Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH STATUS KLINIS

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS


POST COVID DENGAN MODALITAS
INFRA RED MASSAGE DAN BREATHING EXERCISE
DI RUMAH SAKIT PARU ARIO WIRAWAN SALATIGA

Disusun oleh:
ANITA MAULIDAH
19170012

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI PROGRAM DIPLOMA TIGA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS


POST COVID DENGAN MODALITAS
INFRA RED MASSAGE DAN BREATHING EXERCISE
DI RUMAH SAKIT PARU ARIO WIRAWAN SALATIGA

Makalah Status Klinis ini dipersiapkan dan disusun oleh:

ANITA MAULIDAH

19170012

Telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan di hadapan Tim RS Paru
Dr.Ario Wirawan Salatiga dan Pembimbing serta Penguji Laporan Status Klinis
Program Studi Fisioterapi Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Yogyakarta, pada:

Hari : Senin

Tanggal : 24 April 2022

Waktu : 08.00 WIB

Tempat : online

Clinical Educator Clinical Instructure

Muhammad Untung, S.Fis., M.Fis Ririt Ika Lestari, S.Ftr., Ftr

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmah dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan. makalah ini disusun sebagai salah satu tugas untuk praktek
komprehensif Pendidikan Ahli Madya Kesehatan Fisioterapi di Program Studi
Fisioterapi Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati
Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak sekali mendapatkan
bantuan dan bimbingan beserta dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Muhammad Untung, S.Fis., M.Fis selaku Dosen Pembimbing
makalah Program Studi Fisioterapi Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta
2. dr. J. Nugrahaningtyas W.Utami., M.Kes selaku Dosen Penguji makalah
Program Studi Fisioterapi Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Yogyakarta
3. Ibu Ririt Eka Lestari, S.Ftr., Ftr selaku Clinical Instructure di Rumah Sakit
Paru Dr.Ario Wirawan Salatiga yang telah bersedia mengizinkan untuk
melakukan praktek komprehensif di Rumah Sakit Paru Dr.Ario Wirawan
Salatiga
4. Seluruh staff dan teman-teman di Rumah Sakit Paru Dr.Ario Wirawan
Salatiga, Terima kasih sudah menjadi pembimbing sekaligus teman yang
sangat memberikan kesan mendalam yang sangat positif selama praktek
saya. Semoga kita semua bisa bertemu kembali
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar lebih
sempurnanya makalah ini dalam rangka kelancaran kasus fisioterapi yang akan
dilakukan.
Salatiga, 24 April 2022

Penulis

1
2

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................ Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 3
A. Latar Belakang .......................................................................................... 3
B. Tujuan ....................................................................................................... 5
C. Waktu dan tempat pengambilan kasus ....... Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7
A. Deskripsi Kasus......................................................................................... 7
B. Anatomi Fisiologis .................................................................................... 9
C. Problematika Fisioterapi ............................ Error! Bookmark not defined.
BAB III STATUS KLINIS............................................................................... 12
BAB IV PEMBAHASAN KASUS ................................................................... 22
A. Pembahasan ............................................................................................ 22
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 23
A. Kesimpulan ............................................................................................. 23
B. Saran ....................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 24
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh coronavirus jenis
baru yang diberi nama SARS-CoV-2 (WHO, 2020). Virus RNA dengan
ukuran partikel 120-160 nm. Virus ini utamanya menginfeksi hewan,
termasuk di antaranya adalah kelelawar dan unta. Sebelum terjadinya wabah
COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu
alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43,
betacoronavirus HKU1, Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus
(SARS-CoV), dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus
(MERS-CoV) (Riadel, et al. 2019).
Sebuah penelitian meta-analisis retrospektif membuktikan bahwa
subjek dengan penyakit kardioserebrovaskular memiliki risiko tertular
Coronavirus Disease (COVID-19) lebih tinggi (11.7%) dibandingpenyakit
lain dan menyebabkan penyakit yang lebih parah hingga kematian ketika
terinfeksi COVID-19 jika dibandingkan dengan pasien tanpa penyakit
penyerta. Oleh karena itu, pasien dengan penyakit penyerta seperti stroke
harus mengambil semua tindakan pencegahan yang diperlukan untuk
menghindari terinfeksi COVID-19, dengan cara membatasi kontak dengan
orang lain, mempraktikkan jarak sosial dan membatasipergi ke tempat
umum (Sanyaolu, et al. 2020).
Wabah COVID-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi
Hubei, T iongkok pada tanggal 1 Desember 2019, dan ditetapkan sebagai
pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 11 Maret
2020 (WHO, 2020). Pada tanggal 15 November 2020 jumlah penderita
terinfeksi COVID-19 di dunia sebanyak 54.305.672 kasus yang tersebar di
215 negara. Kasus penularan COVID-19 di Indonesia secara keseluruhan
terjadi di 478 kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi. Jumlah penderita
COVID-19 di Indonesia sebanyak 467.113 kasus terkonfirmasi dengan
4

angka kematian mencapai 15.211 orang dan angka kesembuhan 391.991


orang (WHO, 2020).
Data per 21 desember 2020, Indonesia merupakan negara kasus
konfirmasi tertinggi di ASEAN, dengan jumlah kasus 671.778 yang
terkonfirmasi pasien sembuh 546,884 orang, pasien meninggal 20.085
orang (KEMENKES, 2020). Kasus pertama virus covid 19 di Indonesia
terkonfirmasi tanggal 2 Maret 2020. Data yang didapat belum menunjukkan
tanda – tanda penurunan dan bahkan diprediksi masih akan mengalami
peningkatan jumlahnya (Sari, 2020).
Gejala yang muncul biasanya berupa demam, batuk, dan (dalam
kasus sedang hingga berat) dispnea. Penyakit dapat berkembang selama
seminggu atau lebih dari ringan sampai parah. Kerusakan organ bisa terjadi
secara tiba-tiba (WHO, 2019). Rerata masa inkubasi ialah 5-6 hari dengan
masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat
terjadi disfungsi pernapasan seperti pneumonia, sindrom pernapasan akut,
gagal ginjal, dan bahkan kematian (Huang, et al. 2020)
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan
kepada individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara
dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan
(fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi
(Permenkes, No. 65 tahun 2015). Modalitas yang dapat diberikan oleh
fisioterapi pada kasus Post Covid yaitu menggunakan Infra Red, Massage
dan Breathing Exercise. Penggunaan Infra Red dan Massage ini bertujuan
untuk merelaksasikan daerah sekitar dada dan punggung dan memperbaiki
sirkulasi darah serta merileksasikan otot pernapasan (vasodilatasi pembuluh
darah). Breathing exercise merupakan salah satu tekhnik yang digunakan
untuk membersihkan jalan nafas, merangsang terbukanya system collateral,
meningkatkan distribusi ventilasi, dan meningkatkan volume paru.
(Rahayu, 2014). Latihan pernapasan membantu membuat dada
mengembang penuh dan recoil paru-paru yang meningkatkan kapasitas vital
5

paru-paru dan mengatasi sesak napas. Fisioterapi dada telah digunakan


dalam berbagai kondisi pernapasan, termasuk infeksi COVID-19.
Fisioterapi dada efektif membantu pengeluaran dahak, meningkatkan
efisiensi sistem pernapasan meningkatkan ekspansi dada, memperkuat otot-
otot pernapasan, dan mengurangi akumulasi dahak di saluran udara
(Prabawa et al. 2021)
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis
tertarik untuk membahas dan menelaah hal-hal berkaitan dengan Post Covid
termasuk modalitas yang digunakan Infra Red, Massage dan Breathing
Exercise untuk merelaksasi dan memperbaiki sirkulasi darah, membantu
membersihan jalan nafas dan menurunkan sesak napas pada kasus Post
Covid di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Infra Red dan Massage dapat merelaksasi dan memperbaiki
sirkulasi darah pada kasus Post covid?
2. Apakah Breathing Exercise dapat membantu membersihkan jalan nafas
dan mengurangi sesak nafas pada pasien Post Covid ?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Dapat mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Post Covid
dengan modalitas Infra red, Massage dan Breathing Exercise.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengetahui penatalaksanaan pemberian modalitas Infra Red,
dan Massage rileksasi dan perbaikan sirkulasi darah pada kasus Post
Covid
b. Dapat mengetahui penatalaksanaan pemberian modalitas Breathing
Exercise terhadap pembersihan jalan nafas dan penurunan sesak
nafas pada kasus Post Covid
6

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat memperluas wawasan mengenai hal- hal yang berhubungan
dengan post covid serta memahami cara penatalaksanaan post covid

2. Bagi Lahan Praktik


Untuk menambah referensi dalam pengembangan ilmu
pengetahuan tentang penatalaksanaan fisioterapi pada kasus post
covid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Kasus

1. Definisi kasus
COVID-19 merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
SARS-COV2-virus dengan keluhan saluran pernapasan seperti batuk
(68%), produksi dahak (34%), napas pendek (19%) dan hipoksemia.
Adanya hiper-sekresi mukus akan membuat pasien meng-alami
kesulitan dalam mengeluarkan sekret dan merasa sesak (Kumar, et al.
2020).
Virus ini menyerang pernafasan dan menyebar melalui media
droplet (cipratan dari mulut atau hidung) saat penderita batuk atau bersin
maupun kontak erat dengan penderita. Gejala utama yang diderita pasien
COVID-19 dalam masa inkubasi waktu 1-14 hari seperti batuk kering,
demam, sesak nafas dan kelelahan yang mana juga merambat pada
permasalahan pernafasan seperti pneumonia (Liu et al., 2020).
Menurut Tao, 2020 virus covid 19 yang di tularkan melalui tetesan
masuk menuju saluran pernafasan manusia dan menginfeksi sel epitel
trakea, bronkus dan alveoli. Pemeriksaan histologis paru – paru
menunjukkan kerusakan alveolar difus bilateral pada semua pasien.
Sebagian besar pasien yang terinfeksi virus covid 19 didiagnosis dengan
pnemonia dengan CT dada yang khas.
2. Etiologi
COVID-19 disebabkan oleh coronavirus jenis baru yang diberi nama
SARS-CoV-2 (WHO, 2020). Virus RNA dengan ukuran partikel 120-
160 nm. Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya
adalah kelelawar dan unta. Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada
6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu:

7
8

a. Alphacoronavirus 229E
b. Alphacoronavirus NL63
c. Betacoronavirus OC43
d. Betacoronavirus HKU1
e. Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus (SARS-Cov)
f. Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-Cov)
(Riadel, Et Al. 2019).
Orang yang paling beresiko tertular adalah orang yang kontak erat
dengan pasien virus covid 19 termasuk yang merawat pasien virus
covid 19, hal ini dibuktikan dengan beberapa petugas kesehatan yang
dilaporkan terinfeksi (WHO, 2020)
3. Tanda dan gejala
Gejala biasanya berupa demam, batuk, dan (dalam kasus sedang
hingga berat) dispnea. Penyakit dapat berkembang selama seminggu
atau lebih dari ringan sampai parah. Kerusakan organ bisa terjadi secara
tiba-tiba.2 Rerata masa inkubasi ialah 5-6 hari dengan masa inkubasi
terpanjang14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat terjadi
disfungsi pernapasan seperti pneumonia, sindrom pernapasan akut,
gagal ginjal, dan bahkan kematian (Mercy, et al. 2021)
Pasien dengan infeksi COVID-19 memiliki pola pernapasan cepat
tetapi dangkal atau takipnea. Hal itu terjadi karena proses peradangan
yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang mengganggu proses
difusi dan perfusi oksigen paru-paru. Manifestasi klinis gagal nafas
adalah peningkatan usaha nafas yang ditandai dengan takipnea dan
penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi, dan pola nafas paradoksal
4. Patofisiologis
Patofisiologis virus covid 19 menyebabkan infeksi saluran
pernafasan akut. Organ utama yang terkena adalah paru – paru, yang
menyebabkan pnemonia dan kegagalan pernafasan dan pada kasus
parah mungkin bisa memerlukan ventilasi mekanik. Tingkat gangguan
fungsi pernafasan dan fungsi fisik berbeda pada setiap pasien
9

(Shanmugan, 2020). Menurut Tao et al.,2020 virus covid 19 yang di


tularkan melalui tetesan masuk menuju saluran pernafasan manusia dan
menginfeksi sel epitel trakea, bronkus dan alveoli. Pemeriksaan
histologis paru – paru menunjukkan kerusakan alveolar difus bilateral
pada semua pasien. Sebagian besar pasien yang terinfeksi virus covid
19 didiagnosis dengan pnemonia dengan CT dada yang khas.
5. Klasifikasi
Berdasarkan The National Guidelines for COVID-19 management
in DRC, COVID dibagi menjadi tiga derajat, yaitu derajat ringan (tanda
vital dan kesadaran dalam batas normal), sedang (laju napas 20
30x/menit, SpO2 90-95%), dan berat (demam >38,50C, sesak napas,
adanya gambaran distress pada saluran napas dan SpO2 <90%).6,7 Pada
laporan kasus ini, disajikan pasien pasca COVID-19 derajat berat
dengan keluhan sesak bila beraktivitas, mudah lelah, batuk tidak efektif,
lemas pada keempat ekstremitas akibat tirah baring lama (22 hari)
sehingga kesulitan untuk berjalan. Pasien mendapatkan program latihan
peningkatan lingkup gerak sendi, penguatan otot, latihan keseimbangan
dan koordinasi pada ekstremitas atas dan bawah, serta
latihan mobilisasi bertahap. Pasien juga mendapatkan latihan
pernapasan, terapi fisik dada, dan latihan batuk efektif.
B. Anatomi Fisiologis
Proses pernapasan terdiri dari inspirasi dan ekspirasi. Organ yang
terlibat yaitu rongga hidung, pharing, trakhea dan paru-paru. Pada paru-paru
terdapat percabangan dari bronkus utama yang bercabang menjadi bronki
lobalis dan segmentalis. Bronki terpecah lagi menjadi bagian yang lebih
kecil yang dinamakan generasi. Percabangan terkecil terakhir dinamakan
bronkioli terminalis. Saluran udara terminalis, berhubungan langsung
dengan bronkus terminalis, yang juga dikenal dengan parenkim paru-paru.
10

Dalam bernapas, berperan juga otot-otot yang membantu proses inspirasi


dan ekspirasi diantaranya: Otot inspirasi utama (diafragma, external
intercostalis, levator costalis, scalene), Otot bantu inspirasi
(sternocleiomastoideus, trapezius, seratus anterior, pectoralis mayor,
pectoralis minor, latisimus dorsi), Otot ekspirasi utama (internal
intercostalis), dan Otot bantu ekspirasi (internal obliq, eksternal obliq,
rectus abdominis, longisimus, iliocostalis lumborum).
Keterangan:
1. m. Sternocleidomastoideus
2. m. Pectoralis minor
3. m. Internal ontercostal
4. m. Serratus anterior
5. m. Rectus abdominis
6. m. Internal oblique
7. m. Transfersus abdominis
8. m. Trapezius
9. m. Deltoid
10. m. Pectoralis mayor
11. m. Linea alba
12. m. External oblique
13. m. Aponeurosis ext. obliqu
11

C. Problematika Fisioterapi
1. Impairment
Pada kasus Post Covid keluhan yang sering dialami pasien yaitu
adanya sesak nafas, nyeri dada dan adanya spasme pada otot bantu
pernafasan.
2. Functional Limitation
Pada pasien Post Covid ini mengalami keterbatasan aktifitas
functional misalnya pasien belum bisa melakukan aktivitas berat
karena akan menyebabkan pasien sesak nafas.
3. Disability
Dalam bersosialisasi dengan lingkungan tempat tinggalnya pasien
mengalami kesulitan, karena pasien akan sesak nafas jika merasa
mudah lelah
12

BAB III

STATUS KLINIS

I. PENGKAJIAN :
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.W
Umur : 5- 10- 1970 (59 tahun)
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen
Pendidikan :-
Pekerjaan : Sudah tidak bekerja
Alamat : Jln. Damai RT.03, RW.08

II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT


A. DIAGNOSIS MEDIS:
Tgl : 13 APRIL 2022
Post Covid

B. CATATAN KLINIS
Medika Mentosa:
1. Lanzoprazole :2x1
2. CPG :1x1
3. Insuli :3x1
4. Flesrocemid : 1.0.0
5. Lacadyn Syn :1x1
6. Sp. Amin, 0,3 mg/kg, 8.8/jam
7. O2 Natrium C8,8/m)

C. TERAPI UMUM (GENERAL TREATMENT):


TIDAK ADA

D. RUJUKAN FISIOTERAPI DARI DOKTER:


TIDAK ADA
13

III. SEGI FISIOTERAPI


A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF (ANAMNESIS (AUTO/HETERO *))
1. KELUHANUTAMA : Pasien mengeluhkan batuk dan sesak
nafas serta badan lemas, sebelum dirawat di
rumah sakit, pasien hanya berbaring di bed
a. Sesak napas Y : Saat bergerak seperti berpindah
posisi
b. Batuk Y : Saat malam hari sering terbangun
karena batuk
c. Dahak Y : Saat batuk keluar dahak berwarna
kuning
d. Mengi Y : Saat kumat
e. Nyeri dada Y : Saat batuk

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (Perjalanan Penyakit dan


Riwayat Pengobatan):
Pada tanggal 9 april 2022, pasien mengeluhkan sesak nafas, batuk
berdahak dan kesulitan untuk mengeluarkan dahak serta ditambah
adanya nyeri dada. Pada tanggal 14 februari 2022, pasien dirawat di
RSPAW Salatiga dengan keluhan yang sama.

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:


Pasien pernah terkena covid varian delta

4. RIWAYAT PRIBADI:
Tidak ada

5. PENYAKIT PENYERTA:
Pasien memiliki riwayat penyakit penyerta yaitu diabetes melitus serta
pernah terkena covid varian delta

6. RIWAYAT KELUARGA:
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
14

7. DATA SOSIAL (Lingkungan kerja, tempat tinggal, aktivitas rekreasi


dan diwaktu senggang, aktivitas sosial):
Aktivitas sosial pasien sudah tidak melakukannya lagi sekarang pasien
lebih banyak menghabiskan waktunya di bed

B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN TANDA VITAL
a. Tekanan darah : 121/80 mmhg
b. Denyut Nadi : 98 x/menit
c. Pernapasan : 20 x/menit
d. Temperatur : 36 ⁰
e. Tinggi Badan : 170 cm
f. Berat Badan : 45 kg
g. SPO2 : 95 %

2. INSPEKSI:
a. Respirator iequipment
: Pasien memakai alat bantu pernapasan (O2 NRM, 8L/MENIT
b. Bentuk dada:(Gambar. Normal/ Barrel Chest, Pigeon Chest, dll)
: Pigeon chest
c. Pola Pernafasan:(Normal, Prolonged expiration, pursed lip
breathing)
: Prolonged expiration
d. Clubbingfinger Y/T
: Ya di bagian tangan kiri

3. PALPASI:
a. Ekspansi thoraks R/L : menurun/ menurun
b. Vocal Fremitus : menurun
c. Spasme otot pernapasan:
m. scm, m. pektoralis mayor dan m. upper trapezius
d. Nyeri tekan(+/_,lokasi dimana?)
Nyeri tekan pada dada dan punggung bagian dextra dan sinistra
4. PERKUSI : Redup pada paru dekstra
15

5. AUSKULTASI:
a. Suara napas: adanya suara ronkhi di paru dekstra lobus lower
segmental posterior
b. Letak Sputum:
Paru dekstra lobus lower segmental posterior

6. PEMERIKSAAN FUNGSI GERAK DASAR (sendi bahu, leher, dan


dada)
a. Gerak Aktif:
1) Regio bahu
Gerakan Nyeri Full ROM
Fleksi + Full ROM
Ekstensi + Full ROM
Abduksi + Full ROM
Adduksi + Full ROM

2) Regio leher
Gerakan Nyeri Full ROM
Fleksi + Full ROM
Ekstensi + Full ROM
Lateral fleksi kanan + Full ROM
Lateral fleksi kiri + Full ROM

b. Gerak Pasif:
1) Regio bahu
Gerakan Nyeri Full ROM
Fleksi + Full ROM
Ekstensi + Full ROM
Abduksi + Full ROM
Adduksi + Full ROM
16

2) Regio leher
Gerakan Nyeri Full ROM
Fleksi + Full ROM
Ekstensi + Full ROM
Lateral fleksi kanan + Full ROM
Lateral fleksi kiri + Full ROM

c. Gerak Isometrik:
Tidak dilakukan

7. PEMERIKSAAN SPESIFIK (Ekspansi Thoraks, VAS, BORG Scale,


Spirometri, Panjang Otot)
a. Antropometri
Antropometri Inspirasi Ekspirasi Selisih
Axilla 87 cm 87, 2 cm 2 cm
Xipoid 85 cm 88,1 1 cm

b. LONDON CHEST ACTIVITY LIVING (LCADL)


Pemeriksaan kemampuan fungsional menggunakan LCADL
(London Chest Activity Living). Pemeriksaan dilakukan dengan
memberikan pertanyaan kepada pasien atas terganggunya aktivitas
karena sesak napas. Berikut pertanyaannya:
Pertanyaan Jawaban
Apakah tinggal sendiri? Tidak
Mengeringkan badan 5
Memakai baju atasan 2
Memakai sepatu/kaos kaki 5
Mencuci rambut 2
Merapikan tempat tidur 5
Mengganti seprei 5
Mencuci gorden 5
Membersihkan dari debu 5
Menyapu 5
Mencuci baju 5
Naik tangga 3
17

Membungkuk 2
Jalan dirumah 2
Bersosialisasi diluar rumah 5
Berbicara 2

Keterangan skor
0) Saya tidak melakukan kegiatan ini
1) Saya tidak mengalami sesak napas saat melakukan kegiatan
tersebut
2) Saya mengalami sesak nafas ringan saat melakukan kegiatan
tersebut
3) Saya mengalami sesak napas berat saat melakukan kegiatan
kegiatan tersebut
4) Karena sesak napas saya tidak melakukan kegiatan ini lagi dan
tidak ada yang bisa membantu
5) Karena sesak napas saya tidak melakukan kegiatan ini lagi dan
saya membutuhkan seseorang untuk membantu saya.

Kriteria Hasil:
0-20 = Ketergantungan penuh
21-61= Ketergantungan Berat (Sangat tergantung)
62-90= Ketergantungan Moderat
91-99= Ketergantungan Ringan
100= Mandiri

HASIL : Didapatkan hasil skor 58 yaitu ketergantungan berat. Pasien


mengalami ketergantungan berat untuk ADL nya karena di bantu
penuh oleh keluarga

8. PEMERIKSAAN KOGNITIF, INTRAPERSONAL DAN


INTERPERSONAL
Kognitif : Pasien masih mampu menjawab
pertanyaan fisioterapi walau
terhalang oksigen
Intrapersonal : Pasien memiliki motivasi untuk
sembuh
18

Interpersonal :Pasien masih mampu


berkomunikasi dengan baik

9. PEMERIKSAAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL (Pemeriksaan


toleransi aktivitas):
Pemeriksaan kemampuan fungsional menggunakan LCADL (London
Chest Activity Daily Living)
Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada pasien
maupun keluarga pasien mengenai aktivitas sehari- hari apakah akan
membuat pasien tersebut sesak napas ketika melakukannyta . Hasil
yang di dapatkan adalah pasien sesak nafas berat.

C. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
1. Impairment
a. Adanya retraksi sputum
b. Adanya spasme pada otot scm, pektoralis mayor dan upper trapezius
c. Adanya sesak nafas
2. Functional Limitation
a. Aktivitas ADL dibantu keluarga
b. Tirah baring di bed
3. Disability
Terganggunya waktu istirahat pasien pada saat malam hari karena sering
batuk dan belum bisa melakukan aktivitas berat karena sesak

D. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1. Tujuan Jangka Pendek :
a. Membantu mengurangi sputum
b. Membantu mengurangi spasme otot
c. Membantu mengurangi sesak nafas

2. Tujuan Jangka Panjang:


a. Melanjutkan tujuan jangka pendek
b. Membantu meningkatkan kemampuan ADL
pasien
3. Rencana Intervensi Fisioterapi:
: InfraRed, Massage dan Breathing Exercise
19

E. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI:
1. Hari: Rabu Tgl : 13 April 2022

Infra Red
Persiapan Alat
a. Persiapkan alat dan periksa kabel
b. Persiapkan tissue
Persiapan Pasien
a. Posisikan pasien senyaman mungkin
b. Bersihkan area yang akan diterapi
c. Lakukan test sensibilitas
d. Berikan penjelasan pada pasien tentang efek pemberiaan Infra Red
Pelaksanaan Terapi
a. Tekan tombol on dan off
b. Atur alat diletakkan tegak lurus dengan area yang akan diterapi
c. Letakkan IR dengan jarak 35 - 40cm
d. Atur durasi menjadi 10-15 menit
e. Evaluasi setiap 5 menit sekali
f. Setelah selesai matikan alat dan rapikan alat

Massage
Persiapan alat
a. Baby oil
b. Tissue
Persiapan Pasien
a. Memposisikan pasien prone lying dan side lying senyaman mungkin
b. Berikan penjelasan pemberian massage pada pasien

Pentalaksanaan
a. Masssage gentle bagian dada dan punggung pasien secara bergantian
dengan gerakan ke atas
b. Lakukan 8 kali hitungan dengan pengulangan sebanyak 8 pengulangan
c. Setiap pemberian massage selalu evaluasi dengan menanyakan apakah
ada rasa sesak atau tidak yang pasien rasakan

Breathing exercise
Breathing Control

Persiapan pasien
a. Menjelaskan kepada pasien tentang terapi yang akan dilakukan
b. Memposisikan pasien duduk bersandar di bed yang sudah diatur tinggi
rendahnya
20

Penatalaksanaan
a. Pasien diminta menarik napas melalui hidung lalu menghebuskan
melalui mulut secara perlahan
b. Dilakukan sebanyak 8 kali pengulangan selama 3 set

Pursed lip breathing


Persiapan pasien
a. Menjelaskan kepada pasien tentang terapi yang akan dilakukan
b. Memposisikan pasien duduk bersandar di bed yang sudah diatur
Penatalaksanaan
a. Pasien diminta menarik napas melalui hidung lalu menghebuskan
melalui mulut dengan mulut mencucu seperti meniup balon
b. Dilakukan sebanyak 8 kali pengulangan selama 3 set

2. Hari: Kamis Tgl: 14 April 2022


a. Infra Red
b. Massage
c. Breathing Exercise

F. EVALUASI
1. Antropometri
T0 T1 T2
Axilla 2 cm 2 cm 2 cm
Xiphoid 1 cm 1 cm 1 cm

2. LCADL
HASIL: Didapatkan hasil skor 57 yaitu ketergantungan berat. Pasien
mengalami ketergantungan berat untuk ADL nya karena di bantu
penuh oleh keluarga
21

G. EDUKASI
1. Banyak beristirahat mengurangi aktivitas yang berat
2. Home program
a. Melatih pola pernapasan dirumah sesuai dengan yang diajarkan
oleh terapis
b. Rutin melakukan latihan pernafasan yang diberikan fisioterapis
untuk mengurangi sesak nafas serta melakukan massage dirumah
untuk membantu pengeluaran sputum

H. HASIL TERAPI TERAKHIR:

Pasien atas nama Tn.W dengan diagnosa Post Covid, setelah mendapatkan
2 kali terapi adanya penurunan sesak nafas, otot menjadi lebih rileks dan
adanya pengeluaran sputum
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

A. Pembahasan
Infra Red merupakan radiasi elektromagnetik dengan
panjang gelombang 750-400.000 A terdapat dua jenis generator
yaitu lominius dan non lominius. lominios gelombangnya 7.700-
150.000 A (Cameron, 2013). Pengaruh fisiologis sinar Infra
merah jika diabsorpsi oleh kulit akan meningkatkan temperatur
suhu tubuh dan pengaruh lainnya antara lain yaitu
Meningkatkan proses metabolisme, Vasodilatasi pembuluh
darah, Pigmentasi, Pengaruh terhadap urat saraf sensorik,
Pengaruh terhadap jaringan otot, Destruksi jaringan,
Menaikkan temperatur tubuh, Mengaktifkan kerja kelenjar
keringat. Efek teraupetik yang diperoleh dari infr red, antara lain
Relief of pain (mengurangi rasa sakit), Muscle Relaxation
(relaksasi otot), meningkatkan supply darah, menghilangkan
sisa-sisa metabolisme. (Laswati, 2013).
Latihan pursed lip breathing memiliki beberapa manfaat bagi
pasien post covid. Menurut Sachdeva et al. (2014) pursed lip
breathing pada pasien Post covid menurunkan hiperinflasi pada
paru dengan meningkatkan tekanan intraluminal jalan nafas
untuk mencegah kolaps pada paru. Pursed lip breathing juga
mampu meningkatkan kecepatan aliran udara ekspirasi yang
mampu mengoptimalkan proses pertukaran karbon dioksida
dengan oksigen menjadi lebih cepat, sehingga mampu
menurunkan sesak nafas pasien Post Covid (Potdar, 2018).
Proses oksigenasi dalam tubuh menjadi lebih baik dengan
adanya latihan pursed lip breathing, hal tersebut dapat menjadi
lebih optimal dengan meningkatkan fungsi otot-otot pernapasan,
khususnya otot diafragma.

22
23

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelaksaan terapi sebanyak 2 kali pada pasien atas nama Tn.W. N
usia 59 tahun dengan diagnosa Post Covid, dengan modalitas InfraRed,
Massage dan Breathing Exercie di dapatkan hasil otot menjadi lebih
rileks, penurunan sesak napas dan pengeluaran sputum
Saran
1. Bagi Pasien: Penulis menyarankan kepada pasien untuk menjaga pola
hidup seperti mengatur istirahat dan berolahraga secara teratur,
perbanyak minum air putih setiap hari, dan menghindari faktor pemicu
sesak nafas dan batuk
2. Bagi terapis: Penulis menyarankan kepada terapis lain baik yang bekerja
di rumah sakit ataupun di institusi lain, agar tidak ragu – ragu dalam
upaya memberikan tindakan penanganan kepada pasien dengan kondisi
post covid . Pemberian modalitas yang tepat dapat mengurangi keluhan
yang dirasakan pasien serta pemberian edukasi yang tepat agar
menjarangkan pasien dengan resiko kekambuhan dan meningkatkan
aktivitas pasien setiap harinya.
DAFTAR PUSTAKA

Allado E, Poussel M, Valentin S, dkk. Dasardasar Fisiologi Pernafasan untuk


Mengelola Pandemi COVID-19: Gambaran Umum. Fisiol Depan. 2021;
11:615690. doi:

Fauran, W. (2019). penatalaksanaan infra red, breathing control, dan mobilisasi


sangkar thoraks pada pasien penyakit paru obstruktif kronis eksaserbasi akut
di RSP. Dr. Ario Wirawan Salatiga. naskah publikasi.
Ivena (2021). Medical rehabilitation in severe post covid-19 deconditioning
syndrome. Damianus Journal of Medicine Vol.20 No.2 November 2021:
hal.162-172

Khotimah, S. (2013). latihan endurance meningkatkan kualitas hidup lebih baik dari
pada latihan pernapsan pada pasien PPOK di BP4 Yogyakarta. sport and
fitness journal vol 1, No. 1: 20.
Kumar S, Kumar R, Potturi G, Chaudhary R S, Kumar A. (2020). Coronavirus
disease 2019 (COVID-19): The role of chest physiotherapy in the fight
against COVID 19 pandemic. International Journal of Medical Science and
Current Research. (3): 584-590

Laswati H, et al. (2015). Buku Ajar Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
edisi 3. CV Sagung Seto. Jakarta.
Liu, K., Chen, Y., Wu, D., Lin, R., Wang, Z., & Pan, L. (2020). Effects of
progressive muscle relaxation on anxiety and sleep quality in patients
with COVID-19. Complementary Therapies in Clinical Practice, 39

Mercy, C. (2021). Rehabilitas Medik Pada Pasien Coronavirus Disease. Medical


Scope Jurnal (MSJ). 2021;3(1):83-89.

Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi


ke-5. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020; p. 17

Sanyaolu, A. (2020) „Cardiovascular comorbidity and its impact on patients with


COVID-19‟, European Respiratory Journal. SN Comprehensive Clinical
Medicine, 55(6), pp. 1069–1076.

24
25

Sari, D. K. et al. (2020) ‘Positive Correlation Between General Public


Knowledge and Attitudes Regarding COVID-19 Outbreak 1 Month
After First Cases Reported in Indonesia’, Journal of Community Health,
Shanmugam, C. et al. (2020) ‘Since January 2020 Elsevier has created a
COVID-19 resource centre with free information in English and
Mandarin on the novel coronavirus COVID- 19, The COVID-19
resource centre is hosted on Elsevier Connect, the company ’ s public
news and information.

Synder & Berman. (2011). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC
Tang D, Comish P, Kang R. Ciri-ciri penyakit COVID-19. Pathog PLoS.
2020;16(5):e1008536. doi:10.1371/ jurnal. ppat.1008536.

Tim Dosen Fakultas Kedokteran Unisba, Editor. Kopidpedia: Bunga Rampai


Artikel Penyakit Virus Korona. Bandung: Pusat Penerbitan Universitas
(P2U) Unisba, 2020; p. 93-104.

WHO (2020) ‘Support for Rehabilitation after COVID-19- Related Illness’


World Health Organization [Q&A: How is COVID-19 transmitted?] Global; 2020
[update 2020 July 9; cited 2020 Oktober14].

Anda mungkin juga menyukai