Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah PKK Gadar dan Kritis
Dosen Pembimbing: Viyan Septiyana A, S.Kep, Ners, M.Kep
Oleh :
Nur Vany Widiyagiri
(P27905118023)
Hipersekresi air
Malabsorpsi KH, Lemak
dan elektrolit Hiperperistaltik dan Protein
Gangguan keseimbangan
cairan
Asidosis metabolik
Nafsu makan menurun
Hipertemia
5. Manifestasi Klinis Diare Akut
Menurut Sodikin (2011), manifestasi klinis diare adalah sebagai
berikut:
a. Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada.
b. Feses makin cair, mungkin mengandung darah dan/atau lendir,
dan feses berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c. Anus dan sekitarnya menjadi lecet karena feses makin lama
menjadi asam akibat banyaknya asam laktat dari pemecahan
laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.
d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e. Jika terjadi gejala dehidrasi karena mengalami banyak kehilangan
cairan dan elektrolit, penderita mengalami berat badan turun,
pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus otot dan turgor kulit
menurun, dan selaput lendir mulut serta bibir terlihat kering.
6. Komplikasi Diare Akut
Menurut Wulandari & Erawati (2016) komplikasi yang terjadi dari
kehilangan akibat diare adalah sebagai berikut:
a. Dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan, dehidrasi ada
empat kategori, yaitu tidak ada dehidrasi (penurunan berat badan
10%) (Wulandari & Erawati, 2016). Dan berdasarkan tonisitas
darah, dehidrasi dapat dibagi atas tiga macam yaitu, dehidrasi
hipotonik (kadar Na plasma 150 mEq/l) (Sodikin, 2011).
b. Renjatan Hipovolemik Pada dehidrasi berat, volume darah
berkurang sehingga terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala
denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah
menurun, klien sangat lemah, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, kadang sampai soporokomateus) (Wulandari &
Erawati, 2016).
c. Hipokalemia Gejala hipokalemia yaitu meteorismus, hipotoni
otot lemah, bradikardi, perubahan elektrokardiogram (Wulandari
& Erawati, 2016).
d. Hipoglikemia (Wulandari & Erawati, 2016).
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan
kekurangan enzyme lactase (Wulandari & Erawati, 2016).
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik (Wulandari & Erawati,
2016).
g. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau
kronik) (Wulandari & Erawati, 2016).