Disusun Oleh :
Salsa Nabila Putri Ramadini
2011102411005
2. ETIOLOGI
a. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus),
parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak
kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang, gangguang
metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom Zollinger-Ellison, ileus
paralitik, AIDS, dan obstruksi usus.
4. KOMPLIKASI
a. Dehidrasi berat
b. Pingsan
c. Kerusakan organ seperti gagal ginjal
d. Syok hipovolemik
e. Penurunan kesadaran
5. PATOFISIOLOGI
Berikut patofisiologi diare menurut (Mardalena, 2018), Penyebab diare akut
adalahmasuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), bakteri
atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli, Yersinia, dan lainnya),
parasite (Biardia Lambia, Cryptosporidium).Beberapa mikroorganisme pathogen
ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada diare akut.
Penularan diare bisa melalui fekal ke oral dari satu penderita ke penderita
lain. Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen disebabkan oleh makanan dan
minuman yang terkontaminasi.Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah
gangguan osmotik. Ini artinya, makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus
berlebihan sehingga timbul diare. Selain itu muncul juga gangguan sekresi
akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Diare dapat menimbulkan gangguan lain misalnya kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi). Kondisi ini dapat menggangu keseimbangan asam
basa (asidosis metabolic dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang,
output berlebih), hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah.
Normalnya makanan atau feses bergerak sepanjang usus dengan
bantuangerakan peristaltik dan segmentasi usus, akan tetapi mikroorganisme
seperti salmonella, Escherichia coli, vibrio disentri dan virus entero yang
masuk ke dalam usus dan berkembang biak dapat meningkatkan gerak
peristaltik usus tersebut.
Usus kemudian akan kehilangan cairan dan elektrolit kemudian terjadi
dehidrasi. Dehidrasi merupakan komplikasi yang sering terjadi jika cairan
yang dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang masuk, dan cairan yang
keluar disertai elektrolit.
6. PATHWAY
ARE
D I DIARE
Nausea (Mual)
gangguan kes. Cairan dan As. Metabl
elektrolit
BB menurun
Pola nafas tidak efektif
7. PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGIS DAN FARMAKOLOGIS
A. Penatalaksanaan Farmakologis menurut Brunner&Suddart (2014):
a. Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol gejala,
mencegah komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi penyakit penyebab
b. Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-imflamasi) dan
antidiare (misalkan pemberian loperamida (imodium)), defiknosilit (limotil)
dapat mengurangi tingkat keparahan diare.
c. Menambah cairan oral, larutan elektrolit dan glukosa oral dapat diprogramkan
d. Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasi atau
diare tergolong berat
e. Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang sangat
muda atau pasien lansia.
f. Terapi obat menurut Markum (2008):
- obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
- obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
- antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta.
B. Penatalaksanaan Nonfarmakologis
Pasien sebaiknya mengkonsumsi makanan-makanan yang tinggi kalori,tinggi
protein, diet lunak tidak merangsang,bila tidak tahan laktosa diberikan
rendah laktosa,bila maldigesti lemak yang diberikan rendah lemak. Bila
penyakit chron dan colitis ulserosa diberikan rendah serat pada keadaan akut.
Minum yang banyak dan bila perlu infus untuk mencegah dehidrasi.
2. PENGKAJIAN FISIK
ekstremitas
3. LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium :
4. DIAGNOSA MEDIS
Diare
No Diagnosa SLKI
Diare b.d Proses infeksi
1. Eliminasi Fekal (L.04033)
(D.0020)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan masalah Diare membaik dengan
kriteria hasil :
1. Kontrol pengeluaran feses menurun
2. Keluhan defekasi lama dan sulit menurun
3. Mengejan saat defekasi menurun
4. Distensi abdomen menurun
5. Teraba massa pada rektal menurun
6. Urgency menurun
7. Nyeri abdomen menurun
8. Kram abdomen menurun
9. Konsistensi membaik
10. Frekuensi defekasi membaik
11. Peristaltik usus membaik
2. Hipovolemia b.d Kekurangan Keseimbangan Cairan (L.05020)
cairan aktif (D.0037)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan masalah Hipovolemia membaik
dengan kriteria hasil :
1. Asupan cairan meningkat
2. Keluaran urin meningkat
3. Kelembaban membran mukosa memingkat
4. Asupan makanan meningkat
5. Edema menurun
6. Dehidrasi menurun
7. Asites menurun
8. Konfusi menurun
9. Tekanan darah membaik
10. Denyut nadi membaik
11. Tekanan arteri rata-rata membaik
12. Membran mukosa membaik
13. Mata cekung membaik
14. Turgor kulit membaik
15. Berat badan membaik
3. Pola napas tidak efektif b.d Pola Napas (L.01004)
Hambatan upaya napas
1. Ventilsi semenit menurun
(D.0005)
2. Kapasitas vital menurun
3. Diameter thoraks anterior posterior menurun
4. Tekanan ekspirasi menurun
5. Tekanan inspirasi menurun
6. Dispnea menurun
7. Penggunaan otot bantu napas menurun
8. Ortopnea menurun
9. Pernapasan pursed-lip menurun
10. Pernapasan cuping hidung menurun
11. Frekuensi napas membaik
12. Kedalaman napas membaik
13. Ekskursi membaik
NO DIAGNOSA INTERVENSI
1. Diare b.d Proses infeksi (D.0020) Manajamen Diare (1.03010)
*Observasi :
1.1 Ide ntifikasi penyebab diare (Mis,
Inflamasi gastrointestina,iritasi
Gastrointestinal, proses infeksi )
1.2 Identifikasi pemberian makan
1.3 Monitor warna,volume,frekuensi,dan
konsistensi tinja
1.4 Monitor jumlah pengeluaran diare
*Terapeutik :
1.5 Berikan asupan cairan oral (larutan
gula,oralit)
1.6 Berikan cairan intravena (Ringer
laktat)
1.7 Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap
*Edukasi :
1.8 Anjurkan makanan porsi kecil dan
sering secara bertahap
1.9 Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas,pedas dan mengandung
laktosa
*Kolaborasi :
1.10 Kolaborasi pemberian obat pengeras
Feses (mis.Atapulgit)
2. Manajemen Hopovolemia (I.03116)
Hipovolemia b.d Kekurangan
*Observasi :
cairan aktif (D.0037)
2.1 Periksa tanda dan gejala hipovolemia
8*
(mis, frekuensi nadi meningkat,nadi
teraba lemah,tekanan darah menurun)
*Terapeutik :
2.2 Hitung kebutuhan cairan
2.3 Berikan posisi modified trendelenburg
2.4 Berikan asupan cairan oral
*Edukasi :
2.5 Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
2.6 Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
*Kolaborasi :
2.7 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(NaCL,RL)
2.8 Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (glukosa 2,5 %,Nacl 0,4%)