OLEH :
1120022088
A. Kasus Penyakit
1. Definisi
Diare merupakan pengeluaran feses yang berbentuk tidak normal dan cair. Bisa juga
didefinisikan dengan buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan
frekuensi BAB lebih dari biasanya. Bayi dapat dikatakan diare bila BAB sudah lebih
dari 3 kali sehari buang air besar, dan sedangkan neonatus dikatakan diare jika sudah
buang air besar sebanyak lebih dari 4 kali dalam sehari. (Lia dewi, 2014).
Diare adalah suatu keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya
(> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan atau
2. Manifestasi klinis
Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan manifestasi klinis dari diare, yaitu:
i. Diare.
j. Pontanel cekung
3. Woc
4. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada diagnos medis
diare adalah :
basa.
5. Pengobatan
Menurut Lia dewi (2014) prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:
c. Obat-obatan
B. Riwayat Penyakit
1. Pengkajian
a. Identifikasi: nama. Inisial, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, agama,
tanggal masuk rumah sakit, penanggung jawab mengenai orang tua, pekerjaan
orang tua, pendidikan orang tua, umur, suku bangsa dan alamat
b. Keluhan Utama Perasaan yang timbul gelisah, buang air besar lebih dari 3 kali,
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
baik. Pada berat badan pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi
kehilangan berat badan 3%, diare dengan dehidrasi dengan 6% dan diare
rontok, tidak ada benjolan, ubun- ubun besar cekung, mengukur lingkar
kepala.
Pemeriksaan mulut diare tanpa dehidrasi: mulut dan lidah basah, diare
dehidrasi ringan: mulut dan lidah kering, diare dehidrasi berat: mulut dan
ada les, bising usus meningkat, supel. e. Sistem integumen Warana kulit
2. Diagnosa (SDKI,2018)
a. Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif d.d turgor pada kulit menurun (D.0023)
b. Diare b.d malbsorpsi d.d defekasi lebih dari tiga kali dengan konsistensi fases
lembek (D.0020)
3. Intervensi
Diagnosa SLKISIKIHipovolemi b.d kehilangan cairan aktif d.d turgor pada kulit menurun
(D.0023)
5. Turgor kulit
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan keseimbangan cairan (L.05020) meningkat
3. Dehidrasi menurun
Anjurkan memperbanyak asupan lemas Diare b.d malbsorpsi d.d defekasi lebih dari tiga kali dengan
1. Urgency
2. Nyeri/keram abdomen
Data objektif
1. Frekuensi peristaltik meningkat 2. Bising usus hiperaktifselama 3x24 jam diharapkan eliminasi fekal
9. Berikan asupan cairan oral 10. Berikan cairan intravena 11. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolitHipertermia b.d dehidrasi d.d suhu tubuh meningkat (D.0130)
Data objektif
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangatSetelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan termoregulasi (L.14134)
2. Kejang menurun
3. Pucat menurun
4. IMPPLEMENTASI
untuk membantu pasien dalam masalah status kesehatan. Status kesehatan yang
dikelola secara baik nantinya mengambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat pada kebutuhan klien, faktor lain yang
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, evalusi pada dasarnya
membandingan status keadaan kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang telah
A. Kasus Penyakit
1. Definisi
BPH (Benign Prostatic Hyperthropy) atau bisa disebut Hipertrofi Prostat Jinak
ukuran zona dalam (kelenjar periuretra) dari kelenjar prostat. BPH adalah pembesaran
prostat yang mengenai uretra dan menyebabkan gejala uritakaria. Selain itu
Hiperplasia Prostat Benigna adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara
umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi
2. Manifestasi klinis
Menurut Nuari 2017, manifestasi klinis yang timbulkan oleh BPH disebut sebagai
syndroma prostatisme. Sindroma prostatisme ini dibagi menjadi dua, antara lain:
a. Gejala obstruktif
- Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan
- Terminal dribbling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing d. Pancaran lemah
b. Gejala iritasi
- Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan
- Frequency yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada
3. Woc
4. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nuari 2017, pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien BPH
a. Sedimen urin Untuk mncari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi
slauran kemih.
b. Kultur urin Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus
kalkulosa prostat dan kadang menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi
d. IVP (Intra Vena Pielografi) Mengetahui kemungkinan kelainan ginjal atau ureter
prostat, volume buli-buli atau mengukur sisa urin dan keadaan patologi lainnya
5. Pengobatan
Terapi medikametosa atau farmakologi dilakukan pada pasien BPH tingkat sedang,
atau dapat juga dilakukan sebagai terapi sementara pada pasien BPH tingkat berat.
(Purnomo, 2008).
6. Penatalaksanaan
antara lain:
c. Terapi bedah
d. Terapi invasif
e. Kateterisasi urine
C. Riwayat Penyakit
1. Pengkajian
berat pada pasien. Secara umum gejala yang dikeluhkan pasien hanyalah sulit
buang air kecil dan beberapa waktu 19 kemudian dapat berkurang dan baik lagi.
b. Keluhan utama Adanya retensi urine atau gejala komplikasi harus diidentifikasi
dengan cermat. Perawat dapat menanyakan kepada pasien dan keluarga tentang
keluhan yang dirasakan seperti tidak bias berkemih, badan lemas, anoreksia, mual
penyakit yang dilakukan pasien dan keluarga. Termasuk dalam hal apa yang
d. Pola eliminasi Kaji masalah berkemih seperti retensi urine, nokturia, hesistensi,
e. Pola aktivitas dan latihan Bagaiamana pola aktivitas pasien terganggu dengan
masalah BAK, misalnya kelelahan akibat tidak bias tidur, sering ke kamar mandi,
dan sebagainya.
f. Pola tidur Identifikasi apakah gangguan berkemih sudah mengganggu istirahat
tidur.
g. Pola peran Apakah peran dan fungsi keluarga terganggu akibat gangguan
berkemih.
i. Pemeriksaan diagnostik Amati hasil pemeriksaan USG, BNO, IVP dan hasil
2. Diagnosa
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau
a. Pre Operasi:
b. Post Operasi
3. Intervensi
Diagnosa SLKISIKINyeri akut b.d. agen pencedera fisiologis (preop), agen pencedera fisik (prosedur
operasi, post-op) 1.08238 Luaran Utama: Tingkat nyeri Luaran Tambahan: Kontrol nyeri
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam L.08066 Tingkat Nyeri dengan kriteria
hasil:
- Meringis: 5 (menurun)
- Gelisah: 5 (menurun)
Terapeutik:
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis , akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi pihat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat tidur Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
RESUME CA PARU
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal
dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker paru primer
adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus/bronchogenic
carcinoma) (Kemenkes RI, 2017). Kanker paru atau disebut karsinoma bronkogenik
merupakan tumor ganas primer sistem pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan
berasal dari mukosa percabangan bronkus (Nurarif & Kusuma, 2015). Kanker paru adalah
keganasan yang berasal dari luar paru maupun yang berasal dari paru sendiri (primer), dimana
kelainan dapat disebabkan oleh kumpulan perubahan genetika pada sel epitel saluran nafas
yang dapat mengakibatkan proliferasi sel yang tidak dapat dikendalikan. (Purba & Wibisono,
2015).
2. Manifestasi Klinis
Nafas dangkal
Batuk
Trosseau Syndrome
Nyeri dada
Sesak nafas
3. Woc
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kanker paru ini adalah pemeriksaan laboratorium.
b. Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan analisis gas;
c. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada organ-organ lainnya;
dan
d. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada jaringan tubuh baik oleh
5. Pengobatan
Kemoterapi Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvant pada stadium dini, atau
sebagai adjuvant pasca pembedahan. Terapi adjuvant dapat diberikan pada KPKBSK stadium IIA, IIB
dan IIIA. Pada KPKBSK stadium lanjut, kemoterapi dapat diberikan dengan tujuan pengobatan jika
tampilan umum pasien baik (Karnofsky >60; WHO 0-2). Namun, guna kemoterapi terbesar adalah
6. Penatalaksanaan
penatalaksanaan pada penyakit kanker paru dibagi berdasarkan klasifikasinya. Pada kanker
paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK), terdiri dari berbagai jenis, antara lain adalah
karsinoma sel skuamosa (KSS), adenokarsinoma, karsinoma bukan sel kecil (KBSK)
adalah bedah, radiasi, dan kemoterapi. Penatalaksanaan kanker paru karsinoma bukan sel kecil
antara lain:
a. Bedah
Terapi utama utama untuk sebagian besar KPBSK, terutama stadium I-II dan stadium IIIA
yang masih dapat direseksi setelah kemoterapi neoadjuvan. Jenis pembedahan yang dapat
kardiovaskular atau kapasitas paru yang lebih rendah, pembedahan segmentektomi dan reseksi
b. Radioterapi
Radioterapi dalam tatalaksana kanker paru Bukan Sel Kecil (KPKBSK) dapat berperan di
semua stadium KPKBSK sebagai terapi kuratif definitif, kuratif neoajuvan atau ajuvan maupun
paliatif. Radioterapi dapat diberikan pada stadium I yang menolak dilakukan operasi setelah
evaluasi bedah thoraks dan pada stadium lokal lanjut (Stadium II dan III) konkuren dengan
kemoterapi. Pada pasien Stadium IIIA resektabel, kemoterapi pre operasi dan radiasi pasca
operasi merupakan pilihan. Pada pasien Stadium IV, radioterapi diberikan sebagai paliatif atau
c. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvant pada stadium dini, atau sebagai
adjuvant pasca pembedahan. Terapi adjuvant dapat diberikan pada KPKBSK stadium IIA, IIB
dan IIIA. Pada KPKBSK stadium lanjut, kemoterapi dapat diberikan dengan tujuan pengobatan
jika tampilan umum pasien baik. Kemoterapi adalah sebagai terapi paliatif pada pasien dengan
stadium lanjut.
B. Riwayat Penyakit
1. Pengkajian
a. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Pada klien dengan Ca paru sebagian besar akan merasakan sesak dan menganggap sesak
tersebut adalah sesak biasa karena pada klien Ca paru pada fase awal akan jarang
menimbulkan gejala. Gejala akan timbul biasanya jika Ca paru sudah semakin meluas.
Sehingga klien tidak terlalu perhatian dengan gejala yang dirasakannya pada gejala awal
- Antropometeri : dilakukan dengan menghitung TB, BB, dan IMT. Biasanya pada klien
dengan Ca Paru apabila terjadi pada tipe adenokarsinoma akan mengalami penurunan
- Clinical Sign : dilakukan dengan mengkaji status umum pasien meliputi mukosa bibir,
- Diet Pattern : dilakukan dengan mengkaji bagaimana pola makan pasien saat ini. Pada
umumnya pada klien dengan Ca paru jika mengalami sesak nafas maka nafsu makan
- Pola eliminasi:
BAK
o Warna : Kuning
Bau : Amoniak dan obat
Karakter : Cair
Karakter : Keras
Kemandirian : Dibantu
RR meningkat
1. Durasi : berkurang
Pasien mampu berhitung dan mengingat apa yang telah dilakukan oleh perawat
Gambaran diri: Klien biasanya mengkhawatirkan jika dia tidak bisa bekerja
seperti biasanya
Harga diri: Klien biasanya merasa malu memiliki penyakit kanker dan
e. Peran Diri : Pasien dengan Ca paru biasanya adalah seseorang dalam usia produktif
Pola seksualitas
Klien dengan Ca paru biasanya akan lebih menjauh dari orang-orang sekitarnya
karena khawatir penyakitnya akan menular seperti TBC dan penyakit paru lainnya
penyakit tersebut
j. System nilai & keyakinan
pegangan hidup
a. Keadaan umum:
b. Tanda vital:
inflamasi
1. Kepala
Inspeksi: kepala simetris, rambut tersebar merata berwarna hitam kaji uban),
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat lesi, tidak ada perdarahan, tidak
ada lesi.
2. Mata
Inspeksi: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, refleks pipil
terhadap cahaya (+/+), kondisi bersih, bulu mata rata dan hitam
Palpasi: tidak ditemukan nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
3. Telinga
Inspeksi: telinga simetris, lubang telinga bersih tidak ada serumen, tidak ada
kelainan bentuk.
4. Hidung
pernafasan
5. Mulut
Inspeksi: mukosa bibir lembab, mulut bersih, lidah berwarna merah, gigi
6. Dada
ParuJantungInspeksi: Betuk dada kadang tidak simetris, kaji adanya retraksi dada
Palpasi: Pengembangan paru tidak simetris, kaji adanya kemungkinan flail chest Perkusi:
WheezingInspeksi: Tidak ada pembesaran jantung Palpasi: Tidak ada edema dan nyeri tekan
Auskultasi: Tidak ada bunyi jantung tambahan (Gallop, Gargling, Mur-mur, Friction rub)
7. Abdomen
Inspeksi: bentuk
tekan
Auskultasi: Kaji adanya penurunan bising usus karena penurunan nafsu makan
8. Urogenital
sesak nafas Palpasi: akral dingin, tidak ada edema, tugor kuit
baik.
2. Diagnosa
1. Gangguan pertukaran gas (00030) berhubungan dengan himoptosis atau bronkiektasis dan
atelektasis
3. Ketidakefektifan pola napas (00032) berhubungan dengan obstruksi bronkus atau sumbatan
mediastinum
3. Intervensi
a. Dispnea menurun
c. PCO2 membaik
d. PO2 membaik
e. pH arteri membaik
f. Takikardia membaik
h. Kesadaran membaik
b. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
(batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada
di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu
perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam
ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter
cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada
pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau
penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal.
Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri
disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu
tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin.
Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa
centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa
sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine
berwarna keruh seperti teh atau merah. (Brunner and Suddarth, 2012)
2. Manifestasi klinis
Beberapa manifestasi klinis yang dapat muncul pada pasien Urolithiasis :
a. Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri kolik dan non
kolik. Nyeri kolik terjadi karena adanya stagnasi batu pada saluran kemih
sehingga terjadi resistensi dan iritabilitas pada jaringan sekitar. Nyeri kolik juga
karena adanya aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter
sehingga terjadi peregangan pada saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri non
kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi infeksi pada ginjal
ginjal. Rasa nyeri akan bertambah berat apabila batu bergerak turun dan
rasa nyeri di sekitar testis pada pria dan labia mayora pada wanita. Nyeri
b. . Gangguan miksi Adanya batu pada saluran kemih, maka aliran urin mengalami
penurunan sehingga sulit sekali untuk miksi secara spontan. Batu dengan ukuran
kecil mungkin dapat keluar secara 34 spontan tetapi batu dengan ukuran yang
mengalami desakan berkemih, tetapi hanya sedikit urin yang keluar. Keadaan ini
akan menimbulkan gesekan yang disebabkan oleh batu sehingga urin yang
d. Mual dan muntah Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi
ketidaknyamanan pada pasien karena nyeri yang sangat hebat sehingga pasien
mengalami stress yang tinggi dan memacu sekresi HCl pada lambung. Namun,
e. Demam terjadi karena adanya kuman yang menyebar ke tempat lain. Tanda
dibidang urologi, dalam hal ini harus secepatnya ditentukan letak kelainan
anatomik pada saluran kemih yang mendasari timbulnya urosepsis 35 dan segera
f. Distensi vesika urinaria Akumulasi urin yang tinggi melebihi kemampuan vesika
urinaria akan menyebabkan vasodilatasi maksimal pada vesika. Oleh karena itu,
akan teraba bendungan (distensi) pada waktu dilakukan palpasi pada regio vesika
(Purnomo, 2011).
3. Woc
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium:
o Urinalisa : warna urin berubah kuning, coklat gelap, berdarah menunjukan SDM, SDP,
Kristal (sistin, as. Urat, kalsium oksalat), serpihan, mineral, bakteri, pus, pH asam, dan
o Urine 24 jam : terjadi peningkatan kreatinin, as. Urat, kalsium, fosfat, oksalat, ataupun
sistin.
o Hb/ht: abnormal boila pasien dehidrasi nitrat atau polisitemia terjadi mendorong
reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
Tujuan pembuatan foto polos abdomen adalah untuk melihat kemungkinan adanya batu
radioopak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsiumfosfat bersifat
radioopak dan paling sering dijumpai pada diantara batu-baru jenis lain sedangkan batu
opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika IVP belum
dapat menjelaskan keadaan system kandung kemih akibat adanyapenurunan fungsi ginjal
d. Ultrasonografi
e. CT- Scan
Mengidentifikasi dan menggammbarkan kalkuli dan masa lain : ginjal, ureter, dan
5. Pentalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan ini adalah untuk menghilangkan batu, mencegah kerusakan
Ada beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada batu saluran empedu diantaranya:
a. Terapi diet
Terapi diet ini terdiri dari terapi nutrisi dan terapi cairan. Terapi nutrisi berperan penting dalam
mencegah batu renal. Masukan cairan yang adekuat serta menghindari makanan tertentu dalam
diet juga dapat mencegah pembentukan batu. Setiap klien yang memiliki riwayat batu renal harus
minum paling sedikit 8 gelas air (+ 2-3 liter) dalam sehari untuk mempertahankan urin encer,
kecuali dikontraindikasikan. Natrium selulosa fosfat telah diteliti lebih efektif dalam mencegah
batu kalsium.
b. Terapi Farmakologi
(1) Antispasmodik
(2) Antibiotik
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada
pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah dikeluarkan, batu ginjal
dapat dianalisis dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat
pembentukan batu berikutnya. Urin yang asam harus dibuat basa dengan preparat sitrat
(Chang 2009).
(3) Analgesik
Opioid (injeksi morfin sulfat, petidin hidroklorida) atau obat AINS (NSAID’s) seperti
c. Terapi Kimiawi
b. Alupurinol (zyloprim) : Mengatasi batu asam dengan menurunkan kadar asam urat
plasma dan ekskresi asam urat ke dalam urin. Efek samping mual, diare, vertigo,
d. Herbal
Jus kulit manggis dan daun sirsak penghancur batu ginjal paling ampuh tanpa
terjadinya pembentukan batu yang baru dan penghancur batu yang telah terbentuk dengan
sangat efektif. Selain itu juga sebagai antioksidan yang sangat tinggi berguna untuk
meningkatkan daya tahan tubuh serta dapat mencegah infeksi dan melancarkan peredaran
darah sehingga urin (hasil buangan akhir lebih sempurna). Serta banyak lagi kandungan
C. Riwayat penyakit
1. Pengkajian
- Identitas Klien : terdiri dari nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan,
- Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Keluhan dari klien bergantung pada posisi atau letak batu, ukuran batu, dan penyulit
yang ada. Nyeri akibat adanya peningkatan tekanan hidrostatik di daerah abdomen bagian
bawah yakni berawal dari area renal meluas secara anterior dan pada wanita ke bawah
mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis. Nyeri yang dirasakan
bisa berupa nyeri kolik atupun non kolik. Nyeri kolik hilang timbul akibat spasme otot
polos ureter karena peningkatan aktivitas untuk mengeluarkan batu. Sedangkan nyeri non
kolik terjadi akibat peregangan kapsul ureter karena hidronefrosis atau infeksi pada
ureter. Apabila urolithiasis disertai dengan adanya infeksi maka demam juga akan
dikeluhkan. Keluhan kencing seperti disuria, retensi urin atau gangguan miksi lainnya
Klien awalnya mengeluhkan perubahan gangguan eliminasi urin yang dialami (oliguria,
disuria, hematuria). Biasanya seiring berjalannya waktu dan tingkat keparahan penyakit
maka nyeri mulai dirasakan dan nyeri ini bersifat progresif. Respon dari nyeri itu sendiri
yakni munculnya gangguan gastrointestinal, seperti keluhan anoreksia, mual, dan muntah
yang menimbulkan manfestasi penurunan asupan nutrisi umum. Mengkaji berapa lama
dan berapa kali keluhan tersebut dirasakan, apa yang dilakukan, kapan keluhan tersebut
Adanya riwayat batu ginjal sebelumnya, riwayat mengalami gangguan haluaran urin
dan riwayat hipertensi yang bisa menjadi faktor penyulit pada kasus urolithiasis,
penderita osteoporosis yang menggunakan obat dengan kadar kalsium yang tinggi.
Keluarga pernah menderita urolithiasis, adanya riwayat ISK, riwayat hipertensi, riwayat
kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, gout, riwayat penyakit usus halus, riwayat
- Pemeriksaan Fisik
1) Kepala dan leher: Kepala normal dan bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
3) Hidung : Hidung normal, jalan nafas efektif, tidak menggunakan pernapasan cuping
hidung.
6) Dada
(3) Perkusi : Tidak ditemukan adanya penumpukan sekret, cairan atau darah di daerah
paru.
7) Abdomen
(4) Perkusi : -
8) Genetalia : Hasil pengkajian keadaan umum dan fungsi genetalia tidak ditemukan adanya
10) Pola Sirkulasi : Adanya peningkatan TD/nadi (nyeri, anseitas, gagal ginjal). Kulit hangat
11) Pola Eliminasi : Riwayat adanya ISK Kronis atau obstruksi sebelumnya (kalkulus).
Terjadi penurunan haluaran urin yang ditandai dengan adanya rasa seperti terbakar, oliguria,
12) Pola intake makanan dan cairan : Klien mual dan muntah, nyeri tekan pada abdomen.
Diet rendah purin, kalsium oksalat, dan fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak
minum air dengan cukup yang ditandai dengan distensi abdomen, penurunan suara bising
usus.
13) Nyeri: Terjadi secara akut atau bisa juga terjadi nyeri kronik. Lokasi nyeri tergantung
pada lokasi batu, contoh pada panggul di region sudut kostovetebral (CVA) dan dapat
menyebar ke seluruh punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha serta genitalia. Nyeri
dangkal konstan menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat
digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain yang ditandai
2. Diagnosa
Berdasarkan pada semua data pengkajian, diagnosa keperawatan pada pasien batu renal
operasiSetelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan tingkat nyeri menurun
dan kontrol nyeri meningkat dengan kriteri hasil : a. Tidak mengeluh nyeri
b. Tidak meringis
Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat dingin,
terapi bermain
b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck G. et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) Sixth Edition. Elsevier:
Saunders
Nuari & Widayati.2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaan Keperawatan.
Yogyakarta: Deepublish.
Pearl, MS., Nakada, SY. 2009. Medical and Surgical Management of Urolithiasis.
Informa: UK
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa