksi pasien dengan riwayat
prostaglanding hipersensitif dan penyakit
hiperaktif derajat berat terutama
dalam gangguan jangka panjang
5. Assering 10 tpm 500 ml Sebagai cairan penyeimbang Pada pasien riwayar gagal ginjal,
elektrolit atau cairan sebagai eritma paru, hipertermi, sirosis
resolusi nutrisi hati.
6.
I. IDENTIFIKASI DATA
2. Data objektif
- Anak tampak rewel
- Kulit teraba hangat
- Anak sering mengalami kejang
- TTV: suhu tubuh = 37.80 c
Nadi = 140x/menit
- Suhu tubuh fluktuatif dari 37.1 naik 37.80 c
DO:
- Mengalami kejang
- Kulit teraba hangat
- Suhu tubuh fluktuatif dari 37.1 naik 37.80 c
- Suhu tubuh diatas nilai normal 37.80 c
- Takikardia nadi 140x/menit
III. ANALISA DATA BERDASARKAN PATOFISIOLOGI DAN
PENYIMPANGAN KDM
Kejang
Risiko Cedera
IV. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN (tulis sesuai priorita
1. Termoregulasi tidak efektif bd. perubahan laju metabolisme dd. suhu tubuh
fluktuaktif (D.0049)
Kategori: linkungan
Subkategori: keamanan dan proteksi
DS: - Orangtua anak mengatakan anaknya mengalami demam sudah 2 hari naik
turun
DO: - Kulit teraba hangat
- Suhu tubuh fluktuatif dari 37.1 naik 37.80 c
- Suhu tubuh diatas nilai normal 37.80 c
- Takikardia nadi 140x/menit
1. Termoregulasi tidak efektif b.d Setelah di lakukan tindakan keperawatan Regulasi temperatur
perubahan laju metabolisme d.d suhu selama 3x24 jam maka di harapkan suhu
tubuh fluktuatif tubuh membaik dengan kriteria hasil : Tindakan
1. Suhu tubuh membaik 1. Monitor suhu tubuh anak
DS : 2. Suhu kulit membaik 2. Tingkatkan asupan cairan dan
- Orang tua pasien mengatakan 3. Kejang menurun nutrisi
anaknya mengalami demam 3. Atur suhu lingkungan
sudah 2 hari naik turun 4. Jelaskan cara mencegah
hipotermi karena terpapar
DO : udara
- Kulit tampak teraba hangat 5. Kolaborasi pemberian
- Suhu tubuh fluktuatif 37.1 antipiretik paracetamol 500
naik 37.8℃ m/bb/IV/12 jam
- Suhu tubuh di atas nilai
normal 37.8 ℃
- Takikardia nadi 140x/menit
2. Resiko cedera d.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen kejang
Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh selama 3x8 jam maka diharapkan masalah Tindakan
Faktor resiko : kejang menurun dengan kriteria hasil : 1. Monitor terjadinya kejang
- Kegagalan mekanisme 1. Ketegangan otot menurun berulang
pertahanan tubuh 2. Frekuensi nadi membaik 2. Monitor tanda-tanda vital
Kondisi kritis : 3. Baringkan klien agar tidak
- Mengalami kejang terjatuh
4. Berikan atas empuk bawah
kepala
5. Jauhkan benda-benda tajam yang
berbahaya dari dekat anak
6. Anjurkan keluarga menghindari
memasukan benda apapun dalam
mulut anak saat periode kejang
7. Kolaborasi pemberian anti
koagulan diazepam 1 mg/iv
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Inisial pasien : AN C.R Ruangan : Picu
No Rm : 22 – 44 - 76
NO DIAGONAS TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1 Termoregulasi tidak efektif 14 agustus Regulasi temperatur 13:00
b.d perubahan laju 2023 Tindakan
metabolisme d.d suhu tubuh S :- orang tua anak mengaku
fluktuatif 10 : 30 1. Monitor suhu tubuh anak hasil : anaknya demam
DS : - Suhu tubuh anak 37,8 C
- Orang tua anak 2. Atur suhu lingkungan O :- kulit terasa hangat
mengatakan anaknya 10 : 40 Hasil : - suhu tubuh diatas normal
mengalami demam - Suhu ruangan disesuaikan 37,8 C
sudah 2 hari naik kebutuhan pasien - kejang 30 menit yang
turun 3. Tingkatkan asupan cairan lalu
DO : Hasil :
- Kulit tampak terasa - Terpasang rl 500 mg 60 tpm A : masalah Termoregulasi
hangat 10 : 50 4. Jelaskan cara mencegah hipotermi belum teratasi
- Suhu tubuh karena terpapar udara P : lanjutkan intervensi
fluktuatif dari 37,1 Hasil : 1. Monitor suhu tubuh
naik 37,8 C - Keluarga mengerti yang dijelaskan 2. Atur suhu lingkungan
- Suhu tubuh diatas 5. Kolaboras pemberian antipiretik 3. Kolaborasi pemberian
normal 37,8 C 11 : 00 Hasil : terapi antipiretik
- Takikardia nadi - Terapi paracetamol 500 mg/bb/iv paracetamol 500
140 x / menit terlaksana mg/bb/iv
2 Resiko cedera d.d kegagalan 14 agustus 2023 Manajemen kejang 19:00
mekanisme pertahanan Tindakan
tubuh 11:10 1. Monitor terjadinya kejang berulang S : - orang tua anak
Faktor resiko : Hasil : mengatakan anaknya kejang
- Kegagalan - Kondisi anak sekarang stabil tidak 30 menit yang lalu
pertahanan tubuh kejang
Kondisi klinis : 11:20 2. Monitor tanda vital O : - ketegangan otot
- Mengalami kejang Hasil : menurun
- Frekuensi nadi 100x/menit - frekuensi nadi membaik
- Suhu tubuh 36,5 C 140 x / menit
11:30 3. Baringkan Anak agar tidak terjatuh
Hasil : A : masalah resiko cedera
- Anak dalam keadaan baring sebagian teratasi
ditempat tidur P : lanjutkan intervensi
11:40 4. Berikan alas empuk dibawah kepala 1. Monitor terjadinya
anak kejang berulang
Hasil : 2. Monitor tanda vital
- Anak diberikan posisi yang 3. Kolaborasi pemberian
11:50 nyaman dengan alas yang empuk antikonvulsa
5. Jauhkan benda-benda tajam yang diazepam 1 mg /iv/12
berbahaya dari dekat anak jam
Hasil :
- Benda-benda tajam dijauhkan dari
dekat anak
6. Anjurkan keluarga menghindari
memasukan benda apapun dalam mulut
anak saat periode kejang
Hasil :
- Keluarga mengerti dan mematuhi
terhadap yang dianjurkan
7. Kolaborasi pemerian antikonvulsa
Hasil :
- Diajepam anti konvulsa 1 mg/iv
terlaksana
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Inisial pasien : AN. C.R Ruangan : Picu
No Rm : 22 - 44 - 76
N DIAGNOSA TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
O KEPERAWATAN
1 Termoregulasi tidak efektif b.d 15 agustus Regulasi temperatur 11:00
perubahan laju metabolisme 2023 Tindakan
d.d suhu tubuh fluktuatif 1. Monitor suhu tubuh S : - orang tua mengeluh anaknya
DS : 10:00 Hasil : demam menurun
- Orang tua anak - Suhu tubuh anak turun 36,5 O : - kulit teraba hangat membaik
mengatakan anaknya C - suhu tubuh membaik 36,5 C
mengalami demam 2. Atur suhu lingkungan - kejang menurun
sudah dua hari naik 10:30 Hasil : A : masalah termoregulasi ternyata
turun - Suhu ruangan disesuaikan efektif teratasi
DO : kebutuhan pasien
- Kulit terasa hangat 3. Kolaborasi pemberian terapi P : intervensi dihentikan
- Suhu tubuh fluktuatif antipiretik paracetamol 500 mg /
dari 37,1 C naik 37,8 C 10:40 bb / iv
- Suhu tubuh diatas Hasil :
normal 37,8 C - Paracetamol 500 mg / bb /
- Takikardia nadi 140 x / iv terlaksan
menit
2 Resiko cedera d.d kegagalan 15 Agustus Manajemen kejang 13:00
mekanisme pertahanan tubuh 2023 Tindakan
Faktor resiko : 1. Monitor terjadinya kejang S : orang tua mengeluh anaknya
- Kegagaln mekanisme berulang kejang menurun
pertahanan tubuh Hasil :
Kondisi klinis : - Sekarang anak dalam O : - ketegangan otot menurun
- Mengalami kejang keadaan stabil dan tidak - frekuensi nadi membaik
kejang 100x/ menit
2. Monitor tanda vital
Hasil : P : masalah resiko cedera teratasi
- Frekuensi nadi 100 x /
menit P : intervensi dihentikan
- Suhu tubuh 36,5 C
3. Kolaborasi pemberian
antikonvulsa diazepam 1
mg / iv / 12 jam
Hasil :
- Diazepam antikonvulsa 1
mg / iv terlaksana
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian keperawatan pada pasien an.c.r dengan
diagnosa medis kejang demam di ruangan picu RSAS Prof.Dr.H Aloei Saboe
maka diagnosa yang diangkat termoregulasi tidak efektif dan resiko cedera
4.1 Saran
1 Bagi Rumah Sakit
Untuk dapat meningkatkan mutu pelayananan keperawatan dengan
secara konfrehensif dengan berbagai pengadaan termasuk fasilitas sarana
dan prasaran yang memadai untuk menunjang kebutuhan pasien baik
secara rohani maupun jasmani
2 Bagi Mahasiswa
Bagi profesi keperawatan diharapkan mampu untuk lebih memperhatikan
dalam menegakan suatu diagnosa keperawatan agar pelayanan
keperawatan dapat mencapai sasaran dan tujuan yang memberikan efek
kesembuhan kepada klien yang mengalami masalah kesehatannya
DAFTAR PUSTAKA
Ackley, B.J ladwing, G.B & Makic M.B.F (2018) Nursing diagnosis handbock.
Cahyaningtiyas, Y. (2022) Laporan Pendahuluan pasien dengan kejang demam
Kharisma, D (2021). Asuhan keperawatan pada klien anak dengan riwayat kejang
demam Di puskesmas Ulu.
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1 (cetakan III). Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakana
Keperawatan, Edisi 1 (cetakan II). Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Keperawatan, Edisi 1 (cetakan III). Jakarta: DPP PPNI