Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

PADA PASIEN POST OP LAPARATOMI

DI RUANG ICU RSU.ADJIDARMO RANGKASBITUNG

Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Mata Kuliah Keperawatan Kritis

Dosen Pembimbing : Viyan Septiyana A,S. Kep, Ners, M. Kep

Disusun Oleh :

KOMARUDIN
(P27905118015)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi Mata
Kuliah Praktik Klinik Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Kritis Pada Pasien Post Op Laparatomi .”
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan,
dukungan dan arahan dari berbagai pihak yang sangat berharga, baik secara moril maupun
materil, baik langsung ataupun tidak langsung. Penulis berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak. Selain itu juga bisa dijadikan sumber bacaan untuk
menambah wawasan.
Penulis menyadari, bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini mungkin belum
seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan, saran, dan masukan
yang bersifat membangun dari semua pihak.

Tangerang, 25 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................i

Daftar Isi..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Ruang Lingkup...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................2
D. Metode Penulisan................................................................................2
E. Sistematika Penulisan.........................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................

A. Pengertian............................................................................................3
B. Klasifikasi............................................................................................3
C. Tanda dan Gejala...............................................................................5
D. Penyebab/Etiologi...............................................................................5
E. Patofisiologi.........................................................................................6
F. Penatalaksanaan.................................................................................7
G. Konsep Asuhan Keperawatan Kritis................................................8

BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................16

BAB III PENUTUP.........................................................................................25

A. Kesimpulan..........................................................................................26
B. Saran....................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untuk membuka bagian abdomen.


Laparatomi merupakan suatu bentuk pembedahan mayor dengan melakukan
pengayatan pada lapisan lapisan abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang
mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi). Laparatomi
dilakukan pada kasus seperti apendicitis hernia inguinalis, kanker lambung, kanker
kolon dan rectum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, kolestisitis dan peritonitis.
Sandy 2015 menjelaskan bahwa ada pembedahan laparatomi yang membutuhkan
insisi pada dinding abdominal yang cukup lebar sehingga beresiko terjadinya
infeksi terutama infeksi luka pasca operasi.

Beban penyakit didunia sekitar 11 % berasal dari penyakit atau keadaan


sebenarnya bisa ditanggulangi dengan pembedahan.. Terkait tindakan bedah,
diperkirakan lebih dari 100 juta pasien menerima layanan bedah dimana
setengahnya dapat mengalami kematian atau kecacatan akibat kejadian tidak
diinginkan yang bisa dicegah. Data dari WHO melaporkan bahwa angka kejadian
infeksi luka operasi didunia berkisar 5%-34%. Infeksi luka operasi di United
Kingdom memiliki angka kejadian infeksi luka operasi sekitar 10%. Tahun 2013 jumlah
pasien dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan yang sangat significan.
Pada tahun 2011 terdapat 140 juta pasien diseluruh rumahsakit di dunia, pada tahun
2012 diperkirakan meningkat menjadi 148 juta jiwa. Laparatomi meningkat setiap
tahunnya sebesar 15% (Nurlela 2009). Sedangkan menurut data tabulasi nasional
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009 menjabarkan bahwa tindakan
bedah menempati urutan ke 11 dari 50 penyakit di Indonesia dengan presentase 12,8%
dan diperkirakan 32% diantaranya merupakan bedah laparatomi (Kusumayanti, 2015)

3
B. Ruang Lingkup
Fokus dalam penyusunan makalah ini adalah Konsep Dasar Penyakit Laparatomi dan
Asuhan Keperawatan Kritis pada Pasien Post Op Laparatomi

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami mengenai Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Op
Laparatomi
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu:
a. Memahami tentang Konsep Dasar Penyakit Laparotomi
b. Memahami mengenai Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kritis pada Pasien
Post Op Laparatomi
D. Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan metode deskriptif melalui studi kepustakaan dengan
pengumpulan data dari berbagai literatur atau sumber.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini yaitu:
BAB I: Pedahuluan yang terdiri dari latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan
BAB II: Tinjauan Kasus tentang pengertian, klasifikasi, tanda dan gejala,
penyebab/etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan, konsep asuhan keperawatan kritis
BAB III: Tinjauan Kasus
BAB IV : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka

BAB II
4
TINJAUAN KASUS

A. Pengertian
Laparatomi adalah prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding
abdomen hingga ke cavitas abdomen.
Laparatomi merupakan suatu bentuk pembedahan mayor dengan, dengan
melakukan pengayatan pada lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian
organ yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi).
Laparatomi adalah proses pembedahan perut sampai membuka selaput perut,
dengan 4 cara yaitu Midline incision., Paramedian, yaitu : sedikit ke tepi dari garis
tengah (2,5 cm), panjang (12,5 cm), Transverse upper abdomen incision yaitu insisi
dibagian atas contohnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy, dan
Transverse lower abdomen yaitu insisi melintang dibagian bawah kurang lebih 4
cm diatas anterior spinal iliaka misalnya apendiktomi (Jitowiyono & Kristiyanasari,
2010).

B. Klasifikasi

a. Mid-line incision

Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan, eksplorasi
dapat sedikit lebih luas, cepat dibuka dan ditutup, serta tidak memotong ligamen dan
saraf. Namun demikian, kerugian jenis insisi ini adalah terjadi hernia cikatrialis,
indikasinya pada eksplorasi gaster, pankreas, hepar, dan klien serta di bawah umbilikus
untuk eksplorasi ginekologis, restosigmoid dan organ dalam pelvis.

b. Paramedian

Yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (2,5cm), panjang (12,5cm), terbagi menjadi
dua yaitu paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi jenis operasi lambung, eksplorasi
pankreas, organ pelvis, usus bagian bawah serta plenoktomi.

c. Transverse upper abdomen incision


5
Yaitu insisi bagian atas misalnya pembedahan colesistotomy dam splenektomy.

d. Transverse lower abdomen incision


Yaitu insisi melintang dibagian bawah4cm diatas anterior spinailiaka, misalnya
pada operasi apendictomy. Latihan-latihan fisik seperti latihan napas dalam, batuk
efektif, menggerakan otot kaki, menggerakan otot bokong, latihan alih baring dan turun
dari tempat tidur. semuanya dilakukan hari ke-2 post operasi.

C. Manifestasi Klinis

a. Nyeri tekan pada area insisi pembedahan

b. Perubahan tekanan darah, nadi dan pernafasan

c. Kelemahan

d. Gangguan integumen dan jaringan subkutan

e. Konstipasi
f. Mual dan muntah, anoreksia

D. Penyebab/Etiologi

Laparatomi dilakukan adalah karena disebabkan oleh beberapa hal :

1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)

Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak


diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk
(Ignativicus & Workman, 2006). Dibedakan atas 2 jenis yaitu :

- Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) yang
disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.

6
- Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum) yang
dapat disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk
pengaman (sit-belt).

2. Peritonitis

Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga abdomen,


yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis primer dapat
disebabkan oleh spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar
kronis. Peritonitis sekunder disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster
dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid),
sementara proses pembedahan merupakan penyebab peritonitis tersier.

3. Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi)

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya)


aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus biasanya mengenai
kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari
obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan
gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila
penderita ingin tetap hidup. Penyebabnya dapat berupa perlengketan (lengkung usus
menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pada jaringan parut
setelah pembedahan abdomen), Intusepsi (salah satu bagian dari usus menyusup
kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus),
Volvulus (usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan
demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang
terjadi amat distensi), hernia (protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau
dinding dan otot abdomen), dan tumor (tumor yang ada dalam dinding usus meluas
kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus).

4. Apendisitis mengacu pada radang apendiks


7
Suatu tambahan seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari
sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi lumen oleh
fases yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan
inflamasi.

5. Tumor abdomen

6. Pancreatitis (inflammation of the pancreas)

7. Abscesses (a localized area of infection)

8. Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or surgery)

9. Diverticulitis (inflammation of sac-like structures in the walls of the intestines)

10. Intestinal perforation

11. Ectopic pregnancy (pregnancy occurring outside of the uterus)

12. Foreign bodies (e.g., a bullet in a gunshot victim)


13. Internal bleeding

E. Patofisiologi

Trauma adalah cedera / rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosiaonal. (Dorland
2011.) Trauma adalah luka atau cedera fisik lainya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat.Trauma adalah penyebab kematian paling utama pada anak dan
orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalagunaan alkohol adalah obat yang telah
menjadi faktor komplikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja
atau tidak disengaja. trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta gtrauma yang disengaja atau tidak disengaja. Trauma abdomen
merupakan luka pada isi rongga perut bisa terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding
perut dimana pada penanganan /penatalaksanaan dapat bersifat kedaruratan dapat pula
dilakukan tindakan laparatomi. tusukan / tembakan, pukulan, benturan, ledakan,
8
deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman dapat mengakibatkan terjadinya trauma
abdomen sehingga harus dilakukan laparatomi. Trauma tumpul abdomen dapat
mengakibatkan individu kehilangan darahmemar / jejas pada dinding perut, kerusakan
oragan organ nyeri, iritasi cairan usus. Sedangkan trauma tembus abdomen dapat
mengakibatkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis,
perdarahan atau pembekuan darah, kontaminasi bakteri, kematian sel. Hilangnya seluruh
atau sebagian fungsi organ dan respon stres dari saraf simpatis akan menyebabkan
terjadinya kerusakan integritas kulit, syok dan perdarahan, kerusakan pertukaran gas,
resiko tinggi terhadap infeksi, nyeri akut.
Pathway
Etiologi

(trauma perut, peritonitis, perdarahan saluran pencernaan, sumbatan pada usus


halus, anus besar, masa perut)

Laparatomi

Mual, muntah anoreksia Insisi jaringan

Ketidakseimbangan nutrisi
Ketidakseimbangan Nutrisi

Terputusnya inkontinuitas jaringan

Kecemasan/ansietas

pola napas tidak


Ketidakefektifan efektif
pola napas Peradangan nyeriakut
Nyeri akut

Luka infasif post pembedahan

Pembatasan aktivitas ResikoResiko


tinggi infek
infeksi Kelemahan

Kelemahan hambatan
Hambatanmobilitas
mobilitasfisik
fisik Intoleransi aktivitas

(http://www.scribd.com/document/248448707/Pathway-laparatomi)

F. Komplikasi

9
a. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.

Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar
tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah sebagai
emboli ke paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki,
ambulasi dini post operasi

b. Infeksi

Infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi, organisme yang paling
sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus aurens, organisme gram positif.
Stapilococus mengakibatkan pernanahan untuk menghindari infeksi luka yang paling
penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.

c. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau epiverasi.

d. Ventilasi paru tidak adekuat.

e. Gangguan kardiovaskuler, hipertensi, aritmia jantung.

f. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

g. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan

G. Penatalaksanaan

Mengurangi komplikasi akibat pembedahan, dengan perawatan pasca operasi:

a. Monitor kesadaran, TTV, CVP, intake output

b. Observasi dan catat produksi drain (warna dan jumlah produksi drainage)

c. Dalam mengatur dan mengerakan posisi pasien harus hati-hati jangan sampe drain
tercabut

10
d. Perawatan luka operasi harus steril
H. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemerikasaan rektum :

adanya darah menunjukan kelaina pada usus besar; kuldosentesi, kemungkinan adanya
darah dalam lambung; dan katerisasi, adanya darah menunjukan adanya lesi pada
saluran kencing.

- Laboratorium: hemoglobin, hematokrit, leukosit, analisis urine.

- Radiologik: bila diindikasikan untuk dilakukan laparatomi

- IVP / sistogram: hanya dilakukan bila ada kecurigaan pada trauma saluran kencing.

2. Parasentesis perut:

Tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan adanya kelainan pada
rongga perut yang disertai denga trauma kepala yang berat, dilakukan dengan
menggunakan jarum fungsi no 18 atau 20 yang ditusukan melalui dinding perut di
daerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokan
buli-buli terlebih dahulu.

2. Lavase peritoneal:

Fungsi dan aspirasi atau bilasan rongga perut dengan memasukan cairan garam fisiologis
melului kanula yang dimasukan kedalam rongga peritoneum.

Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomi adalah :

a. Respiratory: bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.

b. Sirkulasi: tensi, nadi, respirasi, suhu. warna kulit, crt

c. Persyarafan: tingkat kesadaran.

11
d. Balutan: apakah ada drainase? apakah ada tanda-tanda infeksi, bagaimana proses
penyembuhanya?

e. Peralatan: monitor yang terpasang, cairan infus dan transfusi.

f. Rasa nyaman: rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien dan status ventilasi.

g. Psikologis : kecemasan, suasana hati setelah operasi

I. Konsep Asuhan Keperawatan Kritis


A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit,
nomor register dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama.
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
nyeri abdomen.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang

Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang telah diambil
sebelum akhirnya klien dibawah ke rumahsakit untuk mendapatkan
penanganan secara medis.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Ada riwayat penyakit terdahulu sehingga klien dirawat di rumah sakit.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus ,


atau riwayat stroke dari generasi terdahulu.

12
d. Riwayat psikososial dan spiritual

Peran pasien dalam keluarga, status emosional meningkat, interaksi sosial


terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga
tida harmonis , status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin melakukan
ibadah sehari-hari.
4. Aktifitas sehari-hari
a. Pola nutrisi
b. Pola eliminasi
c. Pola personal hygiene
d. Pola istirahat dan tidur
e. Pola aktivitas dan latihan
d. Seksualitas / reproduksi
e. Peran diri
f. Persepsi diri / konsep diri
g. Kognitif diri / konsep diri
h. Kognitif perseptual

5. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemotoma atau riwayat operasi.

b. Mata

Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus (nervus


II), gangguan dalam menganggkat bola mata (nervus III), gangguan dalam
memutar bola mata (Nervus IV) dan gangguan dalam menggerakan bola mata
kelateral (nervus VI)

c. Hidung

13
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfactorius
(nervus I).

d. Mulut

Adanya gangguan pengecapan atau lidah akibat kerusakan nervus vagus , adanya
kesulitan dalam menelan.

e. Dada

Inspeksi:kesimetrisan bentuk, kembang dan kempih dada.

Palpasi: ada tidaknya nyeri tekan dan masa

Perkusi:mendengar bunyi hasil perkusi, untuk mengetahui suara napas.

f. Abdomen

Inspeksi : bentuk, ada tidaknya pembesaran.

Auskultasi: mendengar bising usus

Perkusi : mendengar bunyi hasil perkusi


Palpasi : ada tidanya nyeri tekan pasca operasi.

g. Ekstremitas

Pengukuran kekuatan otot

1. Nilai 0 : bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.

2. Nilai 1 : bila terlihat kontraksi tetapi tidak ada gerakan sendi

3. Nilai 2 : bila ada gerakan pada sendi tetatpi tidak bisa melawan gravitasi

14
4. Nilai 3 : bila dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat melawan tekenan
pemeriksaan

5. Nilai 4 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tapi kekuatanya berkurang.


6. Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan penuh.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang dapat muncul antara lain :


a. Nyeri Akut b.d Prosedur operasi (D.0077)
b. Resiko Infeksi b.d Efek prosedur invasif (D.0142)
c. Gangguan Ventilasi b.d Kelelahan otot pernapasan (D.0004)
d. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan (D.0056)
e. Pola Nafas Tidak Efektif b.d Kecemasan (D.0005)

C. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
(SDKI) INTERVENSI (SIKI)
(SLKI)

SDKI (D.0005) SLKI (L.01004) SIKI (I.03119)


Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Jalan Nafas
Efektif b.d selama 3 x 24 jam, diharapkan Observasi
Kecemasan inspirasi dan ekspirasi memberikan - Monitor Jalan Napas
ventilasi adekuat

15
Ekspektasi : Membaik - Monitor bunyi napas tambahan
dengan kriteria hasil : - Monitor sputum
-Tekanan ekspirasi (5)
-Tekanan inspirasi (5) Terapeutik
-Dispnea (5) - Pertahankan kepatenan jalan napas
-Frekuensi napas (5) dengan head-tilt dan chin-lift
-Kedalaman napas (5) - Posisikan semi-fowler atau fowler

Edukasi
- Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu

SDKI (0142) SLKI (0142) SIKI (I.4539)


Risiko Infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pencegahan Infeksi
Efek prosedur invasif selama 3 x 24jam, diharapkan derajat Observasi
infeksi berdasarkan observasi atau - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
sumber informasi dan sistemik
Ekspektasi : Menurun
dengan kriteria hasil :
-Kebersihan badan (5) Terapeutik
-Cairan berbau berbusuk (5) - Pertahankan Teknik aseptik pada
-Drainase purulen (5) pasien beresiko tinggi
-Kultur area luka (5)
Edukasi

16
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan yang
benar
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan cairan

Kolasborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu

Perawatan Luka
Observasi
- Monitor karateristik luka (mis.drainase,
warna, ukuran, bau)
- Monitor tanda-tanda infeksi

Terapeutik
- Lepaskan balutan dan plester secara
perlahan
- Bersihkan dengan cairan NaCl atau
pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril pada saat
melakukan perawatan luka

Edukasi
-Jelaskan tanda dan gejala infeksi

17
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika
perlu
SDKI ( D.0056) SLKI ( L.05047) SIKI (I.05178)
Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
b.d Kelelahan keperawatan selama 3 X 24 jam, Observasi
diharapkan respon fisiologis terhadap - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
aktivitas yang membutuhkan tenaga mengakibatkan kelelahan
Ekspektasi : Meningkat - Monitor kelelahan fisik dan emosional
dengan kriteria hasil : - Monitor pola dan jam tidur
- Keluhan lelah (5) - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
- Dispnea saat aktivitas (5) selama melakukan aktvitas

- Dispnea setelah aktivitas (5)


Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulasi (mis. cahaya,
kunjungan, suara)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/ atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak

18
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

SDKI ( D.0004) SLKI ( L.05047) SIKI (I.01002)


Gangguan Ventilasi Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ventilasi
Spontan b.d keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
Kelelahan otot diharapkan keadekuatan cadangan - Identifikasi adanya kelelahan otot bantu
pernapasan energi untuk mendukung individu napas
mampu bernapas secara adekuat - Monitor status respirasi dan oksigenasi
Ekspektasi : Meningkat
dengan kriteria hasil : Terapeutik
- Volume tidal (5) - Pertahankan kepatenan jalan napas
- Penggunaan otot bantu napas (5) - Berikan posisi semifowler atau fowler
- PCO2 (5) - Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
- PO2 (5)
- Takikardia (5) Edukasi
- Ajarkan melakukan teknik relaksasi
napas dalam

Manajemen Asam-Basa
Observasi
- Identifikasi penyebab
ketidakseimbangan asam basa
- Monitor status neurologis
- Monitor irama dan frekuensi jantung
- Monitor perubahan pH, PaCO2 dan
HCO2

Terapeutik
- Ambil spesimen darah arteri untuk

19
pemeriksaan AGD
- Berikan posisi semifowler atau fowler
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan

Edukasi
- Jelaskan penyebab dan mekanisme
terjadinya gangguan asam basa

Manajemen Asam-Basa : Asidosis


Respiratorik

Observasi
- Monitor penggunaan otot bantu napas
- Monitor hasil analisa gas darah
- Monitor CRT

Terapeutik
- Pertahankan kepatenan dan bersihan
jalan napas
- Pertahankan akses intravena
- Berikan oksigen sesuai indikasi

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian ventilasi mekanik

SDKI (D.0077) SLKI (L.08063) SIKI (I.08238)


Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
prosedur operasi keperawatan selama 3 x 24 jam - Indentifikasi lokasi, karateristik, durasi,

20
diharapkan meredakan pengalam frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
sensorik atau emosional yang tidak - Indentifikasi skala nyeri
menyenangkan akibat kerusakan - Monitor efek samping penggunaan
jaringan analgesik
Ekspektasi : Meningkat
dengan kriteria hasil : Terapeutik
- Keampuan menggunakan teknik non- - Berikan teknik non farmakologis untuk
farmakologis meningkat (5) mengurangi rasa nyeri
- Keluhan nyeri menurun (5) - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Penggunaan analgesik menurun (5)
Edukasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat berhasilnya suatu
tindakan.pada bagian evaluasi terbagi menjadi dua, yaitu:
- Evaluasi formatif
- Evaluasi sumatif

21
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN NY.R DENGAN POST OP LAPARATOMI

DI RUANG ICU RSU.ADJIDARMO RANGKASBITUNG

A. PENGKAJIAN

1. DATA BIOGRAFI PASIEN :


22
a. Nama : Ny.R

b. Umur : 65 tahun

c. Medrec : 0179734

d. Diagnosa Medis : Post Op Laparatomi Eksplorasi + Adhesiolisist Sutere Gaster Perforasi


atas indikasi Ileus Obstruksi + Peritonitis Generalisata Et causa Perforasi Gaster.

2. PRIMARY SURVEY

Airway (A) :

- Jalan napas tidak efektif, pasien tampak sesak

Breathing (B) :

- Look : Klien tampak sesak, RR : 30 x/menit, SPO2 : 95%, terpasang ventilator dengan Mode
Control : VC, TV :500, PEEP : 5, O2 Conc : 75%

- Listen : Tidak terdengar bunyi napas tambahan

- Feel : Hembusan napas klien terasa

Circulation (C) :

- Tidak terdapat perdarahan pada Ny.R, denyut nadi klien teraba, akral
hangat, turgor kulit normal, tidak terdapat udem, konjungtiva anemis. TD: 128/58 mmHg, N: 95
x/menit, Klien terpasang IVFD RL 500 ml , Transfusi darah sebanyak 156 ml.

Disability (D) :

- Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan bahwa klien dalam keadaan tidak sadar karena
DPO, reaksi cahaya terhadap pupil (+).

Eksposure (E) :

- S : 36℃, turgor kulit kering, terpasang kateter, terpasang IV line, terpasang foley kateter,
terpasang NGT, terpasang CVP.

3. SECONDARY SURVEY

23
a. Keluhan utama :

- Klien mengatakan nyeri perut tidak bisa BAB selama 2 hari

b. Riwayat Penyakit Sekarang :

- Klien kesadaran nya apatis dengan Nilai GCS Klien Apatis (E3M5Vx), belum terkaji secara
verbal, klien post op laparatomi

c. Riwayat Penyakit dahulu :

- Klien tidak memiliki riwayat Hipertensi atau DM

d. Riwayat penyakit keluarga :

- Keluarga mengatakan bahwa keluarga tidak memiliki penyakit yang sama


yang di derita oleh klien pada saat sekarang ini

e. Pemeriksaan head toe toe :

1) Kepala

a) Bentuk kepala :

Bentuk kepala klien lonjong, kulit kepala kering. Pertumbuhan rambutnya lebat. Rambut klien
hitam dan tidak beruban serta tidak rontok. Wajah klien terlihat letih dan lemas.

b) Mata

Mata klien bersih dan simetris, konjungtiva tidak pucat, reflek cahaya masih baik, fungsi
penglihatan masih baik dan tidak ada kelainan.

c) Telinga

Bentuk telinga normal, tidak ada cairan yang keluar telinga, fungsi pendengaran masih baik dan
tidak memakai alat bantu dengar.

d) Hidung

Bentuk hidung simetris, tidak ada sekret, tidak ada nyeri, fungsi pembauan masih baik. Nafas
pendek.Terpasang ventilator

e) Mulut dan tenggorokan

Kemampuan bicara klien baik, tidak ada sariawan, bibir tidak kering, membran mukosa tidak
pucat.

2) Leher
24
Tidak ada peningkatan JVP , tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

3) Dada

a) Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada lesi.

b) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, massa dan peradangan, ekspansi dada simetris.

c) Perkusi : Paru-paru kanan resonan pada interkosta 1-5 dan interkosta 1-

d) Auskultasi: Suara paru-paru vesikuler. Jantung : S1 dan S2 murni tunggal, tidak ada suara
jantung tambahan (S3 dan S4 murmur).

4) Abdomen

a) Inspeksi : terdapat luka operasi tertutup kassa, tidak rembes, terdapat drain di kuadran kanan
bawah perut klien dan dibalutkassa.

b) Palpasi : terdapat nyeri tekan di kuadran atas tengah abdomen (bekas operasi laparatomy
bagian atas).

c) Perkusi : suara timpani pada semua kuadran abdomen.

d) Auskultasi : peristaltik usus 13 kali/menit.

5) Ekstremitas

a) Atas

Terpasang infus CVP RL 30tpm. Jari-jari tangan klien lengkap, tidak ada cacat dan luka.

b) Bawah :

Tidak ada edema, jari kaki lengkap, tidak ada cacat dan luka.

6) Genetalia

Terpacang DC sejak 18 Oktober 2021

7) Anus : -

f. Hasil Laboratorium :

No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


25
.
1. HEMATOLOGI
Darah Rutin
- Leukosit H 14630 3600 - 11000 /µL
- Eritrosit L 3,49 3,80 - 5,20
- Hemoglobin L 10,50 11,70 - 15,50 g/dl
- Hematokrit L 30,8 35,0 – 47,0 %
- MCV 88,3 80,0 – 100,0 fL
- MCH 30,1 26,0 – 34,0 pg
- MCHC 34,1 32,0 – 36,0 g/dl
- Trombosit 250 150 – 440
2. KIMIA KLINIK
- SGOT (AST) 16 <35 U/L
- SGPT (ALT) 11 <35 U/L
- Ureum H 90,52 20,00 – 40,00 mg/dl
- Kreatinin H 0,77 0,45 – 0,75 mg/dl
3. ANALISA GAS
DARAH
- Ph L 7,36 7,37 – 7,45 mm Hg
- p CO2 H 54,7 33,0 – 44,0 mmol/L
- BE H 5,6 -2,0 - +3,0 mmol/L
- HCO3 H 31,3 22,0 – 29,0 mmol/L
- Total CO2 H 33,00 23 – 27 %
- Saturasi O2 H 99,9 94,0 – 98,0 mm Hg
- p O2 H 253 71 - 104

26
h. Terapi dokter :

No Terapi Dosis Rute


.
1. Kabiven 1200 cc IV
2. Cairan RL 500 cc IV
3. Omeprazole 2 x 40 gr IV
4. Meropenem 3 x 1 gr IV
5. Metronidazole 500 ml IV
6. Ceftriaxone 1 gr IV
7. Kalnex 3 x 500 mg IV
8. Vit.K 2 x 1 gr IV
9. Loading 200 cc IV
10. Paracetamol drip 3 x 1 gr IV
11. Amiodaron 3 x 200 mg IV
12. Fentanyl 20 mg IV

B. ANALISA DATA

27
No. Data Fokus Etiologi Masalah

28
1. DS : Laparatomi Resiko Infeksi

- Klien tidak sadarkan diri karena sedang Insisi jaringan


DPO
Terputusnya inkontiunitas jaringan
DO :
Peradangan
- Terdapat luka jahitan post op laparatomi
Luka inpasif post pembedahan
diabdomen klien dengan panjang luka 20 cm
lebar 2 cm. Resiko infeksi

- Pada daerah bekas operasi terdapat


kemerahan

- Adanya drainase

- Metronidazole 3 x 500 mg

- Meropenem 3 x 1 gr

TD : 128/58 mmHg

N : 95 x/menit

RR : 30 x/menit

S : 36℃

2. DS : Luka inpasif pembedahan Gnagguan Ventilasi


Spontan
- Klien tidak sadarkan diri karena sedang Gangguan Ventilasi Spontan
DPO

DO:

- Klien terpasang ventilator dengan

Mode Control : VC

TV : 500

29
PEEP : 5

O2 Conc : 75%

- PCO2 : H 54,7 mmol/L

- SaO2 95 %

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko Infeksi b.d Efek prosedur invasif (D.0142)
b. Gangguan Ventilasi b.d Kelelahan otot pernapasan (D.0004)

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA
(SDKI) INTERVENSI (SIKI)
HASIL (SLKI)

SDKI (0142) SLKI (0142) SIKI (I.4539)


Risiko Infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Infeksi
Efek prosedur invasif keperawatan selama 3 x 24jam, Observasi
diharapkan derajat infeksi - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
berdasarkan observasi atau sistemik
sumber informasi
Ekspektasi : Menurun
dengan kriteria hasil : Terapeutik
-Kebersihan badan (5) - Pertahankan Teknik aseptik pada pasien
-Cairan berbau berbusuk (5) beresiko tinggi
-Drainase purulen (5)
-Kultur area luka (5) Edukasi

30
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan cairan

Kolasborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

Perawatan Luka
Observasi
- Monitor karateristik luka (mis.drainase, warna,
ukuran, bau)
- Monitor tanda-tanda infeksi

Terapeutik
- Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
- Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
nontoksik, sesuai kebutuhan
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril pada saat melakukan
perawatan luka

Edukasi
-Jelaskan tanda dan gejala infeksi

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
SDKI ( D.0004) SLKI ( L.05047) SIKI (I.01002)
Gangguan Ventilasi Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ventilasi
31
Spontan b.d keperawatan selama 3 x 24 Observasi
Kelelahan otot jam, diharapkan keadekuatan - Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas
peenapasan cadangan energi untuk - Monitor status respirasi dan oksigenasi
mendukung individu mampu
bernapas secara adekuat Terapeutik
Ekspektasi : Meningkat - Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan kriteria hasil : - Berikan posisi semifowler atau fowler
- Volume tidal (5) - Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
- Penggunaan otot bantu napas
(5) Edukasi
- PCO2 (5) - Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas
- PO2 (5) dalam
- Takikardia (5)
Manajemen Asam-Basa
Observasi
- Identifikasi penyebab ketidakseimbangan asam
basa
- Monitor status neurologis
- Monitor irama dan frekuensi jantung
- Monitor perubahan pH, PaCO2 dan HCO2

Terapeutik
- Ambil spesimen darah arteri untuk pemeriksaan
AGD
- Berikan posisi semifowler atau fowler
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan

Edukasi
- Jelaskan penyebab dan mekanisme terjadinya
gangguan asam basa

32
Manajemen Asam-Basa : Asidosis
Respiratorik

Observasi
- Monitor penggunaan otot bantu napas
- Monitor hasil analisa gas darah
- Monitor CRT

Terapeutik
- Pertahankan kepatenan dan bersihan jalan napas
- Pertahankan akses intravena
- Berikan oksigen sesuai indikasi

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian ventilasi mekanik

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Tanggal / Jam Implementasi Respon Paraf


Dx

I 25 Oktober - Memonitor karateristik luka S:-


2021 / 08.00
(mis.drainase, warna, ukuran, bau) O:
WIB
- Klien tampak terbaring
- Memonitor tanda-tanda infeksi ditempat tidur

- Mempertahankan Teknik aseptik - Terdapat luka jahitan pos op

- Melakukan kolaborasi pemberian laparatomi diabdomen klien


antibiotik dengan panjang luka 20 cm
lebar 2 cm.

33
- Pada daerah bekas operasi
terdapat kemerahan

- Adanya drainase ± 150 cc/jam

- Klien diberikan Metronidazole


3 x 500 mg

- Klien diberikan Meropenem 3


x 1 gr

TD : 107/66 mmHg

RR : 30 x/menit

N : 105 x/menit

S : 37,4℃

A: Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi

25 Oktober
2021 /08.00
II WIB S:-
- Memonitor status respirasi dan
oksigenasi O:

- Memberikan posisi semifowler - Nilai GCS Klien Apatis


atau fowler (E3M5Vx), belum terkaji secara
verbal
- Memonitor status neurologis - Rr : 30 x/menit
- Memonitor irama dan frekuensi - HR : 122 x/menit
jantung
- Klien terpasang CVP dengan
- Mengambil spesimen darah arteri nilai 18,5
untuk pemeriksaan AGD
- Nilai pH : 7,38 mmHg,
PCO2 : H 63,6 mmol/L,
- Mempertahankan akses intravena
HCO3 : H 38,5 mmol/L

34
- Memonitor perubahan pH, PaCO2 - Klien terpasang ventilator
dan HCO3 dengan mode PS

- Melakukan kolaborasi pemberian A: Masalah belum teratasi


ventilasi mekanik
P : Lanjutkan intevensi

I 26 Otober 2021 - Memonitor karateristik luka S:-


/15.00 WIB
(mis.drainase, warna, ukuran, bau) O:

- Klien tampak terbaring


- Memonitor tanda-tanda infeksi
ditempat tidur
- Mempertahankan Teknik aseptik - Terdapat luka jahitan pos op
- Melakukan kolaborasi pemberian laparatomi diabdomen klien
antibiotik dengan panjang luka 20 cm
lebar 2 cm.
35
- Pada daerah bekas operasi
terdapat kemerahan

- Adanya drainase ± 145 cc/jam

- Klien diberikan Metronidazole


3 x 500 mg

- Klien diberikan Meropenem 3


x 1 gr

TD : 110/67 mmHg

RR : 24 x/menit

N : 105 x/menit
S : 36℃

A: Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi

S:-
II - Memonitor status respirasi dan
oksigenasi O:
26 Oktober
2021/ 16.00 - Nilai GCS Klien Apatis
WIB - Memberikan posisi semifowler (E3M5Vx), belum terkaji secara
atau fowler verbal
- Memonitor status neurologis - Rr : 24 x/menit

- Memonitor irama dan frekuensi - HR : 101 x/menit


jantung
- Klien terpasang CVP dengan
- Mengambil spesimen darah arteri nilai 18,5
untuk pemeriksaan AGD - Klien terpasang ventilator
dengan mode PS
- Mempertahankan akses intravena
A: Masalah belum teratasi
- Melakukan kolaborasi pemberian
ventilasi mekanik P : Lanjutkan intervensi

36
I S:-
- Memonitor tanda-tanda infeksi
27 Oktober O:
2021/ 07.30
- Mempertahankan Teknik aseptik - Nilai GCS Klien Apatis
WIB
- Melakukan kolaborasi pemberian (E3M5Vx), belum terkaji secara
verbal
antibiotik
- Rr : 18 x/menit
-Melepaskan balutan dan plester
secara perlahan - HR : 99 x/menit

- Membersihkan dengan cairan - Klien terpasang CVP dengan


nilai 18,5
NaCl
- Memberersihkan jaringan nekrotik - Klien terpasang ventilator
dengan mode CPAP lalu
- Mempasang balutan sesuai jenis dilakukan ekstubasi diganti
luka menggunakan simple mask 10
L.
- Mempertahankan teknik steril pada
A: Masalah teratasi sebagian
saat melakukan perawatan luka
P : Lanjutkan intevensi

II S:-

27 Oktober - Memonitor status respirasi dan O:


2021 / 09.00 oksigenasi
- Nilai GCS Klien Apatis
WIB
- Memberikan posisi semifowler (E3M5Vx), belum terkaji secara
atau fowler verbal

- Memonitor status neurologis - Rr : 24 x/menit


- HR : 101 x/menit
- Memonitor irama dan frekuensi
jantung - Klien terpasang CVP dengan
nilai 18,5
- Mengambil spesimen darah arteri
untuk pemeriksaan AGD - Klien terpasang ventilator
dengan mode PS
- Mempertahankan akses intravena
A: Masalah belum teratasi
- Memonitor perubahan pH, PaCO2 P : Lanjutkan intervensi
dan HCO3

37
- Melakukan kolaborasi pemberian
ventilasi mekanik

38
F. EVALUASI KEPERAWATAN

No Tanggal/Jam Respon Paraf


Dx

I 25 Oktober 2021 / S:-


O:
08.00 WIB
- Klien tampak terbaring ditempat tidur
- Terdapat luka jahitan pos op laparatomi
diabdomen klien dengan panjang luka 20 cm lebar 2
cm.

- Klien dilakukan ganti perban

- Luka klien tampak mulai kering

- Klien diberikan Metronidazole 3 x 500 mg

- Klien diberikan Meropenem 3 x 1 gr

TD : 110/84 mmHg

RR : 20 x/menit

N : 101 x/menit

S : 36℃

39
A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjtkan intervensi

II 25 Oktober 2021/ S:-


O:
08.00 WIB
- Nilai GCS Klien Apatis (E3M5Vx), belum terkaji
secara verbal
- Rr : 18 x/menit
- HR : 99 x/menit
- Klien terpasang CVP dengan nilai 18,5
- Klien terpasang ventilator dengan mode CPAP
lalu dilakukan ekstubasi diganti menggunakan
simple mask 10 L.
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intevensi

40
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Laparatomi adalah prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada


dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen.
Laparatomi merupakan suatu bentuk pembedahan mayor dengan, dengan
melakukan pengayatan pada lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian
organ yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi).
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny.R dengan diagnosa medis Post Op
Laparatomi terdiri dari pengkajian, analisa data, penentuan diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan melakukan evaluasi.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan didapatkan 3 diagnosa yaitu :
a. Resiko Infeksi b.d Efek prosedur invasif (D.0142)
b. Gangguan Ventilasi b.d Kelelahan otot pernapasan (D.0004)
c. Nyeri Akut b.d Prosedur operasi (D.0077)

B. SARAN
Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan serta
ketrampilan dalam melakukan asuhan keperawatan sehingga mampu memberikan
pelayanan yang baik dan profesional

41
DAFTAR PUSTAKA

1. PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
2. PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan
Keperawatan . Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
3. PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
4. Muttaqin & Kumala. (2011). Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika

42

Anda mungkin juga menyukai