PENDAHULUAN
A. LATARBELAKANG
Diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang
tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)
dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.
Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi
insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang
menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum
menderita diare infeksi.
Diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu
diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari
penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi.
Diare infeksi dapat disebabkan Virus, Bakteri, dan Parasit. Di negara berkembang, diare
infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika orang dewasa
terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding di negara berkembang lainnya mengalami
serangan diare 3 kali setiap tahun. Diare merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di
Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang
praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena
infeksi terdapat peringkat pertama s/d ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.
Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan di negara
berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode
diare akut pada dewasa terjadi setiap tahunnya. WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare
akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 jutapertahun.
Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada orang dewasa
per tahun. Dari laporan surveilan terpadu tahun 2006 jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di
Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan.
Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia
coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery,
kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli.
Dari tabel diatas menunjukan bahwa penyakit diare berada pada urutan ketiga dengan
pravelensi sebesar 3.5% dari 9 penyakit utama yang ada di Rumah Sakit yang menjadi penyebab
utama darikematian.
Berdasarkan data profil kesehatan, jumlah kasus diare di Jawa Tengah berdasarkan laporan
puskesmas sebanyak 420.587 sedangkan kasus gastroenteritis dirumah sakit sebanyak 7.648 sehingga
jumlah keseluruhan penderita yang terdeteksi adalah 428.235 dengan jumlah kematian adalah
sebanyak 54 orang (CFR=0,13%). Cakupan penemuan kasus di Sragen sebesar 45,4%.
B. RUMUSAN MASALAH
Penulis dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diare.
C. TUJUAN
1. TujuanUmum
Tujuan umum dari karya tulis ilmiah ini adalah memberikan pengalaman yang nyata kepada
penulis dalam penatalaksanaan dan pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien diare.
2. Tujuan Khusus
Laporan ini dibuat untuk :
a. Melakukan pengkajian pada pasien diare.
b. Melakukan analisia data pada pasien diare.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul.
d. Merumuskan intervensi keperawatan.
e. Melakukan tindakan keperawatan.
f. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan
D. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat bagi penulis.
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan pada gangguan system
pencernaan diare.
2. Manfaat bagi pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang penyakit diare yang diderita dan mengetahui
cara perawatan diare dengan benar.
3. Manfaat bagi institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan di masa yang datang
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Diare menurut Mansjoer (2016) adalah frekuensi defekasi encer lebih dari 3 x sehari dengan
atau tanpa daerah atau tinja yang terjadi secara mendadak berlangsung kurang dari tujuh hari yang
sebelumnya sehat. Sedangkan menurut Suruadi (2018) Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan bentuk tinja yang
encer atau cair. Dan menurut Ngastiyah (2017) Diare adalah BAB dengan jumlah tinja yang banyak
dari biasanya, dengan tinja yang berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula disertai frekuensi
defekasi yangmeningkat.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam.
Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang
air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
B. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi diare menurut Ngastiyah (2017).
a. Infeksi enteral : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
b. Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella campilo baster.
c. Infeksivirus : Rotavirus, calcivilus, Enterovirus, Adenovirus,Astrovirus.
d. Infeksi parasit : cacing (ascaris, oxyuris), protozoa (entamoba histolica, giardia lambia),
jamur (candidaaibicans).
e. Infeksi Parenteral : Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti Tonsilitis,
broncopneumonia, Ensefalitis, meliputi:
2. Faktor Malabsobsi: karbohidrat, lemak, protein
3. Faktor makanan: basi, racun,alergi.
4. Faktor psikologis: rasa takut dancemas.
C. MANIFESTASIKLINIK
Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut Suriadi (2018) antara lain:
1. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atauencer.
2. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun) ubun-ubun
dan mata cekung, membran mukosakering.
3. Kramabdominal.
4. Demam.
5. Mual danmuntah.
6. Anoreksia.
7. Lemah.
8. Pucat.
9. Perubahan TTV, nadi dan pernafasancepat.
10. Menurun atau tidak ada pengeluaranurin.
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Suriadi (2018), patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya motilitas dan
cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan
dan elektrolit yang berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga
ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat
terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksin bakteri
terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan
meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa
intestinal sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan
terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal
untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan ini terjadi pada sindrom
malabsorbsi. Peningkatan motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 3 macamyaitu:
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan dalam
rongga yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
E. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dari diare menurut Suriadi (2018 ) adalah :
1. Hipokalemia ( dengan gejala matiorisme hipotoni otot lemah bradikardi perubahan
elektrokardiogram).
2. Hipokalsemia
3. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia danhipokalsemia.
4. Hiponatremi.
5. Syokhipovalemik.
6. Asidosis
7. Dehidrasi
F. PEMERIKSAANPENUNJANG
Pemeriksaan penunjang diare menurut Suriadi (2018 ) adalah :
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.
2. Pemeriksaan intubasiduodenum.
3. Pemeriksaan elektrolit dancreatinin.
4. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanyadarah.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan medis adalah pengobatan dengan cara pengeluaran diet dan pemberiancairan.
a. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya air gula, sari
buah segar, air teh segar, kuah sup, air tajin, ASI. Jangan memberikan air kembang gula, sari
buah air dalam botol karena cairan yang terlalu banyak mengandung gula akan memperburuk
diare.
b. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung campuran gula
dan garam yang disebut larutan dehidrasi oral ( LRO ). LRO ini dibuat dengan
mencampurkan sebungkus garam rehidrasi kedalam 1 liter airbersih.
c. Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping LRO.
2. Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (2016) antara lain:
a. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enterik termasuk
cuci tangan sebelum dan sesudah kontak denganpenderita.
b. Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila menyentuh
barangterinfeksi.
c. Penderita dan keluarganya dididik mengenal cara perolehan entero patogen dan cara
mengurangi penularan.
H. FOKUS PENGKAJIAN
1. Aktivitas /istirahat
Gejala : Gangguan pola tidur, misalnya insomnia dini hari, kelemahan, perasaan ‘hiper’ dan
ansietas, peningkatan aktivitas / partisipasi dalam latihan-latihan energitinggi.
Tanda : Periode hiperaktivitasi, latihan keras terus-menerus.
2. Sirkulasi
Gejala : Perasaan dingin pada ruangan hangat. Tanda : TD rendah takikardi, bradikardia,disritmia.
3. Integritas ego
Gejala : Ketidakberdayaan / putus asa gangguan ( tak nyata ) gambaran dari melaporkan diri-
sendiri sebagai gendut terus- menerus memikirkan bentuk tubuh dan berat badan takut berat badan
meningkat, harapan diri tinggi, marahditekan.
Tanda : Status emosi depresi menolak, marah, ansietas.
4. Eliminasi
Gejala : Diare / konstipasi,nyeri abdomen dan distress, kembung, penggunaan laksatif / diuretik.
5. Makanan, cairan
Gejala : Lapar terus-menerus atau menyangkal lapar, nafsu makan normal atau meningkat.
Tanda : Penampilan kurus, kulit kering, kuning / pucat, dengan turgor buruk, pembengkakan kelenjar
saliva, luka rongga mulut, luka tenggorokan terus-menerus, muntah, muntah berdarah, luka gusiluas.
6. Higiene
Tanda : Peningkatan pertumbuhan rambut pada tubuh, kehilangan rambut ( aksila / pubis ), rambut
dangkal / tak bersinar, kuku rapuh tanda erosi email gigi, kondisi gusi buruk
7. Neurosensori
Tanda : Efek depresi ( mungkin depresi ) perubahan mental ( apatis, bingung, gangguan memori )
karena mal nutrisi kelaparan.
8. Nyeri / kenyamanan Gejala : Sakitkepala.
9. Keamanan
Tanda : Penurunan suhu tubuh, berulangnya masalah infeksi.
10. Interaksisosial
Gejala : Latar belakang kelas menengah atau atas, Ayah pasif / Ibu dominan anggota keluarga dekat,
kebersamaan dijunjung tinggi, batas pribadi tak dihargai, riwayat menjadi diam, anak yang dapat
bekerja sama, masalah control isu dalam berhubungan, mengalami upaya mendapat kekuatan.
11. Seksualitas
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga siklus menstruasi berturut-turut, menyangkal / kehilangan minat
seksual.
Tanda : Atrofi payudara, amenorea.
12. Penyuluhan /pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden depresi keyakinan / praktik
kesehatan misalnya yakin makanan mempunyai terlalu banyak kalori, penggunaan makanansehat.
I. FOKUS INTERVENSI
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put yang berlebihan
dengan intrake yang kurang (Carpenito, 2016) . Tujuan : Kebutuhan cairanterpenuhi
Kriteria hasil : Turgor kulit elastis dan mukosa bibir lembab Intervensi :
a. Kaji status dehidrasi : mata, tugor kulit dan membranmukosa.
Rasional : Untuk memberikan info tentang kebutuhan diet atau keefektifan terapi.
b. Monitor intake dan output
Rasional : Untuk mengetahui berapa banyak masukan dan pengeluaran cairan ke dalam tubuh.
c. Hindari makanan buah-buahan dan hindari diet tinggiserat.
Rasional : Memungkinkan aliran usus untuk memastikan kembali proses pencernaan,
protein perlu untuk integritas jaringan.
d. Lakukan kebersihan mulut setiap habismakan
Rasional : Mulut yang bersih dapat menigkatkan rasamakanan.
e. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : membantu kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan dan fungsi usus.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan : Hipertermi teratasi
Kriteria hasil : Tubuh tidak panas dan suhu tubuh normal (S : 36-37 o C) Intervensi :
a. Observasi vitalsign
Rasional : Membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan intervensi
Rasional : Untuk menghindari pada daerah anus terdapat kuman, bakteri, karena bakteri suka
daerah yanglembab.
d. Observasi keadaan kulit
Rasional : Pada daerah ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan
lebih intensif.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
Rasional : Untuk membantu memulihkan kondisibadan.
1. Pengkajian
a. Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tempat
tanggal lahir, umur, agama, pendidikan, asal suku bangsa, nama orangtua,
pekerjaan orang tua, dan alamat orang tua.
1) Keluhan Utama
Frekuensi BAB pada bayi lebih dari 3 kali/hari dan neonatus lebih dari 4
kali/hari, bentuk cair pada buang air besarnya kadang-kadang disertai
lendir dan darah, nafsu makan menurun, warnanya lama-kelamaan
kehijauan karena bercampur empedu, muntah, rasa haus, malaise, adanya
lecet pada daerah sekitar anus.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien anak dengan diare cenderung mengalami :
a) Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan kemungkinan
timbul diare.
b) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna
tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
sifatnya makin lama makin asam.
d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan eletrolit, maka
gejala dehidrasi mulai tampak.
f) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi
dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit
gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu
6 jam (dehidrasi berat).
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak. Diare lebih sering
terjadi pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita
campak dalam 4 minggu terakhir,sebagai akibat dari penuruan
kekebalan tubuh pada pasien. Selain imunisasi campak, anak juga
harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG,
imunisasi DPT, serta imunisasi polio.
b) Adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan (antibiotik), obat
pencahar atau konsumsi makanan yang banyak mengandung sorbitol
dan fruktosa (seperti jus apel).
c) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2
tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi
sebelumnya, selama atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk
melihat tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti
OMA, tonsilitis, faringitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat
menular ke anggota keluarga lainnya. Dan juga makanan yang tidak
dijamin kebersihannya yang disajikan kepada anak. Riwayat keluarga
melakukan perjalanan kedaerah dengan suseptibilitas tinggi.
5) Riwayat Nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare,meliputi:
a) Pemberian ASI eksklusif pada anak umur 4-6 bulan sangat
mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
b) Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air masak dan
diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan
mudah menimbulkan pencemaran.
c) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus
(minum biasa). Pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus
ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, anak malas
minum atau tidak bisa minum.
6) Pola Hygine
Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja, menggunakan
botol susu yang tidak dicuci dengan bersih, tidak mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir setelah menyentuh barang-barang kotor dan
buang air besar, serta tidak mencuci tangan saat menyentuh makanan.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a) Diare tanpa dehidrasi : baik, sadar
b) Diare dehidrasi ringan atau sedang : gelisah, rewel
c) Diare dehidrasi berat : lesu, lunglai, atau tidak sadar
2. Berat badan
Menurut Hidayat (2012), anak yang mengalami diare dengan dehidrasi
biasanya mengalami penurunan berat badan, sebagai berikut:
Tabel 2.4
Persentase kehilangan berat badan
Berdasarkan tingkat dehidrasi
3. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Anak yang berusia dibawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,
fontanela (ubun-ubun) nya biasanya cekung.
b) Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya
normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang, kelopak
matanya cekung (cowong). Sedangkan apabila mengalami dehidrasi
berat, kelopak matanya sangat cekung.
c) Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak
sianosis, tidak ada pernapasan cuping hidung.
d) Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e) Mulut dan Lidah
(1) Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
(2) Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
(3) Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
f) Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada
kelainan pada kelenjar tyroid.
g) Thorak
(1) Jantung
(a) Inspeksi
Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
(b) Auskultasi
Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare
dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung pasien normal
hingga meningkat, diare dengan dehidrasi berat biasanya pasien
mengalami takikardi dan bradikardi.
(2) Paru-paru
(a) Inspeksi
Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare
dehidrasi ringan pernapasan normal hingga melemah, diare
dengan dehidrasi berat pernapasannya dalam.
h) Abdomen
(1) Inspeksi: Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram
abdomen.
(2) Palpasi: Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada
pasien diare dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien
dehidrasi berat kembali > 2 detik.
(3) Auskultasi: Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya
meningkat
i) Ektremitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal,
akral teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT kembali
< 2 detik, akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2
detik, akral teraba dingin, sianosis.
j) Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan
pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada kulit sekitar anus atau
infeksi saluran perkemihan, karena biasanya anak-anak sering
memakai popok.
c. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan AGD dan elektrolit seperti kadar kalium, natrium serum,
dan klorida. Apabila dicurigai adanya gangguan keseimbangan asam
basa dan elektrolit. Apabila terjadi asidosis metabolic (pH menurun,
pO2meningkat, pCO2 meningkat, HCO3- menurun) juga untuk
menilai Hiponatremi, Hipernatremi, Hipokalemi.
2) Pemeriksaan urin
Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin yang diperiksa
adalah Na+ K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkan adanya ketosis
3) Feses Kultur
Memeriksa apakah ada bakteri, virus, parasit, candida.
4) Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa
Biasanya pada pemeriksaan ini terjadi peningkatan kadar protein
leukosit dalam feses atau darah makroskopik. pH menurun disebabkan
akumulasi asam atau kehilangan basa.
2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan diare menurut
SDKI (2017), adalah sebagai berikut:
a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kegagalan
mekanisme regulasi.
b. Diare berhubungan dengan fisiologis (inflamasi gastrointestinal, proses
infeksi, malabsorbsi) psikologis.
c. Resiko syok berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit.
d. Resiko perfusi serebral tidak efektif
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien, dan psikologis.
f. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme,
penyakit, proses penyakit.
g. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, ansietas,
keletihan, nyeri.
h. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisiologis (sering BAB).
i. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi,
kekurangan volume cairan.
j. Anisetas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, gejala
terkait penyakit, kurang terpapar informasi.
k. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
3. Perencanaan Keperawatan
Tabel 2.5
Perencanaan keperawatan
Edukasi
1) Ajarkan ibu cara
mencampur dan
memberikan oralit
2) Ajarkan ibu cara
pemberian tablet zinc (*
Purnamasari, 2019)
3) Anjurkan makan porsi
kecil dan sering secara
bertahap.
4) Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
5) Anjurkan
mengkonsumsi makanan
yang mengandung tinggi
serat
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas (mis.
Loperamide, difenoksilat)
2) Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses (mis.
Antapulgit, smektit,
kaolin-pektin)
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Antiemetik)
2) Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian IV
2) Kolaborasi pemberian
tranfusi darah
3) Kolaborasi pemberian
antiinflamasi
c. Nafsu makan
Setelah dilakukan b. Pemantauan nutrisi
tindakan keperawatan Observasi
diharapkan nafsu 1) Identifikasi faktor yang
mempengaruhi asupan
makan pasien gizi
adekuat, dengan 2) Identifikasi perubahan
Kriteria hasil: berat badan
3) Identifikasi pola makan
1. Keinginan makan
(mis. Makanan
meningkat
kesukaan, komsumsi
2. Asupan makanan
makanan cepat saji,
meningkat
makan terburu-buru)
3. Asupan cairan
4) Monitor mual muntah
meningkat
5) Monitor asupan oral
4. Asupan nutrisi
6) Monitor hasil labor (mis,
meningkat
albumin serum,
transferrin, kreatinin,
Hb, Ht, dan elektrolit
darah
Terapeutik
1) Timbang berat badan
2) Ukur antropometrik
(mis. IMT, pengukuran
pinggang, dan ukuran
lipatan kulit)
3) Hitung berubahan berat
badan
4) Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
5) Dokumentasikan hasil
pemantauan
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
2) Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
b. Edukasi dehidrasi
Observasi
1) Identifikasi
kemampuan pasien dan
keluarga menerima
informasi
b. Status Cairan
Setelah dilakukan Terapeutik
tindakan keperawatan
diharapkan status 1) Persiapkan materi,
cairan pasien tidak media dan alat/
terganggu, dengan formulir balans cairan
Kriteria hasil: 2) Tentukan waktu dan
tempat untuk
1. Kekuatan nadi memberikan
meningkat pendidikan kesehatan
2. Tugor kulit sesuai kesepakatan
meningkat dengan pasien dan
3. Output urine keluarga
3) Berikan kesempatan
meningkat pasien dan keluarga
4. Keluhan haus untuk bertanya
menurun Edukasi
5. Konsentrasi urine
menurun 1) Jelaskan tanda dan
gejala dehidrasi
2) Anjurkan
memperbanyak minum
3) Anjurkan
memperbanyak
mengkonsumsi buah
yang mengandung
banyak air
4) Ajarkancara pemberian
oralit
1) Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
Objektif
Edukasi
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang 1) Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
3) Sulit tidur 2) Anjurkan keluarga untuk
Gejala dan tanda minor tetap bersama pasien
3) Latih teknik relaksasi
Subjektif:
1) Frekuensi nafas
meningkat
2) Frekuensi nadi
meningkat
3) Tekanan darah
meningkat
4) Diaforesis
5) Tremor
6) Kontak mata buruk
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi
lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar
encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada
intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang
berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam
tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi
permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan
elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan
elektrolit dan bahan-bahan makanan ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan motilitas
intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.
DAFTAR PUSTAKA
Husniati, L. (2018). Hubungan Faktor Lingkungan Dan Sosiodemografi Dengan Kejadian Diare Pada
Anak Balita (1-4 Tahun) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kambar Kabupaten Padang
Pariaman Tahun 2018. Skripsi. Universitas Andalas.
Indriyani, Puji dan Yuniar Deddy Kurniawan. 2017. Pengaruh Oralit 200 Terhadap Lama Perawatan
Bayi Dengan Diare Akut Dehidrasi Ringan-Sedang. Universitas Muhammadiyah Semarang
Kapti, Rinik Eko dan Nurona Azizah. 2017. Perawatan Anak Sakit di Rumah. Malang :
UBPressMendri, Ni Ketut, & Prayogi, Agus Sarwo. 2017. Asuhan Keperawatan pada Anak
Sakit & Bayi Resiko Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan indakator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI
−−−. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI
−−−. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Karakter Hasil Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPN
Putri, intan Hilma. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare Di Ruang Ibu Dan Anak Rs
TK.III Reksodiwiryo Padang. Studi Kasus PoltekkesKemenkes Padang 2018
Sundaru, Heru. 2018. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta