Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. C.

R DENGAN
DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM DIRUANG PICU RSUD
PROF. DR. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK: 3A DAN 3B
MENGETAHUI

PRESEPTOR
Ns. Meyke Luawo, S.Kep TTD :
KLINIK

PRESEPTOR
Ns. Dewi Modjo, M. Kep. TTD :
AKADEMIK

TANGGAL 1. TGL :
PENGUMPULAN 2. TEPAT WAKTU :
3. TERLAMBAT :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji kepada Allah SWT
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Seminar Kasus Keperawatan anak diruangan perawatan anak RSUD
PROF. DR. ALOEI SABOE. Selama menyelesaikan penyusunan laporan ini
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui
kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Firmawati, M.Kep Selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
2. Ns. Dewi Modjo M.Kep Selaku Preseptor Akademik ruangan NICU dan
PICU
3. Ns. Andi Akifa Sudirman, M.Kep Selaku Preseptor Akademik Perawatan
Anak Dan Poli Tumbang
4. ns. Sofiyah Tri Indrianingsih M.Kep Selaku Preseptor Akademik MTBS
5. Ns. Muriyati Rokhani,M.Kep Selaku Preseptor Klinik Ruangan NICU
6. Ns. Meyke Luawo S.Kep selaku Perseptor Klinik Ruangan PICU
7. NS. Wahida Zakaria, S.Kep Selaku Preseptor Klinik Keperawatan Anak
Teman-teman seperjuangan Profesi Ners Angkatan XVI dan yang paling
teristimewa teman -teman kelompok 3A dan 3B yang selalu memberikan motifasi
satu sama lain dan yang selalu menjaga kekompakannya. Saya menyadari masih
banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, wawasan
dan kemampuan kami. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan masukan guna
penyempurnaan dalam penulisan laporan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi
para pengambil keputusan dan pemerhati.

Gorontalo, 28 Agustus 2023

Kelompok: IIIA Dan II B


LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR AKHIR


STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
LAPORAN SEMINAR AKHIR KEPERAWATAN ANAK PROGRAM
STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMDIYAH GORONTALO

PENYUSUN : KELOMPOK III A DAN III B


NAMA :
1. IZRAK HABU, S.KEP
2. VERAWATI LAMUDA, S.KEP
3. FEBRIANI HINUR, S.KEP
4. AFRIANI R. MAHMUD, S.KEP
5. SINTIA DUKALANG, S.KEP
6. LINDAWATI R. YASIN, S.KEP
TEMPAT PRAKTIK :
TANGGAL PRAKTIK :
Telah disetujui oleh preceptor klinik dan preceptor akademik dan telah dipenuhi
sesui saran dan masukan yang diberikan untuk dapat diseminarkan pada tanggal
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
PRESEPTOR
KLINIK Ns. Meyke Luawo, S.Kep TTD:

PRESEPTOR
AKADEMIK Ns. Dewi Modjo S.Kep TTD:
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................
1.1 Konsep Dasar Medis Kejang Demam...............................................................
2.1.1 Definisi....................................................................................................
2.1.2 Etiologi....................................................................................................
2.1.3 Manifestasi Klinis...................................................................................
2.1.4 Patofisiologis...........................................................................................
2.1.5 Penyimpangan KDM...............................................................................
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................
2.1.7 Penatalaksanaan......................................................................................
2.2 Konsep Dasar Keperawatan..............................................................................
2.2.1 Pengkajian...............................................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan...........................................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan.....................................................................
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................
3.1 Asuhan Keperawatan Pada Pasien An.C.R dengan diagnosa medis kejang
demam...............................................................................................................
BAB IV PENUTUP..................................................................................................
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................
4.2 Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal lebih dari, 38° C) akibat suatu proses ekstra kranial, biasanya
terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun. Setiap kejang kemungkinan dapat
menimbulkan epilepsi dan trauma pada otak, sehingga mencemaskan orang tua.
Pengobatan dengan antikonvulsan setiap hari yaitu dengan fenobarbital atau asam
valproat mengurangi kejadian kejang demam berulang. Obat pencegahan kejang
tanpa demam (epilepsi) tidak pernah dilaporkan. Pengobatan intermittent dengan
diazepam pada permulaan pada kejang demam pertama memberikan hasil yang
lebih baik. Antipiretik bermanfaat, tetapi tidak dapat mencegah kejang demam
namun tidak dapat mencegah berulangnya kejang demam (Vebriasa et al., 2016).
Kejang demam merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada anak.
Kejang demam umumnya terjadi pada anak yang berusia 6 bulan sampai 5 tahun.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada
anak-anak, terutama pada golongan umur 3 bulan sampai 5 tahun.
sebanyak 2% sampai dengan 5% anak yang berumur kurang dari 5 tahun
perna mengalami kejang yang berulang yang disertai oleh demam dan kejadian
terbanyak pada usia 17 sampai dengan usia 23 bulan. secara umum kejang demam
memiliki progonosis yang baik, namun sekitar 30% sampai dengan 35% anak
dengan kejang demam berulang. setiap tahunya kejang demam di usia hampir 1.5
juta, dan sebagian besar terjadi dalam rentang usia 6 hingga sampai 36 bulan
dengan puncak pada usia 18 bulan. angka kejadian kejang demam bervariasi di
berbagai negara. daera eropa barat dan amerika tercatat 2%-4% angka kejadian
kejang demam petahunya sedangkan di indonesia dilaporkan berkisar 2-4% dari
anak yang berusia 6 bulan sampai dengan 6 tahun yang mengalami kejang demam
wibisono 2015 dalam sirait et.al 2021 sedangkan dari badan penelitian dan
pengabdian masyarakat tahun2019 angka kejadian kejang demam di indonesia
sendiri berkisar 14,254 penderita (Balitbankes 2019). Dari kejadian kasus kejang
demam di tempat praktek RSUD Prof. Dr.H. Aloei Saboe, anak yang mengalami
kejang demam itu masi sering ditemukan pada anak-anak terutama di ruangan
picu terdapat 1 anak yang berusia <5 tahun mengalami masalah kejang demam
(RSUD. Prof.dr.H. aloei sboe, (2023)
Sampai saat ini penyebab kejang demam secara khusus belum di ketahui
secara pasti namun Menurut Maiti & Bidinger (2018) ada beberapa faktor
penyebab terjadinya kejang demam syakni Faktor Genetika Faktor keturunan dari
salah satu penyebab terjadinya kejang demam, 25-50% anak yang mengalami
kejang demam memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam,
faktor Penyakit infeksi bisa disebakan oleh Bakteri penyakit seperti bakteri traktus
respiratorius, pharyngitis, tonsillitis, otitis media sedangkan dari Virus yakni,
varicella (cacar), morbili (campak), dengue (virus penyebab demam berdarah)
(Maiti & Bidinger, 2018). Sedangkan menurut Zulmeliza et.al (2019), yakni dapat
disebabkan oleh karna obat-obatan, ketidak seimbangan kimiawi seperti
hiperkalemia, hipoglikemia dan asidosis, demam, patologis otak,
eklamsia,toksimea gravidarum (Zulmeliza et.al, 2019).
Upaya dan usaha yang dilakukan untuk menangani masalah pada anak
dengan kejang demam terutama dengan penegakan asuhan keperawatan yang
secara konfrehensif dan terukur. dengan beberapa langka atau tahap yang terdiri
dari pengkajian atau asesment, penegakan diagnostik, perencanaan, inplementasi
dan pendokumentasian. sehingga penerapan terapi baik secara farmakologi
maupun secara nonfarmakologi dapat terlaksana dengan baik dan terukur (PPNI,
2018).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana “Asuhan Keperawatan Pada An.C.R Dengan Diagnosa Medis
Kejang Demam”
1.1 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk Mengetahui “Asuhan Keperawatan Pada An.C.R Dengan Diagnosa
Medis Kejang Demam”
1.3.2 tujuan khusus
1. Mampu menjelaksan konsep medis pada pasien AN.C.R dengan diagnosa
medis kejang demam
2. Mampu melakukan penkajian pada psien AN.C.R dengan diagnosa medis
kejang demam
3. Mampu melakukan penegakan diagnosa keperawatan pada pasien AN.C.R
dengan diagnosa medis kejang demam
4. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada pasien AN.C.R dengan
diagnosa medis kejang demam
5. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien AN.C.R dengan
diagnosa medis kejang demam
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai penambah ilmu dan pengetahuan profesi dan juga dapat
mempertahankan kemapuan profesi keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kejang demam
2.4.1 Bagi Masyarakan
Dengan diselesaikannya asuhan keperawatan pada klien orang tua mampu
melakukan upaya pencegahan tentang penyakit kejang demam dan klien dapat
kembali di lingkungan keluarga dan masyarakat dalam keadaan sehat
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Medis Kejang Demam


2.1.1 Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal lebih dari, 38° C) akibat suatu proses ekstra kranial, biasanya
terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun. Setiap kejang kemungkinan dapat
menimbulkan epilepsi dan trauma pada otak, sehingga mencemaskan orang tua.
Pengobatan dengan antikonvulsan setiap hari yaitu dengan fenobarbital atau asam
valproat mengurangi kejadian kejang demam berulang. Obat pencegahan kejang
tanpa demam (epilepsi) tidak pernah dilaporkan. Pengobatan intermittent dengan
diazepam pada permulaan pada kejang demam pertama memberikan hasil yang
lebih baik. Antipiretik bermanfaat, tetapi tidak dapat mencegah kejang demam
namun tidak dapat mencegah berulangnya kejang demam (Vebriasa et al., 2016).
Kejang demam merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada anak.
Kejang demam umumnya terjadi pada anak yang berusia 6 bulan sampai 5 tahun.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada
anakanak, terutama pada golongan umur 3 bulan sampai 5 tahun. Kejang demam
dikelompokkan menjadi dua, yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam
kompleks.
Setelah kejang demam pertama, 33% anak akan 8 mengalami satu kali
rekurensi (kekambuhan), dan 9% anak mengalami rekurensi 3 kali atau lebih.
Beberapa penelitian mengatakan rekurensi dari kejang demam akan meningkat
jika terdapat faktor risiko seperti kejang demam pertama pada usia kurang dari 12
bulan, terdapat riwayat keluarga dengan kejang demam, dan jika kejang pertama
pada suhu <40°C, atau terdapat kejang demam kompleks (Pediatri, 2016).
2.1.2 Etiologi
Menurut Maiti & Bidinger (2018) yaitu: Faktor-faktor periental, malformasi
otak konginetal:
1. Faktor Genetika Faktor keturunan dari salah satu penyebab terjadinya
kejang demam, 25-50% anak yang mengalami kejang demam memiliki
anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam.
2. Penyakit infeksi
a) Bakteri : penyakit pada traktus respiratorius, pharyngitis, tonsillitis,
otitis media.
b) Virus : varicella (cacar), morbili (campak), dengue (virus penyebab
demam berdarah)
3. Demam Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada
waktu sakit dengan demam tinggi, demam pada anak paling sering
disebabkan oleh :
a) ISPA
b) Otitis media
c) Pneumonia
d) Gastroenteritis
e) ISK
4. Gangguan metabolisme Gangguan metabolisme seperti uremia,
hipoglikemia, kadar gula darah kurang dari 30 mg% pada neonates cukup
bulan dan kurang dari 20 mg% pada bayi dengan berat badan lahir rendah
atau hiperglikemia
5. Trauma Kejang berkembang pada minggu pertama setelah kejadian cedera
kepala
6. Neoplasma, toksin Neoplasma dapat menyebabkan kejang pada usia berapa
pun, namun mereka merupakan penyebab yang sangat penting dari kejang
pada usia pertengahan dan kemudian ketika insiden penyakit neoplastik
meningkat
7. Gangguan sirkulasi
8. Penyakit degenerative susunan saraf.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang
klonik atau tonik klonik bilateral, setelah kejang berhenti, anak tidak memberi
reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak
terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti oleh
hemiparesis sementara (hemiperasis touch) atau kelumpuhan sementara yang
berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari (Ardell, 2020).
2.1.4 Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan
dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K +) dan sangat
sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl –).
Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na + rendah,
sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial
membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K
ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini
dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan
dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh
dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas
muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama
(lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen
dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi
artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang
disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme
otak meningkat
2.1.5 Pathway

Faktor Rangsangan
Infeksi Bakteri,
Mekanik Dan Biokimia
Virus Dan Parasit

Perubahan
Reaksi Inflamasi Konsentrasi Ion Di
Ruang Ektraseluler

Proses Demam Terganggu


Keimbangan
Membrane Atpase

Difusi Na Dan
Kalium

Kejang
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk penyebab
demam atau kejang, pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap,
gula darah, elektrolit, urinalisi, dan biakan darah, urin atau feses.
2. Pemeriksaan cairan serebrosphinal dilakukan untuk menegakkan atau
kemungkinan terjadinya meningitis. Pada bayi kecil sering kali sulit
untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena
manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika yakin bukam meningitis secara
klinis tidak perlu dilakukan fungsi lumbal, fungsi lumbal dilakukan
pada :
a) Bayi usia kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan
b) Bayi berusia 12-18 bulan dianjurkan
c) Bayi lebih usia dari 18 bulan tidak perlu dilakukan
3. Pemeriksaan elektroenselografi (EEG) tidak direkomendasikan,
pemeriksaan ini dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas,
misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun,
kejang demam fokal.
4. Pemeriksaan CT Scan dilakukan jiak ada indikasi :
a) Kelainan neurologis fokal yang menetap atau kemungkinan adanya
lesi structural di otak
b) Terdapat tanda tekanan intracranial (kesadaran menurun, muntah
berulang, ubun-ubun menonjol, edema pupil) (Yulianti, 2017).
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang, dengan dosis pemberian:
a) 5 mg untuk anak < 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak > 3 tahun
b) 4 mg untuk BB < 10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB > 10 kg 0,5 –
0,7 mg/kgBB/kali
2. Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2 – 0,5
mg/kgBB. Pemberian secara perlahan – lahan dengan kecepatan 0,5 – 1
mg/menit untuk menghindari depresi pernafasan, bila kejang berhenti
sebelum obat habis, hentikan penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2
kali dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang, Diazepam tidak
dianjurkan diberikan per IM karena tidak diabsorbsi dengan baik.
3. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB
perlahan – lahan, kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobarbital
50 mg IM dan pasang ventilator bila perlu. Setelah kejang berhenti Bila
kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan
dengan pengobatan intermetten yang diberikan pada anak demam untuk
mencegah terjadinya kejang demam. Obat yang diberikan berupa:
a) Antipirentik Parasetamol atau asetaminofen 10 – 15 mg/kgBB/kali
diberikan 4 kali atau tiap 6 jam. Berikan dosis
rendah dan pertimbangan efek samping berupa hiperhidrosis.
b) Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali
c) Antikonvulsan
d) Berikan diazepam oral dosis 0,3 – 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada
saat demam menurunkan risiko berulang
e) Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali perhari
Bila kejang berulang Berikan pengobatan rumatan dengan
fenobarbital atau asamn valproat dengan dosis asam valproat 15 – 40
mg/kgBB/hari dibagi 2 – 3 dosis, sedangkan fenobarbital 3 – 5
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
4. Pengobatan keperawatan saat terjadi kejang demam menurut adalah:
a) Saat terjadi serangan mendadak yang harus diperhatikan pertama
kali adalah ABC (Airway, Breathing, Circulation)
b) Setelah ABC aman, Baringkan pasien ditempat yang rata untuk
mencegah terjadinya perpindahan posisi tubuh kearah danger
c) Kepala dimiringkan dan pasang sundip lidah yang sudah di bungkus
kasa
d) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien yang bisa
menyebabkan bahaya
e) Lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan
f) Bila suhu tinggi berikan kompres hangat
g) Setelah pasien sadar dan terbangun berikan minum air hangat
h) Jangan diberikan selimut tebal karena uap panas akan sulit
dilepaskan (Nayiro, 2017)

2.2 Konsep Dasar Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama di dalam memberikan
asuhan keperawatan. Perawat harus mengumpulkan data tentang status kesehatan
pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan.
Pengumpulan data ini juga harus dapat menggambarkan status kesehatan klien
dan kekuatan masalah-masalah yang dialami oleh klien.
1. Aktivitas Istirahat
Keletihan, kelemahan umum : Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan
lain-lain
2. Sirkulasi
Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis
Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan
pernafasan
3. Intergritas Ego
Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau
penanganan
Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya
Perubahan dalam berhubungan
4. Eliminasi
1. Inkontinensia epirodik
2. Makanan atau cairan
3. Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang berhubungan
dengan aktivitas kejang
5. Neurosensori
a) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat
trauma kepala, anoreksia, dan infeksi serebal
b) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi)
c) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis
6. Kenyamanan
a) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)
b) Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal
7. Pernapasan
a) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat
peningkatan sekresi mulus
b) Fase posektal : Apnea
8. Keamanan
a) Riwayat terjatuh
b) Adanya alergi
9. Interaksi Sosial
Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan
sosialnya
10. Pemeriksaan Fisik
Kepala: Melihat kebersihan kulit kepala, distribusi rambut merata dan warna
rambut.
Wajah:melihat ke semetrisan kiri dan kanan.
Mata: terlihat sklera putih, konjuntiva merah muda, dan reflek pupil
mengecil ketika terkena sinar.
Mulut: terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering, dan pecah-
pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, sementara ujung dan
tepinya berwarna kemerahan dan jarang disertai tremor.
Leher: tidak adanya distensi vena jugularis.
Abdomen: dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisa terjadi konstipasi,
atau mungkin diare atau normal.
Hati dan limf: membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.
Ektermitas:pergerakan baik antara kiri dan kanan.
2.2.2 Penyimpangan KDM Kejang

termoregulasi
Infeksi bakteri tidak efektif
virus parasit Rangsangan mekanik
dan biokimia

Risiko suhu tubuh


Inflamasi fluktuatif
Perubahan konsentrasi
ion diruangan
ekstraseluler
Proses demam Sel tubuh hipertermia
Ketidak seimbangan meningkat
potensial membrane ATP
Gangguan tumbuh ASE
kembang
Metabolisme meningkat
Difusi Na+ dan
K+
Resiko kejang
Risiko Cedera
demam berulang Aktivitas Otot meningkat
Kejang

Risiko
Kurangnya pengetahuan Lebih dari Perubahan Risiko
Defisit perfusi
keluarga terhadap 15 menit suplai darah ke kerusakan sel
pengetahuan serebral
perawatan kejang pada otak neuron otak n
tidak efektif
anak
2.2.3 Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi (D0130) B.d proses penyakit d.d suhu tubuh meningkat.
2. Resiko cedera (D0136) d.d kejang
3. Defisit Pengetahuan B.D Kurang terpapar informasi D.D kondisi klinis
yang baru dihadapi klien.
4. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d stenosis karotis d.d infeksi otak.
5. Gangguan tumbuh kembang ( D.0108) B.d proses infeksi d.d tidak
mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai kelompok
umur.

2.2.4 Rencana Keperawatan


NO DIAGNOSA LUARAN (SLKI) INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN (SDKI) (SIKI)
1. Hipertermi (D0130) B.d Setelah Dilakukan Managemen Hipetermia
Proses Penyakit D.d Tindakan 3x8 Jam Observasi
Suhu Tubuh Meningkat Maka Di Harapkan 1. Monitor Suhu Tubuh
Definisi: suhu tubuh Termoregulasi
2. Monitor elektrolit
meningkat diatas rentang Membaik Dengan
normal tubuh. Criteria Hasil : 3. Monitor haluaran urine
1. Suhu Tubuh
Terapeutik
Penyebab: Membaik
1. Longgarkan Atau lepaskan
 proses penyakit 2. Kejang
pakaian
 peningkatan laju membaik
metabolisme 3. Kulit terasa 2. Sediakan lingkungan yang

Gejala dan tanda mayor : hangat dingin

DS: - membaik
3. Berikan cairan oral
Do : Suhu tubuh di atas
nilai normal 4. Berikan oksigen

Gejala dan tanda minor : Edukasi


Ds : - 1. Anjurkan Tirah Baring
Do :
 Kejang Kolaborasi
1. Kolaborasi Pemberian Cairan
 Kulit Terasa Dan Elektrolit Intrafena
Hangat

Kondisi klinis terkait:


 Proses infeksi

2. Resiko Cedera (D.0136) Setelah Dilakukan Pencegahan Cidera


D.d Kejang Tindakan 3x8 Jam Observasi
Definisi : beresiko Maka Di Harapkan 1. Identifikasi Area Lingkungan
mengalami bahaya atau Tingkat Cedera Yang Berpotensi Menyebabkan
kerusakan fisik yang Menurun Dengan Cidera
menyebabkan seseorang kriteria Hasil :
2. Sediakan Pencahayaan Yang
tidak lagi sepenuhnya 1. Kejadian Memadai
sehat atau dalam kondisi Cedera
Terapeutik
fisik. Menurun
1. Pastikan Kursi Dan Tempat
Faktor risiko :
Tidur Atau Kursi Roda Dalam
Eksternal :
Keaadan Terkunci
 Terpapar
pathogen 2. Tingkatkan Observasi Dan
Internal : Pengawasan Pasien
 Kegagalan
Edukasi
mekanisme
1. Jelaskan Alasan Intervensi
pertahanan tubuh
Pencegahan Jatuh Kepasien Dan
 Perubahan fungsi
Keluarga
psikomotor
 Perubahan fungsi 2. Anjurkan Berganti Posisi Secara

kongnitif Perlahan Dan Duduk Selama


Beberapa Menit Sebelum Berdiri

Kondisi klinis terkait:


 Kejang
3. Defisit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
Pengetahuan(D.0111) tindakan keperawatan Observasi
B.d Kurangnya Informasi selama 2x24 jam 1. Identifikasi Kesiapan Dan
D.d Presepsi Dengan maka tingkat Kemampuan Menerima
Masalah Yang Salah pengetahuan Informasi
Definisi : keadaan meningkat dengan 2. Identifikasi Faktor Faktor Yang
kurangnya informasi criteria hasil : Dpat Mengakibatkan Dan
kognitif yang berkaitan 1. Perilaku sesuai Menurunkan Informasi Perilaku
dengan topic tertentu. anjuran Hidup Dan Sehat
Penyebab: meningkat Terapeutik
 Kurang terpapar 2. Kemampuan 3. Sediakan Materi Dan Media
informasi menunjukan Pendidikan Ksehatan
 Ketidaktahuan tentang sesuatu 4. Jadwalkan Pendidikan
menemukan topic meningkat Kesehatan
sumber informasi 3. Pernyataan 5. Berikan Kesempatan Untuk
Gejala tanda mayor : tentang masalah Bertanya.
Ds : yang dihadapi Edukasi
 menanyakan menurun 6. Jelaskan Faktor Resiko Yang
masalah yang 4. Persepsi yang Dapat Mempengaruhi
dihadapi keliru terhadap Kesehatan
Do : masalah 7. Ajarkan Perilaku Hidup Bersih

 menunjukan menurun. Dan Sehat

perilaku tidak 8. Ajarkan Strategi Yang Dpat

sesuai anjuran Digunakan Untuk

 menunjukan Meningkatkan Perilaku Hidup

persepsi yang Bersih Dan Sehat

keliru terhadap
masalah
Gejala Tanda Minor :
Ds :
Do :
 Menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat
 Menunjukan
perilaku
berlebihan .
Kondisi Klinis terkait :
 Kondisi klinis
yang bisa
dihadapi

4. Risiko perfusi serebral Setelah dilakukan Tindakan


tidak efektif b.d stenosis tindakan keperawatan Observasi :
karotis d.d infeksi otak selama 1x8 jam maka 1. Monitor status kardiopulmonal
Definisi : Perfusi perifer (frekuensi dan kekuatan nadi,
Beresiko mengalami meningkat dengan frekuensi napas. )
penurunan sirkulasi darah criteria hasil : 2. Monitor status cairan
ke otak.  Denyut nadi 3. Monitor tingkat kesadaran dan
Faktor risiko : perifer respon pupil
 Stenosis karotis meningkat 4. Periksa riwayat alergi
 Neoplasma otak  Akral Therapeutik
Kondisi klinis terkait: membaik 1. Berikan oksigenasi untuk

 Infeksi otak mempertahankan saturasi

 Neoplasma otak oksigen >94%


2. Pasang jalur IV, Jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan penyebab/faktor risiko
syok
2. Jelaskan tanda dan gejala awal
syok
3. Anjurkan menghindari allergen
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV, Jika
perlu
2. Kolaborasi pemberiam
antiinflamasi, jika perlu.
5. Gangguan tumbuh Setelah dilakukan Perawatan perkembangan
kembang b.d proses tindakan keperawatan Tindakan
infeksi d.d tidak mampu selama 1X8 jam maka Observasi
melakukan keterampilan diharapkan status 1. Identifikasi pencapaian tugas
atau perilaku khas sesuai pertumbuhan 2. Identifikasi syarat dan perilaku
kelompok umur. meningkat dengan fisiologis yang ditunjukan bayi
Definisi: beresiko kriteria hasil : Terapeutik
mengalami gangguan  Berat bada 1. Pertahankan sentuhan seminimal
untuk bertumbuh sesuai sesuai, panjang mungkin pada bayi prematur
dengan kelompok badan sesuai. 2. Berikan sentuhan yang bersifat
seusianya. gentel dan tidak ragu-ragu
Faktor Risiko: 3. Meminimalkan nyeri
 Proses infeksi 4. Meminimalkan kebisingan
 Proses infeksi ruangan
maternal 5. Pertahankan lingkungan yang
Kondisi Klinis terkait : mendukung perkembangan
 Gangguan optimal
kepribadian 6. Motivasi anak berinteraksi
dengan anak lain
7. Sediakan aktivitas yang
memotifasi anak berinteraksi
dengan anak lain
8. Fasilitasi anak berbagai dan
bergantian atau bergulir
9. Dukung anak mengekspresikan
diri melalui pengharapan positif
atau umpan balik atas usahanya
10. Pertahankan kenyamanan anak
11. Fasilitasi anak melatih
keretampilan pemenuhan
kebutuhan secara mandiri
12. Bernyanyi bersama anak dengan
lagu-lagu yang disukai
13. Bicarakan cerita atau dongeng
14. Dukung partisifasi anak disekolah
Edukasi
1. Jelaskan orang tua dan atau anak
pengasuh tentang milestone
perkembangan anak dan perilaku
anak
2. Anjurkan orang tua menyentuh
dan menggendong bayinya
3. Anjurkan orang tua berinteraksi
dengan anaknya
4. Ajarkan anak keterampilan
berinteraksi
5. Ajarkan anak teknik asertif
Kolaborasi
1. Rujuk untuk konseling , jika perlu
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. C.R DENGAN DIAGNOSA
MEDIS KEJANG DEMAM DIRUANGAN PICU

PENGKAJIAN RUANG PERAWATAN ANAK


PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
No. RM : 26-44-76
Tanggal :13-08-2023
Tempat : Ruangan Picu
A. DATA UMUM

1. Identitas Klien
Nama :An. C R Umur : 1 th 8 bln 30 hari
Tempat / Tanggal Lahir :Gorontalo 06-04-2022 Jenis Kelamin :P
Agama : Islam Suku : Gorontalo
Pendidkan : Belum sekolah Dx. Medis : kejang demam
Alamat : Desa Ayula Tilanggo Telepon : 082290911982
Tanggal masuk RS : 13 agustus 2023 Ruangan : Picu
Golongan Darah :O Sumber info : Orang Tua

2. Identitas Orang Tua


Ayah
Nama : Tn P.S Umur : 41 th
Pendidikan : Sd Pekerjaan : Swasta
Alamat : Desa Ayula Tilanggo Telepon :-
Ibu
Nama : Ny W.I Umur : 38 th
Pendidikan : SMA Pekerjaan : Honorer
Alamat : Desa Ayula Tilanggo
Telepon : 082290911882
Lain-lain (hubungan keluarga baik dan harmonis )
Nama : tidak ada Umur : tidak ada
Pendidikan : tidak ada Pekerjaan : tidak ada
Alamat : tidak ada Telepon : tidak ada

B. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa Medis : Kejang Demam

2. Keluhan Utama : Demam

3. Alasan masuk RS : Pasien An C.R usia 1 th 8 bln 30 haro dengan no rekam medic 26-44-74
alamat desa ayula tilanggo dibawah oleh keluarga pada tangal 13 agustus 2023 tepat pada hari
senin dengan keluhan demam naik turun disertai kejang yang berlangsung sudah 2 hari, anak
juga sering rewel dan susah untuk di bujuk. Makan anak sedikit tapi sering dan anak sering
minum. Saat dilakukan pemeriksaan ttv oleh perawat diruangan suhu tubuh 38.8 °C pada
pukul 21:00 sedangkan pada pukul 10.00 diruangan picu suhu tubuh 37.1 °C

4. Riwayat penyakit sekarang: Pada saat dilakukan pengkajian pada tangal 15 agustus 2023 pikil
10.00 orang tua klien mengatakan anaknya demam naik turun hasil pengukuran vital
signdiperoleh suhu tubuh 37.8 °C dengan frekuensi nadi 140 x/m. 30 menit yang lalu anak
mengalami kejang, kulit teraba hangat otot-otot tampak tegang serta anak rewel dan sulit
untuk di bujuk .

C. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


(Khusus untuk anak usia 0-5 tahun)
a. Prenatal
 Pemeriksaan kehamilan: 6 kali

 Keluhan selama hamil : Mual, muntah dan tidak nafsu makan

 Riwayat terpapar radiasi: Tidak ada

 Riwayat terapi obat : vitamin B12, Asam Folat, Zat Besi

 Kenaikan BB selama hamil : 11 Kg

 Imunisasi TT : - kali

 Golongan darah Ibu :O

 Golongan darah Ayah : A

 Usia saat hamil : 37th

 Kesehatan ibu saat kemailan : Selama hamil ibu pasien sehat

 Obat-obatan yang digunakan : Terapi Vitamin


b. Natal
 Tempat melahirkan : Rumah sakit multazam
 Lama dan jenis persalinan : spontan □√ operasi
fo
rc
e
p
□ Lain-lain …
 Penolong persalinan : √
dokter bidan dukun ahli
 Komplikasi persalinan : Tidak ada komplikasi

c. Postnatal
 Kondisi bayi : □ BB lahir 2000 gram □ PB lahir 45 Cm
 Penyakit anak : □ Kuning □ Kebiruan √ Kemerahan
 Problem menyusui : Tidak ada masalah

(Untuk semua usia)


a. Penyakit yang pernah dialami : Ibu pasien mengatakan pasien sering demam
Penyeba : Demam saat anak tumbuh gigi
Riwayat perawatan : Tidak ada

Riwayat operasi : Tidak ada

Riwayat pengobatan : Tidak ada

b. Kecelakaan yang pernah dialami : Tidak ada

c. Riwayat alergi : Tidak ada

d. Riwayat imunisasi : Imunisasi lengkap


No. Jenis Imunisasi Usia Pemberian Reaksi
Imunisasi Dasar
1 Hep B (HB 0) < 7 hari Tidak ada
2 BCG, Polio 1 1 bln Tidak ada
3 DPT-HB-Hib 1, Polio 2 2 bln Demam
4 DPT-HB-Hib 2, Polio 3 3 bln Demam
5 DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV 4 bln Tidak ada
6 Campak 9 bln Tidak ada
7 Lainnya………..
Imunisasi Lanjutan
1 DPT/HB/Hib Belum Tidak ada

2 Campak Belum Tidak ada


3 DT, Campak Belum Tidak ada
4 Td (TT3) Belum Tidak ada
5 Td (TT4) Belum Tidak ada

D. PENGKAJIAN FISIK
Hari Selasa., tanggal 15- 08- 2023, pukul 10.00
E. Pengukuran Atropometri
 Berat Badan : 104 gr/Kg
 Tinggi Badan : 77 Cm
 Lingkar Kepala : 48 Cm
 Lingkar Dada : 51 Cm
 Lingkar Lengan Atas : 13 Cm
 Ketebalan lipat kulit :1 Cm
I. Tanda Vital
 Suhu : jam 21.00 38,8 ˚C pada jam 10.00 Sb 37,1°C
 Frekuensi Jantung : 140 kali/menit
 Frekuensi Pernafasan : 25 kali/menit
 Tekanan Darah : 100/90 mmHg
J. Kepala: bentuk kepala bulat tampak bersih tidak ada lesi tidak ada massa
Keluhan lainnya: tidak ada keluhan
(Meliputi ; peradangan, kebersihan, keluhan yang berhubungan dan cara
mengatasinya)

K. Kebutuhan Oksigenasi
Hidung: hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada peradangan , tampak bersih
tidak ada cairan, tidak ada sumbatan
Keluhan lainnya: tidak ada
(Meliputi ; peradangan, perdarahan, sumbatan, reaksi alergi, keluhan yang
berhubungan dan cara mengatasinya)
Dada dan paru : bentuk dada tampak simetris, tidak
terdapat bunyi nafas tambahan rochi, wezing, perkusi bunyi sonor
Keluhan lainnya : tidak ada
(Meliputi ; bentu, retraksi intercostals, perkusi dada, pola
pernapasan, bunyi napas tambahan, keluhan yang berhubungan dan cara
mengatasinya)
Jantung : bunyi jantung terdengar lup dup irama regular, tidak ada nyeri bunyi
katup jantung aorta , pulmunal.
Keluhan lainnya : tidak ada
(Meliputi ; bunyi, irama, nyeri, letak/posisi, suara tambahan, CVP, keluhan
yang berhubungan dan cara mengatasinya)

K. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan :

Mulut : Mulut tampak tidak ada masalah menelan, mukosa mulut lembab,
tidak ada peradangan, bibir tampak kering

Keluhan lainnya : tidak ada

(Meliputi ; gangguan menelan, keluhan yang berhubungan dan cara


mengatasinya)

Leher : tidak ada pembengkakan, tidak ada vena junggularis, tidak kaku,
pergerakan aktif

Keluhan lainnya : tidak ada

(Meliputi, pembengkakan kelenjar tiroid, tekanan vena


jugularis, kekakuan, gerakan, keluhan yang berhubungan dan
cara mengatasinya)

Abdomen : bentuk datar, tidak teraba massa bising usus tidak hiperatif

Keluhan lainnya: tidak ada

(Meliputi ; massa, cairan, ginjal, bising usus, keluhan


yang berhubungan dan cara mengatasinya)

Riwayat nutrisi : :
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian

0– 6 bulan MPASI ( susu formula) Diberikan selama 6 bulan


6 – 12 bulan Susu laktogen Diberikan selama 12 bulan

Saat ini ( … bulan / tahun) Bubur, telur, biscuit, susu Diberikan saat ini
Pola Nutrisi dan Cairan Sehat Sakit

Makan Pagi 07. 00 06.00


Jam Makan Makan Siang 12.00 13.00
Makan Malam 19. 00 18.00
Porsi Makanan Banyak Sedikit
Jenis Makanan Pokok Bubur Bubur
Jenis Makanan Selingan Biscuit Biscuit
Makanan Kesukaan Biskuit Biscuit
Makanan yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada
Jumlah Air yang diminum 1-3 liter 1-2 liter
Istilah yg digunakan anak Tidak ada Tidak ada
u/makan/minum

Kebutuhan Eliminasi
Pola Buang Air Besar Sehat Sakit
(BAB)
Frekuensi 2- 3 x / hari 2- 3 x / hari
Konsistensi Lunak Lunak
Warna Kuning Kuning
Keluhan saat BAB Tidak ada Tidak ada
Istilah yang digunakan anak Tidak ada Tidak ada
saat BAB

Pola Buang Air Kecil Sehat Sakit


(BAB)
Frekuensi Tidak menentu Tidak menentu
Konsistensi Tidak keruh Tidak keruh
Warna Wara khas urin kuning Wara khas urin kuning
Keluhan saat BAK Tidak ada Tidak ada
Istilah yang digunakan anak Tidak ada Tidak ada
saat BAK

Kebutuhan Aktivitas & Cairan


Pola Aktivitas Sehat Sakit
Bermain Aktif bermain Kurang aktif
Temperamen Anak Ceria dan aktif bermain rewel

Pola Tidur Sehat Sakit


Jam Tidur- Malam 19.00 18.00
Bangun Siang 13.00 12.00

Ritual Sebelum Tidur Menonton youtube, bermain Menonton youtube


Enuresis Tidak menentu Tidak menentu
Gangguan Tidur Tidak ada Sering terbangun
Ekstremitas atas dan bawah : tidak terjadi deformitas pada tulang tungkai, tidak kaku, rentang
gerak aktif, reflex baik, tidak ada masalah saat bergerak 5555 5555
5555 5555
Meliputi (Bentuk, kekauan, rentang gerak, refleks, tonus, keluhan yang berhubungan dan cara
mengatasinya)

L. Kebutuhan Higiene Personal


 Frekuensi Mandi : 1-2x/ hari

 Tempat mandi : tempat tidur

 Kebiasaan mandi : Total care

 Frekuensi sikat gigi : belum dilakukan

 Berpakaian : dibantu oleh keluarga, berpakaian rapi dan bersih

 Berhias : dibantu oleh keluarga untuk berhias

 Keramas : dibantu oleh keluarga untuk keramas

 Kuku : bersih

Warna kuku : Pink

Higiene :Bersih

Kondisi Kuku : Pendek

Keluhan lainnya : tidak ada

(Meliputi warna bantalan kuku, konsistensi, kontur ketebalan, keluhan yang


berhubungan dan cara mengatasinya)
Genitalia : tampak bersih tidak terdapat peradangan

M. Organ Sensoris
Mata : pupil mengecil terkena cahaya, rangsangan cahaya akomodasi, tidak
anemia, sclera tidak kuning/ikteri

Keluhan lainnya : tidak ada

(Meliputi ; akomodasi, ketajaman, pemakaian alat bantu, peradangan, keluhan yang


berhubungan dan cara mengatasinya)

Telinga : tampak bersih, tidak ada cairan pada telingga, simetris kiri dan kanan,
tidak ada pembengkakan

Keluhan lainnya : tidak ada keluhan

(Meliputi ; posisi, kesejajaran pinna, hygiene telinga, rabas telinga, pemakaian alat bantu,
peradangan, keluhan yang berhubungan dan cara mengatasinya)

Kulit : warna sawo matang, tekstur halus, lembab, intregitas kulit utuh, tidak ada

edema crt < 2 detik.


Keluhan Lainnya : Teraba Hangat
(Meliputi ; tekstur, kelembaban, turgor, integritas kulit, edema, sensasi,
mobilitas, suhu, keluhan yang berhubungan dan cara mengatasinya)

(Meliputi ; tekstur, kelembaban, turgor, integritas kulit, edema,


sensasi, mobilitas, suhu, keluhan yang berhubungan dan cara
mengatasinya)

J. Data Psiko Sosio-Spiritual Data Psikososial


 Tidak semangat
 Rasa Tertekan
 Depresi,
 Sulit tidur/Insomnia
 Sulit berbicara,
 Cepat lelah
 Sulit konsentrasi,
 Merasa Bersalah

Data Spritual
 Keluargadan anak melaksanakan keg.
ibadah di RS
 Keluargadan anak tidak melaksanakan
keg. ibadah di RS
K. Pemeriksaan Diagnostic
(meliputi tanggal dan hasil pemeriksaan) meliputi Pemeriksaan
Laboratorium, Foto Rontgen, Data Tambahan

Laboratorium Rujukan

Hemoglobin

Hemoglobin (HB) 12,5 g/dl 10.8 -15.6

Eritrosit (RBC) 4,66 juta/ul 4.1 – 5.1

Hematocrit (HRT) 38.7% 33 – 45

Leukosit (WBC) 16.4 ribu/ul 4.5 – 13.5

Thrombosit (PLT) 30.8 ribu/ul 181 – 521


MCV 83 tl 89 -93

MCH 27 pq 22 – 34

MCHC 32 q/dl 32 – 36

RDW – BV 15% 1.1 – 15

MPV 7 fl 6.5 – 9.5

Kimia darah

GDS 116 mg/dl 70 – 140

Elektrolit

Natrium (Na) 141 mmol/l 136 – 146

Kalium (K) 4.2 mmol/l 3.5 – 5.0

Calcium (cl) 101 mmol/l 98 - 106


L. Penatalaksanaan Medis
(Uraian sesuai dengan anjuran medis) meliputi Obat-obatan

Nama Obat Dosis Indikasi Kontra Indikasi


1. Ceftriaxone 500/iv/12 jam Untuk mengatasi infeksi bakteri Tidak diberikan pada pasien
(antibiotik) dengan cara membunuh dengan hipersensitif terhadap
bakteri/mencegah pertumbuhannya antibiotic, bayi neonates usia 28
hari dengan hiperbirilubin.

2. Diazepam 1 mg/iv Sebagai obat untuk mengatasi Tidak dapat digunakan pada
keang dengan cara kerja pasien dengan hipersensitif
melemaskan otot – otot yang kaku terhadap obat
/tegang

3. Gentamicin 1 x 4 mg/iv Sebagai antibiotic dengan cara kerja Kontraindikasi pasien dengan
menghambat sintesis protein bakteri eiwayat hipersensitif terhadap
melalui ikatan terhadap RNA ominagrasida dan pada pasien
memiliki gangguan fungsi ginjal

4. Paracetamol 500 mg Sebagai antibiotic dengan cara Tidak dapat digunakan pada
menghambat produksi pasien dengan riwayat
prostaglanding hipersensitif dan penyakit
hiperaktif derajat berat terutama
dalam gangguan jangka panjang

5. Assering 10 tpm 500 ml Sebagai cairan penyeimbang Pada pasien riwayar gagal ginjal,
elektrolit atau cairan sebagai eritma paru, hipertermi, sirosis
resolusi nutrisi hati.

6.
I. IDENTIFIKASI DATA

1. Keluhan (Data Subjektif)


- Orangtua anak mengatakan anaknya mengalami demam sudah 2 hari naik
turun
- Orangtua anak mengatakan anaknya mengalami kejang 30 menit yang lalu
- Orangtua anak mengatakan anaknya sering terbangun saat tidur
- Orangtua anak mengatakan anaknya rewel.

2. Data objektif
- Anak tampak rewel
- Kulit teraba hangat
- Anak sering mengalami kejang
- TTV: suhu tubuh = 37.80 c
Nadi = 140x/menit
- Suhu tubuh fluktuatif dari 37.1 naik 37.80 c

II. KLASIFIKASI/PENGELOMPOKKAN DATA


BERDASARKAN GANGGUAN KEBUTUHAN
1. Gangguan kebutuhan keamanan dan proteksi
DS:
- Orangtua anak mengatakan anaknya mengalami demam naik turun
- Orangtua anak mengatakan anaknya mengalami kejang

DO:
- Mengalami kejang
- Kulit teraba hangat
- Suhu tubuh fluktuatif dari 37.1 naik 37.80 c
- Suhu tubuh diatas nilai normal 37.80 c
- Takikardia nadi 140x/menit
III. ANALISA DATA BERDASARKAN PATOFISIOLOGI DAN
PENYIMPANGAN KDM

Penyakit (Diagnsa Medis) Klien : Kejang Demam


Respon utama : Demam
Penyimpangan KDM : Kejang Demam
(Bagan Sistematis yang menjabarkan Etiologi (E), Masalah (P), Data Objektif (S), Data Objektif
(O) sesuai respon klien)
No Data Fokus Etiologi Problem
1. D0149 Termoregulasi tidak efektif bd. Faktor pencetus Termoregulasi
laju metabolisme dd.suhu tubuh tidak efektif
fluktuaktif Infeksi bakteri /virus
DS: - Orangtua anak mengatakan anaknya
mengalami demam sudah 2 hari naik
turun Respon tubuh melepaskan zat
DO: - Kulit teraba hangat histamine
- Suhu tubuh fluktuatif dari 37.1 naik
37.80 c
- Suhu tubuh diatas nilai normal 37.80 Peningkatan laju metabolism
c tubuh
- Takikardia nadi 140x/menit
Suhu tubuh naik turun

Kulit teraba hangat

Termoregulasi tidak efektif


2.

3. D0130 Risiko cedera bd. Kegagalan Factor infeksi Risiko


mekanisme pertahanan tubuh Cedera
Factor risiko: Proses inflamasi
Faktor internal:
- Kegagalan mekanisme Proses demam
pertahanan tubuh
Kondisi klinis: Aktivitas otot meningkat
- kejang

Kejang

Resiko kejang berlangsung

Inkordisasi kontraksi otot

Risiko Cedera
IV. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN (tulis sesuai priorita
1. Termoregulasi tidak efektif bd. perubahan laju metabolisme dd. suhu tubuh
fluktuaktif (D.0049)
Kategori: linkungan
Subkategori: keamanan dan proteksi
DS: - Orangtua anak mengatakan anaknya mengalami demam sudah 2 hari naik
turun
DO: - Kulit teraba hangat
- Suhu tubuh fluktuatif dari 37.1 naik 37.80 c
- Suhu tubuh diatas nilai normal 37.80 c
- Takikardia nadi 140x/menit

2. Risiko cedera bd. Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh


(D.0136)
Kategori: Lingkungan
Subkategori: Keamanan dan proteksi
Factor risiko:
Faktor internal:
- Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
Kondisi klinis:
- kejang
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Inisial pasien : An C.R Ruangan : Picu
No Rm : 264476

NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN LUARAN KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Termoregulasi tidak efektif b.d Setelah di lakukan tindakan keperawatan Regulasi temperatur
perubahan laju metabolisme d.d suhu selama 3x24 jam maka di harapkan suhu
tubuh fluktuatif tubuh membaik dengan kriteria hasil : Tindakan
1. Suhu tubuh membaik 1. Monitor suhu tubuh anak
DS : 2. Suhu kulit membaik 2. Tingkatkan asupan cairan dan
- Orang tua pasien mengatakan 3. Kejang menurun nutrisi
anaknya mengalami demam 3. Atur suhu lingkungan
sudah 2 hari naik turun 4. Jelaskan cara mencegah
hipotermi karena terpapar
DO : udara
- Kulit tampak teraba hangat 5. Kolaborasi pemberian
- Suhu tubuh fluktuatif 37.1 antipiretik paracetamol 500
naik 37.8℃ m/bb/IV/12 jam
- Suhu tubuh di atas nilai
normal 37.8 ℃
- Takikardia nadi 140x/menit
2. Resiko cedera d.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen kejang
Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh selama 3x8 jam maka diharapkan masalah Tindakan
Faktor resiko : kejang menurun dengan kriteria hasil : 1. Monitor terjadinya kejang
- Kegagalan mekanisme 1. Ketegangan otot menurun berulang
pertahanan tubuh 2. Frekuensi nadi membaik 2. Monitor tanda-tanda vital
Kondisi kritis : 3. Baringkan klien agar tidak
- Mengalami kejang terjatuh
4. Berikan atas empuk bawah
kepala
5. Jauhkan benda-benda tajam yang
berbahaya dari dekat anak
6. Anjurkan keluarga menghindari
memasukan benda apapun dalam
mulut anak saat periode kejang
7. Kolaborasi pemberian anti
koagulan diazepam 1 mg/iv
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Inisial pasien : AN C.R Ruangan : Picu
No Rm : 22 – 44 - 76
NO DIAGONAS TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1 Termoregulasi tidak efektif 14 agustus Regulasi temperatur 13:00
b.d perubahan laju 2023 Tindakan
metabolisme d.d suhu tubuh S :- orang tua anak mengaku
fluktuatif 10 : 30 1. Monitor suhu tubuh anak hasil : anaknya demam
DS : - Suhu tubuh anak 37,8 C
- Orang tua anak 2. Atur suhu lingkungan O :- kulit terasa hangat
mengatakan anaknya 10 : 40 Hasil : - suhu tubuh diatas normal
mengalami demam - Suhu ruangan disesuaikan 37,8 C
sudah 2 hari naik kebutuhan pasien - kejang 30 menit yang
turun 3. Tingkatkan asupan cairan lalu
DO : Hasil :
- Kulit tampak terasa - Terpasang rl 500 mg 60 tpm A : masalah Termoregulasi
hangat 10 : 50 4. Jelaskan cara mencegah hipotermi belum teratasi
- Suhu tubuh karena terpapar udara P : lanjutkan intervensi
fluktuatif dari 37,1 Hasil : 1. Monitor suhu tubuh
naik 37,8 C - Keluarga mengerti yang dijelaskan 2. Atur suhu lingkungan
- Suhu tubuh diatas 5. Kolaboras pemberian antipiretik 3. Kolaborasi pemberian
normal 37,8 C 11 : 00 Hasil : terapi antipiretik
- Takikardia nadi - Terapi paracetamol 500 mg/bb/iv paracetamol 500
140 x / menit terlaksana mg/bb/iv
2 Resiko cedera d.d kegagalan 14 agustus 2023 Manajemen kejang 19:00
mekanisme pertahanan Tindakan
tubuh 11:10 1. Monitor terjadinya kejang berulang S : - orang tua anak
Faktor resiko : Hasil : mengatakan anaknya kejang
- Kegagalan - Kondisi anak sekarang stabil tidak 30 menit yang lalu
pertahanan tubuh kejang
Kondisi klinis : 11:20 2. Monitor tanda vital O : - ketegangan otot
- Mengalami kejang Hasil : menurun
- Frekuensi nadi 100x/menit - frekuensi nadi membaik
- Suhu tubuh 36,5 C 140 x / menit
11:30 3. Baringkan Anak agar tidak terjatuh
Hasil : A : masalah resiko cedera
- Anak dalam keadaan baring sebagian teratasi
ditempat tidur P : lanjutkan intervensi
11:40 4. Berikan alas empuk dibawah kepala 1. Monitor terjadinya
anak kejang berulang
Hasil : 2. Monitor tanda vital
- Anak diberikan posisi yang 3. Kolaborasi pemberian
11:50 nyaman dengan alas yang empuk antikonvulsa
5. Jauhkan benda-benda tajam yang diazepam 1 mg /iv/12
berbahaya dari dekat anak jam
Hasil :
- Benda-benda tajam dijauhkan dari
dekat anak
6. Anjurkan keluarga menghindari
memasukan benda apapun dalam mulut
anak saat periode kejang
Hasil :
- Keluarga mengerti dan mematuhi
terhadap yang dianjurkan
7. Kolaborasi pemerian antikonvulsa
Hasil :
- Diajepam anti konvulsa 1 mg/iv
terlaksana
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Inisial pasien : AN. C.R Ruangan : Picu
No Rm : 22 - 44 - 76
N DIAGNOSA TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
O KEPERAWATAN
1 Termoregulasi tidak efektif b.d 15 agustus Regulasi temperatur 11:00
perubahan laju metabolisme 2023 Tindakan
d.d suhu tubuh fluktuatif 1. Monitor suhu tubuh S : - orang tua mengeluh anaknya
DS : 10:00 Hasil : demam menurun
- Orang tua anak - Suhu tubuh anak turun 36,5 O : - kulit teraba hangat membaik
mengatakan anaknya C - suhu tubuh membaik 36,5 C
mengalami demam 2. Atur suhu lingkungan - kejang menurun
sudah dua hari naik 10:30 Hasil : A : masalah termoregulasi ternyata
turun - Suhu ruangan disesuaikan efektif teratasi
DO : kebutuhan pasien
- Kulit terasa hangat 3. Kolaborasi pemberian terapi P : intervensi dihentikan
- Suhu tubuh fluktuatif antipiretik paracetamol 500 mg /
dari 37,1 C naik 37,8 C 10:40 bb / iv
- Suhu tubuh diatas Hasil :
normal 37,8 C - Paracetamol 500 mg / bb /
- Takikardia nadi 140 x / iv terlaksan
menit
2 Resiko cedera d.d kegagalan 15 Agustus Manajemen kejang 13:00
mekanisme pertahanan tubuh 2023 Tindakan
Faktor resiko : 1. Monitor terjadinya kejang S : orang tua mengeluh anaknya
- Kegagaln mekanisme berulang kejang menurun
pertahanan tubuh Hasil :
Kondisi klinis : - Sekarang anak dalam O : - ketegangan otot menurun
- Mengalami kejang keadaan stabil dan tidak - frekuensi nadi membaik
kejang 100x/ menit
2. Monitor tanda vital
Hasil : P : masalah resiko cedera teratasi
- Frekuensi nadi 100 x /
menit P : intervensi dihentikan
- Suhu tubuh 36,5 C
3. Kolaborasi pemberian
antikonvulsa diazepam 1
mg / iv / 12 jam
Hasil :
- Diazepam antikonvulsa 1
mg / iv terlaksana
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian keperawatan pada pasien an.c.r dengan
diagnosa medis kejang demam di ruangan picu RSAS Prof.Dr.H Aloei Saboe
maka diagnosa yang diangkat termoregulasi tidak efektif dan resiko cedera
4.1 Saran
1 Bagi Rumah Sakit
Untuk dapat meningkatkan mutu pelayananan keperawatan dengan
secara konfrehensif dengan berbagai pengadaan termasuk fasilitas sarana
dan prasaran yang memadai untuk menunjang kebutuhan pasien baik
secara rohani maupun jasmani
2 Bagi Mahasiswa
Bagi profesi keperawatan diharapkan mampu untuk lebih memperhatikan
dalam menegakan suatu diagnosa keperawatan agar pelayanan
keperawatan dapat mencapai sasaran dan tujuan yang memberikan efek
kesembuhan kepada klien yang mengalami masalah kesehatannya
DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B.J ladwing, G.B & Makic M.B.F (2018) Nursing diagnosis handbock.
Cahyaningtiyas, Y. (2022) Laporan Pendahuluan pasien dengan kejang demam
Kharisma, D (2021). Asuhan keperawatan pada klien anak dengan riwayat kejang
demam Di puskesmas Ulu.
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1 (cetakan III). Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakana
Keperawatan, Edisi 1 (cetakan II). Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Keperawatan, Edisi 1 (cetakan III). Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai