Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN DESAIN INOVATIF

FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN NAFAS PADA


PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN OKSIGENASI DI RUANG
PERAWATAN PENYAKIT DALAM RSUD PEMANGKAT

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 13

DAHLINI
NUR AYU
LILI UTAMI
SAPARUDIN
ZULKIBLI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
TAHUN 2023/2024
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

Visi Prodi Ners


Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang bersinergi, Bermutu dan Unggul dalam bidang
Keperawatan Gawat Darurat sebagai Rujukan Nasional Berkualitas Global.

Misi Prodi Ners


1. Menyelengarakan Kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi Pendidikan Ners dibidang
Keperawatan Gawat Darurat yang Berkualitas Global
2. Menghasilkan Lulusan Ners yang berintelektualitas Tinggi, Berbudi Luhur dan mampu
bersaing secara Global.
3. Mengembangkan Tata Kelola Perguruan Tinggi di Bidang Keperawatan Vokasi dan
Pendidikan Ners yang Mandiri, Transparan dan Akuntabel.
4. Berperan Aktif dalam Kerjasama Pengembangan dan Peningkatan Sistem Pendidikan
Ners ditingkat Global.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan desain inovasi Fisioterapi Dada pada
pasien dengan bersihan jalan napas tidak efektif pada gangguan pemenuhan oksigenasi di
Ruang Perawatan Penyakit Dalam, RSUD Pemangkat pada Praktik Klinik Keperawatan
Dasar Profesi.
Selanjutnya ucapan terima kasih yang tak terhingga kami sampaikan kepada
bapak Ns. Ery Sandi, S.Kep selaku pembimbing klinik dan bapak Ns Egidius Umbu
Ndeta S,Kep.,M.Kes selaku pembimbing akademik yang penuh kesabaran dan
perhatiannya dalam memberikan bimbingan hingga laporan desain inovasi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Dengan terselesaikannya Laporan kasus ini, perkenankan pula kami untuk
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Kelana Kusuma Dharma, S.Kp, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Pontianak.
2. Bapak Ns. Raju Kapadia, S.Kep, M.Med. Ed, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Pontianak.
3. Ibu Ns. Halina Rahayu, S.Kep, M.Kep, selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan
Keperawatan dan Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Pontianak.
4. Bapak Ns. Azhari Baedlawi, M.Kep selaku Koordinator Praktik Klinik Stase
Keperawatan Dasar Profesi.
5. Bapak dr. Yana Sumartana, M.A.P selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Pemangkat.
6. Bapak Ns. Donnie Al Ifhan, S.kep. MAP selaku ketua diklat Rumah Sakit Umum
Daerah Pemangkat.
7. Seluruh Dosen, Instruktur dan Staf Program Studi Profesi Ners Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Pontianak.
8. Seluruh perawat dan staf di Ruang Penyakit Dalam 1 Rumah Sakit Umum Daerah
Pemangkat.
9. Teman-teman seperjuangan Program Studi Profesi Ners Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Pontianak yang senantiasa memberikan semangat dan
motivasi serta bantuan.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan Laporan kasus ini.
Semoga laporan desain inovasi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama dalam
perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan.

Pemangkat, 14 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
LAPORAN DESAIN INOVATIF..................................................................1
VISI DAN MISI...................................................................................... 2
KATA PENGANTAR.................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................5
BAB I1
PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................1
BAB II...................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2
A. Pengertian.......................................................................................2
B. Mekanisme......................................................................................5
C. Manajemen.....................................................................................5
D. Teknik/ Cara....................................................................................5
BAB III................................................................................................. 6
METODOLOGI.......................................................................................6
A. Topik.............................................................................................. 6
B. Sub Topik........................................................................................6
C. Kelompok........................................................................................7
D. Tujuan Umum................................................................................. 7
E. Tujuan Khusus.................................................................................7
F. Waktu.............................................................................................7
G. Tempat...........................................................................................7
H. Setting............................................................................................7
I. Media/ Alat......................................................................................8
J. Prosedur Operasional Tindakan Yang Dilakukan.................................8
K. Referensi.........................................................................................8
BAB IV LAPORAN KEGIATAN..................................................................9
A. Pelaksanaan Kegiatan......................................................................9
B. Faktor Pendukung............................................................................9
C. Faktor Penghambat..........................................................................9
D. Evaluasi Kegiatan.............................................................................9
BAB V PENUTUP.................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................10
B. Saran............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................11
LAMPIRAN...........................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bersihan Jalan Nafas tidak efektif adalah ketidak ketidakmampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan
nafas tetap paten. (PPNI, 2017). Suatu keadaan ketika seorang individu
mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan
sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif.
( Carpenito,Lynda Juall 2012).
Untuk mengatasi bersihan jalan tidak efektif , diperlukan tindakan batuk
efektif dan fisioterapi dada yang merupakan bagian intervensi teraupetik
manajemen jalan napas. Selain itu penting sekali untuk mengatur posisi pasien
semi-fowler atau fowler apalagi jika disertai sesak napas.
Seseorang biasanya mengalami masalah oksigenasi disebabkan oleh
bersihan jalan napas tidak efektif. Untuk pasien dengan gejala atau keluhan sesak
napas ditemukan gangguan pemenuhan oksigenasi kurang adekuat. Kebutuhan
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel. Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel-sel tubuh (Tarwoto dan Wartonah, 2015).
Salah satu intervensi keperawatan mandiri yang dapat diberikan
pada pasien yang mengalami bersihan jalan napas tidak efektif yakni
fisioterapi dada. Fisioterapi dada dapat memobilisasi sekresi trakeo
bronkial berdasarkan parameter klinis seperti frekuensi pernafasan
dan saturasi oksigen (Abdelbasset, W., &Elnegamy,2015).

B. Tujuan

Mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberikan fisio terapi dada


terhadap bersihan jalan nafas pasien dengan gangguan pemenuhan oksigenasi di
RSUD Pemangkat.
1
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Fisioterapi dada
1. Pengertian terapi fisik dada. Yaitu merupakan serangkaian teknik atau prosedur
terapeutik yang digunakan untuk mengeluarkan sekret, baik dilakukan secara sendiri
maupun kombinasi, untuk mencegah penimbunan sekret sehingga dapat menyebabkan
obstruksi saluran napas dan komplikasi penyakit lainnya, sehingga dapat
mempengaruhi penurunan fungsi aliran udara paru (Indra Dewi, 2017)
2. Tujuan fisioterapi dada adalah untuk mempertahankan aliran udara yang memadai dan
menangkal infeksi. Pelepasan yang terjadi pada sekret dari bronkus dan bronkiolus.
Menangkal kolaps paru akibat obstruksi sekret (Hidayati, 2014). Gejala pasien pada
masalah paru-paru menunjukan kenaikan produksi lendir (bronchitis, emfisema, fibrosis
kistik, bronchitis kronis). Orang sakit yang merasakan tumor atau abses paru , patah
tulang dada, penumpukan cairan didada dan timbulnya tuberculosis.
3. Teknik fisioterapi dada adalah clapping, tindakan mengetukkan jari-jari ke permukaan
tubuh (yaitu, area dada atau punggung) untuk menciptakan getaran yang menjalar
melalui jaringan tubuh(Hanafi & Arniyanti, 2020; WIJANI, 2021). Biasanya 1-2 menit
selesai. Tujuannya untuk membantu mengeluarkan sekret dari paru-paru agar mudah
keluar. Teknik vibrasi adalah tindakan mengompresi dan menggetarkan dinding dada
secara manual selama fase ekspirasi pernapasan(Purnamiasih, 2020). Bergetar setelah
menjepit. Tujuannya adalah untuk membantu pasien meningkatkan kecepatan di mana
udara dihembuskan dari jalan napas, memungkinkannya untuk melepaskan sekret dan
melepaskannya dengan mudah.
.
SOP (STANDAR OPRASIONAL
PROSEDUR)

FISIO TERAPI DADA


adalah salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai
Pengertian
segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.
1. Postural Drainage : Merupakan cara klasik untuk mengeluarkan
secret dari paru dengan mempergunakan gaya berat (gravitasi) dari
secret.
2. Vibrasi : merupakan kompresi dan getaran manual pada dinding
dada dengan tujuan menggerakkan secret ke jalan napas yang besar.
Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung
dengan tangan dibentuk seperti mangkok untuk melepaskan sekret
yang tertahan atau melekat pada bronkhus
2
Tujuan
1. Membantu klien untuk mengencerkan secret & memudahkan
untuk mengeluarkannya.
2. Memperbaiki satus respirasi klien.
3. Mencegah infeksi pada paru pada klien yg immobilisasi dalam
waktu lama.
4. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru.
5. Memperkuat otot pernapasan.
6. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan
oksigen yang cukup.

Alat Dan 1. Bantal.


Bahan 2. Pot sputum dengan larutan desinfektan (Lysol 2%).
3. Handuk
4. Apron
5. Handscoon bersih
6. Tempat tidur yg dapat diatur ketinggian & posisinya (apabila perlu).
7. Tissue.
8. Nierbeken / bengkok.
9. Masker
Oksigen & suction (apabila butuh).
Persiapan Responden diberi penjelasan
Klien
Prosedur TINDAKAN FISIOTERAPI DADA
Pra Interaksi
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Memvalidasi identitas klien
3. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
4. Mempersiapkan klien dan mengatur lingkungan
5. Siapkan peralatan dan persediaan yang dibutuhkan
6. Tutup pintu atau gorden
7. Handhygine
8. Pakai Sarung tangan bersih

Tahap Kerja
A. Postural drainase
1. Pilih area yang tersumbat yang akan didrainase.
2. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainase area yang
tersumbat.
3. Letakkan bantal sebagai penyangga.
4. Minta klien untuk mempertahankan posisi selama 10 – 15
menit.
5. Selama dalam posisi ini, lakukan perkusi dan vibrasi dada di
atas area yang didrainase.
6. Setelah drainase pada posisi pertama, minta klien duduk dan
batuk efektif. Tampung sekresi dalam sputum pot.
7. Istirahatkan pasien, minta klien minum sedikit air.
8. Ulangi untuk area tersumbat lainnya.
9. Tindakan tidak lebih dari 30 – 60 menit.

3
B. Perkusi
1. Tutup area yang akan diperkusi dengan menggunkan handuk.
2. Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk
meningkatkan relaksasi.
3. Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk
4. Secara bergantian, lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan
tangan secara cepat menepuk dada
5. Perkusi pada setiap segmen paru selama 1-2 menit, jangan pada
area yang mudah cedera

C. Vibrasi Dada :
1. Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area
yang didrainase, satu tangan di atas tangan yang lain dengan
jari-jari menempel bersama dan ekstensi.
2. Anjurkan klien inspirasi dalam dan ekspirasi secara lambat
lewat mulut ( pursed lip breathing )
3. Vibrasi dilakukan hanya pada waktu klien ekspirasi.
4. Selama ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan,
dan gunakan hamper semua tumit tangan, getarkan tangan,
gerakkan ke arah bawah. Hentikan getaran saat klien inspirasi
5. Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area
yang didrainase, satu tangan di atas tangan yang lain.
6. Instruksikan klien untuk napas lambat dan dalam melalui
hidung hembuskan melalui 4mulut dengan bibir dimonyongkan
selama proses vibrasi, tujuannya memperpanjang fase ekspirasi.
7. Ketika klien menghembuskan napas getarkan telapak tangan,
hentikan saat klien inspirasi. Lakukan vibrasi 5 kali ekspirasi
D. Fase Terminasi :
1. Rapikan klien dan berikan posisi yang nyaman bagi pasien
2. Kembalikan alat ke tempatnya
3. Handhygine
4. Mengevaluasi respon klien dan keluarga
5. Berikan reinforcement positif kepada keluarga
6. Menyampaikan kontrak selanjutnya
7. Mendokumentasikan tindakan.

B. Mekanisme
Penelitian dilakukan di RSUD Pemangkat dengan sample ialah 1 pasien kelolaan. Etika dalam
penelitian ini, peneliti mengajukan kepada pembimbing klinik untuk mendapat persetujuan kemudiaan
peneliti melakukan penelitian dengan menekankan pada masalah etika informed consent dan menjaga
kerahasiaan terhadap klien kelolaan.

C. Manajemen
Pelayanan asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kiat dan ilmu keperawatan yang
diintegrasikan dalam pelayanan melalui penerapan intervensi keperawatan dalam menambah
pengetahuan serta wawasan dan mampu mengikuti kegiatan yang diberikan.

D. Teknik/ Cara
Penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif. Rancangan penelitian ini menggunakan Quasy
Experiment yaitu melihat perbedaan sebelum dan setelah diberikan fisio terapi dada pada pasien dengan
bersihan jalan napas tidak efektif pada gangguan pemenuhan oksigenasi. Dilakukan pertemuan selama
1x dengan klien. Selanjutnya peneliti mengobservasi dan arahkan klien untuk menyebutkan atau
mendemonstrasikan kembali apa yang telah dijelaskan oleh perawat.
Selain itu untuk menambah keefektifan fisioterapi dalam mengeluarkan dahak /sekret, perawat
juga berkolaborasi dalam pemberian mukolitik melalui nebulizer sebelum melakukan fisio terapi
dada,di tambah lagi dengan edukasi tehnik batuk efektif sehingga mengoptimalkan usaha untuk
menghilangkan sekret pada saluran nafas pasien.

5
BAB III
METODOLOGI
A. Topik
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh (Tarwoto dan Wartonah,
2015). Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan, dan aktivitas berbagai organ atau sel (Carpenito,
Lynda Juall 2012). Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel.
Seseorang biasanya mengalami masalah oksigenasi disebabkan oleh bersihan jalan nafas
tidak efektif, yaitu keadaan ketika tidak mampu membersihkan sekret atau obstruksi jalan
nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten. (PPNI, 2017).
B. Sub Topik
Upaya yang perlu dilakukan dalam penanganan bersihan jalan nafas tidak efektif dengan
penumpukan sputum pada saluran pernafasan meliputi terapi fisioterapi dada walaupun
caranya sangat sederhana tapi sangat efektif dalam mengeluarkan sekret dan memperbaiki
status respirasi.
Konsep Fisioterapi dada
1. Pengertian terapi fisik dada. Yaitu merupakan serangkaian teknik atau prosedur
terapeutik yang digunakan untuk mengeluarkan sekret, baik dilakukan secara sendiri
maupun kombinasi, untuk mencegah penimbunan sekret sehingga dapat menyebabkan
obstruksi saluran napas dan komplikasi penyakit lainnya, sehingga dapat
mempengaruhi penurunan fungsi aliran udara paru (Indra Dewi, 2017)
2. Tujuan fisioterapi dada adalah untuk mempertahankan aliran udara yang memadai dan
menangkal infeksi. Pelepasan yang terjadi pada sekret dari bronkus dan bronkiolus.
Menangkal kolaps paru akibat obstruksi sekret (Hidayati, 2014). Gejala pasien pada
masalah paru-paru menunjukan kenaikan produksi lendir (bronchitis, emfisema, fibrosis
kistik, bronchitis kronis). Orang sakit yang merasakan tumor atau abses paru , patah
tulang dada, penumpukan cairan didada dan timbulnya tuberculosis.
3. Teknik fisioterapi dada adalah clapping, tindakan mengetukkan jari-jari ke permukaan
tubuh (yaitu, area dada atau punggung) untuk menciptakan getaran yang menjalar
melalui jaringan tubuh(Hanafi & Arniyanti, 2020; WIJANI, 2021). Biasanya 1-2 menit
selesai. Tujuannya untuk membantu mengeluarkan sekret dari paru-paru agar mudah
keluar. Teknik vibrasi adalah tindakan6 mengompresi dan menggetarkan dinding dada
secara manual selama fase ekspirasi pernapasan(Purnamiasih, 2020). Bergetar setelah
menjepit. Tujuannya adalah untuk membantu pasien meningkatkan kecepatan di mana
udara dihembuskan dari jalan napas, memungkinkannya untuk melepaskan sekret dan
melepaskannya dengan mudah.
.
C. Kelompok
Adapun beberapa kategori dalam kelompok penelitian ini ialah:
a. Pasien bersedia menjadi responden
b. Pasien kooperatif
c. Pasien dengan keluhan nyeri
d. Pasien yang berada di RSUD Pemangkat
e. Pasien dapat berkomunikasi verbal dengan baik
f. Pasien memiliki kesadaran composmentis

D. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberikan fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas
tidak efektif pasien dengan gangguan oksigenasi di RSUD Pemangkat.

E. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui prosedur pemberian fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif
pasien dengan gangguan oksigenasi di RSUD Pemangkat.
2. Untuk mengetahui prosedur pemberian fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif
pasien dengan gangguan oksigenasi di RSUD Pemangkat.
3. Untuk mengetahui prosedur pemberian fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif
pasien dengan gangguan oksigenasi di RSUD Pemangkat.

F. Waktu
Dilakukan selama 1 kali yaitu dari tanggal 6 Oktober 2023, dilakukan selama ± 15 menit pertemuan
G. Tempat
Ruang penyakit dalam 1 di Rumah Sakit RSUD Pemangkat.

H. Setting

7
Keterangan :

: Leader
: Co-Leader sekaligus Observer
: Fasilitator
: Klien

I. Media/ Alat

Bantal,Pot sputum dengan larutan desinfektan (Lysol 2%).Handuk,Apron,Handscoon bersih Tempat tidur yg
dapat diatur ketinggian & posisinya (apabila perlu).Tissue.Nierbeken / bengkok.Masker

J. Prosedur Operasional Tindakan Yang Dilakukan


Prosedur operasional tindakan pemberian fisio terapi dada terhadap peningkatan bersihan jalan nafas
pada pasien dengan gangguan oksigenasi.

K. Referensi

Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7. EGC: Jakarta

Nuraini D.N. 2014. Aneka Manfaat Bunga untuk Kesehatan, Cetakan I. Gava Media. Yogyakarta

Price, S.A, et.al. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. EGC. Jakarta

Tahir, Rusna.,Imalia S, Dhea Sry Ayu., Muhsinah, Siti,. (2019) Fisioterapi dada dan Batuk
Efektif sebagai Penanalaksanaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada pasien TB
Paru di RSUD Kota Kendari. Health Information : Jurnal Pendidikan 11(1), 20-26.
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/hijp/article/view/87/49

8
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN

A. Pelaksanaan Kegiatan
Telah dilakukan kegiatan fisio terapi dada pada hari jumat 06 Oktober 2023 di Ruang
perawatan penyakit dalam (PD 1) RSUD Pemangkat. Kegiatan ini dilakukan selama 1 kali.
Sebelumnya peneliti melakukan observasi kepada pasien terhadap kondisi jalan nafas
pasien,bunyi tambahan pada suara nafas serta pemeriksaan penunjang yang di miliki pasien.
Peneliti melakukan kontrak waktu dan meminta persetujuan kepada pasien untuk dilakukan
fisio terapi dada. Sebelum dilakukan fisioterapi dada terlebih dahulu pasien di berikan
mukolitik melalui penguapan nebulizer. Setelah 15 menit dilakukan fisio terapi dada, peneliti
melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai tehnik batuk efektif, setelah itu
peneliti melakukan evaluasi dengan mengobservasi bersihan jalan nafas pasien ,dan seberapa
banyak secret yang berhasil di keluarkan.

B. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam penelitian ini adalah, pasien yang kooperatif saat diminta atau
dilakukan fisioterapi dada.
C. Faktor Penghambat
Faktor penghambat dalam penelitian ini adalah, kurangnya waktu dan peralatan dalam
pelaksanaan fisioterapi dada.

D. Evaluasi Kegiatan
Sebelum diberikan fisioterapi dada., pasien tampak sesak,RR : 28 x/menit,dan
terpasang oksigen melaui nasal canul 5 liter/menit,klien sulit beraktivitas, hanya untuk
berjalan beberapa langkah klien merasa sesak nafas, terdapat suara tambahan nafas
mengi dan wheezing saat di lakukan auskultasi.
Dari hasil kegiatan yang dilakukan, dapat dievaluasi melalui observasi dari tingkah
laku atau sikap pasien setelah dilakukan fisio terapi dada.. Pasien tampak sedikit lebih lega dan
tidak terlalu sesak lagi, juga secret sudah mulai bisa di keluarkan walau pun tidak terlalau
banyak ±10 cc ,RR : 24 x /menit,volume oksigen nasal canul juga menurun menjadi 3
liter/menit, klien juga berjanji untuk mengulang tehnik batuk efektif saat subuh hari di saat
klien bangun tidur dan batuk pertama kali. Hal ini sejalan dengan penelitian Tahir at all. (2019)
bahwa ada perbedaan bermakna antara pengeluaran sputum sebelum dan sesudah dilakukan
fisioterapi dada dengan gangguan pernafasan dibuktikan dengan perbedaan mean antara ada
sputum dan tidak ada sputum adalah sebesar -0,73 yang mempunyai perbedaan range antars
9
lower sebesar -1,04107 (tanda negatif berarti pengeluaran sputum sebelum fisioterapi dada
lebih kecil dari sesudah tindakan fisoterapi dada) sampai upper yaitu -0,41347, sputum
kekuning-kuningan adanya proses infeksi dan sputum hijau adanya proses penimbunan nanah
dan sputum hijau biasanya sering ditemukan pada penderita ronkhiektatis karena penimbunan
sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan.

Dari hasil kegiatan yang dilakukan, dapat dievaluasi melalui observasi dari tingkah
laku atau sikap pasien setelah dilakukan fisio terapi dada. Pasien tampak sedikit lebih lega dan
tidak terlalu sesak lagi,juga secret sudah mulai bisa di keluarkan walau pun tidak terlalau
banyak ±10 cc ,RR : 24x /menit,volume oksigen nasal canul juga menurun menjadi 3
liter/menit,klien juga berjanji untuk mengulang tehnik batuk efektif saat subuh hari di saat
klien bangun tidur dan batuk pertama kali.
Pada hasil pembahasan dan evaluasi diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
fisio terapi dada dapat dilakukan atau dipilih menjadi salah satu alternatif terapi untuk
membantu membersihkan jalan nafas pada pasien dengan pneumoni di rumah sakit.

B. Saran

Peneliti berharap masukan dan saran dalam tercapainya hasil yang lebih baik dan dapat
menerapkan hasil kegiatan ini pada kegiatan sehari-hari di Rumah sakit untuk membantu
membersihkan jalan nafas pada pasien dengan pneumoni di rumah sakit.

10
DAFTAR PUSTAKA

Addi Mardi Harnanto & Sunarsih Rahayu. (2016). No Title. In Kebutuhan Dasar Manusia 2 (p.
60). kementrian kesehatan republik indonesia.

Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7. EGC: Jakarta

Nuraini D.N. 2014. Aneka Manfaat Bunga untuk Kesehatan, Cetakan I. Gava Media. Yogyakarta

Price, S.A, et.al. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. EGC. Jakarta

Tahir, Rusna.,Imalia S, Dhea Sry Ayu., Muhsinah, Siti,. (2019) Fisioterapi dada dan Batuk Efektif
sebagai Penanalaksanaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada pasien TB Paru di
RSUD Kota Kendari. Health Information : Jurnal Pendidikan 11(1), 20-26.
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/hijp/article/view/87/49

Wulandari & Erawati. (2016). No Title. In Buku Ajar Keperawatan Anak. Pusat Pelajar.

Yuliastati & Arnis. (2016). No Title. In Keperawatan Anak. Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia.

11
LAMPIRAN

ANALISIS PICO

P (Patient, population TB paru merupakan penyakit menular melalui airbone yaitu inhalasi
or problem) droplet yang mengandung kuman mycobacterium tuberculosis.
Masalah yang umum terjadi pada pasien TB Paru adalah bersihan
jalan napas tidak efektif. Untuk itu perlu dilakukan tindakan
memobilisasi pengeluaran sputum agar proses pernapasan berjalan
baik guna mencukupi kebutuhan oksigenasi. Penelitian ini
menggunakan studi kasus pada pasien TB Paru yang mengalami
bersihan jalan napas tidak efektif yaitu Tn D umur 36 tahun.
I (Intervention or Penelitian ini menggunakan format pengkajian kebutuhan
exposure) oksigenasi. Alat ukur yang digunakan sebagai evaluasi tindakan
adalah lembar observasi. Intervensi yang diberikan adalah
fisioterapi dada dan batuk efektif
C (Comparison) Komparasi dengan penelitian lainnya contoh pengaruh fisioterapi
dada terhadap peningkatan pengeluaran sputum pada pasien
tuberkulosis paru di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan
tahun 2021
O (Outcome) Penelitian ini telah menemukan intervensi fisioterapi dada dan
batuk efektif dapat meningkatkan bersihan jalan napas.

12
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905

Fisioterapi Dada Dan Batuk Efektif Sebagai Penatalaksanaan Ketidakefektifan


Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien TB Paru Di RSUD Kota Kendari
1 2 3
Rusna Tahir , Dhea Sry Ayu Imalia S , Siti Muhsinah
123
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

ABSTRACT

Backgorund: Pulmonary tuberculosis is an infection disease with the highest prevalence in the world
and being the third largest in Indonesia with 1.02 million cases. The core problem of pulmonary
tuberculosis patient is ineffective airway clearance characterized by dyspnea, ronchi, excessive
sputum, ineffective cough. Nursing intervention to manage the problem is chest physiotherapy and
effective coughing. Objective: This study aims to obtain an overview of the application of chest
physiotherapy and effective coughing as ineffective airway clearance management on pulmonary
tuberculosis patient. Method: Method used descriptive case study with structured interview, studies
document and observations. Participants in this study is pulmonary tuberculosis patient which is
given three days and twice a day session of chest physiotherapy and effective coughing. Results:
Patency of the airway is improve after chest physiotherapy and effective coughing which
characterized by normal respiratory frequencies, normal respiratory rythms, no ronchi and able to
remove sputum from airway. Conclusion: Chest physiotherapy and effective coughing is applicable
as ineffective airway clearance management on pulmonary tuberculosis patient.

Keywords : pulmonary tuberculosis, ineffective clearance airway, chest physiotherapy and


effective coughing
PENDAHULUAN Penyakit TB paru ditularkan melalui
Latar Belakang airborne yaitu inhalasi droplet yang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit mengandung kuman mycobacterium
menular yang menyebabkan kematian tuberculosis. Pasien TB paru akan mengeluh
tertinggi kedua di dunia setelah HIV/AIDS batuk yang disertai dahak dan atau batuk
(WHO, 2015). World Health Organization berdarah, sesak napas, nyeri pada daerah dada,
(WHO) menunjukkan peningkatan prevalensi keringat pada malam hari, penurunan nafsu
kasus TB dari 9,6 juta menjadi 10,4 juta pada makan. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-
tahun 2016. Indonesia menduduki peringkat tanda berupa peningkatan frekuensi napas, irama
kedua dunia dengan penyakit TB terbanyak nafas tidak teratur, dan ronchi (Ardiansyah,
yaitu 1,2 juta kasus dengan angka kematian 2012). Merujuk pada manifestasi tersebut,
100.000 jiwa setiap tahun (Global Tuberculosis masalah keperawatan yang umum terjadi pada
Report, 2016). pasien TB paru adalah ketidakefektifan bersihan
Kejadian TB di Sulawesi Tenggara bukan jalan napas (Herdman, 2018).
yang tertinggi di Indonesia, akan tetapi Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
mengalami peningkatan jumlah setiap tahun. adalah ketidakmampuan membersihkan sekresi
atau penyumbatan pada saluran nafas untuk
Pada Tahun 2017 tercatat sebanyak 2.587 kasus
mempertahankan bersihan jalan nafas (Herdman,
baru BTA positif, yang tersebar pada empat
2018). Obstruksi saluran napas disebabkan oleh
Kabupaten dengan penderita terbanyak yakni menumpuknya sputum pada jalan napas yang
Kota Kendari, Kabupaten Konawe, Kolaka, dan akan mengakibatkan ventilasi menjadi tidak
Bau-Bau. Di RSUD Kota Kendari sebagai salah adekuat. Untuk itu perlu dilakukan tindakan
satu RS rujukan Provinsi, tercatat 545 penderita memobilisasi pengeluaran sputum agar proses
TB dalam rekam medis pernah menjalani pernapasan dapat berjalan dengan baik guna
perawatan di 2017 (Rekam Medik RSUD Kota mencukupi kebutuhan oksigen tubuh (Endrawati,
Kendari, 2018). Angka ini diperkirakan terus Aminingsih S, & Ariasti D, 2014).
mengalami lonjakan seiring dengan Salah satu intervensi keperawatan yang
bertambahnya populasi masyarakat yang tinggal bisa diterapkan untuk membersihkan sputum
di Kota Kendari. pada jalan napas adalah fisioterapi dada dan
batuk efektif. Banyak penelitian yang telah

20
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905

membuktikan fisioterapi dada dan dan batuk primer diperoleh dari pengkajian, observasi dan
efektif dapat membantu pasien mengeluarkan wawancara dengan pasien. Data sekunder
sputum (Nugroho, 2011 ; Kapuk, 2012 ; diperoleh dari rekam medis dan wawancara
Endrawati, Aminingsih S, & Ariasti D, 2014 ; dengan keluarga yang mendampingi pasien
Maidartati, 2014). Fisioterapi dada dan batuk selama menjalani perawatan.
efektif dinilai efektif karena bisa dilakukan oleh Pengkajian menggunakan format
keluarga, mudah dan bisa dilakukan kapan saja. pengkajian kebutuhan oksigenasi. Alat ukur
yang digunakan sebagai evaluasi tindakan adalah
Rumusan Masalah lembar observasi yang berisi SOP serta lembar
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, observasi penilaian merujuk pada Nursing
maka rumusan masalah pada studi kasus ini Outcome Clasification (NOC) serta buku
adalah bagaimana penerapan fisioterapi dada Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
dan batuk efektif sebagai penatalaksanaan untuk menilai kepatenan jalan napas yang
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien ditandai dengan frekuensi napas (16-20x/menit),
TB paru? irama napas reguler, kemampuan mengeluarkan
sputum, tidak ada suara napas tambahan.
Tujuan Kepatenan jalan napas dievaluasi dua kali
dalam sehari (pagi dan sore) selama tiga hari
Tujuan pelaksanaan studi kasus ini adalah berturut-turut setelah tindakan fisioterapi dada
untuk mengetahui gambaran penerapan dan batuk efektif (Tarwoto dan Wartonah, 2015
fisioterapi dada dan batuk efektif sebagai ; Kasanah, 2015 ; Laukhil, 2016). Fisioterapi
penatalaksanaan ketidakefektifan bersihan jalan dada dan batuk efektif dilakukan sebelum pasien
nafas pada pasien TB paru di RSUD Kota minum obat untuk mengurangi bias dalam studi
Kendari. kasus.

METODE Pengolahan, Analisis Data, Penyajian Data


Jenis Penelitian Data diperoleh dari hasil pengkajian,
observasi, wawancara dan serta studi dokumen
Jenis penelitian ini adalah deskiftif dengan berupa rekam medik. Data ditampilkan secara
pendekatan observasional melalui studi kasus tekstural atau narasi disertai dengan ungkapan
untuk memperoleh gambaran penerapan verbal dan respon dari subjek studi kasus yang
fisioterapi dada dan batuk efektif pada pasien merupakan data pendukung penelitian. Data
TB paru. menerangkan beragam aspek dari pasien
kemudian dibandingkan dengan data normal
Lokasi dan Waktu Penelitian sesuai rujukan referensi. Hasil analisa data-data
Studi kasus berlokasi di Ruang Lavender ditampilkan dalam bentuk tabel.
RSUD Kota Kendari. Studi kasus dilaksanakan
mulai bulan Maret – April 2019. HASIL
Hasil pengkajian didapatkan identitas
Populasi dan Sampel pasien berinisial Tn. D umur 36 tahun, suku
Sampel dalam studi kasus ini berfokus Tolaki, beragama Islam, pekerjaan Wirasuasta,
pada satu orang pasien yang menjalani pendidikan terakhir SMA, alamat Desa
perawatan di RSUD Kota Kendari dengan Lalonggombu Kecamatan Lainea Kabupaten
diagnosa medis TB paru dan diagnosa Kobawe Selatan. Keluhan utama saat masuk RS
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan adalah demam, batuk berlendir disertai bercak
napas dengan kriteria yaitu pasien dengan darah, sesak nafas, nafsu makan menurun,
diagnosa medis TB paru tanpa disertai ronchi, wajah nampak pucat, mukosa bibir
hemaptoe, kesadaran komposmentis, tidak kering, TD 100/70 mmhg, Nadi 82x/menit,
mengalami gangguan pada thorax dan pernapasan tidak teratur dengan frekuensi (RR)
punggung atau tulang belakang. 27x/menit.
Penerapan fisioterapi dada dan batuk
Pengumpulan Data efektif dilaksanakan selama 3 hari, dengan
frekuensi latihan 2x dalam sehari pada pagi (P)
Data dalam studi kasus ini dibagi menjadi
dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data

21
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905

dan sore (S) hari. Hasil yang diperoleh sebagai


berikut :

a. Frekuensi pernapasan

Tabel 1. Frekuensi Pernafasaan Sebelum Dan Setelah Fisioterapi Dada Dan Batuk Efektif

Frekuensi Nafas (Kali/Menit)


No Hari Latihan Sebelum (P) Setelah Sebelum Setelah
(P) (S) (S)
1 Hari 1 27x/menit 27x/menit 27x/menit 27x/menit
2 Hari 2 27x/menit 26x/menit 26x/menit 25x/menit
3 Hari 3 25x/menit 24x/menit 24x/menit 24x/menit
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sesi pagi dan dari 26x/menit menjadi 25x/menit
setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada dan pada sesi sore. Terjadi penurunan dari
batuk efektif terjadi penurunan RR dari 25x/menit menjadi 24x/menit (RR normal) pada
27x/menit menjadi 26x/menit pada hari kedua hari ketiga pada sesi pagi dan sore hari.

b. Suara napas tambahan

Tabel 2. Suara Napas Tambahan Sebelum Dan Setelah Fisioterapi Dada Dan Batuk Efektif

Suara Nafas tambahan


No Hari Latihan Sebelum Setelah Sebelum (S) Setelah
(P) (P) (S)
1 Hari 1 Ada(ronchi) Ada(ronchi) Ada(ronchi) Ada(ronchi)
2 Hari 2 Ada(ronchi) Ada(ronchi) Ada(tonchi) Tidak ada
3 Hari 3 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak terdengar lagi pada hari kedua sesi
setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada dan sore sampai pada hari ketiga baik pada sesi pagi
batuk efektif suara napas tambahan (ronchi) maupun sore.

c. Irama napas

Tabel 3. Irama Pernapasan Sebelum Dan Setelah Fisioterapi Dada Dan Batuk Efektif

Irama Pernapasan
No Hari Latihan Sebelum Setelah Sebelum Setelah
(P) (P) (S) (S)
1 Hari 1 Tidak teratur Tidak Teratur Tidak teratur Tidak Teratur
2 Hari 2 Tidak teratur Tidak steratur Tidak teratur Teratur
3 Hari 3 Teratur Teratur Teratur Teratur
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada dan
batuk efektif terjadi perubahan irama napas dari teratur menjadi teratur pada hari kedua
tidak sesi sore. Selanjutnya pada hari ketiga irama
napas normal baik pada sesi pagi maupun sore.

22
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905

d. Kemampuan mengeluarkan sputum

Tabel 3. Kemampuan Mengeluarkan Sputum Sebelum Dan Setelah Fisioterapi Dada Dan Batuk
Efektif

Kemampuan mengeluarkan sputum


No Hari Latihan Sebelum Setelah Sebelum Setelah
(P) (P) (S) (S)
1 Hari 1 Tidak Mampu Mampu Mampu
Mampu
2 Hari 2 Mampu Mampu Mampu Mampu
3 Hari 3 Mampu Mampu Mampu Mampu
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa batuk efektif pasien mampu (M)
setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada dan mengeluarkan sputum pada hari pertama sesi
pagi sampai hari ketiga.

e. Kepatenan jalan napas

Tabel 4. Kepatenan Jalan Napas Sebelum Dan Setelah Fisioterapi Dada Dan Batuk Efektif

KEPATENAN JALAN NAFAS


RR Irama Suara Nafas Kemampuan Kriteria
Hari (kali/menit) Pernafasan Tambahan Mengeluaran
Sekret
S.1 S.2 S.1 S.2 S1 S2 S.1 S.2 S.1 S.2
1 27 27 TT TT Ada Ada M M TP TP
2 26 25 TT T Ada Tidak ada M M TP P
3 24 24 T T Tidak ada Tidak ada M M P P
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa teknik batuk efektif (Bulechek, & Butcher,
setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada dan 2013). Sedangkan keberhasilan intervensi ini
batuk efektif terjadi perubahan kepatenan jalan dinilai berdasarkan kepatenan jalan napas yang
napas pada hari kedua sesi sore hari yang terdiri dari empat kriteria hasil yaitu frekuensi
ditandai dengan RR normal (24x/menit), irama napas, irama napas, suara napas tambahan, dan
napas teratur, tidak ada ronchi, serta pasien kemampuan mengeluarkan sputum (Moorhead,
mampu mengeluarkan sputum. Kepatenan jalan S & Johnson, M, 2013). Pembahasan masing-
napad dapat dipertahankan sampai hari ketiga. masing kriteria hasil sebagai berikut :

PEMBAHASAN a. Frekuensi Pernapasan


Subjek studi kasus dalam hal ini adalah Pada hari pertama pelaksanaan tindakan
pasien TB paru mengalami masalah keperawatan fisioterasi dada dan batuk efektif, hasil yang
ketidakefektifan bersihan jalan napas. diperoleh yaitu terjadi penurunan RR pada hari
Berdasarkan Nursing Intervention Clasification kedua yaitu 26x/menit dan hari ketiga menjadi
(NIC), salah satu intervensi mandiri yang dapat normal (24x/menit). Hasil ini sejalan dengan
dilakukan perawat untuk mengatasi masalah penelitian Sitorus, Lubis dan Kristiani (2018)
tersebut adalah fisioterapi dada dan pada pasien TB paru dengan hasil yaitu suara
mengajarkan

23
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905

nafas normal/vesikuler, RR 24x/menit, TD yang bebas dari sekret yang menumpuk akan
o
100/70mmHg, N 89x/menit, S 37 C. Juga memudahkan transport oksigen dari saluran
didukung oleh penelitian Tarwoto dan Wartonah pernapasan menuju paru-paru. Kecukupan
(2015) melalui evaluasi pasien selama 3 hari suplay oksigen dalam tubuh ditandai dengan
setelah tindakan fisioterapi dada yaitu AGD dalam batas normal (McPhee & Ganong,
penurunan 2010).
RR dari 27x/menit menjadi 22x/menit.
Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa d. Kemampuan Mengeluarkan Sputum
adanya kesesuaian terhadap hasil yang dicapai
yaitu frekuensi napas menjadi normal. Kemampuan mengeluarkan sekret pasien
Mobilisasi sputum dari saluran napas ditunjukkan pada hari pertama sampai hari
setelah fisioterapi dada akan membuat rongga terakhir pemberian tindakan fisioterapi dada dan
alveoli menjadi lebih lebar sehingga tekanannya batuk efektif. Kemampuan mengeluarkan sekret
mengecil mengakibatkan pengembangan alveoli berkaitan dengan kemampuan pasien melakukan
lebih maksimal. Pengembangan alveoli secara batuk efektif. Batuk yang efektif dapat
maksimal akan mendukung ventilasi yang mendorong sekret yang menumpuk pada jalan
adekuat untuk dapat meningkatkan asupan nafas untuk keluar. Setelah dilakukan latihan
oksigen yang lebih banyak keparu sehingga fisioterapi dada dan batuk efektif selama 3 hari
mengurangi keluhan sesak napas pada pasien maka didapatkan hasil bahwa pasien mampu
(Khotimah, 2013). mengeluarkan sekret karena bisa melakukan
batuk dengan efektif.
b. Suara Napas Tambahan Hal ini ditunjang dengan teori yang
menyebutkan bahwa dengan dilakukan batuk
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektif akan membantu proses pengeluaran
setelah dilakukan latihan fisioterapi dada dan sekret yang menumpuk pada jalan nafas
batuk efektif suara napas tambahan (ronchi) sehingga tidak ada lagi perlengketan pada jalan
tidak terdengar lagi pada hari kedua sesi sore nafas sehingga jalan nafas paten dan sesak nafas
sampai pada hari ketiga baik pada sesi pagi berkurang (Nugroho, 2011).
maupun sore. Bunyi ronchi disebabkan karena
aliran udara melalui saluran nafas yang berisi e. Kepatenan Jalan Napas
sputum atau eksudat. Sputum dijalan nafas dapat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dimobilisasi keluar melalui fisioterapi dada dan
setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada dan
batuk efektif (Kusuma, 2015).
batuk efektif terjadi perubahan kepatenan jalan
Keluarnya sputum membuat saluran
napas pada hari kedua sesi sore hari yang
nafas bebas dari sputum sehingga tidak
ditandai dengan RR normal (24x/menit), irama
terdengar lagi ronchi. Hal ini ditunjang dengan
napas teratur, tidak ada ronchi, serta pasien
teori yang menyebutkan bahwa batuk efektif
mampu mengeluarkan sputum. Kepatenan jalan
akan membantu proses pengeluaran sekret yang
napad dapat dipertahankan sampai hari ketiga.
menumpuk pada jalan nafas sehingga tidak ada Indikator dari kepatenan jalan napas
lagi perlengketan pada jalan nafas sehingga jalan adalah RR normal, irama napas teratur, tidak ada
nafas paten dan sesak nafas berkurang suara napas tambahan, serta pasien mampu
(Nugroho, 2011). mengeluarkan sputum dari jalan napas.
Kepatenan jalan napas dapat dicapai melaui
c. Irama Pernapasan tindakan fisoterapi dada dan batuk efektif karena
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan ini dapat memobilisasi secret di saluran
setelah tindakan fisioterapi dada dan batuk napas yang meningkatkan fungsi respirasi
efektif terjadi perubahan irama napas dari tidak (Maidartati, 2014 ; Laukhil, 2016). Jalan napas
teratur menjadi teratur pada hari kedua sesi sore. yang paten merupakan target luaran atau kriteria
Selanjutnya pada hari ketiga irama napas normal hasil dari diagnosa ketidakefektifan bersihan
baik pada sesi pagi maupun sore. Perubahan jalan napas (Herdman, 2018).
irama napas terjadi seiring dengan normalnya Berdasarkan hasil penelitian yang
frekuensi pernapasan. dilakukan oleh peneliti dengan ditunjang oleh
Frekuensi nafas yang normal dan teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya maka
keteraturan irama pernafasan terjadi kerena peneliti berasumsi bahwa fisioterapi dada dan
kecukupan suplai oksigen dalam paru yang akan batuk efektif dapat digunakan sebagai
didistibusikan ke suluruh tubuh. Saluran napas
24
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905

penatalaksanaan ketidakefektifan bersihan jalan Laukhil, M. (2016). Penerapan Batuk Efektif


nafas pada pasien TB paru (Apriyadi, 2013 ; Pada Pasien Bronkopneumonia Dengan
Mardiono, 2013 ;) Masalah Keperawatan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafasa Di Ruang Melatih
KESIMPULAN DAN SARAN Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya.
Surabaya : University Of Nahdlatul
Kesimpulan dari studi kasus ini adalah Ulama Surabaya repository : .
fisioterapi dada dan batuk efektif dapat http://repository.unusa.ac.id/id/eprint/126
digunakan sebagai penatalaksanaan 6
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien Maidartati. (2014). Pengaruh fisioterai dada
TB paru dengan kriteria hasil kepatenan jalan terhadap bersihan jalan napas pada anak
napas yang ditandai dengan frekuensi napas usia 1-5 tahun yang mengalami gangguan
normal, irama napas teratur, tidak ada suara bersihan jalan napas di Puskesmas Moch
napas tambahan, pasien mampu mengeluarkan Ramdhan Bandung. Jurnal Ilmu
sputum. Keperawatan. Volume 11
Peneliti berharap bahwa tenaga perawat Mardiono, S. (2013). Pengaruh Latihan Batuk
lebih banyak lagi menerapkan intervensi Eektif Terhadap Frekuensi Pernafasan
mandiri seperti fisioterapi dada dan batuk Pasien TB Paru di Instalasi Rawat Inap
efektif karena sudah terbukti secara empiris Penyakit Dalam Rumah Sakit Pelabuhan
(evidence based) bisa mengatasi masalah Palembang Tahun 2013. Jurnal Harapan
ketidakefektifan bersihan jalan napas khususnya Bangsa , 224- 229
pada pasien TB paru. McPhee, Stephen J dan Ganong, William F.
(2010). Patofisiologi penyakit:
DAFTAR PUSTAKA pengantar menujuh kedokteran
klinis/Stephen J. McPhee, William F.
Apriadi. (2013). Latihan nafas dalam dan batuk Ganong; ahli bahasa, Brahm U. Pendit.;
efektif. Jakarta: EGC editor bahasa Indonesia. Frans Dany,
Ardiansyah, M. (2012). Buku Ajar Medical Edisi 5. Jakarta: EGC
Bedah. Jakarta : Diva Pres Moorhead, S & Johnson, M. (2013). Nursing
Bulechek, GM & Butcher, HK. (2013). Nursing outcome classification. Jakarta : Elseiver
Intervention Classification. Jakarta: Global Rights
Elseiver Global Rights Nugroho Y A & Kristiani E E. (2011). Batuk
Endrawati, Aminingsih S, dan Ariasti D. Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada
2014. Pasien Dengan Ketidakefektifan Bersihan
Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada Jalan Napas di Instalasi 20 Rehabilitasi
Terhadap Kebersihan Jalan Napas pada Medik Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal
Pasien ISPA di Desa Pucung Eromoko STIKES RS Baptis Kediri Volume 4
Wonogiri. Kosala. Volume 2 Nomor 2 Nomor 2.
September 2014. Hal: 28 Tarwoto dan Wartonah. (2015). Kebutuhan
Herdman, T. Heather. (2018). NANDA-I Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Diagnosis Keperawatan : defenisi dan Edisi :4 .Jakarta
klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC Sitorus, Lubis, Kristiani. (2018). Penerapan
Kasanah. (2015) . Efektifitas batuk efektif dan batuk efektif dan fisioterapi dada pada
fisioterapi dada terhadap pengeluaran pasien TB Paru yang mengalami
sputum. Diakses tanggal 10 Mei 2019 ketidakefektifan bersihan jalan napas di
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/inde RSUD Koja Jakarta Utara. JAKHKJ Vol.
x.php/ilmukeperawatan/article/viewFile/4 4, No. 2
47/447 World Heart Organization. (2016). Global
Khotimah, S. (2013). Latihan edurance Tuberculosis Report 2016. Diakses
Meningkatkan Kualitas Hidup Lebih Baik tanggal 10 Mei 2019
Dari Pad Latihan Pernafasan Pada Pasien https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/
PPOK di BP4 Yogyakarta. Sport and 10665/250441/9789241565394-
Fitnes Journal. Juni 2013 : 1. No. 20- eng.pdf;jsessionid=E23B023FD23385C17
23 832D671AFB2D847?sequence=1
Kusuma, H. (2015). Hand Book For Health
Student. Yogyakarta : Mediaction
Publishing
25
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905

26
7

Anda mungkin juga menyukai