Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA By. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS RESPIATORY


DISTRES SYNDROME (RDS) DI RUANG PERINATALOGI
MAWAR RUMAH SAKIT Dr DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA

Oleh :

Di susun oleh:

Nama : Hepi Nopita Sari


Nim : 2019.C.11a.1011

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/ 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Hepi Nopita Sari
NIM : 2019.C.11a.1011
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada By.A
Dengan Diagnosa Medis Neonatal respiratory distress
syndrome (RDS) Di Ruang Perinatalogi Mawar Dr Doris
Sylvanus Palangkaraya

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Mengetahui
Ketua Program Studi S1
Keperawatan Pembimbing Akademik

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep Nia Pristina, S.Kep., Ners


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada By.A Dengan Diagnosa
Medis Respiratory Distress Syndrome (RDS) Pada Keperawatan Neonatal”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK II).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Nia Pristina, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik 3 Program
Studi Sarjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 04 Oktober 2021

Hepi Nopita Sari


DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PEMBAHASAN..................................................................................1
1.1 Konsep Dasar Penyakit...............................................................................1
1.2.1 Definisi....................................................................................................1
1.2.2 Anatomi Fisiologi....................................................................................1
1.2.3 Etiologi....................................................................................................3
1.2.4 Klasifikasi................................................................................................4
1.2.5 Patofisiologi.............................................................................................5
1.2.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)....................................................12
1.2.7 Komplikasi...............................................................................................13
1.2.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................14
1.2.9 Penatalaksanaan Medis............................................................................15
2.2. Manajemen Asuhan Keperawatan.............................................................18
2.3.1 Pengkajian................................................................................................18
2.3.2 Diagnosa..................................................................................................22
2.3.3 Intervensi.................................................................................................22
2.3.4 Implementasi............................................................................................30
2.3.5 Evaluasi....................................................................................................30
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................31
3.1 Pengkajian...................................................................................................31
3.2 Diagnosa.....................................................................................................32
3.3 Intervensi....................................................................................................42
3.4 Implementasi...............................................................................................47
3.5 Evaluasi.......................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................51
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN SINDROMA
GAGAL NAFAS RDS
Konsep Penyakit\
Definisi
Sindroma gagal nafas (respiratory distress sindrom, RDS) adalah istilah
yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini
merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. (Marmi &
Rahardjo,2012).
Syndrome distress pernapasan adalah perkembangan yang imatur pada
sistem pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS
dikatakan sebagai hyaline membrane disease (HMD) (Suriadierita Yulianni,2006).
Sindrom gawat napas RDS (Respiratory Distress Syndrom) adalah istilah
yang digunakan untuk disfungsi pernapasan pada neonatus. Gangguan ini
merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
maturitas paru. (Surasmi, dkk, 2013).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Respiratory Distress Syndrom atau sindrom
gawat nafas adalah gangguan pada sistem pernafasan yang disebabkan
keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah surfakt
an dalam paru.
Anatomi Fisiologi Pernafasan

Sistem pernapasan termasuk hidung , rongga hidung dan sinus , faring , larin
g (kotak suara),trakea (tenggorokan ) , dan saluran-saluran yang lebih kecil yang
mengarah ke pertukaran gas di permukaan paru-paru . Saluran pernapasan terdiri
dari saluran udara yang membawa udara dari dan ke permukaan tersebut . Saluran
pernapasan dapat dibagi menjadi bagian konduksi dan bagian pernapasan . Bagian
konduksi terdapat dari jalan masuk udara dihidung ke rongga hidung ke bronkiolu
s terkecil dari paru-paru . Bagian pernapasan termasuk saluran bronkiolus pernapa
san dan kantung udara halus , atau alveoli ( al - VE ) , di mana terjadi pertukaran g
as . Sistem pernapasan termasuk saluran pernapasan dan jaringan terkait , organ ,
dan struktur pendukung . Saluran-saluran kecil ini menyesuaikan kondisi udara de
ngan menyaring , pemanasan , dan melembabkan itu , sehingga melindungi bagian
konduksi yang peka dan melindungi pertukaran sistem pernapasan bawah dari part
ikel-partikel , patogen , dan lingkungan ekstrem .( Martini et al 2012)
Saluran pernafasan dari atas kebawah dapat dirinci sebagai berikut, rongga
hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus, paru- paru
(bronkiolus,alveolus). Rongga hidung dilapisi selaput lender yang sangat kaya
akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan selaput lender.
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Faring
terbagi menjadi 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring dan laringofaring kemudian
Laring, laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan
nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Trakea, merupakan lanjutan dari
laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin kartilago yang terdiri dari
tulangtulang rawan yang terbentuk seperti C. Bronkus merupakan percabangan
trachea. Setiap bronkus primer bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk
bronki sekunder dan tersier dengan diameter yang semakin kecil. Struktur
mendasar dari paru-paru adalah percabangan bronchial yang selanjutnya secara
berurutan adalah bronki,bronkiolus,bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorik,
duktus alveolar, Nose Nasal Cavity Oral Cavity Larynx Trakhea Pharynx Right
Primary Bronchus Lungs 8 dan alveoli. Dibagian bronkus masih disebut
pernafasan extrapulmonar dan sampai memasuki paru-paru disebut
intrapulmonary. Terakhir adalah Paru-paru yang berada dalam rongga torak,yang t
erkandung dalam susunan tulang-tulang iga dan letaknya disisi kiri dan kanan me
diastinum yaitu struktur blok padat yang berada dibelakang tulang dada. Paru-par
u berbentuk seperti spins dan berisi udara dengan pembagian udara Antara Paru k
anan, yang memiliki tiga lobus Dan paru kiri dua lobus (Setiadi, 2007).
Etiologi
Menurut (Marmi & Rahardjo, 2012) penyebab RDS (Respiratory Distress
Syndrome) pada neonatus yaitu terdiri dari:
1. Faktor ibu
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial ekonomi rendah, maupun
penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin seperti
hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
Faktor plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta kecil,
plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada tempatnya.
3. Faktor janin
Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit l
eher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir,gemeli, prematur, kelaina
n kongenital pada neonatus dan lain-lain.
4. Faktor persalinan
Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan lain-lain.
Sindroma gagal nafas adalah perkembangan imatur pada sistem pernafasan at
au tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru-paru. Sementara afiksia
neonatorum merupakan gangguan pernafasan akibat ketidak mampuan bayi b
eradaptasi terhadap asfiksia. Biasanya masalah ini disebabkan karena adanya
masalah-masalah kehamilan dan pada saat persalinan.
Etiologi dari RDS yaitu:
1. Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka.
Alveoli masih kecil sehingga mengalami kesulitan berkembang dan pengemb
angan kurang sempurna.Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli
tetap berkembang dan berisi udara,sehingga pada bayi premature dimana surf
aktan masih belum berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang
dan bayi akan mengalami sesak nafas.
2. Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap dalam pr
oteinaceous filtrate serum (saringan serum protein),difagosit oleh makrofag.
3. Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram.
4. Adanya kelainan di dalam dan diluar paru.Kelainan dalam paru yang menunj
ukan sindrom ini adalah pneumothoraks/ pneumomediastinum ,penyakit mem
bran hialin (PMH).
5. Bayi premature atau kurang bulan.
6. Diakibatkan oleh kurangnya produksi surfaktan.Produksi surfaktan ini dimula
i sejak kehamilan minggu ke-22,semakin muda usia kehamilan,maka semakin
besar pula kemungkinan terjadi RDS.
Klasifikasi 
Dibagi menjadi dua stadium, yaitu :
1. Eksudatif
Ditandai dengan adanya perdarahan pada permukaan parenkim paru, edema
interstisial atau elveolar, penekanan pada bronkiolus terminalis, dan
kerusakan pada sel alveolar tipe I .
2. Fibroproliferatif
Ditandai dengan adanya kerusakan pada sel alveolar tipe II, peningkatan teka
nan puncak inspirasi, penurunan compliance paru, hipoksemia, penurunan fu
ngsi kapasitas residual, fibrolisis interstisial, dan peningkatan ruang rugi venti
lasi.
Pada foto thorak menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu :
1. Stadium 1
Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara
2. Stadium 2
Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran
air broncogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer
menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru.
3. Stadium 3
Kumpulan alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru
terlihat lebih opaque (white lung) dan bayangan jantung hampir tidak terlihat,
bronchogram udara lebih luas.
4. Stadium 4
Seluruh thorak sangat opaque (white lung) sehingga jnatung tidak dapat
terlihat.
.
Patofisiologi
RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya
zat yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel
saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan
22-24 minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid
(75%) dan protein (10%). Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan
permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara
fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan
terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
Hipoksia akan menyebabkan terjadinya :
1. Oksigenasi jaringan menurun>metabolisme anerobik dengan penimbunan
asam laktat asam organic>asidosis metabolic.
2. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris>transudasi kedalam
alveoli>terbentuk fibrin>fibrin dan jaringan epitel yang nekrotik>lapisan
membrane hialin.
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantun, penurunan
aliran darah keparum, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang
menyebabkan terjadinya atelektasis.
Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada
periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine
seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar.Vulnus punctum terjadi akibat
penusukan benda tajam,sehingga menyebabkan contuiniutas jaringan terputus.P
ada umumya respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses peradangan atau
inflamasi.Dalam hal ini adapeluang besar terjadinya infeksi hebat.
WOC Respiratory Distress Syndrom
(RDS)
Kelahiran prematur

Peninggian tegangan di
MK: Ansietas Anatomi fisiologi belum Paru-paru belum permukaan alveolar
sempurna menghasilkan surfaktan
dalam jumlah cukup
Kolaps dan tidak
Keluarga merasa cemas, mampu menahan sisa
keluarga merasa bersalah, Respiratory Distress Syndrom (RDS) udara fungsional pada
keluarga merasa takut akhir espirasi

B1 (Breath) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bledder) B5 (Bowel) B6 (Bonel)

Produksi surfaktan
menurun Produksi surfaktan Sirkulasi pernafasan ↓ Perfusi ke organ Penurunan aliran Lemak
Ventilasi paru-
menurun menjadi terganggu vital paru-paru subkutan tipis
darah par terganggu
menyebabkan Defisiensi
Atelectasis paru menurunanya pertahanan diri
Atelectasis paru Kurangnya Suhu tubuh dan
otak menurun volume vaskuler Penggunaan energi lemah
oksigen ke udara berbeda
yang maksimal untuk
Kolaps dan tisdak jaringan bernafas
mampu menahan sisa kolabs Inskemia Pelepasan Kulit teraba Resiko infeksi
udara fungsiomal pada dingin
akhir espirasi vasopressin dan Refleks
hipoxia MK: gangguan reabsorbsi air dari
Ggn fungsi serebral menghisap lemah
perfusi jaringan duktus kolektivus
Difusi terganggu perifer
MK ; gangguan MK: Hiportermi
Penurunan kesadaran, Intake nutrisi tidak
pertukaran gas oliguria
kelemahan otot, adekuat
Ventilasi paru-paru
dilatasi pupil, kejang,
terganggu letargi
MK: Resiko MK: Defisit
Nafas periodik Ketidakseimbangan nutrisi
MK: Resiko
cairan
Cedera
MK ; pola nafas
tidak efektif
1.2.6 Manifestasi Klinis
Berat atau ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi
oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan,
semakin berat gejala klinis yang ditunjukan. Gejala dapat tampak beberapa jam
setelah kelahiran. Kasus RDS kemungkinan besar terjadi pada bayi yang lahir
prematur.
Menurut (Surasmi, dkk 2013) Gejala utama Gawat napas / distress respirasi
pada neonatus yaitu :
1) Takipnea : laju napas > 60 kali per menit (normal laju napas 40 kali per men
it)
2) Sianosis sentral pada suhu kamaryang menetap atau memburuk pada 48-96 j
am kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik
3) Retraksi : cekungan pada sternum dan kosta pada saat inspirasi
4) Grunting : suara merintih saat ekspirasi
5) Pernapasan cuping hidung
Tabel 1. Evaluasi Gawat Napas dengan skor Downes
Skor
Pemeriksaan
0 1 2
Frekuensi napas < 60 /menit 60-80 /menit > 80/menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak ada sianosis Sianosis hilangSianosis menetap
dengan 02 walaupun diberi
O2
Air entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stetoskop tanpa alat bantu
Evaluasi: < 3 = gawat napas ringan
4-5 = gawat napas sedang
> 6 = gawat napas berat

Menurut (Manuaba, 2012) tanda-tanda yang mungkin ditunjukkan oleh bayi


yang mengalami RDS di antaranya:
1) Napas cepat
2) Lubang hidung melebar ketika bernapas
3) Retraksi (Ketika bayi bernapas dengan cepat, kulit tertarik di antara tulang r
usuk atau di bawah tulang rusuk).
4) Bising saat bernapas atau mendengkur.
5) Bibir, bantalan kuku, dan kulit berwarna kebiruan karena kekurangan oksige
n, yang disebut dengan  sianosis
Biasanya gejala RDS akan memburuk pada hari ketiga. Saat bayi membaik,
ia memerlukan lebih sedikit oksigen dan bantuan mekanis untuk bernapas. Gejala
RDS mungkin tampak seperti kondisi kesehatan lainnya.
Komplikasi

Komplikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi :


1. Ruptur alveoli : Bila dicurigai terjadi kebocoran udara ( pneumothora
k, pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), p
ada bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinis hi
potensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap.
2. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang mem
buruk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Inf
eksi dapat timbul karena tindakan invasiv seperti pemasangan jarum v
ena, kateter, dan alat-alat respirasi.
3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan
intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi t
erbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
4. PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan kom
plikasi bayi dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi su
rfaktannya.
Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh toksisitas oksigen, teka
nan yang tinggi dalam paru, memberatnya penyakit dan kurangnya oksige
n yang menuju ke otak dan organ lain.
Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :
1. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kroni
k yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi
36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan
yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya
infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat d
engan menurunnya masa gestasi.
2. Retinopathy prematur
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang
berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi
intrakranial, dan adanya infeksi.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada respiratory distress syndrome menurut Warm
an(2012), antara lain:
1) Tes Kematangan Paru
a) Tes Biokimia
Paru janin berhubungan dengan cairan amnion,maka jumlah fosfolipid
dalam cairan amnion dapat untuk menilai produksi surfaktan,sebagai tol
ak ukur kematangan paru.
b) Test Biofisika
Tes biokimia dilakukan dengan shake test dengan cara mengocok cairan
amnion yang dicampur ethanol akan terjadi hambatan pembentukan gel
embung oleh unsure yang lain dari cairan amnion seperti protein,garam
empedu dan asam lemak bebas.Bila didapatkan ring yang utuh dengan
pengenceran lebih dari 2 kali (cairan amnion:ethanol)merupakan indika
si maturitas paru janin.Pada kehamilan normal,mempunyai nilai prediks
i positip yang tepat dengan resiko yang kecil untuk terjadinya neonatal
RDS.
2) Analisis Gas Darah
Gas darah menunjukkan asidosis metabolic dan respiratorik bersamaan deng
an hipoksia.Asidosis muncul karena atelectasis alveolus atau over distensi ja
lan napas terminal.
3) Darah rutin dan hitung jenis
Leukositosis menunjukkan adanya infeksi. Neutropenia menunjukkan infeks
i bakteri. Trombositopenia menunjukkan adanya sepsis
4) Glukosa Darah
Menilai keadaan hipoglikemia, karena hipoglikemia dapat menyebabkan ata
u memperberat takipnea.
5) Pulse Oximetry
Menilai hipoksia dan kebutuhan tambahan oksigen
6) Radiografi Thoraks
Pada bayi dengan RDS menunjukkan reticular granular atau gambaran grou
nd-glass bilateral,difus,air bronchograms,dan ekspansi paru yang jelek.Gam
baran air bronchograms yang mencolok menunjukkan bronkiolus yang terisi
udara didepan alveoli yang kolap.Bayangan jantung bias normal atau memb
esar.Kardiomegali mungkin dihasilkan oleh asfiksi prenatal,diabetes matern
al,paten tductus arteriosus(PDA),kemungkinan kelainan jantung bawaan.Te
muan ini mungkin berubah dengan terapi surfaktan dini dan ventilasi mekan
ik yang adekuat.
Penatalaksanaan Medis

Menurut Sudarti & Fauziah. (2013)tindakan untuk mengatasi masalah


kegawatan pernafasan meliputi :
a. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.
b. Mempertahankan keseimbangan asam basa.
c. Mempertahankan suhu lingkungan netral.
d. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
e. Mencegah hipotermia.
f. Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
Penatalaksanaan secara umum perawatan
a. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering
dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %
 Pantau selalu tanda vital
 Jaga patensi jalan nafas
 Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
b. Jika bayi mengalami apneu
 Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
 Lakukan penilaian lanjut
c. Bila terjadi kejang potong kejang segera periksa kadar gula darah
d. Pemberian nutrisi adekuat
Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut sesuai
dengan kemungkinan penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas.
Menajemen spesifik atau menajemen lanjut:
a. Gangguan nafas ringan
Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada
waktu lahir tanpa gejala-gejala lain disebut “Transient Tacypnea of the
Newborn” (TTN). Terutama terjadi setelah bedah sesar. Biasanya kondisi
tersebut akan membaik dan sembuh sendiri tanpa pengobatan. Meskipun
demikian, pada beberapa kasus. Gangguan napas ringan merupakan tanda
awal dari infeksi sistemik.
b. Gangguan nafas sedang
 Lakukan pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila masih
sesak dapat diberikan o2 4-5 liter/menit dengan sungkup
 Bayi jangan diberi minum
 Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin)
untuk terapi kemungkinan besar sepsis.
- Suhu aksiler <> 39˚C
- Air ketuban bercampur mekonium
- Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau
ketuban pecah dini (> 18 jam)
 Bila suhu aksiler 34- 36,5 ˚C atau 37,5-39˚C tangani untuk masalah
suhu abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam:
- Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada
perbaikan, berikan antibiotika untuk terapi kemungkinan besar
seposis
- Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali
abnormal ulangi tahapan tersebut diatas.
 Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2
jam
 Apabila bayi tidak menunjukan perbaikan atau tanda-tanda perburukan
setelah 2 jam, terapi untuk kemungkinan besar sepsis.
 Bila bayi mulai menunjukan tanda-tanda perbaikan kurangai terapi
o2secara bertahap . Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2
jam. Jika tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan memakai
salah satu cara pemberian minum.
 Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila
bayi kembali tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari,
minumbaik dan tak ada alasan bayi tatap tinggal di Rumah Sakit bayi
dapat dipulangkan.
c. Gangguan nafas berat
 Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.
 Bila dalam pengamatan ganguan nafas memburuk atau timbul gejala
sepsis lainnya. Terapi untuk kemungkinan besar sepsis dan tangani
gangguan nafas sedang dan dan segera dirujuk di rumah sakit rujukan.
 Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minuman.
 Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan
napas. Hentikan pemberian O2 jika frekuensi napas antara 30-60
kali/menit.
1.2.9.1 Penatalaksanaan secara Medis
1) Perbaiki oksigenasi dan pertahankan volume paru optimal
a. Penggantian surfaktan melalui selang endotrakeal
b. Tekanan jalan napas positif secara kontinu melalui kanul nasal untuk m
encegah kehilangan volume selama ekspirasi
c. Pemantauan transkutan dan oksimetri nadi
d. Fisioterapi dadaTindakan kardiorespirasi tambahan
2) Pertahankan kestabilan suhu
3) Berikan asupan cairan, elektrolit, dan nutrisi yang tepat
4) Pantau nilai gas darah arteri, Hb dan Ht serta bilirubin
5) Lakukankan transfusi darah seperlunya
6) Hematokrit guna mengoptimalkan oksigenasi
7) Pertahankan jalur arteri untuk memantau PaO₂ dan pengambilan sampel dar
ah
8) Berikan obat yang diperlukan
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
 Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
 Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan
caiaran paru
 Fenobarbital
 Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
 Metilksantin (teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk
pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik.
 Terapi surfaktan: surfaktan sintetik diberikan melalui sisi pada tube
endotracheal dalam 2x suntikan bolus, contoh: Exosurf, Infasurf,
Alveofact
 Nitric Oxide inhalasi
 Narkotik/benzodiazepin untuk mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan
pada bayi, contoh: Lorazepam dan Fentanyl
 Sodium bicarbonat untuk metabolic acidosis
 Diuretik untuk mengurangi odema, perlu pertimbangkan risk : benefit.
Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam
pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen (derifat dari sumber alami
misalnya manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga
berbentuk surfaktan buatan).
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Anamnesis/pengkajian
Pengkajian klien
a. Identitas
b. Pengkajian terhadap factorresiko
1) Maternal : Usia, riwayat kesehatan yang lalu, perkembangan social dan
riwayat pekerjaan.
2) Obsetrik : Parity, periode, kondisi kehamilan terakhir
3) Perinatal : Antenatal, informasi prenatal maternal health (DM,jantung)
4) Intra Partumevent :
a) Usia gestasi : Lebih dari 34 minggu sampai dengan 42 minggu.
b) Lama dan karakteristik persalinan : Persalinan lama pada kala I dan II KPD
24 jam.
c) Kondisi ibu : Hipo/Hiper tensi progsif perdarahan, infeksi.
d) Keadaan yang mengidentifikasi fetaldisstres HR lebih dari 120 x sampai
dengan 140 x / menit.
e) Penggunaan analgesic
f) Metode meahirkan : Sectio Caesaria, Forsep, Vakum
c. Pengkajian Fisik
1) Eksternal : Perhatikan warna, bercak warna , kuku, lipatan pada telapak
kaki, periksa potensi hidung dengan menutup sebelah lubang hidung sambil
mengobservasi pernafasan dan perubahan kulit.
2) Dada
Palpasi untuk mencari detak jantung yang terkencang, auskultasi untuk
menghitung denyut jantung, perhatikan bunyi nafas pada setiap dada.
a) Abdomen : Verifikasi adanya abdomen yang berbentuk seperti kubam atau
tidak ada anomaly, perhatikan jumlah pembuluh darah pada tali pusat.
b) Neurologis : Periksa tonus otot dan reaksi reflex.
d. Pemeriksaan Penunjang
e. Nilai APGAR
Skor APGAR, Skor optimal harus antara 7 sampai 10.Pernafasan pada bayi
baru lahir normal biasanya 30 sampai 60 x/menit.Pola periodic dapat
terlihat.Bunyi napas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya.
Silindrik torak: kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
APGAR SCORE 0 1 2
Skor
Appearance Pucat Bedan merah, ekst Seluruh tubuh kem
ermitas biru erahan
Pulse Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan mi Menangis, batuk/b
mic ersin
Activity Lumpuh Beberapa fleksi ek Pergerakan aktif
stensi
Respiration Tidak ada Lemah tidak teratu Menangis kuat
r
f. Pengkajian
1) Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak semi koma
saat tidur ; meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata
cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.
2) Pernapasan dan Peredaran Darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai status
kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan peredaran darah
dapat digunakan metode APGAR Score. Namun secara praktis dapat dilihat
dari frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta wajah, ekstremitas dan
seluruh tubuh, frekwensi denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-140
kali/menit (12 jam pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100
kali/menit (tidur) sampai 180 kali/menit (menangis). Pernapasan bayi normal
berkisar antara 30-60 kali/menit warna ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh
bayi adalah kemerahan.Tekanan darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan
diastolik rata-rata 42, tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan
pertama kelahiran. Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15
mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak
biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.
3) Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-370C.Pengukuran suhu
tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.
4) Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat dengan
sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan
selangkangan.Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak berwarna putih
kekuningan terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut vernikskaseosa.
5) Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan jumlah
atau tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung rambut sampai
ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
6) Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis.Keadaan tali
pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan di sekitarnya.
7) Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
a) Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang mengagetkan
akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
b) Refleks menggenggam (palmergraps). Bila telapak tangan dirangsang akan
memberi reaksi seperti menggenggam. Plantargraps, bila telapak kaki
dirangsang akan memberi reaksi.
c) Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang datang atau
diangkat akan bergerak seperti berjalan.
d) Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh kepalanya ke
sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
e) Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam mulut bayi
akan membuat gerakan menghisap.
8) Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis.Namun
harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan lahir.Berat
badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
9) Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap hitam
kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24 jam pertama.
10) Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas dan
panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar kepala fronto-
occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika 32cm, mentooccipitalis 35cm.
Lingkar dada normal 32-34 cm. Lingkar lengan atas normal 10-11 cm.
Panjang badan normal 48-50 cm.
11) Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda
vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas
berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum tertutup
dengan rugae, fimosis biasa terjadi.

Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d penurunaan energi/ kelelahan, keterbatasan
pengembangan otot
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler
3. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran keateri/vema
4. Hiportermi b.d belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit
5. Defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan mneghisap dan penurunan mobilitas usus
6. Resiko Cedera berhubungan dengan hipoksia jaringan
7. Resiko ketidakseimbangan cairan b.d imanuritas
8. Resiko Infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh
Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi


1. Pola nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan keperaw Manajemen jalan napas
atan selama 1x7 jam diharapkan pol Observasi
penurunaan energi/ kelelahan,
a napas efektif dengan kriteria hasi 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napa
keterbatasan pengembangan l: s)
1. Dyspnea menurun skor 5 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi,
otot
2. Penggunaan otot bantu napas me wheezing, ronkhi kering)
nurun skor 5 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
3. Ortopnea menurun skor 5 Terapeutik
4. Pernapasan pursed-lip menurun s 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt (j
kor 5 aw-thrust jika curiga trauma servikal)
5. Pernapasan cuping hidung menur 2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
un skor 5 3. Berikan minum hangat
6. Frekuensi napas membaik skor 5 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Kedalaman napas membaik skor 5 5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotr
akeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGi
ll
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontr
aindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukol
itik, jika perlu.
2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan keperaw Pemantauan Respirasi
atan selama 1x7 jam diharapkan Observasi
berhubungan dengan perubaha
oksigenasi atau elimasi 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
n membran alveolar-kapiler karbodioksida pada membran 2. Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea,
eveolus kafiler dalam batas normal hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes
dengan kriteria hasil: 3. Moniitor kemampuan batuk efektif
1. Dyspnea menurun 4. Monitor adanya sputum
2. Penggunaan otot bantu napas me 5. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
nurun 6. Palpasi kesimestrisan paru
3. Pernapasan cuping hidung menur 7. Akultasi bunyi nafas
un 8. Monitor saturasi oksigen
4. Bunyi nafas tambahan menuurn 9. Monitor nilai AGD
5. Pengliatan kabur menurun 10. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan
3. Gangguan perfusi jaringan Perfusi Perifer Perawatan sirkulasi
Setelah dilakukan tindakan keperaw 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema, pen
perifer b.d penurunan aliran
atan selama 1x7 jam diharapkan per gisian kapiler, warna, suhu, ankle-bracial index)
keateri/vema feusi perifer efektif dengan kriteria 2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis. diab
hasil: etes, perokok, orang tua, hipertensi, dan kadar kolester
1. Denyut nadi perifer meningkat ol tinggi)
2. Penyembuhan luka meningkat 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada e
3. Warna kulit pucat menurun kstermitas
4. Pengisian kapiler membaik Terapeutik
5. Akral membaik 3. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di
Turgor kulit membaik area keterbatasan perfusi
4. Hindari pengkuran tekanan darah pada ektremitas den
gan keterbatasan perfusi
5. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada a
rea yang cedera
6. Lakukan pencegahan infeksi
7. Lakukan perawatan kaki dan kuku
8. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan mngecek air mandi untuk menghindari kulit
terbakar
4. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, a
btikoagulan, dan penurun kolesterol, Jika perlu
5. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secar
a teratur
6. Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
7. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis.
rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
4. Hiportermi b.d belum Setelah di lakukan perawatan sela Manajemen nutrisi
ma 1x7 jam diharapkan masalah hip Observasi
terbentuknya lapisan lemak
otermi klien teratasi, dengan kriteri 1. Monitor suhu tubuh
pada kulit a: 2. Indetifikasi penyebab hiportermia (mis, terpapar suhu
1. Akral dingin , menurun lingkungan rendah, pakaian tipis, kerusakan
2. Kebiruan, menurun hipotalamus, penurunan laju metabolisme, kekurangan
3. Energik, meningkat lemak subkutan)
Suhu tubuh meningkat 3. Monitor tanda dan gejala akibat hiportermia
(Hiportermia ringan : takipnea, disatria, mengigil,
hipertensi, diuresis, hiportemia sedang : aritma,
hipoteensi, apatis, koagulopati, refleks menurun,
hiportemia berat : oliguria, refleks menghilang, edema
paru, asam basa abnormal )
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang hangat (mis atur suhu
rungan, inkubator)
2. Ganti pakaian atau linen klien yang basah
3. Lakukan penghatan pasif (mis selimut, menutup
kepala, pakaian tebal)
4. Lakukan penghatan aktif eksternl (mis kompres air
hangat, botol hangat, selimut hangat, perawatan
metode kanguru)
5. Lakukan penghatan akif internal (mis infus cairan
hangat, oksigen nasi hangat, lavase peritonetal
dengan cairan hangat)
6. Edukasi
1. Anjurkan makan dan minum hangat
5. Defisit nutrisi b.d Setelah diberikan asuhan keperawat Observasi :
an selama 3x7 jam diharapkan statu 1. Identifikasi status nutrisi
Ketidakmampuan menghisap
s menyusui membaik 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
dan penurunan mobilitas usus Kriteria hasil : 3. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
1. Perlekatan bayi pada payudara i 4. Monitor berat badan
(D. 0019 hal. 56).
bu meningkat 5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2. Tetesan/pancaran asi meningkat 6. Identifikasi keadaan emosional ibu saat akan dilakuka
3. Suplai ASI adekuat meningkat n konseling menyusui
4. Puting tidak lecet setelah 2 ming 7. Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama pros
gu melahirkan meningkat es menyusui
5. Kepercayaan diri ibu meningkat Terapeutik
1. Timbang berat badan
Tambah yg lain ttg nutrisinya 2. Ukur antropometrik komposisi tubuj (mis. Indeks mas
sa tubuh, pengukuran pinggang dan ukuran lipatan kul
it)
3. Gunakan teknik mendengarkan aktif
4. Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar
5. Dukung Ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam me
nyusui
6. Libatkan sistem pendukung: suami, keluarga, tenaga k
esehatan dan masyarakat.
Edukasi
1. Ajarkan teknik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan
ibu
2. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
3. Ajarkan 4 (empat) posisi menyusui dan perlekatan (lat
ch on) dengan benar
4. Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan men
gkompres dengan kapas yang telah diberikan minyak
kelapa

6. Resiko Infeksi berhubungan de Tingkat Infeksi Observasi


Setelah dilakukan tindakan keperaw - Monitor tanda-tanda dan gejala infeksi lokal dan
ngan defisiensi pertahanan
atan selama 1x7 jam diharapkan sistemik
derajat infeksi menurun Terapeutik
1. Demam menurn -Batasi jumlah pengunjung
2. Sianosis menurun -Berikan perawatan kulit pada daerah edema
3. Kadar sel darah putih membaik -Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
4. Periode malaise menurun Edukasi
Periode menggigil menurun -Jelaskan tanda dan gejala infeksi
-Ajarkan cara memeriksa luka
-Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dimaksudkan yaitu untuk pencapaian tujuan dalam asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pasien. Evaluasi merupakan langkah terakhir
dari proses keperawatan dan berasal dari hasil yang ditetapkan dalam rencana
keperawatan.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Hepi Nopita Sari


NIM : 2019.C.11a.1011
Tanggal Praktek : 2-5 September 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 2 September 2021, pukul 10.09 WIB

3.1 Pengkajian Keperawatan


3.1.1 Identitas
Nama Klien : By. A Diagnosa medis : NRDS (Neonatus Respirat
Tanggal lahir : 30 September 2021 ory Distress Syndro
Jam Kelahiran : 10.09 WIB me)dengan BBLR
Ruang : Mawar
Tanggal Pengkajian : 2 Oktober 2021
Umur Bayi Saat Dikaji : 2 Hari

Nama Ayah : Tn. M.A Nama Ibu : Ny. S


Umur : 24 tahun Umur : 21 tahun
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln.Rindang Benua Alamat : Jln.Rindang Benua
Agama : Islam Agama : Islam
Pendididikan : SMP Pendidikan : SMP

3.1.2 Keluhan Utama :


Sesak nafas ( + )
3.1.3 Riwayat penyakit sekarang
Bayi Ny. S lahir pada tanggal 30 September 2021 jam 10:09 Wib,
karena bayi Ny. S lahir dengan BB 2300 gr, tangis (-), sesak nafas
(+), takipnea (+), retraksi dalam (+) dan sianosis. Di HCU Neonatus
bayi langsung ditempatkan di inkubator dan mendapatkan O2 Nk 1 lpm
PEEP 7 l/mnt.
3.1.4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ny. S mengatakan tidak ada keluhan saat hamil. Ny. S hanya mengko
nsumsi obat-obatan yang diberikan oleh bidan. Ny. S tidak mempunya
i riwayat penyakit deabetes militus maupun hipertensi.
3.1.4 Riwayat penyakit keluarga
Ny. S mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penya
kit keturunan maupun menular. Di dalam keluarga Ny. S maupun sua
minya tidak ada yang mempunyai riwayat BBLSR.
3.1.5 Riwayat Psikososial
Ny. S sering menengok anaknya keruang Bakung bagian isolasi neona
tus.
3.1.6 Riwayat Antenatal
Ny. S mengatakan selama hamil rutin memeriksakan kandungannya k
e bidan didekat rumahnya setiap bulan.
3.1.7 Riwayat Natal
Bayi Ny. S lahir pada tanggal 30 September 2021 jam 10:09 WIB seca
ra spontan. Ny. S mengatakan air ketuban sudah keluar sejak sebelum
melahirkan. Ny.S mengatakan umur kehamilannya baru 36-37 minggu,
karena air ketubannya sudah keluar, maka oleh dokter bayi Ny. S haru
s segera dikeluarkan.
3.1.8 Riwayat Post natal
3.1.8.1 APGAR Score
APGAR 1 5
0 1 2
SCORE Menit Menit
tidak Denyut
60 60 1 1
ada jantung
tidak Tak
Tidak ada pernapasan 1 1
ada Teratur
lemah Sedang baik tonus otot 1 2
tidak Peka
Merintih menangis 0 1
ada rangsang

Pucat pasi Tidak ada Kemerahan


Warna 1 2
Jumlah 4 7
3.1.8.2 Antropometri
a) Berat badan lahir : 2300 gram
b) Lingkar kepala : 32 cm
c) Lingkar lengan atas : - cm
d) Panjang badan : 45 cm
e) Lingkar dada : 29,5 cm
f) Lingkar perut : - cm
g) Anus : positif
h) Adanya kelainan congenital : negatif

Status gizi: BB/usia= -2,3 (<-3 SD; kesan gizi buruk),PB/usia= -2,67 (-3 SD
- <-2 SD; kesan pendek),BB/PB=-3,46(<-3SD;kesan sangat kurus)
Keluhan lainnya :
Masalah Keperawatan : Defisit Nutrisi
3.1.9 Pola pengkajian
1. Pola pernapasan

RR = 60 x/menit, pernafasan cuping hidung, sianosis, retra


ksi dada (+), terapi O2 40 % PEEP 7 l/mnt. SpO2 : 98%,
Hasil AGD :pH: 7,44 , pCO2: 30 mmHg menurun , HCO3
21, BE -2.

Masalah keperawatan: Gangguan Pertukaran Gas


2. Pola kebutuhan cairan dan nutrisi

Kebutuhan cairan = 30 ml/hari. Bayi Ny. S minum ASI 8


X 4 cc melalui OGT karena refleks menghisap dan menela
n bayi masih lemah. Bayi NY. S mendapat terapi infus D
10% 6,5 cc/jam.

3. Pola Eliminasi

Bayi Ny. S memakai pempers dan ditimbang tiap kali ga


nti pempers. Bayi Ny. S sudah BAK dan BAB warna hit
am lembek (mekonium).

4. Pola Aktivitas dan Istirahat

Bayi Ny. S terlihat lemah di dalam inkubator, tangisnya


masih merintih dan geraknya aktif.
5. Latar Belakang Sosial dan Budaya

Ny. S tidak merokok, tidak memiliki kebiasaan untuk die


t ketat, Ny. S tidak memiliki pantangan makanan tertentu
ketika hamil, Ny. S tidak ketergantungan maupun mengo
nsumsi obat psikotropika maupun alkohol/minuman keras.
6. Hubungan Psikologis

Ny. S sering menjenguk anaknya. Ny. S merasa khawati


r dengan kondisi anaknya yang menurutnya sangat kecil. I
bu pasien selalu berdoa agar anaknya segera diberi kesem
buhan dan segera pulang bersamanya.
7. Persepsi-Kognitif

Ny. S tahu tentang kondisi bayinya, menurut Ny. S bayi


nya dalam kondisi tidak baik, dan terlihat sesak nafas sam
pai tulang dadanya terlihat tertarik, Ny. S tahu bahwa ana
knya belum bisa disusui karena reflek menelannya dan m
enghisap masih kurang sehingga harus dipasang selang m
akan.
3.1.10 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : CM (Compos Mentis), gerak
aktif,tangis merintih
3. Vital sign : RR= 60 x/menit, HR = 132
x/menit,
Suhu = 36,0 0 C
4. Pemeriksaan tubuh :

Kulit : Klien tampak lemah/lesu, dirawat dida


lam inkubator, dan turgor baik, capillar
y refill >2 detik, kelembapan lembab,
tidak ada oedema, Warna kulit
kemerahan degan ekstermitas kebiruan,
tidak ikterus, sianosis, terdapat sedikit
lanugo pada dahi dan sekitar pipi, kulit
tipis,licin dan kulit teraba dingin.
Masalah Kerawatan : Hipotermia
Kepala : Rambut hitam,tipis,Tidak ada
lesi, sutura terlihat. Mata : Sklera mata
putih, konjungtiva merah muda.
Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung,
lubang hidung 2, terpasang O2 NCPAP
40 % PEEP 5 l/mnt.
Mulut : Bibir merah, tidak ditemukan
stomatitis, mukosa bibir
kering.terpasang OGT.
Telinga : Tidak ada deformitas, lubang
telinga bersih, simetris. Leher : Bersih, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
Thorax :
Lingkar dada : 26 cm
Inspeksi : Bentuk simetris, klavikula normal, ad
a retraksi dada, Iktus cordis normal,
irama pernafasan tidak teratur, napas
cepat, penggunaan otot bantu napas,
sianosis, grunting/merintih, terdapat
pernafasan cuping hidung, terpasang
O2CPAP dengan FiO2 30% 4 lpm,
SpO2 : 85%, Hasil AGD : pH: 7,44 ,
pCO2 : 30 mmHg menurun , HCO3 21,
BE -2
Palpasi : vocal fremitus tidak sama
Perkusi : Sonor & redup
Auskultasi : Bunyi napas ronki, tipe pernafasan
perut & dada, bunyi
jantung normal, tidak ada bunyi nafas
tambahan, ke dypsneu.
Masalah Keperawatan : Pola Napas tidak Efektif
Cardio : HR = 184 x/menit
Abdomen : Simetris, tidak ada lesi, terdapat bising
usus 5 x/mnt.
Umbilikus : Tali pusat basah, tidak terjadi
perdarahan, tidak terjadi infeksi,
terpasang infus umbilikalis D10%.
Genetalia : Labia mayora belum menutupi labia
minora, tidak ada kelainan letak
lubang uretra
Anus : Tidak ada lesi, tak ada iritasi perineal,
warna feces hitam lembek.
Ekstremitas : Akral dingin, Jumlah jari tangan 5/5,
Jumlah jari kaki 5/5, tak ada
kelumpuhan, gerak kurang aktif.

Reflek :
a) Reflek Moro ; ketika ada suara agak kera
s di sekitar ruangan / tempat inkubator m
aka pasien kurang merespon/ diam saja.
b) Reflek Sucking (Menghisab); Ketika di t
est dengan spuit diberikan ASI, maka pas
ien tidak dapat. menelan dengan sempur
na ASI yang diberikan dan selalu ada AS
I yang keluar dari mulutnya.
c) Reflek Grasping (Menggenggam) ; ketik
a perawat meletakkan jari telunjuknya ke
tangan pasien, pasien dapat menggengga
m jari telunjuk perawat, namun genggam
an masih lemah.
d) Reflek Tonic Neck (Menoleh); ketika per
awat membuat gerakan / suara di sekitar
pasien, pasien kurang merespon.
e) Reflek Babinski (Sentuhan Telapak Kak
i); Jika disentuh kakinya oleh perawat, p
asien akan menarik kakinya ke atas.
f) Reflek Menelan ; kurang, jika diberi mun
im lewat spuit maka ASI kan keluar seba
gian dari mulutnya.
Tali pusat : Tidak ada masalah/ kelainan, bersih, tidak
ada tanda-tanda infeksi, tidak ada peradanga
n atau pembengkakan dan juga perdarahan.

3.1.4 Pemeriksaan laboratorium


Tanggal 30 Septmeber 2021
No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
1 Glukosa-Sewaktu 89 mg/dl <200
2 Glukosa-Puasa mg/dl 65-100
3 Glukosa -2 jam PP mg/dl <140
4 Ureum mg/dl 21-53
5 Creatin mg/dl 0,7-15
6 Asam Urat mg/dl L:4,0-7,0;P:2,4-5,7
7 Kolestrol mg/dl <200
8 Trigliserida mg/dl <165
9 HDL mg/dl >40
10 LDL mg/dl <180
11 SGOT/AST U/L L<37;P<31
12 SGPT-ALT U/L L<42;P<32
13 ALBUMIN g/dl 3,5-5,5
12 Tropnin 1 ng/m/ <0,30
13 HbsAg (-)/Negatif
14 HbsAb (-)/Negatif
15 ANTI-HCV (-)/Negatif
16 Dengue IgG (-)/Negatif
16 Dengum IgM (-)/Negatif
17 Dengue NSI (-)/Negatif
3.1.5 Terapi
Tanggal 02-06-2021
Terapi Dosis Obat Cara pem Indikasi
berian
Infus D10% 6,5 ml/ jam IV Infusan perifer untuk memberik
an kalori pada kondisi tubuh ya
ng kekurangan kalori dan caira
n
O2 NCPAP Di Hidung Bekerja dengan cara meniupka
30% PEEP
n tekanan udara ringan untuk m
7 l/mnt enjaga saluran udara terbuka, s
ehingga jalan napas tetap terbu
ka dan masalah pernapasan pas
ien sleep apnea saat tidur pun d
apat teratasi.
Injeksi Ceftazidime 90 mg/12 jam IV Obat antibiotik untuk mengobat
i infeksi bakteri
Injeksi Aminophilin Dosis loading IV Aminophylline bekerja dengan
0,5-1 mg dan cara membuka saluran pernapa
dosis mainten san di paru-paru, sehingga udar
ance 4 mg/1 j a dapat mengalir ke dalam paru
am tanpa hambatan.

Palangka Raya, 04 Oktober 2021


Mahasiswa

Hepi Nopita Sari


NIM. 2019.C.11a.1011
ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN PENYEB


MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF AB
Data subjektif : - Usaha nafas Gangguan Pertuk
Data objektif aran Gas
- Bayi Klien tampak sesak Ventilasi asidosis↓
nafas
- Irama pernafasan tidak CO2
teratur
- Bayi tampak sianosis Imatur paru-paru, alveoli sulit
- Bayi terpasang O2 Nk 1 mengembang
lpm
- Kulit bayi mulai Ventilasi terganggu
kemerahan
- Bayi tampak merintih Suplai O2
- Pada bayi tampak ada
infeksi kulit Napas periodik, dispnea, napas
cuping hidung, hipoksia, kulit
pucat

Gangguan Pertukaran Gas

Data subjektif : - Imatur organ pencernaan Defisit Nutrisi


Data objektif
- Antropometri : Reflek menghisap, telan dan
- Berat badan lahir: 2300 batuk lemah dan belum
gram sempurna
- Lingkar kepala: 32 cm
- Lingkar dada: 29,5 cm Intake nutrisi tidak adekuat
- Panjang badan : 45 cm
- Anus: positif Intake menurun
- Adanya kelainan
congenital: negative Defisit Nutrisi
- Terpasang OGT
Status gizi: BB/usia= -2,2
(<-2 SD; kesan gizi buruk),
PB/usia= 45 (-3 SD - <-2 S
D; kesan pendek),BB/PB=-
2,67(<-2SD;kesan normal)

Data subjektif : - Kontrol suhu imatur Hipotermia


Data objektif
- Bayi tampak lemah Asidosis metabolik
- Mengigil
- Pengisian kapiler >2 deti Kurangnya cadangan glikogen
k & lemak
- akral dingin
- warna kulit merah agak k Lemak subkutan tipis
ebiruan, licin/halus tamp
ak tipis,terdapat lanugo. Respon mengigil pada bayi
- Kulit teraba dingin
- Klien berada didalam inc Suhu tubuh dan udara berbeda
ubator.
- BB bayi : 3200 gram. Kulit teraba dingin
- TTV
TD : - mmHg Tidak dapat meningkatkan pan
N : 184 x/menit as tubuh
S : 36,5 0C
RR : 60 x/menit Hipotermia
PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan


ventilasi-perfusi yang ditandai dengan Bayi Klien tampak sesak
nafas,Irama pernafasan tidak teratur, bayi tampak sianosis,bayi terpasang
O2 Nk 1 lpm,kulit bayi mulai kemerahan,bayi tampak merintih,pada bayi
tampak ada infeksi kulit pola napas abnormal cepat, pernafasan cuping
hidung, terpasang O2 Nk 1 lpm PEEP 7 l/mnt. Saturasi oksigen (SpO2) ta
mpak menurun: 98%. Hasil lab AGD didapatkan pH: 7,44 , pCO2: 30 mm
Hg , HCO3 21, BE - RR : 60 x/menit, S : 360C.
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Antropometri : Berat badan lahir:
2300 gram, Lingkar kepala: 32 cm,Lingkar dada: 29,5 cm,Panjang
badan : 45 cm,Anus: positif, Adanya kelainan congenital: negative,
terpasang OGT, Status gizi: BB/usia= -2,2(<-2 SD; kesan gizi buruk),PB/
usia= 45 (-3 SD - <-2 SD; kesan pendek),BB/PB=-2,67(<-2SD;kesan nor
mal)
3. Hipotermia berhubungan dengan belum terbentuknya lapisan lemak pada
kulit ditandai dengan bayi tampak lemah, mengigil, pengisian kapiler >2
detik, akral dingin, warna kulit merah ekstremitas agak kebiruan, kulit terl
ihat licin/halus tampak tipis,terdapat lanugo, kulit teraba dingin, berada di
dalam incubator, , S : 36,50C/Axilla.
3.3 RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : By. Ny S
Ruang Rawat : Mawar
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Intervensi 1x7 1. Monitor frekuensi, irama, kedal 1. Mengetahui kemampuan klien dalam b
Jam diharapkan pertukaran gas, aman, dan upaya napas ernafas
b.d penurunaan energi/
respon ventilasi mekanik, 2. Monitor pola napas (seperti brad 2. Memantau dan mengetahui kondisi um
kelelahan, keterbatasan keseimbangan asam-basa klien ipnea, takipnea, hiperventilasi, k um pasien, dan apakah ada bunyi nafas
meningkat, dengan kriteria hasil : ussmaul, cheyne-strokes, biot, d tambahan.
pengembangan otot (D.0
1. Tingkat kesadaran meningkat an ataksik) 3. Mengetahui adanya perubahan nilai
005 hal. 26) (5) 3. Monitor saturasi oksigen SaO2 dan status hemodinamik jida
2. Dispnea menurun (5) 4. Monitor nilai AGD terjadi penurunan.
3. Bunyi napas tambahan 5. Monitor hasil x-ray thorax 4. Menurunnya saturasi oksigen
menurun (5) 6. Bersihkan secret pada mulut, hidu (PaO2)atau meningkatnya (PCO2)
4. Pusing menurun (5) ng dan trachea, jika perlu. menunjukkan perlunya penanganan
5. Penglihatan kabur menurun (5) 7. Pertahankan kepatenan jalan nafas yang lebih adekuat atau perubahan
6. Gelisah menurun (5) 8. Berikan oksigenasi ventilator den terapi.
7. Napas cuping hidung menurun gan dosis ½-1 liter/menit 5. Mengetahui dan mendeteksi kondisi
(5) 9. Informasikan hasil pemantauan. thorax pasien agar tidak ada
8. PCO2 membaik (5) 10.Ajarkan pasien dan keluarga cara komplikasi lain yang terjadi.
9. PO2 membaik (5) menggunakan oksigen dirumah. 6. Mencegah obstruksi/aspirasi, suction
10. Takikardia membaik (5) 11.Kolaborasi pemberian surfaktan dilakukan bila pasien tidak mampu
11. Sianosis membaik (5) mengeluarkan sekret
12. Pola napas membaik (5) 7. Menjaga kepatenan jalan napas untuk
Warna kulit membaik (5) memaksimalkan ventilasi,
13. Frekueensi napas membaik (5) 8. Pemberian oksigen membantu
14. Irama napas membaik (5) mempermudah oksigenasi klien dan
15. pH membaik (5) Memperbaiki atau mencegah
16. Saturasi oksigen meningkat (5) terjadinya hipoksia dan kegagalan
17. FiO2 memenuhi kebutuhan napas serta tindakan untuk
meningkat (5) penyelamatan hidup.
18. Kesimetrisan gerakan dinding 9. Memberikan penjelasan akan menamb
dada meningkat (5) ah pengetahuan pasien tentang
penggunaan oksigen
10. Bekerja sama dengan dokter dalam pe
mberian dosis oksigen
11. Kolaborasi dengan dokter pemberian c
airan surfaktan agar mempercepat pros
es pematangan paru-paru pada bayi
2. Defisit nutrisi b.d Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Menentukan asupan nutrisi yang akan
keperawatan selama 1x7 jam 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan j diberikan sesuai dengan kebutuhan
Ketidakmampuan
diharapkan status menyusui enis nutrient 2. Mengetahui keseimbangan nutrisi bayi.
mneghisap dan membaik 3. Identifikasi perlunya penggunaan 3. Nutrisi yang sedikit tapi sering untuk
Kriteria hasil : SLKI (L.03029 selang nasogastric (OGT) lambung yang belum matur.
penurunan mobilitas usus
Hal. 119) 4. Monitor berat badan 4. BB bayi sangat penting untuk
(D. 0019 hal. 56) 1. Perlekatan bayi pada payudara 5. Monitor hasil pemeriksaan laborat menetapkan kalori dan cairan bayi
ibu meningkat (5) orium dengan mengetahui perubahan BB bayi
2. Tetesan/pancaran asi 6. Identifikasi permasalahan yang ib maka kita dapat mengetahui kondisi
meningkat (5) u alami selama proses menyusui. bayi.
3. Suplai ASI adekuat meningkat 7. Timbang berat badan 5. Memantau perkembangan kesehatan
(5) 8. Ukur antropometri komposisi tub pasien dari hasil laboratorium
4. Puting tidak lecet setelah 2 uh (mis. Indeks massa tubuh, pen 6. Memantau dan memahami tujuan atau
minggu melahirkan meningkat gukuran pinggang dan ukuran lipa keinginan ibu untuk menyusui.
(5) tan kulit) 7. Mengetahui perkembangan bayi
5. Kepercayaan diri ibu 9. Jelaskan manfaat menyusui bagi i 8. Mengetahui perkembangan bayi
meningkat (5) bu dan bayi dengan mengukur antropometri
6. Kemampuan ibu 10. Ajarkan 4 (empat) posisi menyusu 9. Mengetahui manfaat asupan gizi
memposisikan bayi dengan i dan perlekatan (latch on) denga seimbang yang diperlukan untuk ibu
benar meningkat (5) n benar. menyusui. Status gizi merupakan salah
7. Lecet pada puting menurun 11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk satu faktor yang mempengaruhi dalam
Kelelahan maternal menurun menentukan jumlah kalori dan jen praktik pemberian kolostrum pada
(5) is nutrient yang dibutuhkan bayi. Jika status gizi ibu baik maka
8. Kecemasan maternal menurun kolostrum yang dikeluarkan akan
(5) banyak dan jika status gizi ibu kurang
9. Bayi tidak rewelmeningkat(5) maka status gizi yang dikeluarkan
lebih sedikit
10.Pemberian ASI secara teratur sangat
membantu dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi, serta akan berperang
dalam proses termoregulasi bayi.
11.Kecukupan asuhan gizi pada ibu
menyusui sangat mempengaruhi
produksi ASI yang dibutuhkan bayi.
3. Hiportermi b.d belum Termoregulasi SLKI (L.14134) Ha Manajemen Hipotermia SIKI 1. Mengetahui kondisi suhu tubuh dari
terbentuknya lapisan l.129 Setelah di lakukan perawatan (I.14507 hal. 183) pasien lebih lanjut
lemak pada kulit (D.014 selama 1x7 jam diharapkan masala 1. Monitor suhu tubuh 2. Mengetahui lebih dini adanya gejala hi
0 hal 302) h hipotermi klien teratasi, dengan 2. Indetifikasi penyebab potermi dan hipertermi sehingga lebih
kriteria: hiportermia (mis, terpapar cepat teratasi
1. Akral dingin , menurun(1) suhu lingkungan rendah, 3. Memberikan intervensi yang tepat
2. Kebiruan, menurun (1) pakaian tipis, kerusakan 4. Menghidari komplikasi
3. Energik, meningkat(5) hipotalamus, penurunan laju 5. Memberikan asuhan yang tepat sesuai
4. Suhu tubuh meningkat (5) metabolisme, kekurangan tanda dan gejala
lemak subkutan) 6. Menjaga suhu tubuh klien menjadi
3. Monitor tanda dan gejala tetap hangat
akibat hiportermia 7. Mejaga suhu tubuh klien menjadi
(Hiportermia ringan : takipnea, tetap hangat
disatria, mengigil, hipertensi, 8. Memghindari terinfeksi bakteri
diuresis, hiportemia sedang : 9. Membantu klien menjadi tetap hangat
aritma, hipoteensi, apatis,
koagulopati, refleks menurun,
hiportemia berat : oliguria,
refleks menghilang, edema
paru, asam basa abnormal )
4. Sediakan lingkungan yang
hangat (mis atur suhu rungan,
inkubator)
5. Ganti pakaian atau linen klien
yang basah
6. Lakukan penghatan pasif (mis
selimut, menutup kepala,
pakaian tebal)
7. Lakukan penghatan aktif
eksternl (mis kompres air
hangat, botol hangat, selimut
hangat, perawatan metode
kanguru)
8. Lakukan penghatan akif
internal (mis infus cairan
hangat, oksigen nasi hangat,
lavase peritonetal dengan
cairan hangat)
9. Anjurkan makan dan minum
hangat
1.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan
Nama Perawat
1. Kamis, 02 Oktober 202 1. Memonitor TTV S=-
1 2. Memonitor frekuensi, irama, kedalam O =
Pukul : 08.00 WIB an, dan upaya napas - Hasil TTV
3. Memonitor pola napas (seperti bradip TD : - mmHg
Diagnosa Keperawatan I nea, takipnea, hiperventilasi, kussmau N : - x/menit
l, cheyne-strokes, biot, dan ataksik) S : 36,50C (membaik)
Gangguan pertukaran gas 4. Memonitor saturasi oksigen RR : 60 x/menit (memburuk)
berhubungan dengan 5. Memonitor nilai AGD - Dispnea cukup meningkat, Napas cuping
ketidakseimbangan 6. Membersihkan secret pada mulut, hidun hidung cukup meningkat(2), Frekuensi
ventilasi-perfusi g dan trachea. napas sedang (3), Irama napas cukup me
1. 7. Mempertahankan kepatenan jalan nafas mburuk (2),
8. Memberikan oksigenasi ventilator ½-1 l - Pola napas memburuk (2) : takipnea,
iter/menit Kesimetrisan gerakan dinding dada meni
9. Menginformasikan hasil pemantauan. ngkat
10. Mengajarkan pasien dan keluarga cara - Saturasi oksigen menurun : 85%,
menggunakan oksigen dirumah. Sianosis sedang (4), Warna kulit pucat
11. Berkolaborasi pemberian surfaktan pasi (4)
- PCO2 cukup memburuk (2), PO2 cukup
memburuk (2), pH membaik (5)
- Diberikan terapi Nebulizer
- FiO2 memenuhi kebutuhan cukup
menurun(2) : Terpasang terapi O2N CP
AP 30% PEEP 7 l/mnt, dengan Posisi pr
one.
- Sudah mendapatkan pemberian surfakta
n sesuai advice dokter
- Injeksi Neo K : Dosis loading 0,5-1 mg
dan dosis maintenance 4mg/1jam
A = Masalah teratasi
P = Lanjutkan intervensi

2. Kamis 03 Oktober 2021 1. Mengidentifikasi status nutrisi S=-


Pukul 09 : 00 WIB 2. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan je O =
nis nutrient - Antropometri yaitu Berat badan lahir:
Diagnosa ke II 3. Mengidentifikasi perlunya penggunaan s 2300 gram,Lingkar kepala: 32
elang nasogastric (OGT) cm,Lingkar lengan atas:, - cm,Panjang
Defisit nutrisi b.d 4. Memonitor berat badan badan: 45 cm,Lingkar dada: 29,5 cm,
ketidakmampuan 5. Mengidentifikasi permasalahan yang ibu Lingkar perut: - cm ,Anus: positif
mneghisap dan penurunan alami selama proses menyusui. Adanya kelainan congenital: negative.
mobilitas usus 6. Menimbang berat badan Status gizi: BB/usia= -2,2(<-2 SD; kesa
7. Mengukur antropometrik komposisi tubu n gizi buruk),PB/usia= 45 (-3 SD - <-2
h (mis. Indeks massa tubuh, pengukuran SD; kesan pendek),BB/PB=-2,67(<-2S
pinggang dan ukuran lipatan kulit) D;kesan normal)
8. Mendukung Ibu meningkatkan - Prematuritas meningkat (5), Bayi
kepercayaan diri dalam menyusui tampak pucat
9. Menjelaskan manfaat menyusui bagi ibu - Terpasang selang nasogastric 8×8 ml
dan bayi per OGT
10.Mengajarkan 4 (empat) posisi menyusui - Daya menghisap/ refleks rooting lemah
dan perlekatan (latch on) dengan benar. - Perlekatan bayi pada payudara ibu tamp
11.Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk ak cukup menurun(2)
menentukan jumlah kalori dan jenis - Tetesan/pancaran ASI tampak meningk
nutrient yang dibutuhkan at (5)
- Suplai ASI tampak adekuat (5)
- Bayi tampak tidak rewel (5
- Puting tidak lecet setelah 2 minggu
melahirkan meningkat (5)
- Kepercayaan diri ibu meningkat (5)
- Kemampuan ibu memposisikan bayi de
ngan benar meningkat(5)
- Sudah diberikan jumlah kalori dan jenis
nutrient sesuai advice dokter dan ahli
gizi
A = Masalah teratasi sebagian
P = Lanjutkan intervensi
3. Kamis, 04 Oktober 202 1. Memonitor suhu tubuh bayi (36,5 - S=-
1 37,5°C) O=
Pukul : 11.00 WIB 2. Memonitor dan catat tanda dan gejala - S : 35,60C (memburuk)
hipotermia atau hipertemia. - Menggigil Meningkat (1)
3. Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi - Kulit merah Meningkat (1)
Diagnosa Keperawatan III yang adekuat. - Akrosianosis Meningkat (1)
4. Membedong bayi segera setelah lahir - Konsumsi oksigen Meningkat (1)
Hipotermia berhubungan untuk mencegah kehilangan panas. - Bayi sudah dibedong
dengan imaturitas 5. Menggunakan topi bayi untuk mencegah - Vasokonstriksi perifer cukup meningkat
termoregulasi dalam kehilangan panas pada bayi baru lahir. (2)
tubuh 6. Menempatkan bayi baru lahir di bawah - Bayi dirawat dalam incubator (radiant
radiant warmer warmer)
7. Mempertahankan kelembaban inkubator - Pucat Meningkat (1)
50% atau lebih untuk mengurangi - Takipnea Meningkat (1)
kehilangan panas karena proses - Hipoksia Meningkat (1)
evaporasi. - Suhu Tubuh Memburuk (1), Suhu kulit
8. Mengatur suhu inkubator sesuai Memburuk (1)
kebutuhan. - Pengisisan kapiler memburuk (1)
9. Menghangatkan terlebih dahulu bahan- - Ventilasi cukup memburuk (2)
bahan yang akan kontak dengan bayi A = Masalah belum teratasi
(mis. Selimut, kain, bedongan, P = Lanjutkan Intervensi 1-13
stetoskop).
10. Mendemonstrasikan teknik perawatan
metode kanguru (PMK) untuk bayi
BBLR
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng. 2016. Angka Kejadian BBLR Dari Tahun 201
0-2015 Di Kalteng. Palangka Raya: Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng.
Hartiningrum & Fitriyah, 2018. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Provinsi
Jawab Timur Tahun 2012-2016. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Sekretariat Jenderal Profil Kesehatan Indonesi
a Tahun 2019. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Kurniawan & Wiwin. 2020. Hubungan antara Diabetes Melitus Gestasional dan
Berat Badan Lahir dengan Kejadian Respiratory Distress Syndrome (RDS)
pada Neonatus di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Samarinda: U
niversitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.
Nugraha, Satya Adi. 2014. Low Birth Weight Infant With Respiratory Distress
Syndrome (Jurnal). Lampung: Faculty Of Medicine Universitas Lampung.
Manuaba, C. 2012.Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri Ginekologi S
osial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
Marmi, & Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita dan Anak Prasekol
ah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maryanti. 2015. Asuhan Neonatus & bayi. EGC, Jakarta
Pantiawati dkk.2012 .Asuhan Kebidanan 1.Jakarta:Nuha Medika.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator D
iagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan E
disi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Rajashree, K. 2015. Study on the Factors Associated with Low Birth Weight amon
g Newborns Delivered in a Tertiary-Care Hospital, Shimoga, Karnataka. In
ternational Journal of Medical Science and Public Health, [e-journal] 4 (9):
pp. 1287–1290.
Saifuddin.2015. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neona
tal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Sudarti & Fauziah. 2013. Asuhan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan. Cetaka
n I. Yogyakarta: Nuha medika.
Suminto, Silvia. 2017. Peranan Surfaktan Eksogen pada Tatalaksana Respiratory
Distress Syndrome Bayi Prematur (Jurnal). Jakarta: Fakultas Kedokteran
UNIKA Atma Jaya.
Surasmi,Asrining.2013.Perawatan Bayi Resiko Tinggi.Jakarta: EGC.
Supiati., 2016. Karakteristik Ibu kaitanyya dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Ren
dah. Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional, 1(1): 1-99.
Wijaya, R.S. 2013. Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Ber
at Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi Peri
ode 19 April-31 Mei 2013. Artikel Ilmiah. Universitas Jambi.
World Health Organization (WHO). 2018. Low Bitrh Weight. [online] http://www
worldlifeexpentancy.com/cause-of-death/low-birth-weight/by-country/

DAFTAR PUSATAKA
Evan. 2011. Asuhan Keperawatan Pasien Respiratory Distress Syndrome (RDS),
diakses pada tanggal10 September 2011
http://www.ilmukeperawatanku.com/asuhan-keperawatan-pasien-
respiratory-distress-syndrome-rds.html>
Suminto, Silvia. "Peranan surfaktan eksogen pada tatalaksana respiratory distress
syndrome bayi prematur." Cermin Dunia Kedokteran 44.8 (2017): 568-
571.
PPNI (2016).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan tindakan
keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018).Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria hasil
keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Kemekes RI
Wijanarti, Putu Dipta Pramita. Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Bayi
Respiratory Distress Syndrome (RDS) Dengan Gangguan Pertukaran Gas
di Ruang Perinatologi RSUD Wangaya Tahun 2020. Diss. Poltekkes
Denpasar Jurusan Keperawatan, 2020.

Anda mungkin juga menyukai