Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Mata Kuliah Keperawatan Kritis
Disusun Oleh :
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi Mata
Kuliah Praktik Klinik Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Kritis Pada Pasien Post Op Laparatomi .”
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan,
dukungan dan arahan dari berbagai pihak yang sangat berharga, baik secara moril maupun
materil, baik langsung ataupun tidak langsung. Penulis berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak. Selain itu juga bisa dijadikan sumber bacaan untuk
menambah wawasan.
Penulis menyadari, bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini mungkin belum
seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan, saran, dan masukan
yang bersifat membangun dari semua pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Ruang Lingkup...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................2
D. Metode Penulisan................................................................................2
E. Sistematika Penulisan.........................................................................2
A. Pengertian............................................................................................3
B. Klasifikasi............................................................................................3
C. Tanda dan Gejala...............................................................................5
D. Penyebab/Etiologi...............................................................................5
E. Patofisiologi.........................................................................................6
F. Penatalaksanaan.................................................................................7
G. Konsep Asuhan Keperawatan Kritis................................................8
A. Kesimpulan..........................................................................................26
B. Saran....................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
B. Ruang Lingkup
Fokus dalam penyusunan makalah ini adalah Konsep Dasar Penyakit Laparatomi dan
Asuhan Keperawatan Kritis pada Pasien Post Op Laparatomi
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami mengenai Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Op
Laparatomi
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu:
a. Memahami tentang Konsep Dasar Penyakit Laparotomi
b. Memahami mengenai Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kritis pada Pasien
Post Op Laparatomi
D. Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan metode deskriptif melalui studi kepustakaan dengan
pengumpulan data dari berbagai literatur atau sumber.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini yaitu:
BAB I: Pedahuluan yang terdiri dari latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan
BAB II: Tinjauan Kasus tentang pengertian, klasifikasi, tanda dan gejala,
penyebab/etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan, konsep asuhan keperawatan kritis
BAB III: Tinjauan Kasus
BAB IV : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka
BAB II
4
TINJAUAN KASUS
A. Pengertian
Laparatomi adalah prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding
abdomen hingga ke cavitas abdomen.
Laparatomi merupakan suatu bentuk pembedahan mayor dengan, dengan
melakukan pengayatan pada lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian
organ yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi).
Laparatomi adalah proses pembedahan perut sampai membuka selaput perut,
dengan 4 cara yaitu Midline incision., Paramedian, yaitu : sedikit ke tepi dari garis
tengah (2,5 cm), panjang (12,5 cm), Transverse upper abdomen incision yaitu insisi
dibagian atas contohnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy, dan
Transverse lower abdomen yaitu insisi melintang dibagian bawah kurang lebih 4
cm diatas anterior spinal iliaka misalnya apendiktomi (Jitowiyono & Kristiyanasari,
2010).
B. Klasifikasi
a. Mid-line incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan, eksplorasi
dapat sedikit lebih luas, cepat dibuka dan ditutup, serta tidak memotong ligamen dan
saraf. Namun demikian, kerugian jenis insisi ini adalah terjadi hernia cikatrialis,
indikasinya pada eksplorasi gaster, pankreas, hepar, dan klien serta di bawah umbilikus
untuk eksplorasi ginekologis, restosigmoid dan organ dalam pelvis.
b. Paramedian
Yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (2,5cm), panjang (12,5cm), terbagi menjadi
dua yaitu paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi jenis operasi lambung, eksplorasi
pankreas, organ pelvis, usus bagian bawah serta plenoktomi.
C. Manifestasi Klinis
c. Kelemahan
e. Konstipasi
f. Mual dan muntah, anoreksia
D. Penyebab/Etiologi
- Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) yang
disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
6
- Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum) yang
dapat disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk
pengaman (sit-belt).
2. Peritonitis
5. Tumor abdomen
E. Patofisiologi
Trauma adalah cedera / rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosiaonal. (Dorland
2011.) Trauma adalah luka atau cedera fisik lainya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat.Trauma adalah penyebab kematian paling utama pada anak dan
orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalagunaan alkohol adalah obat yang telah
menjadi faktor komplikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja
atau tidak disengaja. trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta gtrauma yang disengaja atau tidak disengaja. Trauma abdomen
merupakan luka pada isi rongga perut bisa terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding
perut dimana pada penanganan /penatalaksanaan dapat bersifat kedaruratan dapat pula
dilakukan tindakan laparatomi. tusukan / tembakan, pukulan, benturan, ledakan,
8
deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman dapat mengakibatkan terjadinya trauma
abdomen sehingga harus dilakukan laparatomi. Trauma tumpul abdomen dapat
mengakibatkan individu kehilangan darahmemar / jejas pada dinding perut, kerusakan
oragan organ nyeri, iritasi cairan usus. Sedangkan trauma tembus abdomen dapat
mengakibatkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis,
perdarahan atau pembekuan darah, kontaminasi bakteri, kematian sel. Hilangnya seluruh
atau sebagian fungsi organ dan respon stres dari saraf simpatis akan menyebabkan
terjadinya kerusakan integritas kulit, syok dan perdarahan, kerusakan pertukaran gas,
resiko tinggi terhadap infeksi, nyeri akut.
Pathway
Etiologi
Laparatomi
Ketidakseimbangan nutrisi
Ketidakseimbangan Nutrisi
Kecemasan/ansietas
Kelemahan hambatan
Hambatanmobilitas
mobilitasfisik
fisik Intoleransi aktivitas
(http://www.scribd.com/document/248448707/Pathway-laparatomi)
F. Komplikasi
9
a. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar
tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah sebagai
emboli ke paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki,
ambulasi dini post operasi
b. Infeksi
Infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi, organisme yang paling
sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus aurens, organisme gram positif.
Stapilococus mengakibatkan pernanahan untuk menghindari infeksi luka yang paling
penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
G. Penatalaksanaan
b. Observasi dan catat produksi drain (warna dan jumlah produksi drainage)
c. Dalam mengatur dan mengerakan posisi pasien harus hati-hati jangan sampe drain
tercabut
10
d. Perawatan luka operasi harus steril
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemerikasaan rektum :
adanya darah menunjukan kelaina pada usus besar; kuldosentesi, kemungkinan adanya
darah dalam lambung; dan katerisasi, adanya darah menunjukan adanya lesi pada
saluran kencing.
- IVP / sistogram: hanya dilakukan bila ada kecurigaan pada trauma saluran kencing.
2. Parasentesis perut:
Tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan adanya kelainan pada
rongga perut yang disertai denga trauma kepala yang berat, dilakukan dengan
menggunakan jarum fungsi no 18 atau 20 yang ditusukan melalui dinding perut di
daerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokan
buli-buli terlebih dahulu.
2. Lavase peritoneal:
Fungsi dan aspirasi atau bilasan rongga perut dengan memasukan cairan garam fisiologis
melului kanula yang dimasukan kedalam rongga peritoneum.
11
d. Balutan: apakah ada drainase? apakah ada tanda-tanda infeksi, bagaimana proses
penyembuhanya?
f. Rasa nyaman: rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien dan status ventilasi.
Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang telah diambil
sebelum akhirnya klien dibawah ke rumahsakit untuk mendapatkan
penanganan secara medis.
12
d. Riwayat psikososial dan spiritual
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemotoma atau riwayat operasi.
b. Mata
c. Hidung
13
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfactorius
(nervus I).
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan atau lidah akibat kerusakan nervus vagus , adanya
kesulitan dalam menelan.
e. Dada
f. Abdomen
g. Ekstremitas
3. Nilai 2 : bila ada gerakan pada sendi tetatpi tidak bisa melawan gravitasi
14
4. Nilai 3 : bila dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat melawan tekenan
pemeriksaan
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
(SDKI) INTERVENSI (SIKI)
(SLKI)
15
Ekspektasi : Membaik - Monitor bunyi napas tambahan
dengan kriteria hasil : - Monitor sputum
-Tekanan ekspirasi (5)
-Tekanan inspirasi (5) Terapeutik
-Dispnea (5) - Pertahankan kepatenan jalan napas
-Frekuensi napas (5) dengan head-tilt dan chin-lift
-Kedalaman napas (5) - Posisikan semi-fowler atau fowler
Edukasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
16
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan yang
benar
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan cairan
Kolasborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu
Perawatan Luka
Observasi
- Monitor karateristik luka (mis.drainase,
warna, ukuran, bau)
- Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
- Lepaskan balutan dan plester secara
perlahan
- Bersihkan dengan cairan NaCl atau
pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril pada saat
melakukan perawatan luka
Edukasi
-Jelaskan tanda dan gejala infeksi
17
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika
perlu
SDKI ( D.0056) SLKI ( L.05047) SIKI (I.05178)
Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
b.d Kelelahan keperawatan selama 3 X 24 jam, Observasi
diharapkan respon fisiologis terhadap - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
aktivitas yang membutuhkan tenaga mengakibatkan kelelahan
Ekspektasi : Meningkat - Monitor kelelahan fisik dan emosional
dengan kriteria hasil : - Monitor pola dan jam tidur
- Keluhan lelah (5) - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
- Dispnea saat aktivitas (5) selama melakukan aktvitas
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
18
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Manajemen Asam-Basa
Observasi
- Identifikasi penyebab
ketidakseimbangan asam basa
- Monitor status neurologis
- Monitor irama dan frekuensi jantung
- Monitor perubahan pH, PaCO2 dan
HCO2
Terapeutik
- Ambil spesimen darah arteri untuk
19
pemeriksaan AGD
- Berikan posisi semifowler atau fowler
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
Edukasi
- Jelaskan penyebab dan mekanisme
terjadinya gangguan asam basa
Observasi
- Monitor penggunaan otot bantu napas
- Monitor hasil analisa gas darah
- Monitor CRT
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan dan bersihan
jalan napas
- Pertahankan akses intravena
- Berikan oksigen sesuai indikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian ventilasi mekanik
20
diharapkan meredakan pengalam frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
sensorik atau emosional yang tidak - Indentifikasi skala nyeri
menyenangkan akibat kerusakan - Monitor efek samping penggunaan
jaringan analgesik
Ekspektasi : Meningkat
dengan kriteria hasil : Terapeutik
- Keampuan menggunakan teknik non- - Berikan teknik non farmakologis untuk
farmakologis meningkat (5) mengurangi rasa nyeri
- Keluhan nyeri menurun (5) - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Penggunaan analgesik menurun (5)
Edukasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat berhasilnya suatu
tindakan.pada bagian evaluasi terbagi menjadi dua, yaitu:
- Evaluasi formatif
- Evaluasi sumatif
21
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
b. Umur : 65 tahun
c. Medrec : 0179734
2. PRIMARY SURVEY
Airway (A) :
Breathing (B) :
- Look : Klien tampak sesak, RR : 30 x/menit, SPO2 : 95%, terpasang ventilator dengan Mode
Control : VC, TV :500, PEEP : 5, O2 Conc : 75%
Circulation (C) :
- Tidak terdapat perdarahan pada Ny.R, denyut nadi klien teraba, akral
hangat, turgor kulit normal, tidak terdapat udem, konjungtiva anemis. TD: 128/58 mmHg, N: 95
x/menit, Klien terpasang IVFD RL 500 ml , Transfusi darah sebanyak 156 ml.
Disability (D) :
- Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan bahwa klien dalam keadaan tidak sadar karena
DPO, reaksi cahaya terhadap pupil (+).
Eksposure (E) :
- S : 36℃, turgor kulit kering, terpasang kateter, terpasang IV line, terpasang foley kateter,
terpasang NGT, terpasang CVP.
3. SECONDARY SURVEY
23
a. Keluhan utama :
Klien mengatakan saat ini ia merasakan nyeri karena pasca operasi Laparatomi.
1) Kepala
a) Bentuk kepala :
Bentuk kepala klien lonjong, kulit kepala kering. Pertumbuhan rambutnya lebat. Rambut klien
hitam dan tidak beruban serta tidak rontok. Wajah klien terlihat letih dan lemas.
b) Mata
Mata klien bersih dan simetris, konjungtiva tidak pucat, reflek cahaya masih baik, fungsi
penglihatan masih baik dan tidak ada kelainan.
c) Telinga
Bentuk telinga normal, tidak ada cairan yang keluar telinga, fungsi pendengaran masih baik dan
tidak memakai alat bantu dengar.
d) Hidung
24
Bentuk hidung simetris, tidak ada sekret, tidak ada nyeri, fungsi pembauan masih baik. Nafas
pendek.Terpasang ventilator
Kemampuan bicara klien baik, tidak ada sariawan, bibir tidak kering, membran mukosa tidak
pucat.
2) Leher
3) Dada
b) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, massa dan peradangan, ekspansi dada simetris.
d) Auskultasi: Suara paru-paru vesikuler. Jantung : S1 dan S2 murni tunggal, tidak ada suara
jantung tambahan (S3 dan S4 murmur).
4) Abdomen
a) Inspeksi : terdapat luka operasi tertutup kassa, tidak rembes, terdapat drain di kuadran kanan
bawah perut klien dan dibalutkassa.
b) Palpasi : terdapat nyeri tekan di kuadran atas tengah abdomen (bekas operasi laparatomy
bagian atas).
5) Ekstremitas
a) Atas
Terpasang infus CVP RL 30tpm. Jari-jari tangan klien lengkap, tidak ada cacat dan luka.
b) Bawah :
Tidak ada edema, jari kaki lengkap, tidak ada cacat dan luka.
6) Genetalia
f. Hasil Laboratorium :
h. Terapi dokter :
26
2. Cairan RL 500 cc IV
3. Omeprazole 2 x 40 gr IV
4. Meropenem 3 x 1 gr IV
5. Metronidazole 500 ml IV
6. Ceftriaxone 1 gr IV
7. Kalnex 3 x 500 mg IV
8. Vit.K 2 x 1 gr IV
9. Loading 200 cc IV
10. Paracetamol drip 3 x 1 gr IV
11. Amiodaron 3 x 200 mg IV
12. Fentanyl 20 mg IV
B. ANALISA DATA
- Adanya drainase
- Metronidazole 3 x 500 mg
- Meropenem 3 x 1 gr
TD : 128/58 mmHg
N : 95 x/menit
RR : 30 x/menit
S : 36℃
DO:
Mode Control : VC
TV : 500
PEEP : 5
O2 Conc : 75%
- SaO2 95 %
DO:
- TD : 128/58 mmHg
N : 95 x/menit
RR : 30 x/menit
S : 36℃
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko Infeksi b.d Efek prosedur invasif (D.0142)
b. Gangguan Ventilasi b.d Kelelahan otot pernapasan (D.0004)
c. Nyeri Akut b.d Prosedur operasi (D.0077)
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
29
DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA
(SDKI) INTERVENSI (SIKI)
HASIL (SLKI)
Kolasborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
Perawatan Luka
Observasi
- Monitor karateristik luka (mis.drainase, warna,
ukuran, bau)
- Monitor tanda-tanda infeksi
30
Terapeutik
- Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
- Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
nontoksik, sesuai kebutuhan
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril pada saat melakukan
perawatan luka
Edukasi
-Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
SDKI ( D.0004) SLKI ( L.05047) SIKI (I.01002)
Gangguan Ventilasi Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ventilasi
Spontan b.d keperawatan selama 3 x 24 Observasi
Kelelahan otot jam, diharapkan keadekuatan - Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas
peenapasan cadangan energi untuk - Monitor status respirasi dan oksigenasi
mendukung individu mampu
bernapas secara adekuat Terapeutik
Ekspektasi : Meningkat - Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan kriteria hasil : - Berikan posisi semifowler atau fowler
- Volume tidal (5) - Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
- Penggunaan otot bantu napas
(5) Edukasi
- PCO2 (5) - Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas
- PO2 (5) dalam
- Takikardia (5)
Manajemen Asam-Basa
31
Observasi
- Identifikasi penyebab ketidakseimbangan asam
basa
- Monitor status neurologis
- Monitor irama dan frekuensi jantung
- Monitor perubahan pH, PaCO2 dan HCO2
Terapeutik
- Ambil spesimen darah arteri untuk pemeriksaan
AGD
- Berikan posisi semifowler atau fowler
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
Edukasi
- Jelaskan penyebab dan mekanisme terjadinya
gangguan asam basa
Observasi
- Monitor penggunaan otot bantu napas
- Monitor hasil analisa gas darah
- Monitor CRT
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan dan bersihan jalan napas
- Pertahankan akses intravena
- Berikan oksigen sesuai indikasi
Kolaborasi
32
- Kolaborasi pemberian ventilasi mekanik
33
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TD : 107/66 mmHg
RR : 30 x/menit
N : 105 x/menit
34
S : 37,4℃
S:-
II
O:
20 Oktober - Memonitor status respirasi dan
oksigenasi - Nilai GCS Klien Apatis
2021 /08.00
(E3M5Vx), belum terkaji secara
WIB
- Memberikan posisi semifowler verbal
atau fowler - Rr : 30 x/menit
- Memonitor status neurologis - HR : 122 x/menit
- Klien bedrest
- Klien diberikan fentanyl 20
gr/jam
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
RR : 24 x/menit
N : 105 x/menit
S : 36℃
II 21 Oktober S:-
2021/ 16.00 - Memonitor status respirasi dan
O:
WIB oksigenasi
- Nilai GCS Klien Apatis
- Memberikan posisi semifowler (E3M5Vx), belum terkaji secara
atau fowler verbal
- Klien bedrest
- Klien diberikan fentanyl 20
gr/jam
A :Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I
22 Oktober - Memonitor karateristik luka S:-
2021/ 07.30
WIB (mis.drainase, warna, ukuran, bau)
O:
NaCl
- Luka klien tampak mulai
38
- Memberersihkan jaringan nekrotik kering
- Mempasang balutan sesuai jenis
- Klien diberikan Metronidazole
luka
3 x 500 mg
- Mempertahankan teknik steril pada
saat melakukan perawatan luka - Klien diberikan Meropenem 3
x 1 gr
TD : 110/84 mmHg
RR : 20 x/menit
N : 101 x/menit
S : 36℃
P : Lanjtkan intervensi
II
S:-
39
- Melakukan kolaborasi pemberian P : Lanjutkan intevensi
ventilasi mekanik
III
S : Klien masih mengeluhkan
nyeri apabila dia bergerak
- Mengidentifikasi lokasi,
22 Oktober karateristik, durasi, frekuensi, O:
2021/ 11.00
kualitas, intensitas nyeri
- P : Klien mengalami nyeri
- Mengindentifikasi skala nyeri
abdomen karena post op
- Memfasilitasi istirahat dan tidur laparatomi
- Klien bedrest
- Klien diberikan fentanyl 20
gr/jam
A :Masalah teratasi seabagian
P : Lanjutkan intervensi
40
F. EVALUASI KEPERAWATAN
TD : 110/84 mmHg
RR : 20 x/menit
41
N : 101 x/menit
S : 36℃
P : Lanjtkan intervensi
II 22 Oktober 2021/
08.00 WIB
S : Klien masih mengeluhkan nyeri apabila dia
bergerak
O:
42
Q : Nyeri yang terasa oleh klien rasanya tajam
- Klien bedrest
- Klien diberikan fentanyl 20 gr/jam
A :Masalah teratasi seabagian
P : Lanjutkan intervensi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan serta
ketrampilan dalam melakukan asuhan keperawatan sehingga mampu memberikan
pelayanan yang baik dan profesional
DAFTAR PUSTAKA
45