Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG

Diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang
tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)
dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.
Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi
insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang
menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum
menderita diare infeksi.
Diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu
diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari
penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi.
Diare infeksi dapat disebabkan Virus, Bakteri, dan Parasit. Di negara berkembang, diare
infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika orang dewasa
terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding di negara berkembang lainnya mengalami
serangan diare 3 kali setiap tahun. Diare merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di
Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang
praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena
infeksi terdapat peringkat pertama s/d ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.
Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan di negara
berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode
diare akut pada dewasa terjadi setiap tahunnya. WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare
akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 jutapertahun.
Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada orang dewasa
per tahun. Dari laporan surveilan terpadu tahun 2006 jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di
Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan.
Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia
coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery,
kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli.
Dari tabel diatas menunjukan bahwa penyakit diare berada pada urutan ketiga dengan
pravelensi sebesar 3.5% dari 9 penyakit utama yang ada di Rumah Sakit yang menjadi penyebab
utama darikematian.
Berdasarkan data profil kesehatan, jumlah kasus diare di Jawa Tengah berdasarkan laporan
puskesmas sebanyak 420.587 sedangkan kasus gastroenteritis dirumah sakit sebanyak 7.648 sehingga
jumlah keseluruhan penderita yang terdeteksi adalah 428.235 dengan jumlah kematian adalah
sebanyak 54 orang (CFR=0,13%). Cakupan penemuan kasus di Sragen sebesar 45,4%.

B. RUMUSAN MASALAH
Penulis dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diare.
C. TUJUAN
1. TujuanUmum
Tujuan umum dari karya tulis ilmiah ini adalah memberikan pengalaman yang nyata kepada
penulis dalam penatalaksanaan dan pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien diare.
2. Tujuan Khusus
Laporan ini dibuat untuk :
a. Melakukan pengkajian pada pasien diare.
b. Melakukan analisia data pada pasien diare.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul.
d. Merumuskan intervensi keperawatan.
e. Melakukan tindakan keperawatan.
f. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan

D. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat bagi penulis.
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan pada gangguan system
pencernaan diare.
2. Manfaat bagi pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang penyakit diare yang diderita dan mengetahui
cara perawatan diare dengan benar.
3. Manfaat bagi institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan di masa yang datang
BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Diare menurut Mansjoer (2016) adalah frekuensi defekasi encer lebih dari 3 x sehari dengan
atau tanpa daerah atau tinja yang terjadi secara mendadak berlangsung kurang dari tujuh hari yang
sebelumnya sehat. Sedangkan menurut Suruadi (2018) Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan bentuk tinja yang
encer atau cair. Dan menurut Ngastiyah (2017) Diare adalah BAB dengan jumlah tinja yang banyak
dari biasanya, dengan tinja yang berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula disertai frekuensi
defekasi yangmeningkat.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam.
Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang
air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

B. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi diare menurut Ngastiyah (2017).
a. Infeksi enteral : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
b. Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella campilo baster.
c. Infeksivirus : Rotavirus, calcivilus, Enterovirus, Adenovirus,Astrovirus.
d. Infeksi parasit : cacing (ascaris, oxyuris), protozoa (entamoba histolica, giardia lambia),
jamur (candidaaibicans).
e. Infeksi Parenteral : Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti Tonsilitis,
broncopneumonia, Ensefalitis, meliputi:
2. Faktor Malabsobsi: karbohidrat, lemak, protein
3. Faktor makanan: basi, racun,alergi.
4. Faktor psikologis: rasa takut dancemas.

C. MANIFESTASIKLINIK
Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut Suriadi (2018) antara lain:
1. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atauencer.
2. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun) ubun-ubun
dan mata cekung, membran mukosakering.
3. Kramabdominal.

4. Demam.
5. Mual danmuntah.
6. Anoreksia.
7. Lemah.
8. Pucat.
9. Perubahan TTV, nadi dan pernafasancepat.
10. Menurun atau tidak ada pengeluaranurin.

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Suriadi (2018), patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya motilitas dan
cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan
dan elektrolit yang berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga
ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat
terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksin bakteri
terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan
meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa
intestinal sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan
terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal
untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan ini terjadi pada sindrom
malabsorbsi. Peningkatan motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 3 macamyaitu:
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan dalam
rongga yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
E. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dari diare menurut Suriadi (2018 ) adalah :
1. Hipokalemia ( dengan gejala matiorisme hipotoni otot lemah bradikardi perubahan
elektrokardiogram).
2. Hipokalsemia
3. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia danhipokalsemia.
4. Hiponatremi.
5. Syokhipovalemik.
6. Asidosis
7. Dehidrasi

F. PEMERIKSAANPENUNJANG
Pemeriksaan penunjang diare menurut Suriadi (2018 ) adalah :
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.
2. Pemeriksaan intubasiduodenum.
3. Pemeriksaan elektrolit dancreatinin.
4. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanyadarah.

Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain menurut Mansjoer (2016 )


1. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga ada intoleransi gula
biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji retensi terhadap berbagai antibiotik.
2. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit ( terutama Na, K, Ca, P
Serum pada diare yang disertai kejang).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama
pada diarekronik.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan medis adalah pengobatan dengan cara pengeluaran diet dan pemberiancairan.
a. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya air gula, sari
buah segar, air teh segar, kuah sup, air tajin, ASI. Jangan memberikan air kembang gula, sari
buah air dalam botol karena cairan yang terlalu banyak mengandung gula akan memperburuk
diare.
b. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung campuran gula
dan garam yang disebut larutan dehidrasi oral ( LRO ). LRO ini dibuat dengan
mencampurkan sebungkus garam rehidrasi kedalam 1 liter airbersih.
c. Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping LRO.
2. Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (2016) antara lain:
a. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enterik termasuk
cuci tangan sebelum dan sesudah kontak denganpenderita.

b. Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila menyentuh
barangterinfeksi.
c. Penderita dan keluarganya dididik mengenal cara perolehan entero patogen dan cara
mengurangi penularan.

H. FOKUS PENGKAJIAN
1. Aktivitas /istirahat
Gejala : Gangguan pola tidur, misalnya insomnia dini hari, kelemahan, perasaan ‘hiper’ dan
ansietas, peningkatan aktivitas / partisipasi dalam latihan-latihan energitinggi.
Tanda : Periode hiperaktivitasi, latihan keras terus-menerus.
2. Sirkulasi
Gejala : Perasaan dingin pada ruangan hangat. Tanda : TD rendah takikardi, bradikardia,disritmia.
3. Integritas ego
Gejala : Ketidakberdayaan / putus asa gangguan ( tak nyata ) gambaran dari melaporkan diri-
sendiri sebagai gendut terus- menerus memikirkan bentuk tubuh dan berat badan takut berat badan
meningkat, harapan diri tinggi, marahditekan.
Tanda : Status emosi depresi menolak, marah, ansietas.

4. Eliminasi
Gejala : Diare / konstipasi,nyeri abdomen dan distress, kembung, penggunaan laksatif / diuretik.
5. Makanan, cairan
Gejala : Lapar terus-menerus atau menyangkal lapar, nafsu makan normal atau meningkat.
Tanda : Penampilan kurus, kulit kering, kuning / pucat, dengan turgor buruk, pembengkakan kelenjar
saliva, luka rongga mulut, luka tenggorokan terus-menerus, muntah, muntah berdarah, luka gusiluas.
6. Higiene

Tanda : Peningkatan pertumbuhan rambut pada tubuh, kehilangan rambut ( aksila / pubis ), rambut
dangkal / tak bersinar, kuku rapuh tanda erosi email gigi, kondisi gusi buruk
7. Neurosensori
Tanda : Efek depresi ( mungkin depresi ) perubahan mental ( apatis, bingung, gangguan memori )
karena mal nutrisi kelaparan.
8. Nyeri / kenyamanan Gejala : Sakitkepala.
9. Keamanan
Tanda : Penurunan suhu tubuh, berulangnya masalah infeksi.

10. Interaksisosial
Gejala : Latar belakang kelas menengah atau atas, Ayah pasif / Ibu dominan anggota keluarga dekat,
kebersamaan dijunjung tinggi, batas pribadi tak dihargai, riwayat menjadi diam, anak yang dapat
bekerja sama, masalah control isu dalam berhubungan, mengalami upaya mendapat kekuatan.
11. Seksualitas
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga siklus menstruasi berturut-turut, menyangkal / kehilangan minat
seksual.
Tanda : Atrofi payudara, amenorea.
12. Penyuluhan /pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden depresi keyakinan / praktik
kesehatan misalnya yakin makanan mempunyai terlalu banyak kalori, penggunaan makanansehat.

I. FOKUS INTERVENSI

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put yang berlebihan
dengan intrake yang kurang (Carpenito, 2016) . Tujuan : Kebutuhan cairanterpenuhi
Kriteria hasil : Turgor kulit elastis dan mukosa bibir lembab Intervensi :
a. Kaji status dehidrasi : mata, tugor kulit dan membranmukosa.

Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.


b. Kaji pemasukan dan pengeluarancairan
Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit
usus juga merupakan pedoman untuk pengganticairan.
c. MonitorTTV
Rasional : Dapat membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan intervensi.
d. Pemeriksaan laboratorium sesuai program : elektrolit, Hb, Ph, dan albumin.
Rasional : Untuk menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan terapi.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat anti diare dan antibiotik.
Rasional : Untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan / elektrolit
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan muntah (Carpenito, 2016).
Tujuan : kebutuhan nutrisiterpenuhi
Kriteria hasil : BB klien kembali normal dan nafsu makan meningkat Intervensi:
a. Timbang BB tiap hari

Rasional : Untuk memberikan info tentang kebutuhan diet atau keefektifan terapi.
b. Monitor intake dan output
Rasional : Untuk mengetahui berapa banyak masukan dan pengeluaran cairan ke dalam tubuh.
c. Hindari makanan buah-buahan dan hindari diet tinggiserat.
Rasional : Memungkinkan aliran usus untuk memastikan kembali proses pencernaan,
protein perlu untuk integritas jaringan.
d. Lakukan kebersihan mulut setiap habismakan
Rasional : Mulut yang bersih dapat menigkatkan rasamakanan.
e. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : membantu kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan dan fungsi usus.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan : Hipertermi teratasi
Kriteria hasil : Tubuh tidak panas dan suhu tubuh normal (S : 36-37 o C) Intervensi :
a. Observasi vitalsign
Rasional : Membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan intervensi

b. Berikan kompres airhangat


Rasional : Untuk mengurangi / menurunkan rasa panas yang disebabkan oleh infeksi.
c. Anjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan banyak minum.
Rasional : Untuk mengurangi dehidrasi yang disebabkan oleh out put yang berlebihan.
d. Anjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan pakaian tipis, longgar dan menyerap keringat
Rasional : Agar pasien merasa nyaman.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antipiretik
Rasional : Untuk membantu memulihkan kondisi tubuh dan mengurangi terjadinya infeksi.
4. Kerusakan integritas kulit behubungan dengan sering BAB ( Suriadi, 2018)
Tujuan : Kerusakan integritas kulitteratasi
Kriteria hasil : Kulit utuh dan tidak ada lecet pada area anus.
a. Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap BAB
Rasional : Untuk mengetahui tanda-tanda iritasi pada kulit misal : kemerahan pada luka..
b. Ajarkan selalu cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pakaian
Rasional : Untuk mempertahankan teknik aseptic atau antiseptik.
c. Hindari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab

Rasional : Untuk menghindari pada daerah anus terdapat kuman, bakteri, karena bakteri suka
daerah yanglembab.
d. Observasi keadaan kulit
Rasional : Pada daerah ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan
lebih intensif.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
Rasional : Untuk membantu memulihkan kondisibadan.

5. Gangguan eliminasi BAB : Diare berhubungan dengan peningkatan frekuensi defekasi.


Tujuan : BAB dengan konsistensi lunak / lembek, warnakuning.
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan rasional program pengobatan dan
meningkatkan fungsi usus mendekati normal.
Intervensi :
a. Observasi / catat frekuensi defekasi, karakteristik dan jumlah
Rasional : Diare sering terjadi setelah memulai diet.
b. Dorong diet tinggi serat dalam batasan diet, dengan masukan cairan sedang sesuai diet yang
dibuat
Rasional : Meningkatkan konsistensi feses meskipun cairan perlu untuk fungsi tubuh optimal,
kelebihan jumlah mempengaru hidiare..
c. Batasi masukan lemak sesuai indikasi
Rasional : Diet rendah lemak menurunkan resiko feses cairan dan membatasi efek laksatif
penurunan absorbsi lemak.
d. Awasi elektrolit serum
Rasional : Peningkatan kehilangan gaster potensial resiko ketidakseimbangan elektrolit, dimana
dapat menimbulkan komplikasi lebih serius / mengancam.
e. Berikan obat sesuai indikasi anti diare
Rasional : Mungkin perlu untuk mengontrol frekuensi defekasi sampai tubuh mengatasi
perubahan akibat bedah.
BAB III
ASKEP TEORITIS

1. Pengkajian
a. Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tempat
tanggal lahir, umur, agama, pendidikan, asal suku bangsa, nama orangtua,
pekerjaan orang tua, dan alamat orang tua.
1) Keluhan Utama
Frekuensi BAB pada bayi lebih dari 3 kali/hari dan neonatus lebih dari 4
kali/hari, bentuk cair pada buang air besarnya kadang-kadang disertai
lendir dan darah, nafsu makan menurun, warnanya lama-kelamaan
kehijauan karena bercampur empedu, muntah, rasa haus, malaise, adanya
lecet pada daerah sekitar anus.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien anak dengan diare cenderung mengalami :
a) Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan kemungkinan
timbul diare.
b) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna
tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
sifatnya makin lama makin asam.
d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan eletrolit, maka
gejala dehidrasi mulai tampak.
f) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi
dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit
gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu
6 jam (dehidrasi berat).
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak. Diare lebih sering
terjadi pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita
campak dalam 4 minggu terakhir,sebagai akibat dari penuruan
kekebalan tubuh pada pasien. Selain imunisasi campak, anak juga
harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG,
imunisasi DPT, serta imunisasi polio.
b) Adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan (antibiotik), obat
pencahar atau konsumsi makanan yang banyak mengandung sorbitol
dan fruktosa (seperti jus apel).
c) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2
tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi
sebelumnya, selama atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk
melihat tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti
OMA, tonsilitis, faringitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat
menular ke anggota keluarga lainnya. Dan juga makanan yang tidak
dijamin kebersihannya yang disajikan kepada anak. Riwayat keluarga
melakukan perjalanan kedaerah dengan suseptibilitas tinggi.
5) Riwayat Nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare,meliputi:
a) Pemberian ASI eksklusif pada anak umur 4-6 bulan sangat
mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
b) Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air masak dan
diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan
mudah menimbulkan pencemaran.
c) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus
(minum biasa). Pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus
ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, anak malas
minum atau tidak bisa minum.
6) Pola Hygine
Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja, menggunakan
botol susu yang tidak dicuci dengan bersih, tidak mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir setelah menyentuh barang-barang kotor dan
buang air besar, serta tidak mencuci tangan saat menyentuh makanan.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a) Diare tanpa dehidrasi : baik, sadar
b) Diare dehidrasi ringan atau sedang : gelisah, rewel
c) Diare dehidrasi berat : lesu, lunglai, atau tidak sadar

2. Berat badan
Menurut Hidayat (2012), anak yang mengalami diare dengan dehidrasi
biasanya mengalami penurunan berat badan, sebagai berikut:
Tabel 2.4
Persentase kehilangan berat badan
Berdasarkan tingkat dehidrasi

Tingkat % kehilangan berat badan


Dehidrasi
Bayi Anak

Dehidrasi ringan 5% (50 ml/Kg) 3% (30 ml/Kg)

Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/Kg) 6% (60 ml/Kg)

Dehidrasi berat 10-15% (100-150 ml/Kg) 9% (90 ml/Kg)

Sumber: Hidayat, 2012

Persentase penurunan berat badan tersebut dapat diperkirakan saat anak


dirawat dirumah sakit. Sedangkan di lapangan, untuk menentukan
dehidrasi, cukup dengan menilai keadaan anak.

3. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Anak yang berusia dibawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,
fontanela (ubun-ubun) nya biasanya cekung.
b) Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya
normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang, kelopak
matanya cekung (cowong). Sedangkan apabila mengalami dehidrasi
berat, kelopak matanya sangat cekung.
c) Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak
sianosis, tidak ada pernapasan cuping hidung.
d) Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e) Mulut dan Lidah
(1) Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
(2) Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
(3) Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
f) Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada
kelainan pada kelenjar tyroid.
g) Thorak
(1) Jantung
(a) Inspeksi
Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
(b) Auskultasi
Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare
dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung pasien normal
hingga meningkat, diare dengan dehidrasi berat biasanya pasien
mengalami takikardi dan bradikardi.
(2) Paru-paru
(a) Inspeksi
Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare
dehidrasi ringan pernapasan normal hingga melemah, diare
dengan dehidrasi berat pernapasannya dalam.
h) Abdomen
(1) Inspeksi: Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram
abdomen.
(2) Palpasi: Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada
pasien diare dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien
dehidrasi berat kembali > 2 detik.
(3) Auskultasi: Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya
meningkat
i) Ektremitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal,
akral teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT kembali
< 2 detik, akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2
detik, akral teraba dingin, sianosis.
j) Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan
pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada kulit sekitar anus atau
infeksi saluran perkemihan, karena biasanya anak-anak sering
memakai popok.

c. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan AGD dan elektrolit seperti kadar kalium, natrium serum,
dan klorida. Apabila dicurigai adanya gangguan keseimbangan asam
basa dan elektrolit. Apabila terjadi asidosis metabolic (pH menurun,
pO2meningkat, pCO2 meningkat, HCO3- menurun) juga untuk
menilai Hiponatremi, Hipernatremi, Hipokalemi.
2) Pemeriksaan urin
Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin yang diperiksa
adalah Na+ K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkan adanya ketosis
3) Feses Kultur
Memeriksa apakah ada bakteri, virus, parasit, candida.
4) Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa
Biasanya pada pemeriksaan ini terjadi peningkatan kadar protein
leukosit dalam feses atau darah makroskopik. pH menurun disebabkan
akumulasi asam atau kehilangan basa.
2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan diare menurut
SDKI (2017), adalah sebagai berikut:
a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kegagalan
mekanisme regulasi.
b. Diare berhubungan dengan fisiologis (inflamasi gastrointestinal, proses
infeksi, malabsorbsi) psikologis.
c. Resiko syok berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit.
d. Resiko perfusi serebral tidak efektif
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien, dan psikologis.
f. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme,
penyakit, proses penyakit.
g. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, ansietas,
keletihan, nyeri.
h. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisiologis (sering BAB).
i. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi,
kekurangan volume cairan.
j. Anisetas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, gejala
terkait penyakit, kurang terpapar informasi.
k. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
3. Perencanaan Keperawatan
Tabel 2.5
Perencanaan keperawatan

N DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


O KEPERAWATAN
1. Hipovolemia a. Keseimbangan cairan a. Manajemen Hipovolemia
Definisi: penurunan Setelah dilakukan Observasi
volume cairan tindakan keperawatan 1) Periksa tanda dan gejala
intravaskuler, interstisiel, diharapkan hipovolemia (mis.
dan/atau intraseluler. keseimbangan cairan Frekuensi nadi meningkat,
didalam tubuh pasien nadi teraba lemah, tekanan
Batasan karakteristik
tidak terganggu, darah menurun, tekanan
Gejala dan tanda mayor nadi menyempit, tugor
Subjektif: - dengan
kulit menurun, dll.)
Objektif: Kriteria hasil:
1) Frekuensi nadi 1. Tekanan darah Terapeutik
meningkat membaik
1) Hitung kebutuhan cairan
2) Nadi teraba lemah 2. Denyut nadi
2) Berikan posisi modified
3) Tekanan darah membaik
trendelenburg
menurun 3. Asupan cairan
3) Berikan asupan oral
4) Tugor kulit menurun meningkat
5) Membran mukosa 4. Berat badan stabil
kering 5. Turgor kulit
Edukasi
6) Volume urin menurun membaik
6. Kelembaban 1) Anjurkan memperbanyak
7) Hematokrit asupan cairan oral
meningkat membran Mukosa
meningkat

Gejala dan tanda minor Kolaborasi


Subjektif: 1) Kolaborasi pemberian
cairan IV
1) Merasa lemah
2) Mengeluh haus b. Status Cairan
Setelah dilakukan
b. Pemantauan cairan
tindakan keperawatan
Observasi
Objektif: diharapkan status
1) Pengisian vena 1) Monitor Frekuensi dan
cairan pasien tidak kekuatan nadi
menurun
terganggu, dengan 2) Monitor frekuensi nafas
2) Status mental berubah
3) Suhu tubuh Kriteria hasil: 3) Monitor tekanan darah
meningkat 1) Kekuatan nadi 4) Monitor berat badan
4) Konsentrasi urin meningkat 5) Monitor waktu pengisian
meningkat 2) Tugor kulit kapiler
5) Berat badan turun meningkat 6) Moniter elastisitas atau
tiba-tiba 3) Output urine tugor kulit
7) Identifikasi tanda-tanda
meningkat hipovolemia
4) Keluhan haus
menurun Terapeutik
5) Konsentrasi urine 1) Atur interval waktu
menurun pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien

2. Diare a. Eliminasi fekal a. Manajemen diare


Definisi: pengeluaran Setelah dilakukan Observasi
feses yang sering, lunak tindakan keperawatan 1) Identifikasi penyebab
dan tidak berbentuk diharapkan pasien diare
dapat mengontrol 2) Identifikasi riwayat
Batasan karakteristik
pemberian makanan
Gejala dan tanda mayor pengeluaran feses dari
3) Monitor buang air besar
Subjektif: - usus, dengan Kriteria (mis. Warna, frekuensi,
hasil: konsistensi, volume)
Objektif: 1. Konsistensi feses 4) Monitor tanda dan gejala
1) Defekasi lebih dari 3 membaik hipovolemia (mis.
kali dalam 24 jam 2. Frekuensi Takikardi, nadi teraba
2) Feses lembek atau defekasi membaik lemah, tekanan darah
cair 3. Peristaltik usus turun, tugor kulit jelek,
membaik mukosa mulut kering,
Gejala dan tanda minor 4. Nyeri abdomen CRT melambat, BB turun)
menurun 5) Monitor iritasi dan
Subjektif:
5. Kram abdomen ulserasi kulit di daerah
1) Urgency
menurun perianal
2) Nyeri / kram
abdomen 6) Monitor jumlah
pengeluaran diare
7) Monitor keamanan
Objektif: penyiapan makanan
1) Frekuensi peristaltik
Terapeutik
meningkat
2) Bising usus hiperaktif 1) Berikan asupan cairan oral
(mis. Larutan gula garam,
Oralit)
2) Pemberian tablet zinc
(*Purnamasari, 2019)
3) Berikan cairan intravena
(mis. Ringer asetat, ringer
laktat)
4) Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
5) Ambil sampel feses untuk
kultur, jika perlu

Edukasi
1) Ajarkan ibu cara
mencampur dan
memberikan oralit
2) Ajarkan ibu cara
pemberian tablet zinc (*
Purnamasari, 2019)
3) Anjurkan makan porsi
kecil dan sering secara
bertahap.
4) Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
5) Anjurkan
mengkonsumsi makanan
yang mengandung tinggi
serat
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas (mis.
Loperamide, difenoksilat)
2) Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses (mis.
Antapulgit, smektit,
kaolin-pektin)

b. Fungsi b. Manajemen nutrisi


Gastrointestinal Observasi
Setelah dilakukan 1) Indentifikasi status nutrisi
tindakankeperawatan 2) Indentifikasi alergi dan
diharapkansaluran intoleransi makanan
pencernaan 3) Indentifikasi makanan
yang disukai
pasienmampu untuk
4) Indentifikasi kebutuhan
mencerna, kalori dan jenis nutrien
danmenyerap nutrisi 5) Monitor asupan makanan
darimakanan, dengan 6) Monitor berat badan
Kriteriahasil:

1. Frekuensi BAB Terapeutik


membaik
2. Konsistensi feses 1) Lakukan oral hygiene
membaik sebelum makan
3. Distensi abdomen 2) Berikan makanan tinggi
menurun kalori dan tinggi protein
4. Peristaltik usus 3) Sajikan makanan secara
membaik menarik
5. Mual muntah 4) Berikan buah-buahan
menurun sebagai makanan
tambahan

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Antiemetik)
2) Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan

3. Resiko syok a. Tingkat syok a. Pencegahan syok


Definisi: Beresiko Setelah dilakukan Observasi
mengalami tindakan keperawatan 1) Monitor status
ketidakcukupan aliran diharapkan syok tidak kardiopulmonal
darah ke jaringan tubuh terjadi, dengan (frekuensi dan kekuatan
nadi, frekuensi napas,
yang dapat Kriteria hasil:
TD, MAP)
mengakibatkan disfungsi 1. Kekuatan nadi 2) Monitor status
seluler yang mengancam meningkat oksigenasi (oksimetri
2. Tingkat kesadaran nadi, AGD)
jiwa
meningkat 3) Monitor status cairan
Faktor resiko 3. Saturasi oksigen
1) Hipoksemia (masukan dan haluaran,
meningkat tugor kulit, CRT)
2) Hipoksia 4. Akral hangat
3) Hipotensi 4) Monitor tingkat
5. Latergi menurun kesadaran dan respon
4) Kekurangan volume 6. Asidosis metabolik
cairan pupil.
7. MAP membaik 5) Periksa riwayat alergi
5) Sepsis

b. Status sirkulasi Terapeutik


Setelah dilakukan
1) Berikan oksigen untuk
tindakan keperawatan mempertahan saturasi
diharapkan aliran oksigen
darah pasien tidak 2) Persiapkan intubasi dan
terganggu, dengan ventilasi mekanisme,
Kriteria hasil: jika perlu
1. TD sistolik 3) Pasang jalur IV
membaik 4) Lakukan skin test untuk
2. TD diastolik mencegah reaksi alergi
membaik
3. Tekanan nadi
membaik Edukasi
4. PaO meningkat
5. Capillary refill 1) Jelaskan penyebab/faktor
membaik resiko syok
2) Jelaskan tanda dan gejala
awal syok
3) Ajurkan memperbanyak
asupan cairan oral

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian IV
2) Kolaborasi pemberian
tranfusi darah
3) Kolaborasi pemberian
antiinflamasi

4. Risiko perfusi cerebral a. Perfusi serebral a. Pemantauan tanda vital


tidak efektif Setalah dilakukan Observasi
Definisi: berisiko asuhan keperawatan 1) Monitor tekanan darah
mengalami penurunan diharapkan perfusi 2) Monitor nadi (frekuensi,
sirkulasi darah ke otak. serebral efektif kekuatan, irama)
dengan kriteria hasil : 3) Monitor pernafasan
(frekuensi, kedalaman)
1. Tingkat kesadaran
4) Monitor suhu tubuh
meningkat
5) Monitor kesadaran
2. Tekanan intra
6) Identifikasi penyebab
kranial menurun
perubahan tanda vital
3. Sakit kepala
menurun
4. Gelisah menurun Terapeutik
5. Nilai rata-rata 1) Atur interval
tekanan darah pemantauan sesuai
membaik kondisi pasien
6. Kesadaran 2) Dokumentasikan hasil
membaik pemantauan
7. Demam menurun
Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan
2) Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

5. Defisit nutrisi a. Status nutrisi a. Manajemen nutrisi


Definisi: asupaan nutrisi Setelah dilakukan Observasi
tidak cukup untuk tindakan keperawatan 7) Indentifikasi status nutrisi
memenuhi kebutuhan diharapkan jumlah 8) Indentifikasi alergi dan
makanan dan cairan intoleransi makanan
metabolisme
9) Indentifikasi makanan
Batasan karakteristik: yang masuk ke dalam
yang disukai
Gejala dan tanda mayor: tubuh pasien adekuat, 10) Indentifikasi kebutuhan
Subjektif:- dengan Kriteria hasil: kalori dan jenis nutrien
1. Nafsu makan 11) Monitor asupan makanan
Objektif: membaik 12) Monitor berat badan
1) Berat badan menurun 2. Frekuensi makan
minimal 10% di meningkat
bawah rentang ideal 3. Bising usu Terapeutik
membaik
4. Perasaan cepat 5) Lakukan oral hygiene
kenyang menurun sebelum makan
5. Nyeri abdomen 6) Berikan makanan tinggi
Gejala dan tanda minor: menurun kalori dan tinggi protein
7) Sajikan makanan secara
Subjektif: menarik
8) Berikan buah-buahan
1) Cepat kenyang sebagai makanan
setelah makan tambahan
2) Kram/nyeri
abdomen b. Berat badan
3) Nafsu makan Setelah dilakukan
Kolaborasi
menurun tindakan keperawatan
diharapkan berat 3) Kolaborasi pemberian
badan pasien normal, medikasi sebelum makan
Objektif: dengan Kriteria hasil: (mis. Antiemetik)
1. Berat badan 4) Kolaborasi dengan ahli
1) Bising usus gizi untuk menentukan
membaik
hiperaktif jumlah kalori dan jenis
2. IMT membaik
2) Membran mukosa nutrien yang dibutuhkan
pucat
3) Diare

c. Nafsu makan
Setelah dilakukan b. Pemantauan nutrisi
tindakan keperawatan Observasi
diharapkan nafsu 1) Identifikasi faktor yang
mempengaruhi asupan
makan pasien gizi
adekuat, dengan 2) Identifikasi perubahan
Kriteria hasil: berat badan
3) Identifikasi pola makan
1. Keinginan makan
(mis. Makanan
meningkat
kesukaan, komsumsi
2. Asupan makanan
makanan cepat saji,
meningkat
makan terburu-buru)
3. Asupan cairan
4) Monitor mual muntah
meningkat
5) Monitor asupan oral
4. Asupan nutrisi
6) Monitor hasil labor (mis,
meningkat
albumin serum,
transferrin, kreatinin,
Hb, Ht, dan elektrolit
darah

Terapeutik
1) Timbang berat badan
2) Ukur antropometrik
(mis. IMT, pengukuran
pinggang, dan ukuran
lipatan kulit)
3) Hitung berubahan berat
badan
4) Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
5) Dokumentasikan hasil
pemantauan

6. a. Hipertermi a. Termoregulasi a. Manajemen hipertermia


Definisi: suhu tubuh Setelah dilakukan Observasi
meningkat di atas tindakan keperawatan 1) Identifikasi penyebab
rentang normal tubuh diharapkan pasien hipertermia
Batasan karakteristik dapat melaporkan 2) Monitor suhu tubuh
3) Monitor kadar
Gejala dan tanda mayor panas berkurang,
elektrolit
Subjektif: - dengan 4) Monitor haluaran urine
Kriteria hasil: 5) Monitor komplikasi
Objektif 1. Suhu tubuh akibat hipertermia
1) Suhu tubuh diatas membaik
nilai normal 2. Tekanan darah
membaik Terapeutik
3. Kejang tidak ada
4. Mengigil tidak 1) Sediakan lingkungan
Gejala dan tanda minor ada yang dingin/sesuai
kondisi pasien
Subjektif: - 2) Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3) Berikan kompres
hangat atau baluri
Objektif : permukaan ubuh
4) Beri cairan oral
1) Kulit merah 5) Berikan oksigen, jika
2) Kejang perlu
3) Takikardi
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat Edukasi

1) Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
2) Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu

b. Edukasi dehidrasi
Observasi
1) Identifikasi
kemampuan pasien dan
keluarga menerima
informasi

b. Status Cairan
Setelah dilakukan Terapeutik
tindakan keperawatan
diharapkan status 1) Persiapkan materi,
cairan pasien tidak media dan alat/
terganggu, dengan formulir balans cairan
Kriteria hasil: 2) Tentukan waktu dan
tempat untuk
1. Kekuatan nadi memberikan
meningkat pendidikan kesehatan
2. Tugor kulit sesuai kesepakatan
meningkat dengan pasien dan
3. Output urine keluarga
3) Berikan kesempatan
meningkat pasien dan keluarga
4. Keluhan haus untuk bertanya
menurun Edukasi
5. Konsentrasi urine
menurun 1) Jelaskan tanda dan
gejala dehidrasi
2) Anjurkan
memperbanyak minum
3) Anjurkan
memperbanyak
mengkonsumsi buah
yang mengandung
banyak air
4) Ajarkancara pemberian
oralit

7. Pola napas tidak a. Pola nafas a. Manajemen jalan napas


efektif Definisi:inspirasi Setelah dilakukan Observasi
dan/atau ekspirasi yang tindakan keperawatan 1) Monitor pola napas
tidak memberikan diharapkan pola (frekuensi, kedalaman,
pernafasan pasien usaha napas)
ventilasi adekuat
2) Monitor bunyi napas
Batasan karakteristik: dalam batas normal,
tambahan
Batasan karakteristik dengan Kriteria hasil: 3) Monitor sputum
Gejala dan tanda mayor 1. Dispnea menurun
Subjektif: 2. Frekuensi napas
membaik Terapeutik
1) Dispnea
3. Penggunaan otot
bantu napas 1) Posisikan semi-fowler
menurun atau fowler
Objektif:
4. Pemanjangan fase 2) Berikan minum hangat
ekspirasi 3) Lakukan fisioterapi dada,
1) Penggunaan otot
menurun jika perlu
bantu pernafasan
2) Fase ekspirasi 4) Berikan oksigen, jika
memanjang perlu
3) Pola nafas abnormal
(mis: takipnea,
bradipnea, Edukasi
hiperventilasi,
kussmaul, cheyne- 1) Anjurkan asupan cairan
stokes) 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2) Ajarkan teknik batuk
efektif, jika anak mampu
Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

b. keseimbangan asam b. Pemantauan respirasi


basa Observasi
Setelah dilakukan 1) Monitor frekuensi, irama,
tindakan keperawatan kedalaman, dan upaya
diharapkan napas
keseimbangan asam 2) Monitor pola napas
basa pasien meningkat, 3) Monitor kemampuan
dengan Kriteria hasil: batuk efektif
4) Monitor adanya sumbatan
1. Frekuensi nafas jalan napas
membaik 5) Monitor saturasi oksigen
2. Irama napas
membaik
3. Kadar CO2
Terapeutik
membaik
4. Tingkat kesadaran
1) Atur interval pemantauan
meningkat
respirasi sesuai kondisi
5. Istirahat meningkat
pasien
2) Dokumentasikan hasil
pemantauan
8. Nyeri akut a. Tingkat nyeri a. Manajemen nyeri
Definisi: pengalaman Setelah dilakukan Observasi
sensorik atau emosional tindakan keperawatan 1) Identifikasi lokasi,
yang berkaitan dengan diharapkan tingkat karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan nyeri pasien ringan frekuensi, kualitas,
aktual atau fungsional, intensitas nyeri
atau berkurang,
2) Identifikasi skala nyeri
dengan onset mendadak dengan Kriteria hasil: 3) Identifikasi respons non
atau lambat dan 1. Keluhan nyeri verbal
berintensitas ringan menurun 4) Identifikasi faktor yang
hingga berat yang 2. Meringis dan memperberat dan
berlangsung kurang dari gelisah menurun memperingan nyeri
3 bulan 3. Kesulitan tidur 5) Monitor efek samping
menurun penggunaan analgesik
Batasan karakteristik
4. Nafsu mkan
Gejala dan tanda mayor membaik
Subjektif: 5. Anoreksia
1) Mengeluh nyeri menurun Terapeutik
6. Mual muntah
menurun 1) Berikan teknik non-
Objektif: farmakologis
2) Jaga kulit perianal tetap
1) Tampak meringis b. Kontrol nyeri lembat (jangan terlalu
2) Bersikap protektif Setelah dilakukan basah, jangan terlalu
3) Gelisah tindakan keperawatan kering)
4) Frekuensi nadi diharapkan pasien 3) Kontrol lingkungan
meningkat dapat mengontrol 4) Fasilitasi istirahat dan
5) Sulit tidur tidur
nyeri, dengan
Kriteria hasil;
Gejala dan tanda minor 1. Melaporkan nyeri Kolaborasi
terkontrol
Subjektif: - 2. Kemampuan 1) Kolaborasikan pemberian
mengenali analgetik
Objektif: penyebab nyeri
3. Kempuan
1) Tekanan darah menggunakan
meningkat teknik non-
2) Pola nafas berubah farmakologi
3) Nafsu makan 4. Penggunaan
berubah analgesik
4) Menarik diri menurun
5) Berfokus pada diri
sendiri
6) Diaforesis
9. a. Gangguan integritas a. Integritas kulit dan a. Perawatan integritas kulit
kulit jaringan Observasi
Definisi: kerusakan kulit Setelah dilakukan 1) Identifikasi penyebab
(dermis/ epidermis) atau tindakan keperawatan gangguan integritas
jaringan diharapkan keutuhan kulit
Batasan karakteristik dan fungsi kulit
Gejala dan tanda mayor pasien tidak
Terapeutik
Subjektif:- terganggu, dengan
Kriteria hasil: 1) Bersihkan perineal
Objektif: 1. Elastisitas dengan air hangat,
1) Kerusakan jaringan meningkat teutama selama periode
dan/atau lapisan kulit 2. Hidrasi meningkat diare
3. Kerusakan jaringan 2) Gunakan produk
menurun berbahan petrolium
Gejala dan tanda minor 4. Suhu kulit atau minyak pada kulit
membaik kering, (mis. baby oil,
minyak zaitun)
Subjektif: - 5. Perfusi jaringan 3) Gunakan produk
meningkat berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada
kulit sensitif, (mis.
Objektif: popok dengan bahan
katun)
1) Nyeri
2) Perdarahan
3) Kemerahan Edukasi
4) Hematoma
1) Ajurkan menggunakan
pelembab
2) Ajurkan minum air
yang cukup
3) Ajurkan meningkatkan
asupan nutrisi
4) Anjurkan
meningkatkan asupan
buah dan sayur
10. Anisetas a. Tingkat ansietas a. Reduksi ansietas
Definisi: kondisi emosi Setelah dilakukan Observasi
dan pengalaman subjektif tindakan keperawatan
individu terhadap objek diharapkan anak tidak 1) Identifikasi saat tingkat
lagi mengalamai rasa ansietas barubah
yang tidak jelas dan 2) Identifikasi kemampuan
spesifik akibat antisipasi takut, dengan Kriteria
mengambil keputusan
bahaya yang hasil:
3) Monitor tanda-tanda
memungkinkan individu 1. Prilaku gelisah ansietas
menurun
melakukan tindakan
2. Prilaku tegang
untuk menghadapi menurun Terapeutik
ancaman 3. Keluhan pusing
Batasan karakteristik menurun 1) Ciptakan suasana terapeutik
Gejala dan tanda mayor 4. Frekuensi untuk menumbuhkan
Subjektif: pernafasan membaik kepercayaan
1) Merasa bingung 5. Tekanan darah 2) Temani pasien untuk
2) Merasa khawatir membaik mengurangi kecemasan
dngan akibat dari 3) Pahami situasi yang
kondisi yang dihadapi membuat ansietas
3) Sulit berkonsentrasi 4) Dengarkan dengan penuh
perhatian

Objektif
Edukasi
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang 1) Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
3) Sulit tidur 2) Anjurkan keluarga untuk
Gejala dan tanda minor tetap bersama pasien
3) Latih teknik relaksasi
Subjektif:

1) Mengeluh pusing Kolaborasi


2) Anoreksia
3) Merasa tidak berdaya 1) Kolaborasi pemberian obat
antiansietas
Objektif:

1) Frekuensi nafas
meningkat
2) Frekuensi nadi
meningkat
3) Tekanan darah
meningkat
4) Diaforesis
5) Tremor
6) Kontak mata buruk

11. Defisit pengetahuan a. Tingkat Pengetahuan a. Edukasi dehidrasi


Defenisi: ketiadaan atau Setelah dilakukan Observasi
kurangnya informasi tindakan keperawatan 1) Identifikasi kemampuan
kognitif yang berkaitan diharapkan orang tua pasien dan keluarga
paham denganproses menerima informasi
dengan topik tertentu
Batasan karakteristik penyakit yang terjadi,
Gejala dan tanda mayor dengan Kriteria hasil:
Terapeutik
Subjektif 1. Kemampuan
menjelaskan
1) Menanyakan masalah 1) Persiapkan materi, media
pengetahuan
yang dihadapi dan alat/ formulir balans
tentang penyakit
cairan
meningkat
2) Tentukan waktu dan
2. Pertanyaan
bjektif: tempat untuk memberikan
tentang masalah
pendidikan kesehatan
yang dihadapi
1) Menunjukkan sesuai kesepakatan den
menurun
perilaku tidak sesuai pasien dan keluarga
3. Prilaku sesuai
anjuran 3) Berikan kesempatan
anjuran
2) Menunjukkan pasien dan keluarga
meningkat
persepsi yang keliru bertanya
4. Perilaku sesuai
terhadap masalah
dengan
pengetahuan
Edukasi
meningkat
Gejala dan tanda minor
1) Jelaskan tanda dan gejala
Subjektif: - dehidrasi
2) Anjurkan memperbanyak
Objektif minum
3) Ajarkan cara pemberian
1) Menjalani oralit
pemeriksaan yang 4) Ajarkan menilai status
tidak tepat hidrasi berdasarkan warna
2) Menunjukan perilaku urine
berlebihan

Sumber: SDKI, 2017. SLKI, 2019. SIKI, 2018.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi
lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar
encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

Patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada
intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang
berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam
tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.

Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi
permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan
elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan
elektrolit dan bahan-bahan makanan ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan motilitas
intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.
DAFTAR PUSTAKA

Husniati, L. (2018). Hubungan Faktor Lingkungan Dan Sosiodemografi Dengan Kejadian Diare Pada
Anak Balita (1-4 Tahun) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kambar Kabupaten Padang
Pariaman Tahun 2018. Skripsi. Universitas Andalas.
Indriyani, Puji dan Yuniar Deddy Kurniawan. 2017. Pengaruh Oralit 200 Terhadap Lama Perawatan
Bayi Dengan Diare Akut Dehidrasi Ringan-Sedang. Universitas Muhammadiyah Semarang
Kapti, Rinik Eko dan Nurona Azizah. 2017. Perawatan Anak Sakit di Rumah. Malang :
UBPressMendri, Ni Ketut, & Prayogi, Agus Sarwo. 2017. Asuhan Keperawatan pada Anak
Sakit & Bayi Resiko Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan indakator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI
−−−. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI
−−−. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Karakter Hasil Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPN
Putri, intan Hilma. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare Di Ruang Ibu Dan Anak Rs
TK.III Reksodiwiryo Padang. Studi Kasus PoltekkesKemenkes Padang 2018
Sundaru, Heru. 2018. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai