FADHILAH HIDAYATI
Nim : 143110214
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Efusi Pleura ec TB Paru di
Ruang Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Tahun 2017”. Shalawat
beriring salam peneliti sampaikan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa
umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan
seperti sekarang ini.
Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai selesai melaakukan penelitian, Sangatlah sulit bagi
peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ns. Nova Yanti, S.Kep, M.Kep, Sp.KMB selaku pembimbing I yang
telah mengarahkan membimbing dan memberikan masukan dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam membuat proposal ini.
2. Ibu Ns. Hj. Defia Roza, S.Kep, M.Biomed, selaku pembimbing II yang
telah mengarahkan membimbing dan memberikan masukan dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam membuat proposal ini.
3. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang
4. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang
5. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrerian Kesehatan RI
Padang
6. Bapak Direktur RSUP Dr. M. DJamil Padang beserta staf yang telah
mengizinkan untuk melakukan penelitian
7. Bapak Ibu dosen serta staf Jurusan Keperawatan yang telah memberikan
pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan
8. Teristimewa kepada orang tua dan saudara tercinta yang telah memberikan
semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun
9. Rekan- rekan seperjuangan Bp 2014 keperawatan, serta semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis
meneyelesaikan penelitian ini.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah mambantu.Semoga nantinya dapat membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.
Peneliti
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................ i
PERNYATAAN PERSETUJUAN........................................................ ii
ABSTRAK............................................................................................ iii
DAFTAR ISI......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................ vi
DAFTAR TABEL ................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ viii
A. Latar belakang........................................................................... 1
B. Rumusan masalah..................................................................... 5
C. Tujuan penelitian....................................................................... 5
D. Manfaat penelitian.................................................................... 6
A. Deskripsi Kasus........................................................................ 54
B. Pembahasan .............................................................................. 60
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penyakit system pernafasan yang sering terjadi adalah Tuberkulosis
paru (TB paru).Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit yang
menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan menyebabkan angka
kematian yang tinggi. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh kuman (mycobacterium tuberculosis) yang berbentuk batang
dengan panjang 1-10 mikron dan lebar 0,2-0,6 mikron (Kemenkes RI, 2014).
Indonesia sekarang berada pada rangking ke lima Negara dengan beban TB
tertinggi di dunia. Estimasi pravelensi Tuberkulosis paru semua kasus adalah
sebesar 660.000 (WHO,2010) dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus
baru per tahun dengan jumlah kematian akibat Tuberkulosis dierkirakan
61.000 kematian per tahunnya (Kemenkes RI, 2011).
Efusi pleura merupakan suatu kondisi kelebihan cairan pada rongga pleura,
dimana normalnya cairan yang terdapat pada rongga pleura adalah 5-15 ml.
Namun pada kondisi ini, cairan melebihi permukaan sehingga rongga pleura
tidak mampu untuk bergerak. (Smeltzer and Bare 2014).
Lebih dari 1,5 juta orang terkena efusi pleura setiap tahunnya di Amerika
Serikat. Prevalensi efusi pleura mencapai 320 per 100.000 penduduk di
Negara-negara industry dan etiologinya berhubungan dengan penyakit yang
mendasarinya (Light,2007). Penelitian di Seoul National University Hosital,
Korea Selatan, dari 74 kasus, penyebab efusi pleura terbanyak adalah
parapneumonik yaitu sebanyak 41% (Tae Yun,2012).Di beberapa Negara,
penyebab tertinggi terjadinya efusi pleura adalah Tuberkulosis paru. Seperti
penelitian di Spanyol, 25% dari 642 kasus, Saudi Arabia 37% dari 253 kasus,
dan Rwanda 86% dari 127 kasus. Sedangkan di Negara-negara lainnya, efusi
pleura selain disebabkan oleh Tuberkulosis paru, juga disebabkan oleh
Human Immunodeficiensi Virus (HIV). Seperti di Carolina Selatan (17%),
Burundi dan Tanzania (60% ), dan Afrika Selatan (58%). (Saguil,2014).
Berdasarkan data dari medical record RSUP Sanglah Denpasar Bali tahun
2013, penyebab efusi pleura tiga terbanyak yaitu keganasan (34,6%),
congestive heart failure/CHF(15,9%), dan pneumonia (15%). Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Heidari (2012) yang mendapatkan 41% efusi
pleura disebabkan oleh keganasan, dan 33% disebabkan oleh TB
paru.Khairani (2012) juga melakukan penelitian di Rumah Sakit
Persahabatan Lampung Indonesia tahun 2010-2011, dari 119 kasus efusi
pleura, 42,8% disebabkan oleh keganasan dan 40% disebabkan oleh TB paru.
Namun, hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tobing
(2011) dan Kahn (2011). Tobing (2011) menyatakan penyebab efusi pleura
yang paling banyak adalah TB paru, yaitu 32,5% dan Khan(2011) juga
menyatakan hal yang dimana penyebab efusi pleura paling banyak yaitu TB
paru (44,1%), yang diikuti oleh pneumonia (19%), keganasan (15,5%), dan
gagal jantung (13%).
Penelitian yang dilakukan di RSUD Solok pada tahun 2011,2012 dan 2013,
didapatkan penyebab efusi pleura terbanyak adalah tuberculosis paru, yaitu
sebanyak 63%, 75% dan 82% (Tobing, 2013). Seiring dengan hal tersebut, di
RSUP M.Djamil Padang juga dilakukan penelitian pada tahun 2006-2010
yang mendapatkan 463 pasien efusi pleura, 27,43% disebabkan oleh TB paru
( Khairani 2012).
Berdasarkan data dari RSUP Sanglah Denpasar Bali (2013), efusi pleura yang
bersifat eksudatif lebih banyak ditemukan dari pada transudatif yaitu
sebanyak 68,2%. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Khan
(2011) yang mendapatkan hasil 79% dari 200 pasien efusi pleura memiliki
jenis cairan eksudat.
Gejala klinis efusi pleura bervariasi dan bergantung pada penyakit yang
mendasari.Gejala yang paling sering ditemui adalah sesak napas, batu, dan
nyeri dada.Batuk pada penderita efusi pleura umunya ringan dan tidak
berdahak.Nyeri dada disebabkan oleh iritasi pleura, dapat bersifat ringan
sampai berat, dan memburuk saat dengan tarikan napas dalam (nyeri dada
pleuritik). Nyeri dapat menjalar ke bahu atau perut bagian atas
(Natharina,2014). Smeltzer and Bare (2014) mengatakan manifestasi pada
pasien efusi pleura yaitu dyspnea, kesulitan dalam bernafas dan batuk.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Heidari (2012) yang menyatakan
bahwa 78,4% dari pasien yang mengalami efusi pleura mengalami batuk,
71,4 % nyeri dada, dan 65,3% dypsnoe.Menurut Khairani (2012), pasien
dengan efusi pleura biasanya datang dengan keluhan sesak nafas, nyeri
dada,batuk dan demam.
Hasil pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada pasien efusi pleura
adalah vocal premitus melemah, perkusi redup, serta penurunan suara nafas
pada paru yang diakibatkan karena cairan dalam rongga pleura menghalangi
getaran suara mencapai dinding thoraks sehingga vocal premitus melemah,
adanya bunyi redup saat diperkusi, dan dengan adanya cairan di rongga
peura,alveolus tidak dapat mengembang secara luas (Bahar, 2008). Selain itu,
pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan bunyi redup pada perkusi, penurunan
premitus pada palpasi dan penurunan bunyi napas pada auskultasi jika cairan
efusi sudah lebih dari 300 ml. (Khairani, 2012)
Dalam hal ini peran perawat sangat penting, dimana perawat merupakan tim
kesehatan yang banyak kontak langsung dengan klien. Asuhan keperawatan
merupakan suatu tindakan yang diberikan secara langsung kepada klien untuk
memenuhi kebutuhan objektif, sehingga dapat mengatasi masalah yang
sedang dihadapinya.Asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan kaidah-
kaidah ilmu keperawatan.Efusi pleura memerlukan pemberian asuhan
keperawatan yang komprehensif.Dengan banyaknya keterlibatan tersebut
perawat dapat memberikan asuhan keperawatan secara maksimal baik secara
mandiri maupun kolaborasi (Harahap,2014)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
1. Bagi penulis
Penelitian ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan peneliti dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Penyakit efusi pleura yang telah
dipelajari.
2. Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
menerapakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Penyakit Efusi
Pleura.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk
pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit Efusi Pleura.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura dibagi menjadi
transudate,eksudat, dan hemoragi,:
a) Transudate, dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif
(gagal jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis
hepatis), sindrom vena cava superior,tumor,dan sindrom meigs
Transudate terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis,
misalnya pada gagal jantung kongestif.Pada kasus ini
keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari
pembuluh darah.Transudasi juga dapat terjadi pada
hipoproteinemia, seperti pada penyakit ginjal dan hati.Penimbunan
transudate dalam rongga pleura disebut hidrotoraks.Transudat
(filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler utuh)
terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan
rearbsorpsi cairan pleural terganggu, biasanya oleh
ketidakseimbangan tekanan hidrostastik atau onkotik.Transudat
menandakan bahwa kondisi seperti asites atau penyakit sistemik
seperti gagal jantung kngestif atau gagal ginjal mendasari
penumpukan cairan.
3. Etiologi
Menurut (Padila,2012), etiologi terjadinya efusi pleura, adalah
1. Hambatan rearbsorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya
bendungan seperti dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor
mediastinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena
cava superior
2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis,
pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang
menembus ke rongga pleura, karena tumor masuk cairan berdarah
dank arena trauma
3. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
4. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
Dapat mengakibatkan terjadinya hipoalbumin dimana serum
albumin di dalam darah rendah yang dapat menyebabkan
terjadinya edema. Serum albumin dikatakan rendah apabila <3,5
g/dl di dalam darah.
5. Peningkatan tekanan negative intrapleural
6. Adanya inflamasi atau neoplastic pleura
4. Manifestasi klinis
Menurut Dewi (2007), manifestasi klinis pada pasien efusi pleura
adalah
a) Sesak nafas
Adanya timbunan cairan yang mengakibatkan perasaan sakit
karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang.
Bila cairan banyak, penderita akan sesak nafas
b) Nyeri dada
Diakibatkan karena inflamasi atau traksi pada struktur sekitar paru,
seperti pleura parietal atau mediastinum. Kelainan hanya pada
parenkim paru tidak menyebabkan nyeri kecuali jika melibatkan
sturktur lainnya
c) Kesulitan bernafas
Terjadi selama menarik nafas dalam dan peningkatan laju respirasi
d) Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi
Demam tidak begitu spesifik, karena merupakan gejala yang umum
dan timbul pada berbagai penyakit dan mungkin tidak tampak pada
penderita penyakit parah
e) Keletihan
Karena adanya penumpukan cairan di dalam rongga pleura
sehingga menekan bronkus yang mengakibatkan apabila seseorang
bernafas terlalu cepat akan menimbulkan kelelahan
f) Batuk
Karena adanya benda asing dalam tubuh sehingga tubuh
mengkompensasinya dengan batuk
5. Patofisiologi
Eksudat dapat disebabkan anara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan
keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan bera jenisnya
tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel datah putih. Sebaliknya
transudate kadar proteinnya rendah sekali atau tidak ada sehingga berat
jenisnya rendah.
1) Pemeriksaan radiologi
Pada fluoroskopi maupun foto thoraks PA cairan yang kurang dari 300
cc tidak bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa
penumpukankostofrenikus.Pada efusi pleura subpulmonal, meskipun
cairan pleura lebih dari 30 cc, frenicocosstalis tampak tumpul dan
diafragma kelihatana meninggi. Untuk mmemastikannya, perlu
dilakukan dengan foto thoraks lateral dari sisi yang sakit (lateral
decubitus). Foto ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila
cairan pleura sdikit. Pemeriksaan radiologi foto thoraks juga
diperlukan sebagai monitor atas intervensi yang telah diberikan
dimana keadaan keluhan klinis yang membaik dapat lebih dipastikan
dengan penunjang pemeriksaan foto thoraks
2) Biopsy pleura
Biopsy ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura
melalui biopsy jalur perkutaneus.Biopsy ini dilakukan untuk
mengatahui adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman penyakit.
3) Pengukuran fungsi paru (Spirometri)
Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara residual ke
kapasitas total paru, dan penyakit pleura pada tuberculosis kronis
tahap lanjut
7. Komplikasi
1) Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan
drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura
parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan
fibrotoraks.Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan
mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada
dibawahnya.Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan
untuk memisahkan mebran-membran pleura tersebut.
2) Atelectasis
Atelectasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akiba efusi pleura.
3) Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan
ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara
perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang
menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atelectasis yang
berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang
terserang dengan jaringan fibrosis
4) Kolaps paru
Pada efusi pleura, atelectasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan
ekstrinsik pada sebagian atau semua bagian paru akan
mendorongudara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.
8. Penatalaksanaan Medis
Sasaran terapi adalah untuk menemukan penyebab utamanya agar
cairan tidak kembali terakumulasi,dan untuk meredakan
ketidaknyamanan, dispnea,dan gangguan pernafasan. Terapi khusus
diarahkan pada penyebab utama.
1) Pemberian terapi oksigen
Memberikan terapi oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi
yang berguna untuk memberikan transport oksigen yang adekuat
dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas
2) Pemberian posisi semi fowler
Mengurangi sesak nafas dengan posisi setengah duduk dengan
kemiringan 45º
3) Torakosentesis dilakukan untuk mengeluarkan
cairan,mengumpulkan specimen untuk analisis, dan mengatasi
dispnea Namun bila penyebab dasar adalah malignansi, efusi
dapat terjadi kembali dalam beberapa hari atau minggu.
Torakosentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein
dan elektrolit, dan kadang pneumotoraks. Dalam keadaan ini
mungkin pasien diatasi dengan pemasangan selang dada dengan
drainase water seal atau pengisapan untuk mengevaluasi ruang
pleura dan pengembangan paru.
4) Slang dada dan drainase sekat air mungkin diperlukan untuk
tindakan drainase dan reekspansi paru
5) Pleurodesis kimia, pembentukan adhesi yang mungkin meningkat
ketika obat-obatan dimasukkan ke dalam rongga pleura untuk
menghilangkan rongga dan mencegah akumulasi cairan lebih
lanjut
6) Modalitas terapi yang lain mencakup pleurektomi bedah (insersi
kateter kecil yang terhubung ke selang drainase) atau implantasi
pintas pleuperitonial.
D. Asuhan Keperawatan Pada Efusi Pleura
Dalam memberikan asuhan keperawatan harus digunakan pendekatan yang
sistematis yaitu pendekatan proses keperawatan. Proses keperawatan
digunakan perawat dalam mengatasi masalah yang ada. Tahapan yang
digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan yaitu: pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Menurut (Muttaqin, 2008), pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Efusi Pleura adalah :
1 Pengkajian
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang meliputi
anamnesis, riwayat kesehatan, aktifitas sehari-hari, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan diagnostik, danpenatalaksanaan medis.
a. Anamnesis
Identitas klien yang harus diketahui perawat meliputi, nama,
nomor MR, jenis kelamin, alamat rumah, agama, suku bangsa,
bahasa yang dipakai, status pendidikan, pekerjaan klien, dan
asuransi kesehatan
4) Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial meliputi apa yang dirasakan klien
terhadap penyakitnya, berbagai cara mengatasinya, serta
bagaimana prilaku klien terhadap tindakan yang dilakukan
kepada dirinya.
c. Aktifitas sehari-hari
1) Pola nutrisi
Dalam pengkajian pola nutrisi, sebaiknya kita perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui
status nutrisi pasien.
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan
selama masuk rumah sakit. Pasien dengan efusi pleura akan
mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan
penekanan pada struktur abdomen.
2) Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah masuk rumah sakit.
Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih
banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi. Selain
akibat pencernaan, pada struktur abdomen menyebabkan
penurunan peristaltik otot-otot tractus digestifus.
3) Pola aktivitas dan latihan
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang
terpenuhi, pasien akan cepat mengalami kelelahan pada
aktivitas minimal, disamping itu pasien juga akan mengurangi
aktivitasnya akibat adanya nyeri dada, untuk memenuhi
kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu
oleh perawat dan keluarganya.
4) Pola tidur dan istirahat
Akibat nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh
akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan
istitahat. Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari
lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit,
dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain
sebagainya.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : biasanya kondisi klien sadar dan lemah
2) TTV:
Pernapasan : tachipnea
Nadi : tachikardi
Suhu : jika ada infeksi biasanya pasien hipertermi
Tekanan darah : hipotensi
3) Kepala : mesochepal
4) Mata : biasanya conjungtiva enemis, reflek pupil positif.
5) Telinga : biasanya tidak ada gangguan pendengaran
6) Hidung : pasien cenderung sesak nafas, adakah pernapasan
cuping hidung, dan apakah pasien terpasang O2
7) Mulut : mukosa bibir kering atau basah dan sianosis, adanya
karies gigi atau tidak dan perhatikan kebersihan mulut
8) Thoraks/dada
a) Paru-paru
i. Inspeksi : Pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax
yang sakit mencembung, iga mendatar, ruang antar iga
melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pernapasan
cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspnea,
terlihat ekspansi dada simetris, sesak nafas,dan
penggunaan otot bantu nafas.
ii. Palpasi : vocal premitus menurun terutama untuk efusi
pleura yang jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu,
juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal
pada bagian yang sakit.
iii. Perkusi : Suara perkusi redup sampai pekak tegantung
jumlah cairannya.
iv. Auskultasi : Suara nafas menurun sampai menghilang.
bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas bagian
yang terkena.
b) Jantung
i. Inspeksi : perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal
berada pada RIC-5 pada linea clavicula kiri selebar 1 cm.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
pembesaran jantung.
ii. Palpasi : untuk menghitung frekuensi jantung, kedalaman
dan teratur tidaknya denyut jantung
iii. Perkusi : untuk menentukan batas jantung dimana daerah
jantung terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk
menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel
kiri.
iv. Auskultasi : untuk menentukan suara jantung, adakah
murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus
turbulensi darah.
9) Abdomen
i. Inspeksi : perlu diperhatikan apakah abdomen membuncit
atau datar, umbilicus menonjol atau tidak, dan ada tidaknya
benjolan atau massa.
ii. Auskultasi : untuk mendengarkan suara peristaltik usus
normal atau tidak
iii. Palpasi:adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa, apakah
hepar teraba, dan turgor kulit perut untuk mengetahui
derajat hidrasi pasien,.
iv. Perkusi : normalnya tympani, adanya massa padat atau
cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika
urinaria, tumor).
10) Ekstremitas : perlu diperhatikan adakah edema, dan lakukan
pemeriksaan capillary refill time pada kedua ekstremitas untuk
mengetahui tingkat perfusi perifer.
11) Integumen : lihat kebersihan kulit, ada tidaknya lesi pada kulit,
pada pasien dengan efusi biasanya tampak sianosis karena
adanya kegagalan sistem transport O2, perlu diperiksa
kehangatan kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian tekstur
kulit (halus atau kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui
derajat hidrasi seseorang.
Pemeriksaan laboratorium
Jika pemeriksaan cairan eksudat,:
1. kadar protein cairan pleura/serum >0,5
2. LDH cairan pleura/serum >0,6
3. LDH cairan pleura lebih dari dua per tiga batas atas nilai
rujukan LDH serum
4. Pemberian analgetik
Tindakan keperawatan :
a. Cek adanya riwayat
alergi obat
b. Cek perintah
pengobatan meliputi
obat, dosis, dan
keparahan nyeri
sebelum mengobati
pasien
c. Pilih analgesic atau
kombinasi analgesik
yang sesuai ketikal
ebih dari satu
diberikan
d. Tentukan pilihan
obat analgesic
e. Monitor tanda vital
sebelum dan
sesudah
memberikan
analgesic
f. Evaluasi keefektifan
analgesic dengan
interval yang teratur
setiap kali
pemberian
g. Lakukan tindakan-
tindakan untuk
menurunkan efek
samping analgesik
3. Monitor tanda-tanda
vital
Tindakan keperawatan :
a. Monitor tekanan
darah,
b. Monitor nadi
c. Monitor suhu
d. Monitor status
pernapasan
e. Monitor pola
pernapasan
abnormal
f. Monitor sianosis
perifer
g. Identifikasi
kemungkinan
penyebab perubahan
tanda-tanda vital
4. Pengaturan posisi
Tindakan keperawatan :
a. Tempatkan pasien
pada tempat tidur
yang terapeutik
b. Posisikan pasien
untuk megurangi
dypsnea (misalnya
posisi semi fowler)
c. Tidak menempatkan
pasien pada posisi
yang meningkatkan
nyeri
d. Monitor status
oksigenasi ketika
perubahan posisi
e. Posisikan pasien
untuk memfasilitasi
ventilasi/perfusi
f. Posisikan pasien
sesuai dengan
kesejajaran tubuh
yang tepat
4. Monitor Tanda-tanda
Vital
Tindakan keperawatan :
a. Monitor tekanan
darah,
b. Monitor nadi,
c. Monitor suhu,
d. Monitor status
pernapasan
e. Identifikasi
kemungkinan
penyebab perubahan
tanda-tanda
3. Monitor tanda-tanda
vital
Tindakan keperawatan :
a. Monitor tekanan
darah,
b. Monitor nadi
c. Monitor suhu
d. Monitor status
pernapasan
e. Monitor pola
pernapasan
abnormal
f. Monitor sianosis
perifer
g. Identifikasi
kemungkinan
penyebab perubahan
tanda-tanda vital
5. Tanda-tanda vital
Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh
b. Denyut nadi
c. Tekanan darah
sistolik
d. Tekanan darah
diastolic
e. Kedalaman
inspirasi
f. Irama pernapasan
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan pendekatan studi
kasus.Penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan (memaparkan) fenomena
yang ditemukan (Nursalam, 2015). Studi kasus adalah observasi atau
pengukuran tidak dilakukan pada saat yang sama, artinya obyek tidak hanya
diobservasi pada satu saat tetapi diikuti selama periode yang ditentukan. Dalam
penelitian ini, hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah melihat asuhan
keperawatan pada dua orang partisipan dengan efusi pleuradi ruang Paru
RSUP. Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
Alat atau instrumen pengumpulan data yang di gunakan adalah format tahapan
proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai pada evaluasi. Cara
pengumpulan data dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi dan
studi dokumentasi.
Proses keperawatan meliputi :
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan ketika pasien baru masuk pertama kalinya di fasilitas
kesehatan (Rumah Sakit). Bentuk yang umumnya dipakai dalam format
pengkajian sebagai berikut:
a. Format Anamnesa
Format tanya jawab biasanya pertanyaan-pertanyaan bersifat umum
(identitas pasien seperti nama, jumlah anggota keluarga, ataupun riwayat
keperawatan seperti penyakit yang pernah diderita), ataupun yang lebih
pribadi (seperti status keuangan, spiritual, seksual).
b. Pengkajian lanjutan
Pengkajian lanjutan dilakukan secara terus menerus selama proses
keperawatan diberikan, sehingga data ini adalah data yang up to date.
Data ini biasa dicatat dalam format tertentu yang disebur dengan flow
sheet.Contoh dalam pengkajian lanjutan adalah pengkajian tanda-tanda
vital yang diambil dalam periode tertentu.Format flow sheet
memungkinkan perawat untuk melihat apakah terdapat perubahan
kondisi pasien di periode yang berbeda.
c. Pengkajian ulang
Pengkajian ulang dilakukan setelah intervensi dilakukan.Pengkajian ini
dapat ditulis pada format catatan keperawatan (Format terlampir).
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan jika data-data yang telah ada
dianalisa. Kegiatan pendokumentasian diagnosa keperawatan sebagai
berikut:
a. Analisa data
Dalam analisa data mencakup data pasien, masalah dan penyebabnya.
Data pasien terdiri atas data subjektif yaitu data yang didapat saat
interaksi dengan partisipan, biasanya apa yang dikeluhkan oleh
partisipan, dan data objektif yaitu data yang diperoleh perawat dari hasil
pengamatan dan pemeriksaan fisik.
b. Menegakkan diagnosa
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosa adalah PES
(Problem+Etiologi+Symptom) dan menggunakan istilah diagnosa
keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA.
3. Intervensi
Rencana keperawatan terdiri dalam beberapa komponen sebagai berikut:
a. Diagnosa yang diprioritaskan
b. Tujuan dan kriteria hasil
c. Intervensi, Intervensi keperawatan mengacu pada NANDA NIC-NOC
4. Implementasi
Implementasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan
b. Diagnosa keperawatan
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan
d. Tanda tangan perawat pelaksana.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan
b. Diagnosa keperawatan
c. Evaluasi keperawatan, Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk
pendekatan SOAP.
E. Cara Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triangulasi)
artinya teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.Triangulasi teknik
berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda.
Untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti akan menggunakan
observasi partisipatif, wawancara, Pengukuran, dan dokumentasi untuk sumber
data yang sama secara serempak (Sugiyono, 2014).
1. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu. Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam (Sugiyono, 2016).Contoh wawancara ini seperti untuk
mengetahui alasan partisipan masuk rumah sakit, dan mengetahui penyakit
yang diderita sebelumnya dan sebagainya.
2. Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari partisipan
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Menurut Susan Stainback dalam Sugiyono (2016) menyatakan bahwa dalam
observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,
mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpatisipasi aktif dalam
aktivitas mereka. Misalnya partisipan terpasang infuse, partisipan sudah
dilakukan tindakan perawatan luka dan pemberian obat
3. Pengukuran
Pengukuran yaitu pemantauan kondisi partisipan dengan metode mengukur
menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti pengukuran tekanan darah,
suhu, nadi, tinggi badan, berat badan, dan lain-lain.
4. Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut
dapat berupa gambar, tabel atau daftar periksa.Dokumen merupakan catatan
perjalanan penyakit pasien yang sudah berlalu yang disusun berdasarkan
pekembangan kondisi pasien. Dokumentasi dapat berupa barang-barang
tertulis seperti hasil intervensi dari tim kesehatan lainnya. Untuk data
penunjang dapat berupa hasil pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaan
diagnostik, seperti rontgen, pemeriksaan EKG, dan lain-lain.Dalam
penelitian ini menggunakan dokumen dari RS untuk menunjang penelitian
yang dilakukan.
F. Jenis-Jenis Data
1. Data Primer
Data primer disebut juga data pertama. Data primer diperoleh langsung dari
subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambil
data, langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari, meliputi:
Identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktifitas sehari-hari
dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap pasien (Saryono, 2013).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung
diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitinya. Biasanya berupa data
dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.Data sekunder umumnya
berupa bukti, data penunjang, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan, Seperti dari rekam medis
(Saryono, 2013).
G. Rencana Analisis
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan
teori keperawatan pada paseien dengan efusi pleura. Data yang telah didapat
dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, menegakkan
diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi
hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan
keperawatan kasus pasien dengan efusi pleura. Analisa yang dilakukan adalah
untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi
pasien.
BAB IV
A. DESKRIPSI KASUS
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 25 Mei sampai dengan 02
Juni 2017 yang bertempat di Ruang Paru Irna Non Bedah RSUP Dr.M.Djamil
Padang. Peneliti telah melakukan pengkajian pada kedua partisipan yaitu Tn.F
dan Tn.A.
Tn.F (partisipan 1) seorang laki-laki berusia 23 tahun, masuk dengan diagnose
efusi pleura ec tuberculosis paru susp IO. Pasien masuk melalui IGD rujukan
dari RSUD Pariaman pada tanggal 19 Mei 2017 pukul 16.57 WIB dengan
keluhan sesak napas dan batuk kering sejak 1 bulan yang lalu dan bertambah
buruk sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit yang disertai dengan rasa
berat pada dada, keringat malam, penurunan nafsu makan dan berat badan ± 10
kg sejak 3 minggu yang lalu. Tidak ada demam, diare, batuk darah, mual dan
muntah.
Table 4.1
Deskripsi dan Pembahasan
Aktifitas
Sehari-hari Saat sakit klien makan 3x1 Saat sakit, klien mengatakan
Pola Nutrisi porsi sehari dan dapat habis
nafsu makan menuru,
dengan diet MB TKTP + mendapatkan diet MB
minyak ikan gabus 1x 3 hariTKTP + 3 putih telur +
dan minum air putih ± 2000 minyak ikan gabus 1x3
cc. sehari, dan hanya
menghabiskan ½ porsi yang
diberikan. Minum air putih
± 1500 cc
Pola Eliminasi Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Pola Istirahat Saat sakit, klien tidur 8-10 Saat sakit, klien tidur 8-10
dan Tidur jam sehari, masalah yang jam sehari, dan mengeluh
dirasakan pada saat tidur keringat malam
yaitu keringat malam hilang
timbul.
Pola aktifitas Saat sehat klien bekerja Saat sehat klien bekerja
dan Latihan sebagai seorang penjual sebagai seorang sopir truk
parfum isi ulang di Jakarta muatan barang harian dan
dan dapat melakukan dapat melakukan rutinitas
kegiatan sehari-hari secara sehari-hari. Saat sakit, klien
mandiri. Pada saat sakit, klien tidak dapat bekerja dan
tidak dapat bekerja dan hanya banyak berbaring di tempat
sering berbaring di tempat tidur saja.
tidur saja.
Analisa Data DS : DS :
klien mengatakan batuk klien mengatakan nafas
kering, sesak napas sesak yang disertai batuk
meningkat ketika beraktifitas, kering dan keringat malam
rasa berat pada dada, dan
kadang keringat malam. DO :
Klien tampak batuk kering
DO : RR : 23 x/i
Klien tampak batuk kering Klien tampak napas pendek
RR : 22x/i Fremitus kiri lebih lemah
Napas klien tampak pendek dari kanan
Dada kiri dan kanan tanpak Adanya cairan pleura
asimetris sebanyak ± 200 cc
Saat di asukultasi, bunyi Jenis cairan bersifat eksudat
napas klien bronkovesikuler
namun makin lama makin Dari analisa di atas dapat
tidak terdengar ditegakkan diagnose
Fremitus kiri lebih lemah dari ketidakefektifan pola napas
kanan berhubungan dengan
Adanya cairan pleura hiperventilasi
sebanyak 3400 cc
Cairan pelura bersifat eksudat DS :
Klien mengatakan pada saat
Dari analisa di atas batuk nyeri pada dada
didapatkan masalah Skala nyeri : 5
ketidakefektifan pola nafas
berhubungan hiperventilasi DO :
Klien tampak meringis
DS : ketika sedang batuk
klien mengatakan nafsu Klien kadang tampak
makan menurun memegang dadanya ketika
klien mengatakan berat badan batuk
menurun yaitu ± 10 kg
Dari analisa masalah di atas,
DO : dapat ditegakkan diagnose
Klien tampak lemah nyeri akut berhubungan
Klien tampak mendapatkan dengan agens cedera
minyak ikan gabus, namun
tidak dihabiskan DS :
Hb : 12,6 g/dl ( normal : 14- Klien mengatakan nafsu
16 g/dl) makan menurun
Albumin : 2,8 g/dl (normal : Klien mengatakan
3,8-5,0 g/dl) mengalami penurunan berat
badan 7 kg
Dari analisa di atas, dapat
ditegakkan diagnose DO :
ketidakseimbangan nutrisi Klien tampak lemah
kurang dari kebutuhan tubuh Klien hanya menghabiskan
berhubungan dengan ½ porsi makanan yang
ketidakadekuatan intake diberikan
nutrisi Klien tampak mendapatkan
minyak ikan gabus dan
DS : dapat dihabiskan
Klien mengatakan tidak tahu Hb : 10,7 g/dl
tentang penyakitnya Albumin : 2,9 g/dl (normal :
3,8-5,0 g/dl)
DO :
Klien sering bertanya tentang Dari analisa di atas, dapat di
penyakitnya tegakkan diagnose
Orang tua klien tampak ketidakseimbangan nutrisi
cemas terhadap penyakit kurang dari kebutuhan
anaknya tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan intake
Dari analisa masalah di atas nutrisi
dpat ditegakkan diagnose
defisiensi pengetahuan DS :
berhubungan dengan kurang Klien mengatakan tidak
informasi mengenai penyakit tahu dengan penyakitnya
DO :
Klien sering menanyakan
tentang penyakitnya
Klien dan keluarga tampak
cemas dengan penyakit dan
tindak lanjutnya
DS :
Klien mengatakan badan
terasa panas dingin
DO :
Klien tampak lemah
Bibir tampak pucat
Akral teraba dingin
Kuku tangan dan kaki
tampak pucat
Hb : 10,7 g/dl
Diagnosa
Keperawatan 1. Ketidakefektifan pola 1. Ketidakefektifan pola
menurut hasil napas berhubungan napas berhubungan
temuan dengan hiperventilasi dengan hiperventilasi
peneliti 2. Ketidakseimbangan nutrisi 2. Nyeri akut berhubungan
kurang dari kebutuhan dengan agens cedera
tubuh berhubungan 3. Ketidakseimbangan
dengan ketidakadekuatan nutrisi kurang dari
intake nutrisi kebutuhan tubuh
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
berhubungan dengan ketidakaekuatan intake
kurangnya informasi nutrisi
tentang penyakit 4. Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan
kurang informasi tentang
penyakit
5. Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
berhubungan dengan
kurang pengetahuan
tentang factor pemberat.
NIC
NIC Manajemen jalan nafas
Manajemen jalan nafas 1) Buka jalan nafas
dengan teknik chin
1) Buka jalan nafas
lift atau jaw thrust
dengan teknik chin
2) Posisikan pasien
lift atau jaw thrust
untuk
2) Posisikan pasien
memaksimalkan
untuk
ventilasi
memaksimalkan
3) Lakukan fisioterapi
ventilasi
dada jika perlu
3) Lakukan fisioterapi
4) Buang sekret dengan
dada jika perlu
cara batuk efektif
4) Buang sekret dengan
atau suction
cara batuk efektif atau
5) Auskultasi suara
suction
nafas
5) Auskultasi suara
nafas
2. Nyeri akut
berhubungan dengan
2. Ketidakseimbangan
agens cedera
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
NIC
berhubungan dengan
Manajemen nyeri
intake nutrisi tidak
1) Lakukan pengkajian
adekuat
nyeri secara
kompehensif yang
NIC
meliputi lokasi,
Manajemen nutrisi karakteristik,
1) Tentukan status gizi frekuensi durasi,
pasien dan kualitas, intensitas
kemampuan pasien atau beratnya nyeri
untuk memenuhi 2) Observasi adanya
kebutuhan gizi petunjuk nonverbal
2) Identifikasi adanya mengenal
alergi atau intoleransi ketidaknyamanan
makanan yang terutama pada
dimiliki pasien mereka yang tidak
3) Instruksikan pasien dapat berkomunikasi
mengenai kebutuhan secara efektif
nutrisi (diet) 3) Gunakan strategi
4) Kolaborasi dengan komunikasi
ahli gizi tentang diet terapeutik untuk
yang dibutuhkan mengetahui
5) Ciptakan lingkungan pengalaman nyeri
yang optimal pada dan sampaikan
saat mengkonsumsi penerimaan pasien
makan ( misalnya : terhadap nyeri
bersih, santai, dan 4) Gali bersama pasien
bebas dari bau yang faktor-faktor yang
menyegat) bisa memperingan
6) Lakukan dan bantu nyeri atau
pasien terkait memperberat nyeri
perawatan mulut 5) Ajarkan penggunaan
sebelum makan teknik non
7) Anjurkan pasien untuk farmakologi (seperti,
duduk pada posisi terapi musik,
tegak saat makan jika pijatan, relaksasi
memungkinkan dan nafas dalam)
8) Monitor kalori dan 6) Gali penggunaan
asupan makanan farmakologi yang
9) Monitor kecendrungan dipakai pasien saat
penurunan berat ini untuk
badan menurunkan nyeri
7) Berikan individu
3. Defisiensi pengetahuan penurun nyeri yang
berhubungan dengan optimal dengan
peresepan analgesik
NIC 8) Dukung pasien
Pendidikan Kesehatan untuk istirahat yang
a) Tentukan pengetahuan adekuat untun
kesehatan dan gaya menurunkan rasa
hidup sehat pada nyeri
individu 9) Monitor kepuasan
b) Tekankan pentingnya pasien terhadap
pola makan yang manajemen nyeri
sehat, tidur dan dalam interval yang
berolahraga pada spesifik
individu dan keluarga
c) Ajarkan strategi yang Pemberian analgesic
dapat digunakan 1) Tentukan lokasi,
untuk menolak karakteristik,
perilaku yang tidak kualitas dan
sehat dan berisiko keparahan nyeri
sebelum mengobati
pasien
2) Cek perintah
pengobatan meliputi
obat, dosis, dan
frekuensi obat
analgesik yang
diresepkan
3) Cek adanya riwayat
alergi obat
4) Tentukan pilihan
obat analgesik
berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
5) Monitor tanda vital
sebelum dan
sesudah
memberikan
analgesik
6) Berikan kebutuhan
kenyamanan dan
aktifitas lain yang
dapat membantu
relaksasi untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri
7) Berikan analgesik
sesuai waktunya,
terutama pada nyeri
yang berat
8) Dokumentasikan
respon terhadap
analgesik dan
adanya efek
samping
3. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
intake nutrisi tidak
adekuat
NIC
Manajemen nutrisi
1) Tentukan status gizi
pasien dan
kemampuan pasien
untuk memenuhi
kebutuhan gizi
2) Identifikasi adanya
alergi atau
intoleransi makanan
yang dimiliki pasien
3) Instruksikan pasien
mengenai kebutuhan
nutrisi (diet)
4) Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang diet
yang dibutuhkan
5) Ciptakan lingkungan
yang optimal pada
saat mengkonsumsi
makan ( misalnya :
bersih, santai, dan
bebas dari bau yang
menyegat)
6) Lakukan dan bantu
pasien terkait
perawatan mulut
sebelum makan
7) Anjurkan pasien
untuk duduk pada
posisi tegak saat
makan jika
memungkinkan
8) Monitor kalori dan
asupan makanan
9) Monitor
kecendrungan
penurunan berat
badan
4. Defisiensi Pengetahuan
berhubungan dengan
kurang informasi
tentang penyakit
NIC
Pendidikan Kesehatan
1) Tentukan
pengetahuan
kesehatan dan gaya
hidup sehat pada
individu
2) Tekankan
pentingnya pola
makan yang sehat,
tidur dan
berolahraga pada
individu dan
keluarga
3) Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
menolak perilaku
yang tidak sehat dan
berisiko
5. Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan
kurang informasi
tentang factor
pemberat
NIC
Manajemen sensasi
perifer
1) Monitor sensasi
tumpul/tajam dan
panas/dingin yang
dirasakan pasien
2) Monitor adanya
parathesia denga
tepat (misalnya mati
rasa)
3) Instruksikan pasien
dan keluarga untuk
menjaga posisi
tubuh ketika sedang
mandi, duduk,
berbaring tau
merubah posisi
4) Instruksikan pasien
atau keluarga untuk
memeriksa adanya
kerusakan kulit
setiap harinya
5) Monitor
tromboplebitis dan
tromboemboli pada
vena
6) Diskusikan atau
identifikasikan
penyebab sensasi
abnormal atau
perubahan sensasi
yang terjadi
Pengecekan kulit
1) Periksa kulit atau
selaput lendir terkait
dengan adanya
kemerahan,
kehangatan ekstrim,
edema atau drainase
2) Amati warna,
kehangatan,
bengkak, pulsasi,
tekstur, edema, dan
ulserasi pada
ekstermitas
3) Monitor waarna dan
suhu kulit
4) Monitor kulit untuk
adanya ruam
5) Monitor kulit untuk
adanya kekeringan
yang berlebihan dan
kelembaban
6) Monitor infeksi,
terutama di daerah
edema
7) Ajarkan keluarga
atau pemberi asuhan
mengenai tanda-
tanda kerusakan
kulit dengan tepat
Monitor tanda-tanda
vital
1) Monitor tekanan
darah,
2) Monitor nadi
3) Monitor suhu
4) Monitor status
pernapasan
5) Monitor pola
pernapasan
abnormal
6) Monitor sianosis
perifer
7) Identifikasi
kemungkinan
penyebab perubahan
tanda-tanda vital
4) Pada diagnose
keperawatan
defisiensi
pengetahuan
berhubungan dengan
kurangnya informasi
tentang penyakit,
didapatkan evauasi
keperawatan teratasi
pada hari ke 2,
dengan kriteria hasil
klien mengerti
tentang manfaat dan
diet makanan yang
diberikan, klien
mengerti tentang
penyakitnya.
Tindakan yang
dilakukan adalah
pendidikan
kesehatan tentang
gaya hidup sehat
seperti berhenti
merokok, diet
makanan, kepatuhan
minum obat,
istirahat dan tidur
yang cukup,
menjelaskan tentang
penyakit yang
diderita oleh klien
5) Pada diagnose
keperawatan
ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer berhubungan
dengan kurang
informasi tentang
factor pemberat,
didapatkan masalah
keperawatan teratasi
pada hari ketiga,
dengan kriteria hasil
klien sianosis pada
bibir dan kuku klien
taratasi, akral teraba
hangat, CRT
kembali dalam 2
detik, tekanan darah
normal, nadi dan
pernapasan dalam
rentang normal.
B. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas koherasi antara
laporan kasus dengan teori asuhan keperawatan pad Tn.F dan Tn.A dengan
efusi pleura ec tuberculosis paru yang telah dilakukan sejak tanggal 22
Mei sampai dengan tanggal 02 Juni 2017 di ruang paru RSUP
Dr.M.Djamil Padang. Kegiatan ini meliputi pengkajian, menegakkan
diagnose, menyusun rencana intervensi, melakukan implementasi dan
melakukan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Keluhan utama
Setelah dilakukan pengkajian pada partisipan1 dan partisipan 2,
didapatkan data dengan keluhan utama seperti sesak napas, dada
terasa berat, batuk-batuk yang disetai nyeri pada dada, sering
keringat malam, penurunan nafsu makan hingga penurunan berat
badan.
Hal ini sesuai dengan teori dimana tanda dan gejala pasien dengan
efusi pleura menunjukkan sesak napas, nyeri dada, kesulitan
bernapas, peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi, keletihan dan
batuk.Nyeri yang dirasakan disebabkan oleh inflamasi atau traksi
pada struktur sekitar paru, seperti pleura parietal atau mediastinum.
Kelainan hanya pada parenkim paru tidak menyebabkan nyeri
kecuali jika melibatkan sturktur lainnya, kesulitan bernafas yang
terjadi selama menarik nafas dalam dan peningkatan laju respirasi,
peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi seperti demam tidak begitu
spesifik, karena merupakan gejala yang umum dan timbul pada
berbagai penyakit dan mungkin tidak tampak pada penderita
penyakit parah, keletihan yang disebabkan karena adanya
penumpukan cairan di dalam rongga pleurasehingga menekan
bronkus yang mengakibatkan apabila seseorang bernafas terlalu
cepat akan menimbulkan kelelahan, batuk yang disebabkan karena
adanya benda asing dalam tubuh sehingga tubuh
mengkompensasinya dengan batuk (Dewi,2007)
Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa perokok aktif
sangat membahayakan kesehatan dimana sudah teracuni oleh
rokoknya sendiri. Keracunan tersebut disebabkan adanya
persaingan oksigen untuk bias melekat pada haemoglobin sel darah
merah dengan gas karbon monoksida yang merupakan hasil dari
hisapan rokok. Pada kondisi itulah, gas karbon monoksida dalam
aliran darah bias membuat sulit bernapas, cemas, pusing, dan sulit
berkonsentrasi (Husaini,2007). Laporan Riset Kesehatan Dasar
Indonesia (2013) melaporkan bahwa perilaku merokok penduduk
usia 15 tahun ke atas cenderung meningkat dari 34,2% pada tahun
2007 menjadi 36,3% pada tahun 2013.
f. Pemerikaan laboratorium
Pada Tn.F didapatkan hasil labor Hb : 12,6 g/dl, leukosit :
4.880/mm3, trombosit : 429.000/mm3, albumin : 2,8 g/dl, dan
globulin : 4,2 g/dl. Klien telah dilakukan 5 kali punksi dengan
jumlah cairan 3400 cc dan hasil pemeriksaan cairan bersifat
eksudat. Sementara, pada Tn.A, didapatkan hasil labor Hb :10,7
g/dl, trombosit : 468.000/mm3, hematokrit : 34%, natrium 129
Mmol/L, albumin : 2,9 g/dl, dan globulin : 5,4 g/dl. Klien telah
dilakukan 1 kali punksi dengan jumlah cairan 200 cc dan hasil hasil
pemeriksaan cairan bersifat eksudat.
g. Terapi pengobatan
Pada Tn.F mendapatkan terapi pengobatan, IVFD Nacl 0,9% 12
jam/kolf, N.Asetil Sistein 2x1 amp, Prednisolone 3x3 tab aff/ 3
hari, Rifanpisin 1x450 mg,Piratinamid x 500 g tab, Etanbutil
1x1000 g tab, OAT kat 1 fase intensif (H3) RHZE :
450/300/1500/1000, Vit B6 1x10 mg. Sedangkan, pada Tn.A
mendapatkan terapi pengobatan IVFD Nacl 0,9% 12 jam/kolf,
N.Asetil Sistein 2x1 amp, dan Vit B6 1x10 mg.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan pada kasus di atas,
ada diagnose yang sama yaitu, ketidakefektifan pola napas
berhubungan dengan hiperventilasi dan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengarbsorpsi makanan .sedangkan
diagnose yang berbeda yaitu nyeri akut berhubungan dengan agens
cedera dan defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi tentang penyakit.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan pada kasus di atas didasarkan
pada tujuan intervensi masalah keperawatan yang muncul, yaitu
ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi,
nyeri akut berhubungan dengan agens cedera, ketidakseimbangan
nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengarbsorpsi
makanan, dan defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penyakit.
Berdasarkan kasus di atas, tindakan yang dilakukan pada
ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
kepada kedua klien selama beberapa hari sesuai dengan intervensi
yang telah peneliti susun. a) pengaturan posisi (posisikan pasien
untuk mnegurangi dypsnea, misalnya semi fowler, posisikan pasien
sesuai dengan kesejajaran tubuh) yang tujuannya adalah untuk
memfasilitasi ventilasi-perfusi dan monitor status pernapasan
pasien, b) monitor tanda-tanda vital ( monitor tekanan darah, nadi,
dan pernapasan) yang tujuannya untuk mengetahui adanya
penurunan atau peningkatan tekanan darah, takikardi dan takipnea,
a) manajemen jalan napas (mengatur posisi pasien) yang tujuannya
adalah untuk memaksimalkan ventilasi sehingga dapat mengatasi
sesak napas pada pasien, b) monitor pernapasan (monitor frekuensi
napas, irama pernapasan, auskultasi suara napas dan monitor pola
napas) tujuannya adalah untuk mengetahui adanya takipnea,
kemungkinan adanya derajat distress pernapasan, adanya retaksi
dinding dada dan adanya bunyi tambahan pada pernapasan.
4. Implementasi Keperawatan
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, peneliti tidak dapat
melaksanakan semua tindakan karena peneliti tidak merawat klien
selama 24 jam. Oleh karena itu, peneliti mendelegasikan tindakan
keperawatan kepada perawat ruangan yang bertugas dan
mahasiswa praktek yang sedang melaksanakan dinas di ruangan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang dilakukan dari tanggal 25 Mei- sampai dengan 02
Juni dengan metode penilaian Subjective, Objektive, Assesment,
Planning (SOAP) untuk mengetahui keefektifan dan tindakan yang
telah dilakukan.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada Tn.F dan
Tn.A dengan penyakit efusi pleura ec TB paru di ruang Paru RSUP
M.Djamil Padang, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian didapatkan data bahwa klien mengeluh sesak
napas, batuk-batuk yang disertai nyeri pada ada, dada terasa berat,
penurunan nafsu makan dan berat badan. Dan sering keringat
malam. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva sub
anemis, sclera ikhterik, pernapasan cuping hidung tidak ada
mukosa bibir tampak pucat, pada inspeksi dada cenderung tidak
simetris antara kiri dan kanan, pada palpasi fremitus dada kiri dan
kanan tidak sama, pada perkusi lcenderung redup, auskultasi
bronkovesikuler namun makin lama makin tidak terdengar akral
teraba dingin, capillary refill time >2 detik dan turgor kulit kurang
baik.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ioannis Psallidas. 2016. Malignant pleural effusion : from bench to bedside dalam
Pleural Diseas Europe Respiration, http : //ow.ly/10w7Vn , di akses pada
Maret 2016
Mustafa, Murtaza, dkk. 2015. Management and treatment of Pleural Effusion and
Empyema dalam IOSR Journal of Dental and Medical Sciences (IOSR-
JDMS) , http: iosrjournals.org, pada September 2015
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Salemba Medika
Rahul Bhatnagar & Nick Maskell (2015), The Diagnosis and Managemet of
Pleural Effusions. Di akses dalam Education Clinical Review pada 12
September 2015
FORMAT DOKUMENTASI
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasi klien
1) Nama : Tn.F
2) Tempat/Tanggal lahir : Padang Bukit, 21 September 1994
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Status Kawin : Belum menikah
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SLTA
7) Pekerjaan : Pedagang
8) Alamat : Pua Data Korong Padang Bukit Lubuk
Pandan 2x11 VI Lingkung
9) Diagnose Medis : Efusi Pleura ec TB paru
10) No.MR : 97.90.67
b. Identifikasi Penanggung Jawab
1) Nama : Ny.S
2) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
3) Alamat : Pua Data Korong Padang Bukit Lubuk
Pandan 2x11 VI Lingkung
4) Hubungan : Ibu Kandung
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang :
a) Keluhan Utama :Klien masuk RSUP Dr. M.Djamil Padang
melalui IGD yang merupakan rujukan dari RSUD Pariaman
pada tanggal 19 Mei 2017 pukul 16.57 WIB. Pasien mengeluh
sesak napas sejak 1 bulan yang lalu dan bertambah buruk sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Sesak nafas meningkat
dengan aktifitas, batuk kering sejak 3 minggu yang lalu, keringat
malam hilang timbul ,penurunan nafsu makan sejak 1 bulan
yang lalu, penurunan berat badan ± 10 kg sejak 3 minggu yang
lalu , tidak ada nyeri dada, batuk darah, demam, mual dan
muntah.
2) Pola Eliminasi :Pada saat sehat klien BAK lebih dari 5 kali sehari
,warna normal, tidak ada masalah. Sedangkan kebiasaan BAB 1-2
kali sehari, jumlah tidak dapat ditentukan, warna normal, tidak ada
masalah. Saat sakit, klien BAK 5-6 kali sehari, dan BAB 1 kali
sehari.
3) Pola Tidur dan Istirahat :Saat sehat, klien tidur lebih kurang 7-8 jam
dalam sehari, dan kadang klien sering tidur larut malam. Saat sakit,
klien tidur 8-10 jam sehari, masalah yang dirasakan pada saat tidur
yaitu keringat malam hilang timbul.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum pasien tampak lemah
2) Kesadaran compos mentis
3) Hasil pengukuran TD :110/70 mmHg, suhu 36,8ºc, nadi 88 kali per
menit, pernapasan 22 kali permenit,
4) Mata : simetris kiri dan kanan, reflek cahaya positif pada mata kiri
dan kanan, konjuntiva sub anemis, sklera tidak ikhterik, reflek pupil
positif isokor, reflek palpebral positif,
5) Hidung :pernafasan cuping hidung tidak ada.
6) Gigi dan Mulut : pada inspeksi bibir tampak sianosis, tidak ada
karies gigi, lidah bersih
7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer getah bening.
8) Thoraks :
I : Dada kiri terlihat lebih cembung dari kanan (asimetris) dan
pergerakan dada kiri lebih tertinggal dari kanan,
P : Fremitus kiri lebih lemah dari kanan,
P : Paru kiri lebih redup dari kanan,
A : Suara napas paaru kiri melemah sampai dengan menghilang,
sementara kanan bronkovesikuler, rhonki positif dan tidak ada
wheezing.
9) Kardiovaskuler
I :Pada jantung tidak terlihat ictus cordis dan sulit dinilai
P : batas jantung sukar dinilai
P : bunyi jantung
A : irama teratur dan tidak ada bising.
10) Abdomen
I : tidak ada distensi abdomen
A :bising usus normal,
P :hepar tidak teraba dan tidak ada nyeri tekan,
P :pada perkusi tymphani positif.
f. Data psikologis
1) Status Emosional : klien tampak sabra dan menerima kondisi yang
klien alami saat ini, meskipun ada rasa penyesalan pada diri klien
2) Kecemasan : klien terlihat tenang dan tidak cemas dengan
penyakitnya
3) Pola Koping : klien mampu menerima penyakitnya
4) Gaya Komunikasi : klien menggunakan bahasa Indonesia dan
Minang, tidak ada gangguan komunkasi
5) Konsep diri :
g. Data social : klien berhubungan baik dengan tetanggaa dan orang sekitar
klien
h. Data spiritual : klien beragama Islam dan melaksanakan ibadah sesuai
dengan kepercayaan
i. Data penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 29 Mei 2017 ditemukan,:
Glukosa Darah Sewaktu : 78mg/dl (normal <200 mg/dl),
Ureum :16 mg/dl (normal 10-59 mg/dl),
Kreatinin : 0,9 (normal 0,6-1,1 mg/dl),
Kalsium : 8,5 Mmol/L (normal 8,1-10,4 Mmol/L),
Total protein : 7,0 g/dl (normal 6,6-8,7 g/dl),
Albumin : 2,8 g/dl (normal 3,8-5,0 g/dl),
Globulin : 4,2 g/dl (normal 1,3-2,7 g/dl),
Bilirubin total : 0,6 mg/dl (normal 0,3-1,0 mg/dl),
SGOT : 24 u/l (normal <38 u/l),
SGPT : 31 ul (normal <41g/dl),
Hb : 12,6 g/dl (normal 14-16 g/dl),
3
Leukosit : 4.880/mm (normal 5.000-10.000/mm3),
Eritrosit :4,9 juta (normal 4,5-5,5 juta),
3
Trombosit :429.000/mm (normal 150.000-400.000
/mm3),
Hematokrit :39% (normal 40-48%),
Hasil BTA 1 : negative
Hasil BTA 2 : negative,
Hasil BTA 3 : negative,
Hasil rontgen : positif,
Hasil rapid test : negative,
Cairan pleura : bersifat eksudat,
Jumlah cairan pleura : 3400 cc (selama 5 kali punksi cairan pleura)
DO :
klien tampak batuk
kering,
RR : 22x/i
Napas klien tampak
pendek
DO :
Klien tampak lemah
Klien tampak
mendapatkan minyak
ikan gabus, namun tidak
dihabiskan
IMT: 18,5
Hb : 12,6 g/dl (N:14-16
g/dl)
Albumin : 2,8 g/dl
(normal 3,8-5,0 g/dl)
DO :
Klien sering bertanya
tentang penyakitnya
Orang tua klien tampak
cemas terhadap penyakit
anaknya
C. RENCANA KEPERAWATAN
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari /tanggal : Kamis/25 Mei 2017
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tanggal : Kamis/25 Mei 2017
P : intervensi dilanjutkan
a. Mengatur posisi pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
b. Memonitor frekuensi
pernapasan
c. Irama pernapasan
d. Monitor adanya suara
napas tambahan
e. Memonitor pola napas
P : intervensi dilanjutkan
a. Memberikan
pendidikan kesehatan
pada pasien tentang
nutrisi,
b. Menciptakan
lingkungan yang
optimal pada saat
makan seperti bersih,
santai dan bebas dari
bau yang kurang ,
c. Menganjurkan pasien
untuk duduk pada saat
makan,
d. Memonitor
kecendrungan
penurunan berat badan.
P : intervensi dilanjutkan
a. Memberikan
pendidikan kesehatan
tentang gaya hidup
yang sehat seperti
berhenti merokok,
makan teratur yang
ditambah dengan
konsumsi sayur dan
buah,
b. Lakukan olahraga
ringan
c. Menjelaskan tentang
penyakit yang diderita
pasien
P : intervensi dilanjutkan
a. Mengatur posisi pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
b. Memonitor frekuensi
pernapasan
c. Irama pernapasan
d. Monitor adanya suara
napas tambahan
e. Memonitor pola napas
P : intervensi dilanjutkan
a. Memberikan
pendidikan kesehatan
pada pasien tentang
nutrisi,
b. Menciptakan
lingkungan yang
optimal pada saat
makan seperti bersih,
santai dan bebas dari
bau yang kurang ,
c. Menganjurkan pasien
untuk duduk pada saat
makan,
d. Memonitor
kecendrungan
penurunan berat badan.
P : intervensi dilanjutkan
a. Memberikan
pendidikan kesehatan
tentang gaya hidup
yang sehat seperti
berhenti merokok,
makan teratur yang
ditambah dengan
konsumsi sayur dan
buah,
b. Lakukan olahraga
ringan
c. Menjelaskan tentang
penyakit yang diderita
pasien
P : intervensi dilanjutkan
a. Mengatur posisi pasien
(semi fowler) untuk
memaksimalkan
ventilasi
b. Memonitor frekuensi
pernapasan
c. Irama pernapasan
d. Monitor adanya suara
napas tambahan
e. Memonitor pola napas
P : intervensi dilanjutkan
a. Menciptakan
lingkungan yang
optimal pada saat
makan seperti bersih,
santai dan bebas dari
bau yang kurang
sedap ,
b. Menganjurkan pasien
untuk duduk pada saat
makan,
c. Memonitor
kecendrungan
penurunan berat badan.
P : intervensi dilanjutkan
a. Mengatur posisi pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
b. Memonitor frekuensi
pernapasan
c. Irama pernapasan
d. Monitor adanya suara
napas tambahan
e. Memonitor pola napas
P : intervensi dilanjutkan
a. Memberikan
pendidikan kesehatan
pada pasien tentang
nutrisi,
b. Menciptakan
lingkungan yang
optimal pada saat
makan seperti bersih,
santai dan bebas dari
bau yang kurang ,
c. Menganjurkan pasien
untuk duduk pada saat
makan,
d. Memonitor
kecendrungan
penurunan berat badan.
P : intervensi dilanjutkan
a. Mengatur posisi pasien
(semi fowler) untuk
memaksimalkan
ventilasi
b. Memonitor frekuensi
pernapasan
c. Irama pernapasan
d. Monitor adanya suara
napas tambahan
e. Memonitor pola napas
P : intervensi dilanjutkan
a. Memberikan
pendidikan kesehatan
pada pasien tentang
nutrisi,
b. Menciptakan
lingkungan yang
optimal pada saat
makan seperti bersih,
santai dan bebas dari
bau yang kurang ,
c. Menganjurkan pasien
untuk duduk pada saat
makan,
d. Memonitor
kecendrungan
penurunan berat badan.
P : intervensi dilanjutkan
a. Memberikan
pendidikan kesehatan
pada pasien tentang
nutrisi,
b. Menciptakan
lingkungan yang
optimal pada saat
makan seperti bersih,
santai dan bebas dari
bau yang kurang ,
c. Menganjurkan pasien
untuk duduk pada saat
makan,
d. Memonitor
kecendrungan
penurunan berat badan.
P : intervensi dilanjutkan
a. Memberikan
pendidikan kesehatan
pada pasien tentang
nutrisi,
b. Menciptakan
lingkungan yang
optimal pada saat
makan seperti bersih,
santai dan bebas dari
bau yang kurang ,
c. Menganjurkan pasien
untuk duduk pada saat
makan,
d. Memonitor
kecendrungan
penurunan berat badan.
P : intervensi dilanjutkan
a. Memberikan
pendidikan kesehatan
pada pasien tentang
nutrisi,
b. Menciptakan
lingkungan yang
optimal pada saat
makan seperti bersih,
santai dan bebas dari
bau yang kurang ,
c. Menganjurkan pasien
untuk duduk pada saat
makan,
d. Memonitor
kecendrungan
penurunan berat badan.
P : intervensi dilanjutkan
a. Memberikan
pendidikan kesehatan
pada pasien tentang
nutrisi,
b. Menciptakan
lingkungan yang
optimal pada saat
makan seperti bersih,
santai dan bebas dari
bau yang kurang ,
c. Menganjurkan pasien
untuk duduk pada saat
makan,
d. Memonitor
kecendrungan
penurunan berat badan.
FORMAT DOKUMENTASI
3. PENGUMPULAN DATA
k. Identifikasi klien
11) Nama : Tn.A
12) Tempat/Tanggal lahir : Padang, 01 Juli 1965
13) Jenis Kelamin : Laki-laki
14) Status Kawin : Duda
15) Agama : Islam
16) Pendidikan : SLTA
17) Pekerjaan : Sopir Truk
18) Alamat : Ujung Baru, Pesisir Selatan
19) Diagnose Medis : Efusi pleura ec TB paru
20) No.MR : 47.47.55
l. Identifikasi Penanggung Jawab
5) Nama : Ny.Y
6) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7) Alamat : Teluk Bayur
8) Hubungan : Ibu Kandung
m. Riwayat kesehatan
4) Riwayat Kesehatan Sekarang
c) Keluhan Utama :Klien masuk RSUP M.Djamil Padang melalui
IGD pada tanggal 24 Mei 2017 pukul 14.27 WIB melalui
spesialis paru. Pasien mengeluh sesak napas, napas pendek dan
batuk-batuk 1 bulan yang lalu, keringat malam, penurunan nafsu
makan disertai dengan penurunan berat badan 7 kg sejak 3
minggu yang lalu. Pada saat batuk kadang terasa nyeri pada
dada, dada sering terasa berat. Tidak ada batuk darah, demam,
mual dan muntah.
d) Keluhan Saat Dikaji (PQRST) : Saat dilakukan pengkajian pada
tanggal 27 Mei 2017, pasien dengan hari rawatan pertama
mengeluh batuk-batuk yang kadang disertai sesak,dan nuyeri
ada dada, keringat malam, penurunan nafsu makan, badan terasa
panas dingin, dan badan terasa lemah
5) Riwayat Kesehatan Dahulu :Klien mengatakan tidak pernah dirawat
di rumah sakit sebelumnya. Klien seorang perokok dan dapat
menghabiskan rokok 2 bungkus dalam sehari. Namun telah berhenti
sejak 2 bulan yang lalu. Klien juga pernah menggunakan alcohol.
6) Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang menderita penyakit seperti klien
n. Pola katifitas sehari-hari
6) Pola Nutrisi :Klien memiliki kebiasaan makan 3x sehari dengan nasi,
lauk dan sayur, klien suka mengkonsumsi makanan bersantan.
Minum 6-8 gelas sehari. Saat sakit, klien mengatakan nafsu makan
menuru, mendapatkan diet MB TKTP + 3 putih telur + minyak ikan
gabus 1x3 sehari, dan hanya menghabiskan ½ porsi yang diberikan.
Minum air putih ± 1500 cc
7) Pola Eliminasi :Pada saat sehat klien mengatakan tidak ada keluhan
BAK 3-4 kali sehari dan BAB 1 kali sehari. Pada saat sakit, klien
BAK 5-6x sehari dan BAB 1 kali sehari tanpa keluhan.
8) Pola Tidur dan Istirahat :Saat sehat, klien tidur lebih kurang 6-8 jam
sehari. Saat sakit, klien tidur 8-10 jam sehari, dan mengeluh keringat
malam
9) Pola Aktifitas dan Latihan :Saat sehat, kliendapat melakukan
aktifitas sehari-hari secara mandiri. Saat sakit, klien kadang dibantu
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
10) Pola Bekerja :Saat sehat klien bekerja sebagai seorang sopir truk
muatan barang harian dan dapat melakukan rutinitas sehari-hari. Saat
sakit, klien tidak dapat bekerja dan banyak berbaring di tempat tidur
saja.
o. Pemeriksaan fisik :
1) Keadaan umum : klien tampak lemah
2) Kesadaran : kompos mentis
3) Hasil pengukuran: TD : 130/80 mmhg, Nadi : 94x/i, Pernapasan :
24x/i, dan Suhu: 37,2ºC,
4) Mata : simetris kiri dan kanan, sclera ikhterik, konjungtiva sub
anemis, reklek pupil isokor,
5) Hidung : bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung,
6) Gigi dan Mulut : bibir tampak sianosis, ada karies gigi, lidah bersih
7) Leher :tidak ada pembesaran kelenjer getah bening.
8) Thoraks
I : terlihat simetris kiri dan kanan
P :fremitus kiri lebih lemah dari kanan
P : perkusi sonor
A :auskultasi suara napas bronkovesikuler, rhonki positif, wheezing
negative.
9) Jantung
I :ictus cordis tidak tampak,
P :tapi teraba 1 jari di radial RIC V,
P : kiri di radial 1 jari RIC V
A :auskultasi irama teratur.
10) Abdomen
I :tidak ada distensi abdomen,
A :bising usus normal
P :hepar tidak teraba dan tidak ada nyeri tekan, pada
P :perkusi thympani positif dan.
11) Ekstermitas :
Atas : terpasang infus Nacl 0,9 % pada tangan kiri, akral teraba
dingin, CRT >2 detik
Bawah : akral teraba dingin, CRT >2 detik
p. Data psikologis
6) Status Emosional : klien tampak sabar mengadapi penyakitnya,
namun menyesali karena pola hidup yang tidak baik yang klien
jalani selama ini
7) Kecemasan : klien tidak tampak cemas denga penyakitnya
8) Pola Koping : klien mampu menerima penyakit dan kondisi klie saat
ini
9) Gaya Komunikasi : klien menggunakan bahasa minang dan tidak ada
gangguan komunikasi
10) Konsep diri : klien terlihat tenang
q. Data social : klien berhubungan baik dengan tetangga dan orang di
sekitar lingkungn klien
r. Data spiritual : klien beragama Islam dan melaksanakan ibadah sesuai
dengan kepercayaan.
s. Data penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 26 Mei 2017 ditemukan
Hb : 10,7 g/dl (normal 14-18 g/dl)
Leukosit : 5.220 mm3 (normal 5.000-10.000/mm3)
Trombosit :468.000 /mm3 (normal 150.000-400.000 /mm3)
Hematokrit : 34% (normal 40-48%)
Glukosa darah sewaktu : 97 mg/dl (normal <200 mg/dl)
Kalsium : 8,4 mg/dl (normal 8,1-10,4 mg/dl)
Natrium : 129 Mmol/L (normal 136-145 Mmol/L)
Kalium : 4,3 Mmol/L (normal 3,5—5,1 Mmol/L)
klorida serum : 101 Mmol/L (normal 97-111 Mmol/L),
Total protein : 8,3 g/dl (normal 6,6-8,7 g/dl),
Albumin : 2,9 g/dl (normal 3,8-5,0 g/dl),
Globulin : 5,4 g/dl
SGOT : 23 u/l, (normal <38 u/l),
SGPT :11 u/l (normal <41u/l)
Hasil BTA 1 : negative
Hasil BTA 2 : negative
Hasil BTA 3 : negative
Hasil rapid test : negative
Cairan pleura : bersifat eksudat
Jumlah cairan pleura : 200 cc (selama 1 kali punksi cairan pleura)
t. Program dan Rencana Pengobatan
4. ANALISA DATA
DO :
Klien tampak batuk
kering
RR : 23 x/i
Klien tampak napas
pendek
Fremitus kiri lebih
lemah dari kanan
Adanya cairan pleura
yang dengan jumlah
±200 cc
Cairan pleura yang
bersifat eksudat
DO :
Klien tampak meringis
ketika sedang batuk
Klien kadang tampak
memegang dadanya
ketika batuk
DO :
Klien tampak lemah
Klien hanya
menghabiskan ½ porsi
makanan yang
diberikan
Klien tampak lemah
dan kurus
Klien tampak
mendapatkan minyak
ikan gabus dan dapat
dihabiskan
Hb : 10,7 g/dl
Albumin :2,9 g/dl
Turgor kulit kuang baik
DO :
Klien tampak cemas
dengan penyakitnya
Klien sering
menanyakan tentang
penyakitnya
DO:
Klien tampak lemah
Bibir dan kuku klien
tampak pucat
Akral teraba dingin
CRT >2 detik
Hb: 10,7 g/dl (N:14-18
g/dl)
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
ketidakaekuatan
intake nutrisi
4 Defisiensi
pengetahuan
berhubungan
kurangnya informasi
tentang penyakit
5 Ketidaefektifan
perfusi jaringan
perifer berhubungan
dengan Kurangnya
informasi tentang
factor pemberat
G. RENCANA KEPERAWATAN
9. Integritas
jaringan : kulit
dan membrane
mukosa
Kriteria hasil :
a. Suhu kulit
b. Sensasi
c. Elastisitas
d. Keringat
e. Tekstur
f. Perfusi
jaringan
g. Integritas kulit
h. Lesi pada kulit
i. Lesi pada
membrane
mukosa
j. Wajah pucat
10.Tanda-tanda vital
Kriteria hasil :
g. Suhu tubuh
h. Denyut nadi
i. Tekanan darah
sistolik
j. Tekanan darah
diastolic
k. Kedalaman
inspirasi
l. Irama
pernapasan
H. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/tanggal : Sabtu, 26 Mei 2017
I. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tanggal : Sabtu/ 27 Mei 2017
P : intervensi dilanjutkan
a. Mengatur posisi pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
b. Memonitor frekuensi
pernapasan,
c. Irama pernapasan
d. Monitor adanya suara
napas tambahan, dan
e. Memonitor pola napas
P : intervensi dilanjutkan
a. Melakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif, lokasi
nyeri, skala nyeri
b. Menggunakan bahasa
terapeutik untuk
mengkaji nyeri
c. Mengajarkan teknik
non-farmakologi untuk
mengatasi nyeri seperti
napas dalam dan teknik
relaksasi
d. Menjelaskan penyebab
nyeri yang dialami klien
P : intervensi dilanjutkan
a. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang
pentingnya nutrisi untuk
kesehatan, memotivasi
klien agar dapat
menghabiskan
makanannya
b. Menciptakan lingkungan
yang nyaman saat makan
seperti bersih, santai,
jauh dari tempat yang
berbau
c. Menganjurkan pasien
untuk duduk saat makan
d. Menganjurkan klien
untuk tetap menjaga
kebersihan gigi dan
mulut
e. Memonitor adanya
kecenderungan
penurunan berat badan
P : intervensi dilanjutkan
a. Melakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif, lokasi
nyeri, skala nyeri
b. Menggunakan bahasa
terapeutik untuk
mengkaji nyeri
c. Mengajarkan teknik
non-farmakologi untuk
mengatasi nyeri seperti
napas dalam dan teknik
relaksasi
d. Menjelaskan penyebab
nyeri yang dialami klien
P : intervensi dilanjutkan
a. Memberikan
pendidikan kesehatan
tentang pentingnya
nutrisi untuk kesehatan,
memotivasi klien agar
dapat menghabiskan
makanannya
b. Menciptakan
lingkungan yang
nyaman saat makan
seperti bersih, santai,
jauh dari tempat yang
berbau
c. Menganjurkan pasien
untuk duduk saat makan
d. Menganjurkan klien
untuk tetap menjaga
kebersihan gigi dan
mulut
e. Memonitor adanya
kecenderungan
penurunan berat badan
P : intervensi dilanjutkan
a. Mengatur posisi pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
b. Memonitor frekuensi
pernapasan,
c. Irama pernapasan
d. Monitor adanya suara
napas tambahan, dan
e. Memonitor pola napas
P : intervensi dilanjutkan
a. Melakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif, lokasi
nyeri, skala nyeri
b. Menggunakan bahasa
terapeutik untuk
mengkaji nyeri
c. Mengajarkan teknik non-
farmakologi untuk
mengatasi nyeri seperti
napas dalam dan teknik
relaksasi
d. Menjelaskan penyebab
nyeri yang dialami klien
P : intervensi dilanjutkan
a. Memberikan
pendidikan kesehatan
tentang pentingnya
nutrisi untuk kesehatan,
memotivasi klien agar
dapat menghabiskan
makanannya
b. Menciptakan
lingkungan yang
nyaman saat makan
seperti bersih, santai,
jauh dari tempat yang
berbau
c. Menganjurkan pasien
untuk duduk saat
makan
d. Menganjurkan klien
untuk tetap menjaga
kebersihan gigi dan
mulut
e. Memonitor adanya
kecenderungan
penurunan berat badan
P : intervensi dilanjutkan
a. Mengatur posisi pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
b. Memonitor frekuensi
pernapasan,
c. Irama pernapasan
d. Monitor adanya suara
napas tambahan, dan
e. Memonitor pola napas
P : intervensi dilanjutkan
a. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang
pentingnya nutrisi untuk
kesehatan, memotivasi
klien agar dapat
menghabiskan
makanannya
b. Menciptakan lingkungan
yang nyaman saat makan
seperti bersih, santai,
jauh dari tempat yang
berbau
c. Menganjurkan pasien
untuk duduk saat makan
d. Menganjurkan klien
untuk tetap menjaga
kebersihan gigi dan
mulut
e. Memonitor adanya
kecenderungan
penurunan berat badan
P : intervensi dilanjutkan
a. Mengatur posisi pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
b. Memonitor frekuensi
pernapasan,
c. Irama pernapasan
d. Monitor adanya suara
napas tambahan, dan
e. Memonitor pola napas
P : intervensi dilanjutkan
a. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang
pentingnya nutrisi untuk
kesehatan, memotivasi
klien agar dapat
menghabiskan
makanannya
b. Menciptakan lingkungan
yang nyaman saat makan
seperti bersih, santai,
jauh dari tempat yang
berbau
c. Menganjurkan pasien
untuk duduk saat makan
d. Menganjurkan klien
untuk tetap menjaga
kebersihan gigi dan
mulut
e. Memonitor adanya
kecenderungan
penurunan berat badan