Oleh :
KRISEVI HANDAYANI
( 2017.C.09a.0895 )
Me ngetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Asuhan
Keperawatan di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Praktik Praklinik Keperawatan 2 (PPK II) pada Program Studi S-1 Keperawatan.
Selain itu, Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi
pembaca maupun kami sebagai penulis. Sehingga pada waktu yang akan datang
materi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Asuhan
Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ria Asihai, S.Kep.Ners Selaku kepala ruangan Ruang Bougenville RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya dan Pembimbing Lahan yang telah
memberikan izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik
manajemen keperawatan di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.
4. Dian Mitra D Silalahi, S.kep, Ners Selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian
Asuhan Keperawatan ini.
5. Semua pihak yang turut ambil bagian dalam membantu penulis
menyelesaikan LaporanAsuhan Keperawatan ini, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Semoga Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk perbaikan
dimasa yang akan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima
kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
1.1.Konsep Penyakit
1.1.1 Definisi
Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum
dapat menyebabkan peritoneum menonjol membentuk kantung yang di lapisi oleh
serosa dan disebut kantung hernia (Robbins & Cotran : 2010 ). Hernia merupakan
protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan (R. Sjamsuhidayat & Wim de Jong : 2005).
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang
terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis
dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus (Arif Mansjoer :
2000) Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hernia adalah
penonjolan isi suatu organ seperti peritoneum, lemak, usus dan kandung kemih
melalui bagian yang lemah dari dinding abdomen sehingga menimbulkan kantung
berisikan material abnormal dengan penyebab congenital ataupun yang didapat.
1.1.2 Anatomi
Secara letak anatomi, anterior dinding perut terdiri atas otot-otot
multilaminar yang terdiri dari aponeurosis, facia, lemak, dan kulit. Aponeurosis
merupakan otot-otot yang memiliki tendon. Terdapat tiga lapisan otot pada bagian
lateral dengan fosa oblik yang saling berhubungan. Untuk mencegah terjadinya
hernia inguinalis terdapat otot transversus abdominalis merupakan otot internal
lateral yang terdiri dari otot-otot dinding perut dan lapisan dinding perut. Pada
bagian kauda otot 6 yang membentuk lengkungan aponeurotik transversus
abdominalis yang merupakan bagian tepi atas cincin inguinal internal dan diatas
dasar medial kanalis inguinalis. Yang menghubungkan tuberkulum pubikum dan
spina iliaka anterior superior adalah ligamentum inguinal. Pada bagian medial
bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus kanalis
ingunalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis muskulus oblikus eksternus.
1
2
Pada bagian atas terdapat aponeurosis muskulus oblikus eksternus dan bagian
bawah terdapat ligamentum inguinalis.15 Segitiga Hasselbach bagian medial
dibatasi oleh lateral rektus abdominis, bagian lateral dibatasi oleh pembuluh darah
vena dan arteri epigastrika inferior, pada bagian basis dibatasi oleh ligamentum
inguinal.16 Gambar 2.2.Anatomi kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah
saluran yang melalui dinding perut bagian bawah berbentuk tabung yang
merupakan tempat turunnya testis ke dalam skrotum. Kanalis inguinalis dibatasi
oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia
transversalis dan aponeurosis muskulus transversus abdominalis.13 Pada laki-laki,
funikulus spermatikus (s.c) melewati kanal inguinalis yang merupakan tempat
testis di dalam kantong skrotum. 7 Funikulus spermatikus memiliki banyak
pembuluh darah arteri, saraf, dan duktus deferen yang menghubungkan testis
dengan vesikula seminalis.17
1.1.3 Etiologi
Factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis adalah :
1. Keadaan yang dapat menyebabkan tekanan intraabdominal di anatranya ;
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan
pada saat defekasi, dan mengejan pada saat miksi, hipertropi prostat
2. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka.
3. Kelemahan otot dinding perut.
4. Anulus internus yang cukup lebar.
1.1.4 Patofisiologi
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus
yang terletak di sebalah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis
inguinalis dan keluar ke rongga perut malalui anulus inguinalis eksternus. Kanalis
inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan
menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir,
3
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanal tersubut. Namun dalam beberapa hal,seringkali kanalis ini
tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan
juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup
pada usia 2 bulan. bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi)
akan timbul hernia inguinalis lateral kongenital.
8
Prosesu
Peningkatan tekanan intraabdomen
vaginalisperitonie
tidak terobilitasi
Terputusnya MK: destruksi
Kanalis ingunalis kontinuitas Kerusakan pertahanan
Fasia abdomen tidak mampu menhaan
terbuka jaringan lunak integritas
tekanan
jaringan
masuknya
Peritoneum Fasia mikroorganisme
Terputusnya
tertarik kedaerah terkoyak
simpul
skrotum Keterbatasan
gerak respon
Hernia inguinalis Hernia inguinalis inflamasi
lateralis lateralis akuisita MK: Gangguan
kongenital *akuisita=didapat Rasa Nyaman
/Nyeri MK: Risiko
Infeksi
MK: Imobilitas
HERNIA Fisik
6. Manifestasi klinik
Menurut Grace (2007), manifestasi klinis pada pasien dengan hernia
yaitu :
a. Pasien datang dengan benjolan di tempat hernia.
b. Hernia femoralis berada dibawah dan lateral dari tuberkulum pubikum.
Biasanya hernia ini mendatarkan garis-garis kulit di lipatan paha.
Hernia femoralis tidak dapat di kembalikan ketempat semula.
c. Hernia inguinalis dimulai pada bagian atas dan medial terhadap
tuberkulum pubikum namun dapat turun lebih luas jika membesar.
d. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
e. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada
komplikasi
f. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang
berisi kandung kencing
7. Komplikasi
Grace, (2007) dan Oswari (2006) Menyebutkan komplikasi yang
dapat terjadi pada penderita hernia adalah:
5
1.1.5 Klasifikasi
a) Hernia ireponibel. Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia
tidak masuk kembali ) biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung
pada peritoneum.
b) Hernia inkaserata. Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk
kedalam kantung hernia tidak dapat kembali disertai dengan gangguan
aliran khusus. Gambaran klinis obstruksi usus dengan gambaran
keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan ini hernia bisa
terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan
tidak dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan
passase dan hernia ini lebih dimaksudkan hernia irreponibel
c) Hernia strangulata Pada hernia ini pembuluh darah yang
mempengaruhi usus yang masuk ke dalam kantung hernia terjepit
sehingga usus kehilangan system perdarahannya sehingga
mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak
dapat dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.
1.1.6 Patofisiologi
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus
yang terletak di sebalah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis
inguinalis dan keluar ke rongga perut malalui anulus inguinalis eksternus. Kanalis
inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan
menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir,
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanal tersubut. Namun dalam beberapa hal,seringkali kanalis ini
tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan
juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup
pada usia 2 bulan. bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) 6
akan timbul hernia inguinalis lateral kongenital.
1.1.8 Komplikasi
a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat di masukan kembali. Keadan ini disebut
hernia inguinalis ireponiblis. pada keadaan ini belum ada gangguan
penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan
ireponible adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia
dan isisnya dapat menjadi besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih
sering menyebabkan ireponibilis dari pada usu halus
b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus
yang masuk keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti
dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia
inguinalis strangulata pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus,
yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang
7
timbul akan lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan
pasien menjadi gelisah.
1.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
konservatif dan pembedahan.
a) Konservatif
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis pamakaian korset
tidak dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan otot dinding perut. Pada
terapi konservatif dapat pula di berikan obat anti analgetik yaitu
mengurangi nyeri.
b) Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan
menjepit kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi
hernia dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pasien yang telah
dilakukan tindakan pembedahan disarankan untuk tidak boleh mengendarai
kendaran, aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh mengangkat benda berat,
mendorong atau menarik benda paling sedikit 6 minggu.
8