Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

B DE
NGAN DIAGNOSA MEDIS PERITONITIS DI RUANG
BOUGENVILE RSUD dr. SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Di Susun Oleh:

Nama: OCTAVIA MARETANSE


NIM: 2018.C.10a.0979

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Octavia Maretanse
NIM : 2018.C.10a.0979
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny.A Dengan Diagnosa Medis Peri
tonitis Di Ruang bougenville Rsud Dr. Sylvanus Palangka Ray
a

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 2 Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.
Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Yelstria Ulina Trigan,S.Kep. Ners

Mengetahui
Ketua Unit Pengelola (KUP)
Program Studi S-1 Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
pada Ny.S Dengan Kebutuhan Dasar Manusia tentang pemenuhan istirahat dan
tidur dengan Diagnosa Peritonitis di Ruang bougenville Rsud Dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas
(PPK2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Yelstria Ulina Tarigan, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang
telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini
4. Marjawati,S.Kep.,Ners selaku kepala ruang bougenville RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah memberikan
izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen
keperawatan di ruang boungenville.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 17 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL …..............................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN….................................................................................
KATA PENGANTA….............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB 2 LAPORAN PENDAHULUAN…................................................................
2.1 Konsep Penyakit peritonitis................................................................................
2.1.1 Definisi peritonitis.....................................................................................
2.1.2 Anatomi Fisologi.......................................................................................
2.1.3 Etiologi......................................................................................................
2.1.4 Klasifikasi..................................................................................................
2.1.5 Fatosiologi (WOC) ...................................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis .....................................................................................
2.1.7 Komplikasi ...............................................................................................
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang ..........................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis .............................................................................
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ......................................................................
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan ..............................................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .....................................................................
3.1 Pengkajian .......................................................................................................
3.2 Diagnosa ..........................................................................................................
3.3 Intervensi .........................................................................................................
3.4 Implementasi ...................................................................................................
3.5 Evaluasi ...........................................................................................................
BAB 4 PENUTUP ....................................................................................................
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................
4.2 Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
LAPORAN PENDAHULUAN
PERITONITIS

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi

Peritonitis merupakan inflamasi peritoneum yang dapat terjadi karena kontaminasi


mikroorganisme dalam rongga peritoneum, bahan kimiawi, atau keduanya. (King.,
2007).
Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang merupakan komplikasi berbahaya
akibat penybaran infeksi dari organ-organ abdomen (apendiksitis, pankreatitis, dan lain-
lain) ruptur saluran cerna dan luka tembus abdomen.[ CITATION Pad12 \l 1057 ].
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum dan mungkin disebabkan oleh
bakteri( misalnya dari perforasi usus ) atau akibat pelepasan iritan kimiawi, misalnya
empedu, asam lambung, atau enzim pancreas[ CITATION Bro09 \l 1057 ].
Peritonitis adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa yang sering bersamaan
dengan kondisi bakteremia dan sindroma sepsis. (Dahlan.M, 2004).
Dari berbagai definisi diatas saya dapat simbulkan bahwa Peritonitis merupakan
inflamasi peritoneum dalam rongga abdomen yang dapat terjadi baik karena faktor
pathogen, seperti kontaminasi mikroorganisme dalam rongga peritoneum dan non-
patogen (bahan kimiawi), dan dapat mengancam nyawa seseorang penderita jika tidak
segera ditangani.
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi

a. Peritoneum
Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang terbesar di dalam tubuh
yang terdiri dari bagian utama yaitu peritoneum parietal yang melapisi dinding
rongga abdominal dan peritoneum viseral yang meliputi semua organ yang ada
didalam rongga itu.Peritoneum parietal yaitu bagian peritoneum yang melapisi
dinding abdomen dan peritoneum yaitu lapisan yang menutup viscera (misalnya
gaster dan intestinum).Cavitas peritonealis adalah ruangan sebuah potensi
karena organ-organ tersusun amat berdekatan. Dalam cavitas terdapat sedikit
cairan sebagai lapisan tipis untuk melumasi permukaan peritoneum sehingga
memungkinkan viscera abdomen bergerak satu terhadap yang ain tanpa adanya
gerakan.Organ intraperitoneal adalah abdomen yang meliputi peritoneum
vesiceral dan organ ekstraperitoneal (retroperitoneal) adalah vesicelera yang
terletak antaran peritoneum pariatale dan dinding abdomen dorsal.
b. Mesinterium
Yaitu lembaran ganda peritoneum yang berawal sebagai lanjutan peritoneum
visceral pembungkus sebuah organ. Mesenterium berisi jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah, pembuluh limfe
c.Omentum
Yaitu lanjutan peritoneum visceral bilaminar yang melintasi gaster dan bagian
proksimal duadenum ke struktur lain. Omentum terbagi menjadi 2
yaituomentum minus dan omentum majus, omentum minus menghubungkan
curvatura minor gaster dan bagian proksimal duodeneum dengan hepar dan
ementum mencegah melekatnya peritoneum visceral pada peritoneum parietal
yang melapisi dinding abdomen. Daya gerak omentum majus cukup besar dan
dapat bergeser – geser keseluruh cavitas paritonealis serta membungkus organ
yang meradang seperti appendiks vermiformitis artinya omentum majus dapat
mengisolasi organ itu dan melindungi organ lain terhadap organ yang terinfeksi
d.Ligamentum Peritoneal
Yaitu lembar-lembar ganda peritoneum. Hepar dihubungkan pada dinding
abdomentum ventral oleh ligamentum falciforme dan aster dihubungkan pada
permukaan kaudal diafragma oleh ligamentum gatrophenicul lien yang
melipatkan balik pada hilum splenicum dan colon tranversum oleh ligamentum
gastroconicum.

2.1.3 Etiologi
1. Infeksi bakteri
a) Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal
b) Appendicitis yang meradang dan perforasi
c) Tukak peptic (lambung?dudenum)
d) Tukak thypoid
e) Tukak pada tumor
2. Secara langsung dari luar
a) Operasi yang tidak stetril
b) Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, rupturs hati
2.1.3 Klasifikasi
a. Peritonitis Primer

Peritonitis terjadi tanpa adanya sumber infeksi dirongga peritoneum, kuman

masuk kedalam rongga peritoneum melalui aliran darah/pada pasien perempuan

melalui alat genital.

b. Peritonitis Sekunder
Terjadi bila kuman kedalam rongga peritoneum dalam jumlah yang cukup

banyak.

c. Peritonitis karena pemasangan benda asing kerongga peritoneum, misalnya

pemasangan kateter

1) Kateter ventrikula – peritoneal

1) Kateter peritoneal – jugular

2) Continuos ambulatory peritoneal dyalisis.[ CITATION Pad12 \l 1057 ]

2.1.5 Patofisiologi ( Patway )


Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen kedalam rongga

abdomen, biasanya diakibatkan dari inflamasi, infeksi, iskemia, trauma atau

perforasi tumor (Dahlan, 2004).

Awalnya mikroorganisme masuk kedalam rongga abdomen adalah steril tetapi

dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri.akibatnya timbul edema jaringan

dan pertambahan eksudat. Cairan dalam rongga abdomen menjadi keruh dengan

bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel yang rusak dan

darah.Respon yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotilitas, di ikuti oleh

ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan didalam usus besar.

Timbulnya peritonitis Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler

dan membran mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat

dan agresif, maka dapat menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator,

seperti misalnya interleukin, dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga

membawa ke perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh

mencoba untuk mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh

ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan


curah jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia.

Organ-organ didalam cavum peritoneum termasuk dinding abdomen mengalami

oedem.Oedem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler organ-organ

tersebut meninggi.Pengumpulan cairan didalam rongga peritoneum dan lumen-

lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem dinding abdomen

termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia.Hipovolemia

bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan yang tidak ada, serta

muntah.Terjebaknya cairan di cavum peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut

meningkatkan tekana intra abdomen, membuat usaha pernapasan penuh menjadi

sulit dan menimbulkan penurunan perfusi.Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas

pada permukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis

umum.Dengan perkembangan peritonitis umum, aktivitas peristaltik berkurang

sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan meregang.Cairan

dan elektrolit hilang kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan

sirkulasi dan oliguria.Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus

yang meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan

mengakibatkan obstruksi usus. Peritonitis adalah komplikasi berbahaya yang sering

terjadi akibat penyebaran infeksi.Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh

bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa.Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk

diantara perlekatan fibrinosa yang menempel menjadi satu dengan permukaan

sekitarnya sehingga membatasi infeksi.[ CITATION Pad12 \l 1057 ].


A. WOC
2.Bakteri Streptokok. Cedera perforasi Benda asing,
Stapilokok saluran cerna dialysis, tumor
eksternal

Masuk saluran
3.
cerna Keluarnya enzim Porte de entre
Masuk kae ginjal pancreas, asam benda asing,
lambung, bakteri
4.
Peradangan empedu
saluran Perdangan ginjal
5. cerna

Masuk ke rongga
peritoneum

PERITONITIS

B1 B2 B3 B4 B4 B6
( BREATHING ) ( BLOOD ) ( BRAIN ) ( BLADDER ) ( BOWEL) ( BONE )

Distensi abdomen
MK : Tidak ada MK : Tidak ada
Kompresi jaringan Anoreksia
masalah masalah
keperawatan keperawatan
Intake nutrisi nyeri
Distensi abdomen
tidakadekuat

Akumulasi rongga abdomen Tirah baring lama


11 MK : Defisit
Nutrisi
nyeri MK : resiko
gangguan
MK : integritas
MK : nyeri akut
2.1.6 Manifestasi Klinis
Gejala klinis peritonitis yang terutama adalah nyeri abdomen. Nyeri dapat
dirasakan terus-menerus selama beberapa jam, dapat hanya di satu tempat
ataupun tersebar di seluruh abdomen. Dan makin hebat nyerinya dirasakan saat
penderita bergerak.
Gejala lainnya meliputi:
1. Demam. Temperatur lebih dari 380 C, pada kondisi sepsis berat dapat
hipotermia
2. Mual dan muntah Timbul akibat adanya kelainan patologis organ visera
atau akibat iritasi peritoneum
3. Adanya cairan dalam abdomen, yang dapat mendorong diafragma
mengakibatkan kesulitan bernafas.

2.1.7 Komplikasi

a. Infeksi diseluruh tubuh (sepsis) yang bisa menyebabkan kegagalan organ secara
mendadak

b. Ensofalopati hepatik adalah hilangnya fungsi otak akibat organ hati tidak mam;u
lagi menyimpan zat racun dalam darah

c. Infeksi aliran darah (bakteremea)

d. Sindrom hepatorenal adalah kegagalan ginjal progresif

12
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan pada kasus peritonitis adalah 

pemeriksaan darah, parasentesis, pemeriksaan radiologi seperti rontgen atau


computed

tomography (CT). Secara umum, terdapat leukositosis dengan shift to the


left pada pasien peritonitis.

2.1.9 Penatalaksanaan
1. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien
2. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat
ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
3. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya dengan larutan
permanganas kalikus 1 : 10.000.
4. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
5. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter,
dalam jangka pendek.
6. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya hidroksisilin B5
HCL ( BOWEL )

2.1.10 Penatalaksanaan medis


a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan tahap yang paling
enentukan bagi tahap berikutnya. Kegiatan dalam pengkajian adalah
pengumpulan data (Rahmah, Nikmatur dan Saiful walid. 2009; 24).
 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses yang berisikan status kesehatan klien
dengan menggunakan teknik anamnesis (autoanamnesa dan aloanamnesa) dan
observasi.
 Biodata Klien
1. Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin perlu dikaji karena biasanya
laki-laki lebih rentan terhadap terjadinya fraktur akibat kecelakaan bermotor,

13
pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, nomor medrek dan alamat.
2. Identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku/bangsa, alamat, hubungan dengan klien.
 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama adalah alasan klien masuk rumah sakit yang dirasakan saat
dilakukan pengkajian yang ditulis dengan singkat dan jelas, dua atau tiga kata
yang merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan pelayanan
kesehan
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan
dibawa ke rumah sakit dan pengembangan dari keluhan utama dengan
menggunakan PQRST.
 P (Provokative/Palliative), apa yang menyebabkan gejala bertambah berat dan
apa yang dapat mengurangi gejala.
 Q (Quality/Quantity), bagaimana gejala dirasakan klien dan sejauh mana gejala
dirasakan.
 R (Region/Radiation) dimana gejala dirasakan ? apakah menyebar? apa yang
dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala tersebut ?
 S (Saferity/Scale), seberapa tingkat keparahan gejala dirasakan? Pada skala
berapa?
 T (Timing), berapa lama gejala dirasakan ? kapan tepatnya gejala mulai
dirasakan, apakah ada perbedaan intensitas gejala misalnya meningkat di malam
hari.

 Riwayat Kesehatan Dahulu


Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti adanya riwayat trauma, riwayat
penyakit tulang seperti osteoporosis, osteomalacia, osteomielitis, gout ataupun
penyakit metabolisme yang berhubungan dengan tulang seperti diabetes mellitus
(lapar terus-menerus, haus dan kencing terus–menerus), gangguan tiroid dan
paratiroid.

14
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Hal yang perlu dikaji adalah apakah dalam keluartga klien terdapat penyakit
keturunan ataupun penyakit menular dan penyakit-penyakit yang karena
lingkungan yang kurang sehat yang berdampak negatif pada kesehatan anggota
keluarga termasuk klien.
 Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
terhadap berbagai sistem tubuh.
1. Keadaan Umum
Klien yang mengalami immobilisasi perlu dilihat dalam hal penampilan, postur
tubuh, kesadaran, gaya berjalan, kelemahan, kebersihan dirinya dan berat badan.
2. Sistem Pernafasan
Bentuk hidung, ada atau tidaknya sekret, PCH (Pernafasan Cuping Hidung),
kesimetrisan dada dan pernafasan, suara nafas dan frekwensi nafas. Pengaturan
pergerakan pernafasan akan mengakibatkan adanya retraksi dada akibat
kehilangan koordinasi otot. Ekspansi dada menjadi terbatas karena posisi
berbaring akibatnya ventilas paru menurun sehingga dapat menimbulkan
atelektasis. Akumulasi sekret pada saluran pernafasan mengakibatkan terjadinya
penurunan efisiensi siliaris yang dapat menyebabkan pembersihan jalan nafas
yang tidak efektif. Kelemahan pada otot pernafasan akan menimbulkan
mekanisme batuk tidak efektif.
3. Sistem Kardiovaskuler
Warna konjungtiva pada fraktur, terutama fraktur terbuka akan terlihat pucat
dikarenakan banyaknya perdarahan yang keluar dari luka, terjadi peningkatan
denyut nadi karena pengaruh metabolik, endokrin dan mekanisme keadaaan
yang menghasilkan adrenergik sereta selain itu peningkatan denyut jantung
dapat diakibatkan pada klien immobilisasi. Orthostatik hipotensi biasa terjadi
pada klien immobilisasi karena kemampuan sistem syaraf otonom untuk
mengatur jumlah darah kurang. Rasa pusing saat bangun bahkan dapat terjadi
pingsan, terdapat kelemahan otot. Ada tidaknya peningkatan JVP (Jugular Vena
Pressure), bunyi jantung serta pengukuran tekanan darah. Pada daerah perifer
ada tidaknya oedema dan warna pucat atau sianosis.

15
4. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut, gigi, bibir, lidah, kemampuan menelan, peristaltik usus dan
nafsu makan. Pada klien fraktur dan dislokasi biasanya diindikasikan untuk
mengurangi pergerakan (immobilisasi) terutama pada daerah yang mengalami
dislokasi hal ini dapat mengakibatkan klien mengalami konstip
5. Sistem Muskuloskeletal
Derajat Range Of Motion pergerakan sendi dari kepala sampai anggota gerak
bawah, ketidaknyamanan atau nyeri ketika bergerak, toleransi klien waktu
bergerak dan observasi adanya luka pada otot akibat fraktur terbuka, tonus otot
dan kekuatan otot. Pada klien fraktur dan dislokasi dikaji ada tidaknya
penurunan kekuatan, masa otot dan atropi pada otot. Selain itu dapat juga
ditemukan kontraktur dan kekakuan pada persendian.
6. Sistem Integumen
Keadaan kulit, rambut dan kuku. Pemeriksaan kulit meliputi tekstur,
kelembaban, turgor, warna dan fungsi perabaan. Pada klien fraktur dan dislokasi
yang immobilisasi dapat terjadi iskemik dan nekrosis pada jaringan yang
tertekan, hal ini dikarenakan aliran darah terhambat sehingga penyediaan nutrisi
dan oksigen menurun.
7. Sistem Persyarafan
Mengkaji fungsi serebral, fungsi syaraf cranial, fungsi sensorik dan motorik
sertsa fungsi refleks.
 Pola Aktivitas Sehari-hari
1. Pola Nutrisi
Kebiasaan makan klien sehari-hari dan kebiasaan makan-makanan yang
mengandung kalsium yang sangat berpengaruh dalam proses penyembuhan
tulang dan kebiasaan minum klien sehari-hari, meliputi frekwensi, jenis, jumlah
dan masalah yang dirasakan.
2. Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB dan BAK klien, apakah berpengaruh terhadap perubahan sistem
tubuhnya yang disebabkan oleh fraktur.
3. Pola Istirahat Tidur

16
Kebiasaan klien tidur sehari-hari, apakah terjadi perubahan setelah mengalani
fraktur.
 Personal Hygiene
Kebiasaan mandi, cuci rambut, gosok gigi dan memotong kuku perlu dkaji
sebelum klien sakit dan setelah klien dirawat dirumah sakit.
 Pola Aktivitas
Sejauh mana klien mampu beraktivitas dengan kondisinya saat ini dan kebiasaan
klien berolah raga sewaktu masih sehat.
 Aspek Psiko Sosial Spiritual
1. Data Psikologis Pengkajian psikologis yang dilakukan pada klien dengan
fraktur  pada dasarnya sama dengan pengkajian psikososial dengan gangguan
sistem lain yaitu mengenai konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri,
peran diri dan identitas diri). Pada klien fraktur adanya perubahan yang kurang
wajar dalam status emosional, perubahan tingkah laku dan pola koping yang
tidak efektif.
2. Data social
Pada data sosial yang dikaji adalah hubungan klien dengan keluarga dan
hubungan klien dengan petugas pelayanan kesehatan
3. Data Spiritual
Perlu dikaji agama dan kepribadiannya, keyakinan dan harapan yang merupakan
aspek penting untuk penyembuhan penyakitnya.
 Data Penunjang
Menurut Doengoes et. al (2002:762), pemeriksaaan diagnostik yang biasa
dilakukan pada pasien dengan fraktur:
1. Pemeriksaan rontgen
2. Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma.
3. Computed Tomography (CT-SCAN).
4. Memperlihatkan fraktur dan dislokasi, dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak dan untuk mengetahui lokasi dan panjangnya patah
tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
5. Arteriogram Dilakukan bila dicurigai terdapat kerusakan vaskuler.
6. Pemeriksaan darah lengkap

17
7. Pemeriksaan darah lengkap meliputi kadar haemoglobin yang biasanya lebih
rendah karena perdarahan akibat trauma. Hematokrit mungkin meningkat atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh dari trauma
multiple). Kreatinin (trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens
ginjal). Profil koagulasi (perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi
multipel atau cedera hati).
 Analisa Data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian dikelompokkan berdasarkan
masalahnya kemudian dianalisa dengan menggunakan tabel yang terdiri dari
nomer, data yang terdiri dari data subjektif dan objektif, etiologi dan masalah,
sehingga menghasilkan suatu kesimpulan berupa masalah keperawatan yang
nantinya akan menjadi diagnosa keperawatan.

2.3. Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
a. Identitas Klien
1.Nama nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien
2.Umur
3.Jenis kelamin
4.Agama
5.Pendidikan
6.Pekerjaan Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien menderita
hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang pekerjaannya banyak untuk duduk
sehingga meningkatkan statis urine.
7.Status kawin
2. Riwayat kesehatan
Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat pasien Pada pengkajian ini ditemukan
kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan
menyambung. Penyakit tertentu seperti kanker tulang yang menyebabkan fraktur
patologis selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki yang sangat beresiko
terjadinya osteomylitis akut maupun kronik (Rosyidi k, 2013, hal. 48).

18
a. Riwayat Kesehatan sekarang Pada pasien fraktur dapat terjadi karena
kecelakaan, degeneratif dan patologis yang didahului dengan perdarahan,
kerusakan jaringan sekitar yang mengakibatkan nyeri, bengkak, kebiruan, pucat,
perubahan warna kulit dan kesemutan (Putri, 2013, hal. 245).
a. Riwayat Kesehatan Keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan
penyakit fraktur yang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya
fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada keturunan, dan
kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik (Rosyidi k, 2013, hal.
48).

3. Pengkajian Keperawatan
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
 Kesadaran
Saat pasien sadar dari anastesi umum tingkat kesadaran Glasgow Coma
Scale (GCS) yaitu Composmentis. Rasa nyeri menjadi sangat terasa. Nyeri
terasa sebelum kesadaran pasien kembali penuh  (Mutaqin, 2013, hal. 140).
 Tanda-tanda vital
Pada pasca operasi nyeri akut menyebabakan pasien gelisah dan menyebabkan
tanda-tanda vital berubah, masalah yang sering terjadi adalah perdarahan , dari
perdarahan dapat mengakibatkan tekanan darah menurun, meningkatnya
kecepatan denyut jantung dan pernafasan, denyut nadi lemah, suhu menurun
(Mutaqin, 2013, hal. 138).
1. Pemeriksaan Body system
 Sistem pernapasan
 Sistem penglihatan
Inspeks: Sistim pengelihatan tidak mengalami gangguan seperti konjungtiva
tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan (Rosyidi, 2013, hal. 52).
 Sistem pendengaran
Inspeksi: tidak terdapat kelainan pada telinga, telinga simetris
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan

19
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal (Rosyidi, 2013, hal. 52).
 Sistim pernafasan
Inspeksi: Pernafasan meningkat, regular atau tidak regular tergantung pada
riwayat penyakit pasien yang berhubungan dengan paru
Palpasi: Pergerakan sama atau simetris, focal fremitus teraba sama.
Perkusi: Suara ketok sonor, tidak ada redup atau suara tambahan lainya.
Auskultasi: suaranafas normal, tidak ada whezzing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi (Rosyidi k, 2013, hal. 52).
 Sistem kardiovaskular
Inspeksi: tidak tampak iktus jantung
Palpasi: nadi meningkat
Perkusi: batas jantung normal, batas atas ICS ke 2, batas bawah ICS ke 5,
batas kiri ICS ke 5 mid klavikula sinistra, dan batas kanan ICS ke 4 mid
sternalis dextra (Haswita, 2017, hal. 192)
Auskultasi: suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur (Rosyidi k, 2013,
hal. 52).
 Sistem pencernaan-eleminasi alvi
Inspeksi: Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Auskultasi: Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit
Palpasi: Tugor baik, tidak ad defans muskular (nyeri tekan pada seluruh
abdomen), hepar tidak teraba.
 Sistem Perkemihan-eleminasi urin
Inspeksi: warna urin, bau, serta frekuensi dalam batas normal
Palpasi: tidak terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan dan biasanya
tidak di jumpai distensi kandung kemih
Perkusi: pada waktu 6-8 jam setelah anastesi pasien akan mendapatkan
kontrol fungsi miksi (Mutaqin, 2013, hal. 140).
 Sistem muskuloskeletal
Inspeksi: terdapat fiksasi seperti gips atau spalk pada kaki post operasi,
kemerahan, bengkak, terdapat bekas luka insisi, terdapat nyeri gerak,
Palpasi: suhu sekitar trauma hangat dan gerakan tonus otot menurun
(Rosyidi, 2013, hal. 54).

20
 Sistem endokrin
Penderita post operasi terjadi hipoglikemia karena efek anastesi
menyebabkan asupan karbohidrat tidak adekuat (Mutaqin, 2013, hal. 85).
 Sistem reproduksi
Dampak pada paien fraktur yaitu pasien tidak bisa melakuakn hubungan
seksual karena harus mengalami rawat inap dan keterbatasan gerak serta
nyeri yang dirasakan pasien (Rosyidi, 2013, hal. 50).
2. Pola aktivitas
1. Kebersihan diri
Pola fraktur akan mengalami perubahan atau gangguan pada personal
higine, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK (Putri,
2013, hal. 245).
2. Istirahat dan aktivitas
Aktivitas mengalami perubahan atau gangguan akibat dari post operasi
sehungga kebutuhan pasien perlu dibantu oleh perawat atau keluarga.
Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang disebabkan
oleh nyeri fraktur atau post opfraktur (Putri, 2013, hal. 245).
3. Psiko sosial
1. Sosial interaksi
Hubungan interaksi antara pasien dengan keluarga, pasien dengan pasien
serta tenaga medis terjalin dengan baik (Rosyidi, 2013, hal. 48).
2. Spiritual
Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan pasien meminta
perlindungan atau mendekatkan diri pada Tuhan (Putri, 2013, hal. 246).

4. Pengkajian Fisika
a. Kulit:Warna kulit sawo matang, turgor cukup.
b. Kepala:Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
c. Mata:Conjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat, isokor, diameter 3mm,
reflek cahaya (+/+).
d.Telinga:Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
e.Hidung:simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.

21
f.Mulut:gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
g.Leher:trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar tiroid
tidakmembesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
h.Thorax :Jantung:Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung dalam
batasnormal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.Paru-paru:Tidak ada
ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan tidakada, sonor seluruh
lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan.
i. Abdomen :
Inspeksi: Perut datar, tidak ada benjolan
Auskultasi: Bising usus biasanya dalam batas normal.
Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomenPalpasi: ada nyeri tekan, hepar dan lien
tidak teraba, tidak teraba massa.
j.Ekstremitas Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot
cukup.Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema(-),tonus otot
cukup
2.3.2 Diangnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan keehilangan cairan aktif

2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan mencerana makanan

3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

4) Hipertemi berhubungan dengan penyakit.

5) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi Rasional
1. Monitor TTV 1. Membantu dalam mengobservasi
dan mengevaluasi deficit /
keefektipan penggatian terapi
cairan dan respon terhadap
pengobatan.

2. Monitor status dehidrasi 2. Tanda tanda tersebut meunukan

22
( kelembaban membran mukosa, kehilangan cairan berlebih
Tugor kulit dan balance cairan)

3. Pertahankan intake dan output 3. Untuk mempertahankan


yang adekuat. keseimbangan elektrolit.

4. Kolaborasi untuk pemberian 4. Untuk memperbaiki cairan yang


cairan IV. hilang.

NANDA, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi Santosa,
Prima Medika, NANDA.
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter & Perry, 2011).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
(Meirisa, 2013).

23
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Octavia Maretanse


NIM : 2018.C.10a.0980
Ruang Praktek : Bougenville
Tanggal Praktek : 17- 26 September 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 17 September 2020 pukul : 16:00 WIB

3.1 Pengkajian
Dilakukan pada tanggal 17 September 2020 diruang dahlia rumah sakit dr.Doris
Sylvanus palangka raya
3.1.1 Identitas Pasien
Nama Ny.B berjenis kelamin perempuan umur 35 tahun,status perkawinan
kawin,beragama islam,suku bangsa batak/indonesia, berpendidikan SD, pekerjaan
pasien sebagai swasta, alamat pasien di jl.manjuhan 1 palangka raya, diagnosa medis
peritonitis
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
Klien mengatakan pusing nyeri dibagian perut kanan bawah, nyeri yang saya
rasakan perih seperti Berdenyut-denyut dan ditusuk-tusuk terutamakan saat digerakkan,
skala nyeri yang saya rasakan 8 (1-10), dengan waktu lamanya tidak menentu kurang
lebih 20 menit.mual muntah, badan lemes dan tidak nafsu makan
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada saat dikaji klien mengeluh Nyeri di bagian Perut, Skala Nyeri 8, Klien ada
Muntah Sebanyak 4 kali. klien Sering merasa pusing dan nyeri Perut Kanan Bawah,
Pasien merasa lemas, dan tidak ada nafsu makan. Hasil pemeriksaan fisik tampak
konjungtiva anemis, Hasil Palpasi Abdomen menunjukan ada nya distensi abdomen,
dan hasil perkusi menunjukan bawah ada udara bebas di rongga perut, Nyeri Tekan dan
Nyeri Lepas (+) di Titik MC burney, Hasil USG Menunjukan Ada nya Perforasi di
Bagian Peritoneum

3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)

24
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya, klien tidak pernah
dirawat dirumah sakit sebelumnya dan tidak ada riwayat bekas operasi.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Ny.B mengatakan bahwa keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit yang
sama seperti Ny.B dan tidak memiliki riwayat penyakit turunan.
Genogram Keluarga

Keterangan :
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan

: Klien
3.1.3 Pemerikasaan Fisik
3.1.3.1 Keadaan Umum :
Kesadaran pasien compos menthis pasien tampak meringis, pasien tampak sakit
sedang, posisi berbaring semi fowler dengan badan terlentang,pasien tampak lemas
3.1.3.2 Status Mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, ekpresi wajah klien tampak meringis,
bentuk badan klien simetris, posisi berbaring semi fowler, klien berbicara cukup jelas,
suasana hati klien sedih, penampilan klien kurang cukup rapi, klien mengetahui waktu
pagi, siang dan malam dapat membedakan antara perawat dan keluarga serta

25
mengetahui dirinya sedang dirawat di rumah sakit, insigt klien baik, dan mekanisme
pertahanan diri klien adaptif.

3.1.3.3 Tanda-tanda Vital :


Saat pengkajian TTV klien tanggal 17 september 2020 pukul 15:00 WIB, suhu
tubuh klien/ S = 37,0 °C tempat pemeriksaan axilla, nadi/N = 78 x/menit dan
pernapasan/ RR = 20 x/menit, tekanan darah TD = 130/ 80 mmhg.
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien teraba simetris, klien tidak memiliki kebiasaan merokok,
klien tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak sianosis, terdapat nyeri, sesak
nafas, type pernapasanan klien tampak menggunakan perut, irama pernapasan tidak
teratur dan suara nafas klien vesikuler serta tidak ada suara nafas tambahan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah Keperawatan : tidak ada
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Klien tidak merasakan nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki, klien
tampak tidak pucat, tidak merasakan pusing, tidak mengalami clubbing finger, tidak
sianosis, klien merasakan sakit kepala, tidak palpitasi, tidak ada pingsan, capillary refill
klien saat ditekan dan dilepaskan kembali dalam 2 detik, tidak ada terdapat oedema,
lingkar perut klien 90 cm, ictus cordis klien tidak terlihat, vena jugulasir klien tidak
mengalami peningkatan, suara jantung klien (S1-S2) reguler dan tidak ada mengalami
kelainan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Penilaian kesadaran pada Ny. L di dapatkan nilai GCS : 9 dimana E : 3 (Respon
suara), V : 5 (komunikasi verbal baik), M : 5 (merangsang nyeri). Uji 12 saraf kranial :
Nervus Kranial I : (Olfaktrius) tidak diuji. Nervus Kranial II : (Optikus) Klien dapat
melihat dengan jelas. Nervus Kranial III : (Okulomotorius) tidak diuji. Nervus Kranial
IV : (Troklear) klien dapat memutar bola mata. Nervus Kranial V (Trigeminal) klien
dapat memejamkan mata. Nervus Kranial VI : (Abdusen) :klien dapat memejamkan
mata kerateral. Nervus Kranial VII : (Facial) klien dapat mengerutkan wajah. Nervus

26
Kranial VIII : (Albitorius)klien dapat mendengar suara dengan jelas. Nervus Kranial
IX : (Glosofaringeal) tidak diuji. Nervus Kranial X : (Vagus) klien mampu menelan.
Nervus Kranial XI : (Asesoris) klien mampu menggerakan bahu kiri. Nervus Kranial
XII (Hipoglosal) klien dapat menggerakan lidahnya.
Keluhan Lainya : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.3.6.1 Nervus Kranial I (Olvaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan seperti :
minyak kayu putih atau alcohol.
3.1.3.6.2 Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang ada
disekitarnya.
3.1.3.6.3 Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat melihat
cahaya.
3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan bola matanya ke atas
dan ke bawah.
3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan seperti :
nasi, kue, buah.
3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri ataupun
kanan.
3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum.
3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien dapat perkataaan dokter, perawat dan
keluarganya.
3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa pahit dan
manis.
3.1.3.6.10 Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas.
3.1.3.6.11 Nervus Kranial XI (Asesori) : klien dapat mengangkat bahunya.
3.1.3.6.12 Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
3.1.7 Eliminasi Uri (Bladder)
ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 250 ml 2 x 24 jam
(tidak normal), dengan warna kuning khas aroma ammonia, klien tidak mengalami
masalah atau lancer, tidak menetes, tidak onkotinen, tidak oliguria, tidak nyeri, tidak
retensi, tidak poliguri, tidak panas, tidak hematuria, tidak hematuria, tidak terpasang
kateter dan tidak pernah melakukan cytostomi.

27
Keluhan lainnya : penurunan produksi urin
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Pada saat melakukan pengkajian pada Ny.B di dapatkan bibir pucat,tidak ada
karies gigi dan ada yang berlubang, gusi baik tidak ada perdangan, warna lidah merah
agak kepucatan, mukosa kering, untuk buang air besar (BAB) 1 kali ,kuning lembek dan
tidak ada diare, konstipasi (-), Fases berdarah (-), Kembung (-), bising usus 8x
menit/menit, tidak ada benjolan, dan terdapat nyeri tekan pada perutmya.
Keluhan Lainnya : anoreksia dan nausea
Masalah Keperawatan: distensi abdomen
3.1.9 Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi bebas, terjadi nyeri bagian perut kanan
bawah,ukuran otot simetris,kestabian tubuh negtif, uji kekuatan otot ekstremitas atas 5:5
ekstremitas bawah 5:2 (tidak mampu melawan gaya gravitasi (gerakkan pasif),..
Masalah Keperawatan: Gangguan mobilitas fisik
3.1.10 Kulit-Kulit Rambut
Pada saat melakukan pengkajian pada Ny.A pasien tidak ada riwayat alergi, suhu
badan hangat, warna kulit normal, tugor cukup baik, tekstur halus, tidak ada lesi, tekstur
rambut kasar, distribusi rambut tidak merata bentuk kuku pasien simetris.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
3.1.11 Sistem Penginderaan
3.1.3.11.1 Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan klien normal tidak ada masalah, gerakan bola mata klien
tampak bergerak normal dengan visus : mata kanan (VOD) = 6/6 dan mata kiri (VOS) =
6/6, sclera klien normal/ putih, warna konjungtiva anemis, kornea bening, tidak terdapat
alat bantu penglihatan pada klien dan tidak terdapat adanya nyeri.
3.1.3.11.2 Telinga / Pendengaran
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan
tidak tuli.
3.1.3.11.3 Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat patensi,
tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak terdapat transluminasi,

28
cavum nasal normal, septum nasal tidak ada masalah, sekresi kuning lumayan kental,
dan tidak ada polip.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada teraba
kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher klien bergerak
bebas.
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
3.1.3.13.1 Reproduksi
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, gland penis baik/ normal, meatus uretra baik/ normal, tidak ada discharge, srotum
normal, tidak ada hernia, dan tidak ada keluhan lainnya.
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan ”saya ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang kerumah“.
3.1.4.2 Nutrisida Metabolisme
Klien tidak ada program diet, klien tidak meras mual, tidak ada muntah, tidak
mengalami kesukaran menelan dan tidak ada merasa haus. TB : 156 Cm,BB sekarang:
62 Kg, BB Sebelum sakit : 62 Kg,IMT = 24,16 normal.

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit


Frekuensi/hari 2x/ hari 3x/ hari
Porsi 2 sedang 3 sedamg

Nafsu makan Baik Baik


Jenis Makanan Nasi, lauk,sayur Nasi, lauk,sayur
Jenis Minuman Air putih Air putih
Jumlah minuman/cc/24 jam 1500 cc 1600 cc
Kebiasaan makan Pagi, sore Pagi, siang, sore
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada

29
Keluhan lainnya : penurunan nafsu makan
Masalah keperawatan : tidak ada.

3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur


Klien mengatakan sulit tidur, ekpresi wajah klien tampak meringis, tidur
sebelum sakit : siang 45 menit dan malam 6 - 7 jam, tidur sesudah sakit : tidak ada tidur
siang, malam hanya 4 jam.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur
3.1.4.4 Kognitif
Klien mengatakan “ia tidak senang dengan keadaan yang dialaminya dan ingin
cepat beraktivitas seperti biasanya”
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran)
Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini, klien
ingin cepat sembuh dari penyakitnya. Klien adalah seorang perempuan, klien orang
yang ramah, klien adalah seorang ibu rumah tangga”.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit klien dapat berktivitas secara bebas, namun sesudah sakit klien
tidak dapat beraktivitas secara bebas akibat gerakan terbatas.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik.
3.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Klien mengatakan bila ada masalah ia selalu bercerita dan meminta bantuan
kepada keluarga, dan keluarga selalu menolong Ny. A
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan

30
Klien mengatakan bahwa tidak ada tindakan medis yang bertentangan dengan
keyakinan yang di anut.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.5 Sosial - Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, dan klien dapat menceritakan keluhan
yang dirasakan kepada perawat.
3.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa batak dan bahasa Indonesia.
3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga setiap saat
selalu memperhatikan dan mendampingi Ny. A selama diarawat di rumah sakit.
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dan dapat berkomunikasi
juga dengan keluarga serta orang lain.
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah suami dan keluarganya.
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit biasanya digunakan klien untuk bekerja
3.1.5.7 Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit klien selalu menjalan ibadah sholat 5 waktu, saat sakit klien tidak
bisa beribadah.
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laborato Rium, Penunjang Lainnya)
Parameter Hasil Nilai Normal

31
Albumin 2,00 gr/dl (P)3,8 – (L)3.0 gr/dl

(P) 13,5- (L) 18 gr/dl


Hemoglobin 7,3 gr/dl
11,0 – 55 gr/dl
Ureum 290,0 gr/dl
0,6- 1,36 gr/dl
Creatinin 3,4 gr/dl
2,02 – 2,60 mmol/l

Calcium 2,15 mmol/l 3,6 – 5,5 mmol/l

Calium 6,0 mmol/l

3.1.7 Penatalaksanaan Medis


Hari, tanggal : Selasa, 05 Mei 2020
No Nama Obat Dosis Rute Indikasi
1. Ceftriaxone 2x 650mg IV Ceftriaxone adalah obat
yang digunakan untuk
mengatasi berbagai infeksi
bakteri.
2. Katerolac 3x 8 mg IV Ketorolac adalah obat
untuk meredakan nyeri
dan peradangan.
3. Paracetamol 3x 150,1/2 Oral Parasetamol merupakan
cth obat yang memiliki efek
untuk mengurangi rasa
sakit (analgesik) dan
menurunkan demam
(antipiretik)

Palangka Raya, 17 september 2020


Mahasiswa

( Octavia maretanse )

32
ANALISIS DATA

NO DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH


1 Kompresi jaringan Nyeri akut
DS :
Klien mengatakan nyeri pada perut Lambung tetekan

bagian sebelah kanan,Klien


distensi abdomen
mengatakan nyeri bertambah ketika
ditekan,Klien mengatakan nyeri akumulasi rongga abdomen
berkurang ketika diberi obat
Nyeri
pengurang nyeri,Klien mengatakan
nyeri seperti ditusuk-tusuk,Skala nyeri
8 (0-10)

DO :

-wajah klien tampak meringis

-cara berbaring klien terlentang semi


fowler

      k/u somnolent
         T/d : 90/60 mmHg
         RR : 16x/mnt
         N : 96x/mnt
T Temp : 37,7c

2. DS :
Akumulasi rongga abdomen Resiko gangguan
Pasien mengatakan nyeri pada perut
integritas kulit
sebelah kanan nyeri semakin terasa
Nyeri
ketika ditekan
gangguan fungsi tubuh
DO :
aktivitas menurun

33
tirah baring lama
-Pasien tampak lemah

- hasil pemeriksaan palpasi abdomen


adanya distensiabdomen

-aktivitas dibantu oleh keluargaa

3. Gangguan pola tidur


Gelisah
DS:
Klien mengatakan sulit untuk tidur Waktu tidur berkurang

Ketidak nyamanan
DO:
1.Klien tampak lesu Gangguan pola tidur
2.klien tampak gelisah
3.wajah klien tampak meringis
4.kuantitas tidur siang tidak ada
5.kuantitas tidur malam hanya 4 jam

4. DS : Intake inadekuat Ganguan pemenuhan


Klien mengatakan tidak ada nafsu kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
makan.

DO:
1. tampak konjungtiva anemis
2. pasien tampak lemas
3. wajah klien tampak meringis
4. wajah klien tampak pucat
5. DS: Out put cairan berlebih Kekurangan volume
Klien mengatakan pusing dan sering cairan

muntah

DO :

34
-pasien tampak sering muntah

-wajah klien tampak pucat

-klien tampak lemas

-konjungtiva anemis

PRIORITAS MASALAH

35
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik yang ditandai dengan Ny.B
Merasa nyeri, P :bertambah saat ditekan, Q: seperti ditusuk-tusuk, R :di perut
sebelah kanan, S :Skala nyeri 8(0-10), T: berlangsung selama tidak menentu,
eksperi wajah klien tampak meringis, cara berbaring klien terlentang semi
fowler, irama pernafasan klien teratur,terdapat distensi abdomen dan ada udara
bebas di rongga perut , hasil pemeriksaan TTV= TD 130/80 mmHg, N: 85
x/menit S: 37 °C, RR:22x/menit.

2. resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama dan
ditandai dengan klien tampak gelisah,wajah klien tampak meringis,wajah klien
tampak lemas,serta nyeri saat bergerak dan beraktivitas.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan yang ditandai


dengan klien mengeluh sulit tidur, klien tampak gelisah, eksperesi wajah klien
tampak meringis dan lesu, tidak ada aktivitas tidur siang, aktivitas tidur malam
hanya 4 jam.

4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan mencerana makanan ditandai dengan klien tidak nafsu

makan,wajah klien tampak pucak,klien tampak lemas.

5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan keehilangan cairan aktif

ditandai dengan klien tampak lemas,konjungtiva anemis, klien sering muntah

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.B

36
Ruang Rawat : Bougenville
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan agen cedera fisik keperawatan 4x24 jam diharapkan frekuensi, intensitas nyeri.
yang ditandai dengan masalah nyeri klien dapat teratasi, 2. Identifikasi faktor yang memperberat dan
Ny.B Merasa nyeri, P dengan kriteria hasil : memperingan nyeri
:bertambah saat ditekan, 1. Sakla nyeri = 5 (1-10) 3. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
Q: seperti ditusuk-tusuk, R 2. Ekpresi rileks nyeri.
:di perut sebelah kanan, 3. Irama pernfasan teratur 4. Berikan teknik nonfarmakologis
S :Skala nyeri 8(0-10), T: 4. TTV normal 5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
berlangsung selama tidak TD : 120/80 mmHg mengurangi rasa nyeri
menentu, eksperi wajah N : 80 x/menit 6. Kaloborasi dengan dokter pemberian
klien tampak meringis, S : 37 0C analgetik, jika perlu.
cara berbaring klien RR : 22 x/menit
terlentang semi fowler,
irama pernafasan klien
teratur,terdapat distensi
abdomen dan ada udara
bebas di rongga perut ,
hasil pemeriksaan TTV=
TD 130/80 mmHg, N: 85
x/menit S: 37 °C,
RR:22x/menit.

2. resiko gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
integritas kulit keperawatan 4x24 jam diharapkan lainnya
berhubungan dengan tirah masalah gangguan mobilitas fisik 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
baring lama dan ditandai dapat teratasi, dengan kriteria pergerakan
dengan klien tampak hasil : 3. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
gelisah,wajah klien 1. Nyeri menurun 4. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
tampak meringis,wajah 2. Pergerakan ekstermitas
klien tampak lemas,serta cukup meningkat
nyeri saat bergerak dan 3. Kekuatan otot meningkat

37
beraktivitas. 4. Gerakan terbatas menurun

3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
berhubungan dengan keperawatan 4x24 jam diharapkan 2. Modifikasi lingkungan
ketidaknyamanan yang masalah gangguan pola tidur 3. Sesuaikan jadwal pemberian obat
ditandai dengan klien dapat teratasi, dengan kriteria 4. Tetapkan jadwal tidur rutin
mengeluh sulit tidur, klien hasil : 5. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
tampak gelisah, eksperesi 1 Tidur malam 7-8 jam Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.
wajah klien tampak 2 Klien rileks
meringis dan lesu, tidak
ada aktivitas tidur sian g,
aktivitas tidur malam
hanya 4 jam.

4.Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan 1 Identifikasi penyebab nafsu makan menurun.


keperawatan 4x24 jam diharapkan 2 Memonitor karakteristik kebutuhan nutrisi
nutrisi: kurang dari
masalah angguan intergritas 3 Kaloborasi dengan dokter.
kebutuhan tubuh
jaringan dapat teratasi, dengan 4 Menganjurkan klien untuk mencerna
berhubungan dengan kriteria hasil : makanan pelan-pelan
1 Nafsu makan meningkat
ketidakmampuan
2 Klien mampu mencerna
mencerana makanan
makanan
ditandai dengan klien tidak

nafsu makan,wajah klien

tampak pucak,klien

tampak lemas.
5. Kekurangan volume Setelah dilakukan asuhan 1.memonitor volume cairan yang keluar
cairan berhubungan keperawatan 4x24 jam diharapkan 2.memonitor TTV
dengan keehilangan cairan masalah ansietas dapat teratasi, 3. Pertahankan intake dan output yang adekuat

38
aktif ditandai dengan klien dengan kriteria hasil:
tampak lemas,konjungtiva 1. kekurangan cairan menurun
anemis, klien sering 2. Wajah tidak tampak pucat
muntah 3. muntah menurun

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanda Tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) Dan Nama
Jam
Perawat
1. 17 1. Mengidentifikasi faktor yang S = klien mengatakan nyeri

39
September memperberat dan memperingan datang ketika efek obat
2020 nyeri. Suhu ruangan 21 °C (Klien menghilang di kaki kanan
mengatakan sedikit nyaman dari dibagian tibia, nyeri skla 6
sebelumnya) (1-10), seperti berdenyut-
2. Memberikan teknik denyut, berlangsung sekitar 5
nonfarmakologis. Terapi music menit.
(klien masih tampak meringis) O= Octavia
3. Mengajarkan teknik - Ekspresi wajah meringis maretanse
nonfarmakologis untuk - Klien dapat melakukan
mengurangi rasa nyeri. Dapat terapi musik secara mandiri
melakukan secara mandiri terapi disaat nyeri datang
musik (tampak disaat klien - Irama pernafasan teratur
merasa nyeri, klien dan keluarga - TTV belum dibatas normal
dapat melakukan terapi musik TD : 130/80 mmHg
secara mandiri). N : 80 x/menit
4. Berkaloborasi dengan dokter S : 37 0C
pemberian analgetik (Aspirin 500 RR : 20 x/menit
mg pemberian injeksi diberikan A = Masalah belum teratasi.
melalui IV, 3-4 kali/hari, klien P = lanjutkan intervensi no 2 dan
mengatakan nyeri berkuarang 4.
menjadi skla 2 (1-10)

2. 17 1. Mengidentifikasi adanya nyeri S = Klien mengatakan masih

september atau keluhan fisik lainnya merasakan nyeri ketika Octavia


maretanse
2020 2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan aktivitas

melakukan pergerakan O = klien masih tampak gelisah

3. Memfasilitasi melakukan - TTV belum dibatas normal

mobilisasi fisik TD : 130/80 mmHg

4. Menganjurkan melakukan N : 80 x/menit

mobilisasi dini S : 37 0C
RR : 20 x/menit

40
A = Masalah belum teratasi.
P = lanjutkan intervensi no 3 dan
4.

3. 18 1 Mengidentifikasi pola aktivitas S = klien mengatakan tidur


september dan tidur (Tidur siang pukul menjadi nyenyak
2020 13:00-15:00 WIB dan tidur O=
malam 21:00-05:00 WIB, - Klien mengerti dan ingin
tetapkan jadwal tidur rutin) melakukan jadwal tidur rutin
- Tidur siang pukul 13:00-
2 Modifikasi lingkungan (suhu
14:00 WIB dan tidur malam Octavia
rungan 21 °C kulit klien teraba 22:00-05:00 WIB, klien maretanse
hangat) menjadi lebih rileks
- Kulit klien teraba hangat
3 Menjelaskan pentingnya tidur
- Tidur malam mnejadi 7 jam
cukup selama sakit (klien - TTV dalam batas normal
mengerti dan ingin melakukan TD : 120/ 80 mmHg
N : 80 x/menit
jadwal tidur rutin) S : 37. 0C
4 Tetapkan jadwal tidur rutin (tidur RR : 22 x/menit
siang pukul 13:00-15:00 WIB
dan tidur malam 21:00-05:00
WIB, klien menjadi lebih rileks)

4. 19 1 Mengidentifikasi penyebab S = Klien mengatakan masih


september gangguan kebutuhan nutrisi kurang nafsu makan
2020 2 Memonitor karakteristik nutrisi O = klien masih tampak pucat
3 Menganjurkan klien untuk - TTV belum dibatas normal
makan makanan yang hangat TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 37 0C
RR : 20 x/menit
A = Masalah belum teratasi.
P = lanjutkan intervensi no.5.
5. 19 1,Identiifikasi penyenan kekurangan S = klien mengatakan sudah tidak

41
september cairan muntah lagi
2020 2. Monitor status dehidrasi O=
( kelembaban membran mukosa, - Klien tampak tidak lemas Octavia
Tugor kulit dan balance cairan lagi maretanse
- Pasien terlihat nyaman
3. Pertahankan intake dan output
- Masalah teratasi
yang adekuat

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

42
Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang merupakan komplikasi berbahaya

akibat penybaran infeksi dari organ-organ abdomen (apendiksitis, pankreatitis, dan lain-

lain) ruptur saluran cerna dan luka tembus abdomen.[ CITATION Pad12 \l 1057 ].

Peritonitis adalah inflamasi peritoneum dan mungkin disebabkan oleh bakteri

( misalnya dari perforasi usus ) atau akibat pelepasan iritan kimiawi, misalnya empedu,

asam lambung, atau enzim pancreas[ CITATION Bro09 \l 1057 ].

4.2 Saran
Dalam melakukan perawatan pada kasus peritonitis hendaknya dengan hati-hati,
cermat dan teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan mempercepat proses
penyembuhan.
Perawat perlu mengetahui tanda gejala adanya nyeri, perawat harus mampu
mengetahui kondisi pasien secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan
bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi
dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya proses keperawatan
serta dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan pemberian pendidikan kesehatan
pada keluarga tentang penyakit, penyebab nyeri, pencegahan, dan penanganan.

DAFTAR PUSTAKA

43
Amin Huda Nurarif dan Hardi Kusuma, Asuhan Keperawatan Praktis, Jilid 2
peritonitis, Tamantiro, Kasihan Bantul, 2016.

Bahan Ajar DR.dr. Warsinggih, Sp.B-KBD Peritonitis Dan Illeus, 2015.

Triyadi, Asuhan keperawatan, Fakultas Kesehatan UMP, 2014

Vishwani, A. et al., 2014. Efficacy of possum scoring system in predicting mortality


and morbidity in patients of peritonitis undergoing laparotomy. International Journal of
Scientific Study, 2(4), pp. 29-39.

Weledji, E. P. & Ngowe, M. N., 2013. The challenge of intra-abdominal sepsis.


International Journal of Surgery, Volume XXX, pp. 1-6

Wittmann, D. H. et al., 1996. Review article: Management of secondary peritonitis.


Annals of surgery, 224(1), pp. 10-18.

Wittmann, D. H., 2010. Intra-abdominal infections. Alvailable from URL :


http://antibioticsfor.com/pdf/Intra-Abdominal-Infection.pdf diakses pada tanggal :
10 Maret 2017.

Yung, S. & Chan, T. M., 2012. Pathophysiological changes to the peritoneal membrane
during PD-Related peritonitis: The role of mesothelial cells. Hindawi
Publishing Corporation Mediators of Inflamation, Volume 2012, pp. 1-21
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume
2. Jakarta:EGC

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktik Klinik
Edisi 6. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC

44

Anda mungkin juga menyukai