DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 13
DAHLINI
NUR AYU
LILI UTAMI
SAPARUDIN
ZULKIBLI
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan desain inovasi Fisioterapi Dada pada
pasien dengan bersihan jalan napas tidak efektif pada gangguan pemenuhan oksigenasi di
Ruang Perawatan Penyakit Dalam, RSUD Pemangkat pada Praktik Klinik Keperawatan
Dasar Profesi.
Selanjutnya ucapan terima kasih yang tak terhingga kami sampaikan kepada
bapak Ns. Ery Sandi, S.Kep selaku pembimbing klinik dan bapak Ns Egidius Umbu
Ndeta S,Kep.,M.Kes selaku pembimbing akademik yang penuh kesabaran dan
perhatiannya dalam memberikan bimbingan hingga laporan desain inovasi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Dengan terselesaikannya Laporan kasus ini, perkenankan pula kami untuk
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Kelana Kusuma Dharma, S.Kp, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Pontianak.
2. Bapak Ns. Raju Kapadia, S.Kep, M.Med. Ed, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Pontianak.
3. Ibu Ns. Halina Rahayu, S.Kep, M.Kep, selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan
Keperawatan dan Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Pontianak.
4. Bapak Ns. Azhari Baedlawi, M.Kep selaku Koordinator Praktik Klinik Stase
Keperawatan Dasar Profesi.
5. Bapak dr. Yana Sumartana, M.A.P selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Pemangkat.
6. Bapak Ns. Donnie Al Ifhan, S.kep. MAP selaku ketua diklat Rumah Sakit Umum
Daerah Pemangkat.
7. Seluruh Dosen, Instruktur dan Staf Program Studi Profesi Ners Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Pontianak.
8. Seluruh perawat dan staf di Ruang Penyakit Dalam 1 Rumah Sakit Umum Daerah
Pemangkat.
9. Teman-teman seperjuangan Program Studi Profesi Ners Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Pontianak yang senantiasa memberikan semangat dan
motivasi serta bantuan.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan Laporan kasus ini.
Semoga laporan desain inovasi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama dalam
perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan.
Penulis
DAFTAR ISI
LAPORAN DESAIN INOVATIF..................................................................1
VISI DAN MISI...................................................................................... 2
KATA PENGANTAR.................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................5
BAB I1
PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................1
BAB II...................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2
A. Pengertian.......................................................................................2
B. Mekanisme......................................................................................5
C. Manajemen.....................................................................................5
D. Teknik/ Cara....................................................................................5
BAB III................................................................................................. 6
METODOLOGI.......................................................................................6
A. Topik.............................................................................................. 6
B. Sub Topik........................................................................................6
C. Kelompok........................................................................................7
D. Tujuan Umum................................................................................. 7
E. Tujuan Khusus.................................................................................7
F. Waktu.............................................................................................7
G. Tempat...........................................................................................7
H. Setting............................................................................................7
I. Media/ Alat......................................................................................8
J. Prosedur Operasional Tindakan Yang Dilakukan.................................8
K. Referensi.........................................................................................8
BAB IV LAPORAN KEGIATAN..................................................................9
A. Pelaksanaan Kegiatan......................................................................9
B. Faktor Pendukung............................................................................9
C. Faktor Penghambat..........................................................................9
D. Evaluasi Kegiatan.............................................................................9
BAB V PENUTUP.................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................10
B. Saran............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................11
LAMPIRAN...........................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bersihan Jalan Nafas tidak efektif adalah ketidak ketidakmampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan
nafas tetap paten. (PPNI, 2017). Suatu keadaan ketika seorang individu
mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan
sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif.
( Carpenito,Lynda Juall 2012).
Untuk mengatasi bersihan jalan tidak efektif , diperlukan tindakan batuk
efektif dan fisioterapi dada yang merupakan bagian intervensi teraupetik
manajemen jalan napas. Selain itu penting sekali untuk mengatur posisi pasien
semi-fowler atau fowler apalagi jika disertai sesak napas.
Seseorang biasanya mengalami masalah oksigenasi disebabkan oleh
bersihan jalan napas tidak efektif. Untuk pasien dengan gejala atau keluhan sesak
napas ditemukan gangguan pemenuhan oksigenasi kurang adekuat. Kebutuhan
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel. Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel-sel tubuh (Tarwoto dan Wartonah, 2015).
Salah satu intervensi keperawatan mandiri yang dapat diberikan
pada pasien yang mengalami bersihan jalan napas tidak efektif yakni
fisioterapi dada. Fisioterapi dada dapat memobilisasi sekresi trakeo
bronkial berdasarkan parameter klinis seperti frekuensi pernafasan
dan saturasi oksigen (Abdelbasset, W., &Elnegamy,2015).
B. Tujuan
Tahap Kerja
A. Postural drainase
1. Pilih area yang tersumbat yang akan didrainase.
2. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainase area yang
tersumbat.
3. Letakkan bantal sebagai penyangga.
4. Minta klien untuk mempertahankan posisi selama 10 – 15
menit.
5. Selama dalam posisi ini, lakukan perkusi dan vibrasi dada di
atas area yang didrainase.
6. Setelah drainase pada posisi pertama, minta klien duduk dan
batuk efektif. Tampung sekresi dalam sputum pot.
7. Istirahatkan pasien, minta klien minum sedikit air.
8. Ulangi untuk area tersumbat lainnya.
9. Tindakan tidak lebih dari 30 – 60 menit.
3
B. Perkusi
1. Tutup area yang akan diperkusi dengan menggunkan handuk.
2. Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk
meningkatkan relaksasi.
3. Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk
4. Secara bergantian, lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan
tangan secara cepat menepuk dada
5. Perkusi pada setiap segmen paru selama 1-2 menit, jangan pada
area yang mudah cedera
C. Vibrasi Dada :
1. Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area
yang didrainase, satu tangan di atas tangan yang lain dengan
jari-jari menempel bersama dan ekstensi.
2. Anjurkan klien inspirasi dalam dan ekspirasi secara lambat
lewat mulut ( pursed lip breathing )
3. Vibrasi dilakukan hanya pada waktu klien ekspirasi.
4. Selama ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan,
dan gunakan hamper semua tumit tangan, getarkan tangan,
gerakkan ke arah bawah. Hentikan getaran saat klien inspirasi
5. Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area
yang didrainase, satu tangan di atas tangan yang lain.
6. Instruksikan klien untuk napas lambat dan dalam melalui
hidung hembuskan melalui 4mulut dengan bibir dimonyongkan
selama proses vibrasi, tujuannya memperpanjang fase ekspirasi.
7. Ketika klien menghembuskan napas getarkan telapak tangan,
hentikan saat klien inspirasi. Lakukan vibrasi 5 kali ekspirasi
D. Fase Terminasi :
1. Rapikan klien dan berikan posisi yang nyaman bagi pasien
2. Kembalikan alat ke tempatnya
3. Handhygine
4. Mengevaluasi respon klien dan keluarga
5. Berikan reinforcement positif kepada keluarga
6. Menyampaikan kontrak selanjutnya
7. Mendokumentasikan tindakan.
B. Mekanisme
Penelitian dilakukan di RSUD Pemangkat dengan sample ialah 1 pasien kelolaan. Etika dalam
penelitian ini, peneliti mengajukan kepada pembimbing klinik untuk mendapat persetujuan kemudiaan
peneliti melakukan penelitian dengan menekankan pada masalah etika informed consent dan menjaga
kerahasiaan terhadap klien kelolaan.
C. Manajemen
Pelayanan asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kiat dan ilmu keperawatan yang
diintegrasikan dalam pelayanan melalui penerapan intervensi keperawatan dalam menambah
pengetahuan serta wawasan dan mampu mengikuti kegiatan yang diberikan.
D. Teknik/ Cara
Penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif. Rancangan penelitian ini menggunakan Quasy
Experiment yaitu melihat perbedaan sebelum dan setelah diberikan fisio terapi dada pada pasien dengan
bersihan jalan napas tidak efektif pada gangguan pemenuhan oksigenasi. Dilakukan pertemuan selama
1x dengan klien. Selanjutnya peneliti mengobservasi dan arahkan klien untuk menyebutkan atau
mendemonstrasikan kembali apa yang telah dijelaskan oleh perawat.
Selain itu untuk menambah keefektifan fisioterapi dalam mengeluarkan dahak /sekret, perawat
juga berkolaborasi dalam pemberian mukolitik melalui nebulizer sebelum melakukan fisio terapi
dada,di tambah lagi dengan edukasi tehnik batuk efektif sehingga mengoptimalkan usaha untuk
menghilangkan sekret pada saluran nafas pasien.
5
BAB III
METODOLOGI
A. Topik
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh (Tarwoto dan Wartonah,
2015). Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan, dan aktivitas berbagai organ atau sel (Carpenito,
Lynda Juall 2012). Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel.
Seseorang biasanya mengalami masalah oksigenasi disebabkan oleh bersihan jalan nafas
tidak efektif, yaitu keadaan ketika tidak mampu membersihkan sekret atau obstruksi jalan
nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten. (PPNI, 2017).
B. Sub Topik
Upaya yang perlu dilakukan dalam penanganan bersihan jalan nafas tidak efektif dengan
penumpukan sputum pada saluran pernafasan meliputi terapi fisioterapi dada walaupun
caranya sangat sederhana tapi sangat efektif dalam mengeluarkan sekret dan memperbaiki
status respirasi.
Konsep Fisioterapi dada
1. Pengertian terapi fisik dada. Yaitu merupakan serangkaian teknik atau prosedur
terapeutik yang digunakan untuk mengeluarkan sekret, baik dilakukan secara sendiri
maupun kombinasi, untuk mencegah penimbunan sekret sehingga dapat menyebabkan
obstruksi saluran napas dan komplikasi penyakit lainnya, sehingga dapat
mempengaruhi penurunan fungsi aliran udara paru (Indra Dewi, 2017)
2. Tujuan fisioterapi dada adalah untuk mempertahankan aliran udara yang memadai dan
menangkal infeksi. Pelepasan yang terjadi pada sekret dari bronkus dan bronkiolus.
Menangkal kolaps paru akibat obstruksi sekret (Hidayati, 2014). Gejala pasien pada
masalah paru-paru menunjukan kenaikan produksi lendir (bronchitis, emfisema, fibrosis
kistik, bronchitis kronis). Orang sakit yang merasakan tumor atau abses paru , patah
tulang dada, penumpukan cairan didada dan timbulnya tuberculosis.
3. Teknik fisioterapi dada adalah clapping, tindakan mengetukkan jari-jari ke permukaan
tubuh (yaitu, area dada atau punggung) untuk menciptakan getaran yang menjalar
melalui jaringan tubuh(Hanafi & Arniyanti, 2020; WIJANI, 2021). Biasanya 1-2 menit
selesai. Tujuannya untuk membantu mengeluarkan sekret dari paru-paru agar mudah
keluar. Teknik vibrasi adalah tindakan6 mengompresi dan menggetarkan dinding dada
secara manual selama fase ekspirasi pernapasan(Purnamiasih, 2020). Bergetar setelah
menjepit. Tujuannya adalah untuk membantu pasien meningkatkan kecepatan di mana
udara dihembuskan dari jalan napas, memungkinkannya untuk melepaskan sekret dan
melepaskannya dengan mudah.
.
C. Kelompok
Adapun beberapa kategori dalam kelompok penelitian ini ialah:
a. Pasien bersedia menjadi responden
b. Pasien kooperatif
c. Pasien dengan keluhan nyeri
d. Pasien yang berada di RSUD Pemangkat
e. Pasien dapat berkomunikasi verbal dengan baik
f. Pasien memiliki kesadaran composmentis
D. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberikan fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas
tidak efektif pasien dengan gangguan oksigenasi di RSUD Pemangkat.
E. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui prosedur pemberian fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif
pasien dengan gangguan oksigenasi di RSUD Pemangkat.
2. Untuk mengetahui prosedur pemberian fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif
pasien dengan gangguan oksigenasi di RSUD Pemangkat.
3. Untuk mengetahui prosedur pemberian fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif
pasien dengan gangguan oksigenasi di RSUD Pemangkat.
F. Waktu
Dilakukan selama 1 kali yaitu dari tanggal 6 Oktober 2023, dilakukan selama ± 15 menit pertemuan
G. Tempat
Ruang penyakit dalam 1 di Rumah Sakit RSUD Pemangkat.
H. Setting
7
Keterangan :
: Leader
: Co-Leader sekaligus Observer
: Fasilitator
: Klien
I. Media/ Alat
Bantal,Pot sputum dengan larutan desinfektan (Lysol 2%).Handuk,Apron,Handscoon bersih Tempat tidur yg
dapat diatur ketinggian & posisinya (apabila perlu).Tissue.Nierbeken / bengkok.Masker
K. Referensi
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7. EGC: Jakarta
Nuraini D.N. 2014. Aneka Manfaat Bunga untuk Kesehatan, Cetakan I. Gava Media. Yogyakarta
Price, S.A, et.al. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. EGC. Jakarta
Tahir, Rusna.,Imalia S, Dhea Sry Ayu., Muhsinah, Siti,. (2019) Fisioterapi dada dan Batuk
Efektif sebagai Penanalaksanaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada pasien TB
Paru di RSUD Kota Kendari. Health Information : Jurnal Pendidikan 11(1), 20-26.
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/hijp/article/view/87/49
8
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN
A. Pelaksanaan Kegiatan
Telah dilakukan kegiatan fisio terapi dada pada hari jumat 06 Oktober 2023 di Ruang
perawatan penyakit dalam (PD 1) RSUD Pemangkat. Kegiatan ini dilakukan selama 1 kali.
Sebelumnya peneliti melakukan observasi kepada pasien terhadap kondisi jalan nafas
pasien,bunyi tambahan pada suara nafas serta pemeriksaan penunjang yang di miliki pasien.
Peneliti melakukan kontrak waktu dan meminta persetujuan kepada pasien untuk dilakukan
fisio terapi dada. Sebelum dilakukan fisioterapi dada terlebih dahulu pasien di berikan
mukolitik melalui penguapan nebulizer. Setelah 15 menit dilakukan fisio terapi dada, peneliti
melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai tehnik batuk efektif, setelah itu
peneliti melakukan evaluasi dengan mengobservasi bersihan jalan nafas pasien ,dan seberapa
banyak secret yang berhasil di keluarkan.
B. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam penelitian ini adalah, pasien yang kooperatif saat diminta atau
dilakukan fisioterapi dada.
C. Faktor Penghambat
Faktor penghambat dalam penelitian ini adalah, kurangnya waktu dan peralatan dalam
pelaksanaan fisioterapi dada.
D. Evaluasi Kegiatan
Sebelum diberikan fisioterapi dada., pasien tampak sesak,RR : 28 x/menit,dan
terpasang oksigen melaui nasal canul 5 liter/menit,klien sulit beraktivitas, hanya untuk
berjalan beberapa langkah klien merasa sesak nafas, terdapat suara tambahan nafas
mengi dan wheezing saat di lakukan auskultasi.
Dari hasil kegiatan yang dilakukan, dapat dievaluasi melalui observasi dari tingkah
laku atau sikap pasien setelah dilakukan fisio terapi dada.. Pasien tampak sedikit lebih lega dan
tidak terlalu sesak lagi, juga secret sudah mulai bisa di keluarkan walau pun tidak terlalau
banyak ±10 cc ,RR : 24 x /menit,volume oksigen nasal canul juga menurun menjadi 3
liter/menit, klien juga berjanji untuk mengulang tehnik batuk efektif saat subuh hari di saat
klien bangun tidur dan batuk pertama kali. Hal ini sejalan dengan penelitian Tahir at all. (2019)
bahwa ada perbedaan bermakna antara pengeluaran sputum sebelum dan sesudah dilakukan
fisioterapi dada dengan gangguan pernafasan dibuktikan dengan perbedaan mean antara ada
sputum dan tidak ada sputum adalah sebesar -0,73 yang mempunyai perbedaan range antars
9
lower sebesar -1,04107 (tanda negatif berarti pengeluaran sputum sebelum fisioterapi dada
lebih kecil dari sesudah tindakan fisoterapi dada) sampai upper yaitu -0,41347, sputum
kekuning-kuningan adanya proses infeksi dan sputum hijau adanya proses penimbunan nanah
dan sputum hijau biasanya sering ditemukan pada penderita ronkhiektatis karena penimbunan
sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Dari hasil kegiatan yang dilakukan, dapat dievaluasi melalui observasi dari tingkah
laku atau sikap pasien setelah dilakukan fisio terapi dada. Pasien tampak sedikit lebih lega dan
tidak terlalu sesak lagi,juga secret sudah mulai bisa di keluarkan walau pun tidak terlalau
banyak ±10 cc ,RR : 24x /menit,volume oksigen nasal canul juga menurun menjadi 3
liter/menit,klien juga berjanji untuk mengulang tehnik batuk efektif saat subuh hari di saat
klien bangun tidur dan batuk pertama kali.
Pada hasil pembahasan dan evaluasi diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
fisio terapi dada dapat dilakukan atau dipilih menjadi salah satu alternatif terapi untuk
membantu membersihkan jalan nafas pada pasien dengan pneumoni di rumah sakit.
B. Saran
Peneliti berharap masukan dan saran dalam tercapainya hasil yang lebih baik dan dapat
menerapkan hasil kegiatan ini pada kegiatan sehari-hari di Rumah sakit untuk membantu
membersihkan jalan nafas pada pasien dengan pneumoni di rumah sakit.
10
DAFTAR PUSTAKA
Addi Mardi Harnanto & Sunarsih Rahayu. (2016). No Title. In Kebutuhan Dasar Manusia 2 (p.
60). kementrian kesehatan republik indonesia.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7. EGC: Jakarta
Nuraini D.N. 2014. Aneka Manfaat Bunga untuk Kesehatan, Cetakan I. Gava Media. Yogyakarta
Price, S.A, et.al. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. EGC. Jakarta
Tahir, Rusna.,Imalia S, Dhea Sry Ayu., Muhsinah, Siti,. (2019) Fisioterapi dada dan Batuk Efektif
sebagai Penanalaksanaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada pasien TB Paru di
RSUD Kota Kendari. Health Information : Jurnal Pendidikan 11(1), 20-26.
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/hijp/article/view/87/49
Wulandari & Erawati. (2016). No Title. In Buku Ajar Keperawatan Anak. Pusat Pelajar.
11
LAMPIRAN
ANALISIS PICO
P (Patient, population TB paru merupakan penyakit menular melalui airbone yaitu inhalasi
or problem) droplet yang mengandung kuman mycobacterium tuberculosis.
Masalah yang umum terjadi pada pasien TB Paru adalah bersihan
jalan napas tidak efektif. Untuk itu perlu dilakukan tindakan
memobilisasi pengeluaran sputum agar proses pernapasan berjalan
baik guna mencukupi kebutuhan oksigenasi. Penelitian ini
menggunakan studi kasus pada pasien TB Paru yang mengalami
bersihan jalan napas tidak efektif yaitu Tn D umur 36 tahun.
I (Intervention or Penelitian ini menggunakan format pengkajian kebutuhan
exposure) oksigenasi. Alat ukur yang digunakan sebagai evaluasi tindakan
adalah lembar observasi. Intervensi yang diberikan adalah
fisioterapi dada dan batuk efektif
C (Comparison) Komparasi dengan penelitian lainnya contoh pengaruh fisioterapi
dada terhadap peningkatan pengeluaran sputum pada pasien
tuberkulosis paru di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan
tahun 2021
O (Outcome) Penelitian ini telah menemukan intervensi fisioterapi dada dan
batuk efektif dapat meningkatkan bersihan jalan napas.
12
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905
ABSTRACT
Backgorund: Pulmonary tuberculosis is an infection disease with the highest prevalence in the world
and being the third largest in Indonesia with 1.02 million cases. The core problem of pulmonary
tuberculosis patient is ineffective airway clearance characterized by dyspnea, ronchi, excessive
sputum, ineffective cough. Nursing intervention to manage the problem is chest physiotherapy and
effective coughing. Objective: This study aims to obtain an overview of the application of chest
physiotherapy and effective coughing as ineffective airway clearance management on pulmonary
tuberculosis patient. Method: Method used descriptive case study with structured interview, studies
document and observations. Participants in this study is pulmonary tuberculosis patient which is
given three days and twice a day session of chest physiotherapy and effective coughing. Results:
Patency of the airway is improve after chest physiotherapy and effective coughing which
characterized by normal respiratory frequencies, normal respiratory rythms, no ronchi and able to
remove sputum from airway. Conclusion: Chest physiotherapy and effective coughing is applicable
as ineffective airway clearance management on pulmonary tuberculosis patient.
20
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905
membuktikan fisioterapi dada dan dan batuk primer diperoleh dari pengkajian, observasi dan
efektif dapat membantu pasien mengeluarkan wawancara dengan pasien. Data sekunder
sputum (Nugroho, 2011 ; Kapuk, 2012 ; diperoleh dari rekam medis dan wawancara
Endrawati, Aminingsih S, & Ariasti D, 2014 ; dengan keluarga yang mendampingi pasien
Maidartati, 2014). Fisioterapi dada dan batuk selama menjalani perawatan.
efektif dinilai efektif karena bisa dilakukan oleh Pengkajian menggunakan format
keluarga, mudah dan bisa dilakukan kapan saja. pengkajian kebutuhan oksigenasi. Alat ukur
yang digunakan sebagai evaluasi tindakan adalah
Rumusan Masalah lembar observasi yang berisi SOP serta lembar
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, observasi penilaian merujuk pada Nursing
maka rumusan masalah pada studi kasus ini Outcome Clasification (NOC) serta buku
adalah bagaimana penerapan fisioterapi dada Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
dan batuk efektif sebagai penatalaksanaan untuk menilai kepatenan jalan napas yang
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien ditandai dengan frekuensi napas (16-20x/menit),
TB paru? irama napas reguler, kemampuan mengeluarkan
sputum, tidak ada suara napas tambahan.
Tujuan Kepatenan jalan napas dievaluasi dua kali
dalam sehari (pagi dan sore) selama tiga hari
Tujuan pelaksanaan studi kasus ini adalah berturut-turut setelah tindakan fisioterapi dada
untuk mengetahui gambaran penerapan dan batuk efektif (Tarwoto dan Wartonah, 2015
fisioterapi dada dan batuk efektif sebagai ; Kasanah, 2015 ; Laukhil, 2016). Fisioterapi
penatalaksanaan ketidakefektifan bersihan jalan dada dan batuk efektif dilakukan sebelum pasien
nafas pada pasien TB paru di RSUD Kota minum obat untuk mengurangi bias dalam studi
Kendari. kasus.
21
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905
a. Frekuensi pernapasan
Tabel 1. Frekuensi Pernafasaan Sebelum Dan Setelah Fisioterapi Dada Dan Batuk Efektif
Tabel 2. Suara Napas Tambahan Sebelum Dan Setelah Fisioterapi Dada Dan Batuk Efektif
c. Irama napas
Tabel 3. Irama Pernapasan Sebelum Dan Setelah Fisioterapi Dada Dan Batuk Efektif
Irama Pernapasan
No Hari Latihan Sebelum Setelah Sebelum Setelah
(P) (P) (S) (S)
1 Hari 1 Tidak teratur Tidak Teratur Tidak teratur Tidak Teratur
2 Hari 2 Tidak teratur Tidak steratur Tidak teratur Teratur
3 Hari 3 Teratur Teratur Teratur Teratur
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada dan
batuk efektif terjadi perubahan irama napas dari teratur menjadi teratur pada hari kedua
tidak sesi sore. Selanjutnya pada hari ketiga irama
napas normal baik pada sesi pagi maupun sore.
22
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905
Tabel 3. Kemampuan Mengeluarkan Sputum Sebelum Dan Setelah Fisioterapi Dada Dan Batuk
Efektif
Tabel 4. Kepatenan Jalan Napas Sebelum Dan Setelah Fisioterapi Dada Dan Batuk Efektif
23
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905
nafas normal/vesikuler, RR 24x/menit, TD yang bebas dari sekret yang menumpuk akan
o
100/70mmHg, N 89x/menit, S 37 C. Juga memudahkan transport oksigen dari saluran
didukung oleh penelitian Tarwoto dan Wartonah pernapasan menuju paru-paru. Kecukupan
(2015) melalui evaluasi pasien selama 3 hari suplay oksigen dalam tubuh ditandai dengan
setelah tindakan fisioterapi dada yaitu AGD dalam batas normal (McPhee & Ganong,
penurunan 2010).
RR dari 27x/menit menjadi 22x/menit.
Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa d. Kemampuan Mengeluarkan Sputum
adanya kesesuaian terhadap hasil yang dicapai
yaitu frekuensi napas menjadi normal. Kemampuan mengeluarkan sekret pasien
Mobilisasi sputum dari saluran napas ditunjukkan pada hari pertama sampai hari
setelah fisioterapi dada akan membuat rongga terakhir pemberian tindakan fisioterapi dada dan
alveoli menjadi lebih lebar sehingga tekanannya batuk efektif. Kemampuan mengeluarkan sekret
mengecil mengakibatkan pengembangan alveoli berkaitan dengan kemampuan pasien melakukan
lebih maksimal. Pengembangan alveoli secara batuk efektif. Batuk yang efektif dapat
maksimal akan mendukung ventilasi yang mendorong sekret yang menumpuk pada jalan
adekuat untuk dapat meningkatkan asupan nafas untuk keluar. Setelah dilakukan latihan
oksigen yang lebih banyak keparu sehingga fisioterapi dada dan batuk efektif selama 3 hari
mengurangi keluhan sesak napas pada pasien maka didapatkan hasil bahwa pasien mampu
(Khotimah, 2013). mengeluarkan sekret karena bisa melakukan
batuk dengan efektif.
b. Suara Napas Tambahan Hal ini ditunjang dengan teori yang
menyebutkan bahwa dengan dilakukan batuk
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektif akan membantu proses pengeluaran
setelah dilakukan latihan fisioterapi dada dan sekret yang menumpuk pada jalan nafas
batuk efektif suara napas tambahan (ronchi) sehingga tidak ada lagi perlengketan pada jalan
tidak terdengar lagi pada hari kedua sesi sore nafas sehingga jalan nafas paten dan sesak nafas
sampai pada hari ketiga baik pada sesi pagi berkurang (Nugroho, 2011).
maupun sore. Bunyi ronchi disebabkan karena
aliran udara melalui saluran nafas yang berisi e. Kepatenan Jalan Napas
sputum atau eksudat. Sputum dijalan nafas dapat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dimobilisasi keluar melalui fisioterapi dada dan
setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada dan
batuk efektif (Kusuma, 2015).
batuk efektif terjadi perubahan kepatenan jalan
Keluarnya sputum membuat saluran
napas pada hari kedua sesi sore hari yang
nafas bebas dari sputum sehingga tidak
ditandai dengan RR normal (24x/menit), irama
terdengar lagi ronchi. Hal ini ditunjang dengan
napas teratur, tidak ada ronchi, serta pasien
teori yang menyebutkan bahwa batuk efektif
mampu mengeluarkan sputum. Kepatenan jalan
akan membantu proses pengeluaran sekret yang
napad dapat dipertahankan sampai hari ketiga.
menumpuk pada jalan nafas sehingga tidak ada Indikator dari kepatenan jalan napas
lagi perlengketan pada jalan nafas sehingga jalan adalah RR normal, irama napas teratur, tidak ada
nafas paten dan sesak nafas berkurang suara napas tambahan, serta pasien mampu
(Nugroho, 2011). mengeluarkan sputum dari jalan napas.
Kepatenan jalan napas dapat dicapai melaui
c. Irama Pernapasan tindakan fisoterapi dada dan batuk efektif karena
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan ini dapat memobilisasi secret di saluran
setelah tindakan fisioterapi dada dan batuk napas yang meningkatkan fungsi respirasi
efektif terjadi perubahan irama napas dari tidak (Maidartati, 2014 ; Laukhil, 2016). Jalan napas
teratur menjadi teratur pada hari kedua sesi sore. yang paten merupakan target luaran atau kriteria
Selanjutnya pada hari ketiga irama napas normal hasil dari diagnosa ketidakefektifan bersihan
baik pada sesi pagi maupun sore. Perubahan jalan napas (Herdman, 2018).
irama napas terjadi seiring dengan normalnya Berdasarkan hasil penelitian yang
frekuensi pernapasan. dilakukan oleh peneliti dengan ditunjang oleh
Frekuensi nafas yang normal dan teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya maka
keteraturan irama pernafasan terjadi kerena peneliti berasumsi bahwa fisioterapi dada dan
kecukupan suplai oksigen dalam paru yang akan batuk efektif dapat digunakan sebagai
didistibusikan ke suluruh tubuh. Saluran napas
24
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905
26
7