Oleh :
KRISEVI HANDAYANI
( 2021-01-14901-037 )
Puji syukur khadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Di laporan ini
memaparkan beberapa hal terkait “2 JAM POST PARTUS”. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak telah memberikan
motivasi baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan laporan
ini ke depannya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
iii
1.1 Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan merupakan proses normal, alamiah dan sehat.
Namun bila tidak dipantau secara intensif dapat terjadi penyimpangan, karena
setiap kehamilan mempunyai resiko. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
merupakan salah satu unsur kesehatan, AKI merupakan barometer kemajuan
pelayanan kesehatan. Penurunan angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
masih terlalu lambat untuk mencapai target tujuan pembangunan milenium
(Millenium Development Goals/ MDGs). Menurut definisi WHO “Kematian
Maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah
berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan
tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan (Prawirohardjo, 2009).
Kematian dan Kesakitan Ibu Hamil, bersalin dan nifas masih merupakan
masalah besar bagi negara berkembang termasuk Indonesia. Tingginya angka
kematian ibu menerangkan bahwa rendahnya status kesehatan nasional suatu
negara. Angka kematian ibu merupakan salah satu barometer pelayanan kesehatan
ibu di suatu negara. Bila angka kematian ibu masih tinggi, pelayanan kesehatan
ibu masih kurang dan sebaliknya bila angka kematian ibu rendah maka pelayanan
kesehatan ibu sudah baik. Hal ini pada 1 2 akhirnya akan menyebabkan rendahnya
kualitas sumber daya manusia secara umum (BKKBN,2009) Berdasarkan data
dari profil kesehatan Ponorogo tahun 2014, AKI tahun 2014 ada 127/100.000 KH
dan di tahun 2015, AKI sebesar 108,3/100.000 KH (9 orang), AKB tahun 2014
sebesar 13,6/1000KH, sedangkan menurut Dinkes Ponorogo pada tahun 2015
sebanyak 14,3/100.000 KH (119 bayi). Berdasarhan hasil PWS KIA tahun 2014
data persalinan oleh nakes tercatat 11818 (89%) sedangkan pada tahun 2015
tercatat 8296 (94%) . Untuk angka lahir hidup sebesar 11795 pada tahun 2014 dan
8303 di tahun 2015. Untuk BBLR tercatat 447 pada tahun 2014 dan 404 pada
tahun 2015. Untuk cakupan K1 97 % Dari target 99%, cakupan K4 87% dari
target 92%.
2
2.1.4 Klasifikasi
Umur kehamilan ibu umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari.
Umur kehamilan ibu adalah batas waktu ibu mengandung, yang dihitung mulai
dari hari pertama haid terakhir (HPHT).
2.1.4.1 Menurut usia kehamilan, kehamilan digolongkan:
1. Kehamilan prematur : usia kehamilan antara 28 sampai 37 minggu
2. Kehamilan aterm : kehamilan antara 37 dan 42 minggu
3. Kehamilan posterm : kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih 42
minggu. 8
2.1.4.2 Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi 3 bagian:
1. Kehamilan trimester I : antara 0 sampai 12 minggu.
2. Kehamilan trimester II : antara 12 sampai 28 minggu.
3. Kehamilan trimester III :antara 28 sampai 42 minggu.
2.1.5 Patofisiologi
Ketika seorang perempuan melakukan hubungan seksual dengan seorang
laki-laki maka bisa jadi perempuan tersebut akan hamil (Terjadinya kehamilan).
Kehamilan terjadi ketika sel sperma yang masuk ke dalam rahim seorang
perempuan membuahi sel telur yang telah matang. Seorang laki-laki rata-rata
mengeluarkan air mani sebanyak 3 cc, dan setiap 1 cc air mani yang normal akan
mengandung sekitar 100 juta hingga 120 juta buah sel sperma. Setelah air mani ini
terpancar (ejakulasi) ke dalam pangkal saluran kelamin istri, jutaan sel sperma ini
akan berlarian melintasi rongga rahim, saling berebut untuk mencapai sel telur
matang yang ada pada saluran tuba di seberang rahim. (Kusmiyati, Yuni,
dkk.2009). Pada saat ovulasi, lapisan lendir di dalam serviks (leher rahim)
menjadi lebih cair, sehingga sperma mudah menembus ke dalam rahim. Sperma
bergerak dari vagina sampai ke ujung tuba falopi yang berbentuk corong dalam
waktu 5 menit. Sel yang melapisi tuba falopii mempermudah terjadinya
pembuahan dan pembentukan zigot (sel telur yang telah dibuahi). Jika perempuan
tersebut berada dalam masa subur, atau dengan kata lain terdapat sel telur yang
matang, maka terjadilah pembuahan. Pada proses pembuahan, hanya bagian
kepala sperma yang menembus sel telur dan bersatu dengan inti sel telur. Bagian
ekor yang merupakan alat gerak sperma akan melepaskan diri. Sel telur yang telah
dibuahi akan mengalami pengerasan bagian luarnya. Ini menyebabkan sel telur
hanya dapat dibuahi oleh satu sperma.
WOC
Post Partum
B1 B2 B3 B4 B5 B6
9
10
7) Dinding perut : strie lividae, strie nigra, linea alba makin hitam
8) Sekitar payudara :
a) Hiperpigmentasi areola mamae
b) Puting susu semakin menonjol
c) Kelenjar montgomery menonjol
d) Pembulu darah menifes sekitar payudara
7. Epulis Hipertrofi gusi disebut epulis dapat terjadi bila hamil
8. varises
1) karena pengaruh dari estrogen dan progesterone terjadi penampakan
pembulu darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat.
2) Penampakan pembulu itu terjadi di sekitar genetalia eksterna, kaki, betis
dan payudara
3) Penampakan pembulu darah ini dapat menghilang stelah persalinan
2.1.6.2 Tanda Mungkin (probability sign)
9. Pembesaran perut
Rahim membesar sesuai dengan usia kehamilannya.
10. Tanda Hegar Perlunakan dan dapat ditekannya isthmus uteri
11. Tanda Goodel Perlunakan serviks, pada wanita yang tidak hamil serviks
seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir.
12. Tanda Chadwicks Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan
mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks
13. Tanda Piscaseck Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Trejadi
karena ovum berimplantasi pada daerah yang dekat dengan kornu sehingga
daerah tersebut berkembang lebih dulu.
14. Kontraksi Braxton Hicks Peregangan sel–sel otot uterus, akibat me
ningkatnya actomyosin di dalam ototr uterus. Kontraksi ini tidak beritmik,
sporadic, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan delapan minggu,
tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal pada trimester ke tiga.
Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya, lamanya, dan
kekeuatannya sampai mendekati persalinan.
15. Teraba Ballottement Ketukan yang mendadak pada uterus menyebekan janin
bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa.
16. Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif Untuk mendeteksi
adanya hCG yang diprouksi oleh sinsiotropoblastik sel selama kehamilan.
12
2. Kehamilan Mola
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tanpa janindan
ditemukan jaringan seperti buah anggur. Secara makroskopik mola
hidatidosa mudah dikela yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus
pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa mm
sampai 1-2 cm.
3. Kehamilan Ektopik Terganggu
Kehamilan ektopik terjadi bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dan
tumbuh diluar cavum uteri. Pada keadaan ini besar kemungkinan terjadi
keadaan gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik
terganggu. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik
terganggu. Pada rubtur tuba, nyeri perut bagian bawah terjadi terjadi secara
tiba-tiba dan intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan
penderita pingsan dan masuk dalam keadaan syok.
2.1.7.3 Komplikasi pada Trimester ke II
1. Hiperemesis Gravidium Yaitu mual dan muntah secara berlebihan. Pada
umumnya, gejala mual dan muntah sudah berangsur reda saat kehamilan
memasuki trimester 2. Namun ketika hal ini masih terjadi berarti ibu hamil
mengalami komplikasi kehamilan. Hiperemesis gravidium pada trimester 2
dapat meningkatkan risiko keracunan kehamilan (preeklamsia). Selain itu juga
rentan mengalami gangguan berupa plasenta yang lepas dari dinding rahim.
Jika komplikasi ini terjadi, ibu hamil harus menjalani perawatan medis untuk
mengurangi rasa mual dan muntah.
2. Gingivitis Komplikasi kehamilan pada trimester 2 lainnya adalah gingivitis
atau radang gusi. Kelainan ini dapat terjadi pada ibu hamil disebabkan karena
kadar hormon progesteron yang mengalami peningkatan. Dalam keadaan ini,
gusi menjadi lebih sensitif ketika terkontaminasi bakteri. Selain gusi yang
lebih sensitif, perdarahan juga akan terjadi, terutama jika rongga mulut
mendapat suplai darah yang lebih banyak.
3. Diabetes Gestasional
Ibu hamil rentan terkena diabetes gestasional. Tandanya adalah ibu sering
lapar, haus, sering buang air kecil, tetapi berat badan cenderung menurun. Bila
menemui tanda-tanda itu, segera periksa kadar gula dalam darah. Pandangan
kabur dan gatal-gatal juga menjadi salah satu tandanya.
15
16
2.2.2 Kala II
2.2.2.1 Pengkajian
2.2.2.2 jian
1. Aktivitas /istirahat
1) Adanya kelelahan, ketidak mampuan melakukan dorongan sendiri/
relaksasi.
2) Letargi.
3) Lingkaran hitam di bawah mata.
2. Sirkulasi: tekanan darah dapat meningkat 5-10mmHg diantara kontraksi.
3. Integritas Ego
1) Respon emosional dapat meningkat.
2) Dapat merasa kehilangan control atau kebalikannya seperti saat ini klien
21
terlibat mengejan secara aktif.
4. Eleminasi.
1) Keinginan untuk defikasi, disertai tekanan intra abdominal dan tekanan
uterus.
2) Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan.
3) Distensi kandung kemih mungkin ada , dengan urine dikeluarkan selama
upaya mendorong.
5. Nyeri/ Ketidak nyamanan
1) Dapat merintih/ meringis selama kontraksi
2) Amnesia diantara kontraksi mungkin terlihat.
3) Melaporkan rasa terbakar/ meregang dari perineum.
4) Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong.
5) Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 mnt masing-masing dan berakhir
60-90 dtk
6. Dapat melawan kontraksi , khususnya bila tidak berpartisipasi dalam kelas
kelahiran anak.
7. Pernafasan: peningkatan frekuensi pernafasan.
8. Keamanan
1) Diaforesis sering terjadi.
2) Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi
9. Sexualitas
1) Servik dilatasi penuh( 10 cm) dan penonjolan 100%.
2) Peningkatan penampakan perdarahan vagina.
3) Penonjolan rectal/ perineal dengan turunnya janin.
4) Membrane mungkin rupture pada saat ini bila masih utuh.
5) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi.
6) Crowning terjadi, kaput tampak tepat sebelum kelahiran pada
presentasi vertex
2.2.2.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi , dilatasi/
peregangan jaringan , kompresi saraf, pola kontraksi semakin intense lama,
hiperventilasi maternal.
2. Resiko infeksi
maternal b/d prosedur invasive berulang, trauma jaringan, pemajanan terhadap
pathogen, persalinan lama atau pecah ketuban
2.2.2.4 Perencanaan
1. Nyeri b/d
tekanan mekanik pada presentasi, dilatasi/ peregangan jaringan, kompresi
saraf, pola kontraksi semakin intensif
Tujuan : diharapkan klien dapat mengontrol rasa nyeri 22
Kriteria evaluasi :
1) Mengungkapkan penurunan nyeri
2) Menggunakan tehnik yang tepat untuk mempertahan kan control.nyeri.
3) Istirahat diantara kontraksi
Intervensi :
1) Identifikasi derajat ketidak nyamanan dan sumbernya.
2) R/ Mengklarifikasi kebutuhan memungkinkan intervensi yang tepat.
3) Pantau dan catat aktivitas uterus pada setiap kontraksi.
4) R/ Memberikan informasi tentangkemajuan kontinu, membantu
identifikasi pola kontraksi abnormal
5) Berikan dukungan dan informasi yang berhubungan dengan persalinan.
6) R/ Informasi tentang perkiraan kelahiran menguatkan upaya yang telah
dilakukan berarti.
7) Anjurkan klien untuk mengatur upaya untuk mengejan.
8) R/ Upaya mengejan spontan yang tidak terus menerus menghindari efek
negatif berkenaandenganpenurunan kadar oksigen ibu dan janin.
9) Bantu ibu untuk memilih posisi optimal untuk mengejan
10) R/ Posisi yang tepat dengan relaksasi memudahkan kemajuan persalinan.
11) Kaji pemenuhan kandung kemih, kateterisasi bila terlihat distensi.
12) R/ Meningkatkan kenyamanan, memudahkan turunnya janin, menurunkan
resiko trauma kandung kencing.
13) Dukung dan posisikan blok sadel / anastesi spinal, local sesuai indikasi.
14) R/ Posisi yang tepat menjamin penempatan yang tepat dari obat-obatan
dan mencegah komplikasi.
2. Risiko infeksi maternal b/d prosedur invasive berulang, trauma jaringan,
pemajanan terhadap pathogen, persalinan lama atau pecah ketuban. Tujuan :
diharapkan tidak terjadi infeksi Kriteria evaluasi : Tidak ditemukan tanda-
tanda adanya infeksi.
Intervensi :
1) Lakukan perawatan parienal setiap 4 jam.
2) R/ Membantu meningkatkan kebersihan , mencegah terjadinya infeksi
uterus asenden dan kemungkinan sepsis.ah kliendan janin rentan pada
infeksi saluran asenden dan kemungkinan sepsis.
3) Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.
4) R/ Dalam 4 jam setelah ketuban pecah akan terjadi infeksi .
5) Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu, dengan
menggunakan tehnik aseptic
23
6) R/ Pemeriksaan vagina berulang meningkatkan resiko infeksi
endometrial.
7) Pantau suhu, nadi dan sel darah putih.
8) R/ Peningkatan suhu atau nadi > 100 dpm dapat menandakan infeksi.
9) Gunakan tehnik asepsis bedah pada persiapan peralatan.
10) R/ Menurunkan resiko kontaminasi.
Kolaborasi :
1) Berikan antibiotik sesuai indikasi
2) R/ Digunakan dengan kewaspadaan karena pemakaian antibiotic dapat
merangsang pertumbuhan yang berlebih dari organisme resisten
2.2.4 Kala IV
2.2.4.1 Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan, mengantuk
2. Sirkulasi
1) Nadi biasanya lambat (50 – 70x / menit) karena hipersensitivitas vagal
2) TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia /
26
anastesia, atau meningkat pada respon terhadap pemeriksaan oksitosin
atau hipertensi karena kehamilan
3) Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas bawah),
atau dapat juga pada ekstremitas atas dan wajah atau mungkin umum
(tanda hipertensi pada kehamilan)
4) Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400 – 500 ml
untuk kelahiran per vagina atau 600-800 ml untuk kelahiran sesaria
3. Integritas Ego
1) Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah misal : eksitasi atau
perilaku menunjukkan kurang kedekatan, tidak berminat (kelelahan),
atau kecewa
2) Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk perilaku
intrapartum atau kehilangan kontrol, dapat mengekspresikan rasa takut
mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan segera pada neonatal.
4. Eliminasi
1) Hemoroid sering ada dan menonjol
2) Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau kateter
urinarius mungkin dipasang
3) Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran
urinarius dan atau cairan IV diberikan selama persalinan dan kelahiran.
5. Makanan / Cairan Dapat mengeluh haus, lapar, mual
6. Neurosensori: Hiperrefleksia mungkin ada (menunjukkan terjadinya dan
menetapnya hipertensi, khususnya pada pasien dengan diabetes mellitus,
remaja, atau pasien primipara)
7. Nyeri / Ketidaknyamanan. Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai
sumber misalnya setelah nyeri, trauma jaringan / perbaikan episiotomi,
kandung kemih penuh, atau perasaan dingin / otot tremor dengan “menggigil”
8. Keamanan
1) Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (dehidrasi)
2) Perbaikan episiotomi utuh dengan jaringan tepi merapat
9. Seksualitas
1) Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi
umbilicus
2) Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap dengan
hanya beberapa bekuan kecil
3) Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas 27
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Berdasarkam hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2021
pukul 08.13 WIB bertepatan di ruangan Vk Puskesmas Pahandut, dengan tekni
anamnesa ( wawancara ), Observasi, pemeriksaan fisik, dan data dari buku
keperawatan pasien, di dapatkan data-data sebagai berikut :
3.1 Identitas Klien
3.1.1 Identitas Klien
Nama : Ny E
Tempat / tanggal lahir : Tumbang Samba, 01 Agustus 1996
Agama : Islam
Suku Bangsa : Dayak / Indonesia
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Golongan Darah :B+
Alamat : Jl. Bukit Kemimting XV
Diagnosa Medis : Partus normal
Penghasilan Per Bulan :-
Tanggal Masuk RS : 12 Oktober 2021
Tanggal Pengkajian : 12 Oktober 2021
Nomor Rekam Medik :-
3.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. N
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Dayak/Indonseia
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Karyawan Honorer
Golongan Darah :B
Alamat : Jl. Bukit Keminting
Hubungan dengan Klien : Suami
31
I. STATUS KESEHATAN
3.2 Alasan Kunjungan / Keluhan Utama :
30
Klien mengatakan marasa tidak nyaman di area perut (Rahim)
3.3 Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST) :
Klien mengatakan sebelum di bawa oleh keluarga ke Puskesmas Pahandut
klien merasakan kontraksi pada perut dan keluar sedikit cairan bening
berlendir dan sedikit darah dari jalan lahir sejak pukul 19.00 WIB. Karena
kontraksi yang dirasa semakin kuat klien pun meminta keluarga untuk di bawa
ke Puskesmas Pahandut. Sampai di Puskesmas pada tanggal 12 Oktober 2021
pukul 02.35 WIB, dilakukkan pemeriksaan tekanan darah: 120/80 mmHg,
suhu: 36,80C, nadi: 92x/menit,kemudian dilakukkan pemasangan infus RL,
dan dilakukan pemeriksaan DJJ 134x/m, TFU 38 cm, His (kontraksi) 4x/10
menit, VT pukul 07.40 WIB. Porsio tidak teraba. Bayi lahir segera spontan
menangis kuat pada tanggal 12 Oktober 2021 pukul 08.20 WIB
3.4 Riwayat Kesehatan Yang Lalu / Yang Pernah Dialami :
Klien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit sebelumnya dan
tidak pernah operasi sebelumnya.
3.5 Riwayat Kesehatan Keluarga :
Klien mengataka tidak memiliki penyakit keturunan atau keluarga seperti
hipertensi, diabetes dan jantung.
Riwayat Obstetri :
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G 2 P 0 A 1
Hyperpigmentasi Tidak
33 ada
b. Kepa Cloasma gravidarum Tidak ada
la
i. Daer
ah dada Putting Susu Menonjol
Jantung dan paru-paru Tidak ada Hiperpigmentasi pada aerola mamme
keluhan
- Lingkar panggul
Ukuran panggul dalam :
m. Anus
- Promonotorium
- Linea inominata
n. Ekstr - Dinding samping
emitas atas dan bawah
- Spina Ischiadika
- Sacrum
o. Pem
- CVCD
eriksaan Panggul
35
3. Pemeriksaan tambahan
TTT/NST …………………………… TTO/OCT
USG …………………………………
Amnioscopy
TORCH …………………………….. Rontgent
.
VII.PENGOBATAN
No Tgl/Bln/Thn Obat Dosis Rute Indikasi
1 12 Oktober 2021 Amoxilin 3x Oral Obat Antibiotik untuk
500mg mencegah risiko
infeksi
Perecetamol 3x Oral Obat analgetik untuk
500mg mengurangi nyeri
Vitamin B12 Oral
1x500mg
Vitamin A 1x1 Oral
Krisevi Handayani.
38
4. ANALISIS DATA
39
PRIORITAS MASALAH
2. Rencana Keperawatan
Nama Pasien : Ny E
Ruang Rawat : VK
- Frekuensi nadi : 4
- Suhu tubuh : 4
Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah di lakukan asuhan 1. Anjurkan klien untuk tidak melakukan 1. Mempengaruhi pilihan intervensi.
2. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya
dengan kelemahan umum keperawatan selam kurang lebih 5 aktivitas yang berat-berat terlebih
jantung dan paru untuk membawa
Jam, diharap klien bisa beraktivatas dahulu jumlah oksigen ke jaringan.
3. Meningkatkan istirahat untuk
40
secara normal dengan kriteria hasil : 2. Bantu klien untuk mengidentivikasi menurunkan kebutuhan oksigen tubuh
Hipotensi postural / hipoksin
- Saturasi oksigen : 3 aktivitas yang mampu dilakukan
serebral menyebabkan pusing,
- Kemudahan dalam 3. Bantu klien untuk mendapatkan kursi
berdenyut dan peningkatan resiko
roda
melakukan aktivitas sehari :
cedera
4. Monitor respon fisik , emosi, sosial,
3
dan spiritual
- Perasaan lemah : 4
- Tekanan darah : 3
Frekuensi napas : 3
41
3. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Selasa, 19 Oktober 2021 1. Mengobservasi skala nyeri S: Klien mengatakan bengkak pada payudaranya sudah
08.00 WIB
2. Mengobservasi yang memperberat dan berkurang dan sudah bisa mengeluarkan ASI
memperingan nyeri O:
3. Memberitahukan teknik nonfarmakologi - Klien tampak tenang Krisevi Handayani
- Klien tampak sudah bisa memberikan ASI
untuk mengurangi rasa nyeri
- Payudara klien tampak tidak terlalu bengkak
4. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu
A: Masalah belum teratasi
nyeri
P : Intervensi Dihentikan
5. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Selasa, 19 Oktober 2021 1. Menyarankan klien untuk tidak melakukan S: klien mengatakan sekarang sedikit- sedikit sudah bisa
10.00 WIB
aktivitas yang berat-berat terlebih dahulu berjalan ke kamar mandi dangan cara di bantu suami
2. Membantu klien untuk mengidentivikasi O:
aktivitas yang mampu dilakukan - klien tampak sudah bisa berjalan walau masih Krisevi Handayani
3. Menbantu klien untuk mendapatkan kursi dengan bantuan suami.
roda A: masalah belum teratasi
4. Memonitor respon fisik , emosi, sosial, dan P: intervensi dilanjutkan
42
spiritual a) memberikan penkes kepada keluarga keamana
klien dari resiko jatuh
b) anjurkan kepada keluarga agar ada menemani
saat dirumah
c) bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
d) berikan alat bantu klien untuk berjalan dan
melakukan aktivitas ringan (jika dibutuhkan)
e) anjurkan klien untuk tidak melakukan aktivitas
yang berat-berat
43
DAFTAR PUSTAKA