Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROPATI NSAID

Oleh :

LOVANA ADRIANI, S.Kep

NIM : 2130282073

CI AKADEMIK CI KLINIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHTAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

T.A 2021/2022
A. KONSEP DASAR

1. Definisi
Gastropati merupakan kelainan pada mukosa lambung dengan karakteristik
perdarahan subepitelial dan erosi. Salah satu penyebab dari gastropati adalah efek dari
NSAID (Non steroidal anti inlammatory drugs) serta beberapa faktor lain seperti
alkohol, stres, ataupun faktor kimiawi. Gastropati NSAID dapat memberikan keluhan
dan gambaran klinis yang bervariasi seperti dispepsia, ulkus, erosi, hingga perforasi
(Suryata DKK, 2004).

(Non steroidal anti inlammatory drugs) NSAID adalah salah satu obat – obatan yang
dapat mengganggu mukosa lambung dan obat yang paling sering diresepkan.
Mayoritas penggunaan NSAID meningkat sesuai dengan meningkatnya usia dan pada
penyakit – penyakit yang berhubungan dengan ostheoarthritis, rematik dan kelainan
musculoskeletal (Simanjunttak, DKK 2018).

Nel (2012), menyebutkan gastropati mengacu pada pola cedera mikroskopis non
spesifik pada mukosa lambung, dengan infiltrasi sel inflamasi yang minimal atau
tidak sama sekali. Feldman dkk (2017), mengatakan bahwa kerusakan dan regenerasi
sel epitel dengan sedikit atau tanpa peradangan terkait dengan tepat disebut sebagai
"gastropati."

2. Etiologi
Menurut Feldman (2017), gastropati umumnya sekunder akibat iritan endogen atau
eksogen, seperti refluks empedu, alkohol, atau aspirin dan obat antiinflamasi
nonsteroid. Namun, gastropati juga bisa sekunder akibat iskemia, stres fisik, atau
trombosis.

Black & Hawks (2014), mengatakan bahwa kebiasaan merokok juga meningkatkan
persentasi ulkus gastroduodenal pada pemakai OAINS (obat anti inflamasi non
steroid). Dibandingkan dengan tidak perokok, kejadian pada pria 2,1 kali dan 1,6 kali
pada wanita. Lamanya merokok, banyak rokok yang dikomsumsi serta inhalasi asap
rokok juga berhubungan dengan meningkatnya kejadian gastropati akibat OAINS.
Sampai saat ini masih diperkirakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya gastropati pada pemakai OAINS. Faktor tersebut adalah usia lanjut ( > 65
tahun ), riwayat ulkus peptikum, perdarahan lambung, penggunaan steroid bersama
oains, jenis kelamin wanita, besar dosis OAINS yang digunakan, lama penggunaan
OAINS, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol.

Menurut Wehbi (2009), secara patofisiologi, ada beberapa faktor yang menyebabkan
kerusakan mukosa lambung, meliputi: kerusakan mukosal barrier yang menyebabkan
difusi balik ion H+ meningkat, perfusi mukosa lambung yang terganggu, dan jumlah
asam lambung yang tinggi.

3. Patofisiologi
Wehbi (2009), menyebutkan gastropati dapat terjadi karena pajanan beberapa faktor
dan agen. Akibat pengaruh gravitasi, agen ini akan berada pada bagian terbesar
kurvatura lambung dan memberikan manifestasi terjadinya gastropati pada bagian
distal atau yang terdekat dengan area akumulasi agen. Mekanisme utama dari injuri
adalah penurunan sintesis prostaglandin yang bertanggung jawab memproteksi
mukosa dari pengaruh asam lambung. Pengaruh pada kondisi lama akan
menyebabkan terjadinya fibrosis dan striktur pada bagian distal.

Black & Hawks (2014), menyebutkan gastropati dapat terjadi karena patogen
termasuk Helicobacter pylory, Eschericia coli, Proteus sp., Haemophilus sp.,
Streptococcus sp., stafilokokus. Infeksi lambung jarang terjadi tetapi dapat
mengancam kehidupan. Lapisan mukosa lambung normalnya melindunginya dari
asam lambung, sementara asam lambung melindungi lambung dari infeksi. Jika asam
lambung tersebut ditembus dengan inflamasi dan nekrosis, maka terjadilah infeksi,
sehingga terdapat luka pada mukosa. Ketika asam lambung mengenai mukosa
lambung maka terjadi luka pada pembuluh kecil yang diikuti dengan edema,
perdarahan, dan mungkin juga terbentuk ulkus. Kerusakan yang berhubungan dengan
gastropati biasanya terbatas jika diobati dengan tepat. Skema proses terjadinya
gastropati serta masalah keperawatan yang timbul.

4. Manifestasi Klinis
Black & Hawks (2014) menyebutkan manifestasi disfungsi saluran gastrointestinal
disebabkan oleh sekresi lambung yang berlebihan yang dapat mengikis mukosa
lambung, meningkatkan motilitas dan mengakibatkan retensi isi lambung. Manifestasi
yang paling menonjol adalah nyeri, anoreksia, mual dan muntah, perdarahan, diare,
sendawa dan perut kembung.
Rao (2016), menyebutkan manifestasi klinis gastropati bervariasi dari tanpa gejala,
gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia, heartburn, abdominal
discomfort, dan nausea hingga gejala berat seperti tukak peptik, perdarahan dan
perforasi. Keluhan lain yang biasa dirasakan pasien adalah mengalami gangguan pada
saluran pencernaan atas, berupa nafsu makan menurun, perut kembung dan perasaan
penuh di perut, mual, muntah dan bersendawa. Jika telah terjadi pendarahan aktif
dapat bermanifestasi hematemesis dan melena.

Diagnosis gastropati NSAID dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik, pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis dapat ditemukan gejala gastrointestinal
seperti dispepsia, heartburn, abdominal discomfort, dan nausea nafsu makan menurun,
perut kembung dan perasaan penuh di perut, mual, muntah dan bersendawa. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pada daerah epigastrium dan dapat
ditemukan distensi abdomen pada gejala yang berat.

5. Komplikasi
Menurut (Suyata, Bustami E, Bardiman S, Bakry F, 2004) pada gastropati NSAID,
dapat terjadi ulkus, yang memiliki beberapa komplikasi yakni:
a. Hemoragi-gastrointestinal atas, gastritis dan hemoragi akibat ulkus peptikum
adalah dua penyebab paling umum perdarahan saluran GI.
b. Perforasi, merupakan erosi ulkus melalui mukosa lambung yang menembus ke
dalam rongga peritoneal tanpa disertai tanda.
c. Penetrasi atau Obstruksi, penetrasi adalah erosi ulkus melalui serosa lambung ke
dalam struktur sekitarnya seperti pankreas, saluran bilieratau omentum hepatik.
d. Obstruksi pilorik terjadi bila area distal pada sfingter pilorik menjadi jaringan parut
dan mengeras karena spasme atau edema atau karena jaringan parut yang terbentuk
bila ulkus sembuh atau rusak.

Selain terjadinya gangguan di saluran gastrointestinal, penggunanaan NSAID yang


berlebihan, dapat menyebabkan berbagai efek samping lain, baik di ginjal, pada kulit,
maupun sistem syaraf.
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Osborn (2018), ada beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mengetahui
penyebab yang mendasari gastropati :
a. Endoskopi, untuk memeriksa bagian atas sistem pencernaan.
b. Tes Helicobacter pylory dengan menggunakan pemeriksaan dari sampel tinja.
c. Seri saluran cerna bagian atas, ini melibatkan mengambil sinar-X setelah meminum
zat yang disebut barium, yang digunakan melihat saluran pencernaan bagian atas.
d. Ultrasonografi endoskopi, guna memberikan gambar yang lebih jelas dari lapisan
perut.

7. Penatalaksanaan
Menurut (Enisah, 2018) penataksanaan medis gastropati adalah :
a. Istirahat baring
b. Diet makanan cair, setelah hari ketiga boleh makan makanan lunak. Hindari bahan-
bahan yang merangsang.
c. Bila mual muntah, dapat diberikan antiemetik seperti dimenhidrinat 50 – 100 mg
per-os atau klorpromazin 10-20 mg per-os. Bila disebabkan oleh kuman-kuman,
berikan antibiotika yang sesuai.
d. Bila nyeri tidak hilang denga antasida, berikan oksitosin tablet 15 menit sebelum
makan.
e. Berikan obat antikolinergik bila asam lambung berlebihan.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sitematis dalam mengumpulkan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian keperawatan ditunjukan pada respon klien terhadap masalah
kesehatan yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia (Nursalam, 2001).
1. Identitas Klien
Identitas klien biasanya berisi data dasar pasien atau data umum pasien
seperti nama pasien, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, alamat,
tanggal masuk, sumber informasi. Keluarga yang dapat dihubungi (orang
tua/wali, lainnya) yang dikaji yaitu nama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering terjadi pada klien dengan penyakit gastropati
NSAID antara lain : nyeri ulu hati, mual, muntah, BAB warna hitam
3. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Berupa riwayat penyakit yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Berupa riwayat-riwayat penyakit yang kemungkinan diderita klien di
masa lalu
 Riwayat Kesehatan keluarga
Berupa riwayat penyakit keturunan yang ada di keluarga klien
4. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi
Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya.
b. Pola nutrisi
Bagaimana pola makan biasa dan masukan cairan pasien, bagaimana tipe
makanan dan cairan, apakah ada peningkatan / penurunan berat badan,
bagaimana nafsu makam, pilihan makanan pasien.
c. Pola eliminasi
Bagaimana defekasi, berkemih pasien (jumlah, warna, bau, dan pola),
apakah ada penggunaan alat bantu dalam eliminasi.
d. Pola aktivitas/istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernapasan dan sirkulasi.
e. Nilai dan keyakinan
Gambaran penyakit yang dideritanya menurut agama dan kepercayaan,
kecemasan akan kesembuhan, tujuan dan harapan akan sakitnya.
5. Pemeriksaan fisik :
a. Keadaan umum
Kesadaran Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat
kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
b. Tanda -Tanda Vital
Didapatkan tanda-tanda vital, menurun suhu meningkat dan kadang
menurun, respiraton rate (RR) meningkat lebih dari 20x/menit.
c. Pemeriksaan Fisik Persistem
1. Kepala
Kulit kepala tampak bersih, tidak ada luka, ketombe tidak ada,
pertumbuhan rambut jarang, warna rambut hitam, kekuatan rambut:
mudah dicabu atau tidak, dan tidak ada pembengkakan atau tidak ada
nyeri tekan.
2. Mata
Kebersihan mata: mata tanpak bersih, gangguan pada mata: mata
berfungsi dengan baik, pemeriksaan konjungtiva: anemis atau
ananemis, sclera biasanya putih, pupil: isokor atau anisokor dan
kesimetrisan mata: mata simetris kiri dan kanan dan ada atau tidaknya
massa atau nyeri tekan pada mata.
3. Telinga
Fungsi pendengaran: biasanya berfungsi dengan baik, bentuk telinga
simetris kiri dan kanan, kebersihan telinga.
4. Hidung
Kesimetrisan hidung: biasnya simetris, kebersihan hidung, nyeri sinus,
polip, fungsi pembauan dan apakah menggunakan otot bantu
pernapasan.
5. Mulut dan Gigi
Kemampuan bicara, adanya batuk atau tidak, adanya sputum saat batuk
atau tidak, keadaan bibir, keadaan platum, kelengkapan gigi, dan
kebersihan gigi.
6. Leher
Biasanya simetris kiri dan kanan, gerakan leher; terbatas atau tidak, ada
atau tidak pembesaran kelenjer thyroid, ada atau tidaknya pembesaran
vena juguralis dan kelenjer getah bening.
7. Thorak
a. Paru-paru
Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan gerakan dada, frekuensi napas
cepat (tachipnea), irama, kedalamannya pernapasan cuping hidung,
Palpasi : Adanya nyeri tekan, fremitus traktil bergetar kiri dan kanan.
Auskultasi : Suara napas ronchi (nada rendah dan sangat kasar
terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi).
Perkusi : Terdengar bunyi redup (Dullnes) adanya jaringan yang
lebih padat atau konsolidasi paru- paru seperti pneumoni.
b. Dada
Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan dada, Ictus cordis tampak atau
tidak.
Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak ada massa (pembengkakan) dan
ada atau tidaknya nyeri tekan. Perkusi : Perkusi jantung pekak
(adanya suara perkusi jaringan yang padat seperti pada daerah
jantung).
Auskultasi : Terdengar Suara jantung I dan suara jantung II
(terdengar bunyi lub dub lub dub) dalam rentang normal.
c. Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen, kesimetrisan abdomen, ada atau
tidaknya lesi, ada atau tidaknya stretch mark.
Auskultasi : Mendengarkan bising usus (normal 5- 30 x/ menit).
Perkusi : Terdengar suara tympany (suara berisi cairan).
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pemberasan hepar.
8. Punggung
Tidak ada kelaina bentuk punggung, tidak ada terdapat luka pada
punggung.
9. Estremitas
Atas : terpasang infus, apa ada kelemahan atau tidak pada ekstremitas
atas.
Bawah : ada atau tidaknya gangguan terhadap ekstremitas bawah
seperti : kelemahan, terpasang kateter atau tidak.
10. Integument
Turgor kulit baik atau tidak kulit kering.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Disfungsi motilitas gastrointestinal b/d intoleransi makanan d/d nyeri abdomen
2. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis d/d mengeluh nyeri
3. Risiko perdarahan b/d efek agen farmakologis d/d ulkus lambung
4. Risiko defisit nutrisi b/d faktor psikologis (keengganan untuk makan)

(Sumber : Tim Pokja SDKI DPP, 2017).


D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No DIAGNOSA SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1. Disfungsi motilitas Setelah dilakukan tindakan O:
keperawatan selama 1 x24 - Identifikasi status nutrisi
gastrointestinal b/d
jam, diharapkan motilitas - Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan gastrointestinal membaik,
intoleransi makanan
dengan kriteria hasil :
d/d nyeri abdomen - Identifikasi makanan yang
 Nyeri menurun
 Kram abdomen
disukai
menurun - Monitor asupan makanan
 Mual menurun
- Monitor berat badan
 Muntah menurun
- Monitor hasil
 Distensi abdomen
pemeriksaan laboratorium
menurun T:
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman diet
- Sajikan makanan yang
menarik
- Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
E:
- Anjurkan posisi duduk,
jika perlu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
K:
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
2. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan tindakan O:
pencedera fisiologis keperawatan selama 1 x24 - Identifikasi lokasi,
d/d mengeluh nyeri. jam, diharapkan nyeri karakteristik, frekuensi,
menurun dengan kriteria hasil durasi, intensitas nyeri
: - Identifikasi skala nyeri
 Keluhan nyeri - Identifikasi respon nyeri
menurun non verbal
 Meringis menurun T:
 Gelisah menuru - Berikan teknik non
 Kesulitan tidur farmakologis untuk
menurun mengurangi nyeri
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
E:
- Jelaskan penyebab,
periode dan memicu nyeri
- Jelaskan strategi
PATHWAY

Faktor penyebab : gastropati umumnya sekunder akibat iritan endogen atau eksogen,
seperti refluks empedu, alkohol, atau aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid

Gastropati NSAID

Konsumsi obat penghilang nyeri

Mengurangi prostaglanding yang


bertugas melindungi dinding
lambung

Dinding lambung dilindungi oleh


mukosa bicarbonate rusak

Peningkatan asam lambung

Inflamasi mukosa lambung

Kerusakan langsung mukosa lambung

Mual muntah Nyeri


Meningkatnya permiabilitas
epigastric
kapiler terhadap protein

MK : Kekurangan volume cairan


MK : Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

(Salomo simajuntak, jekson martiar, 2018)


MK : MK : Nyeri
MK :
Gangguan rasa Gangguan
nyaman pola tidur
DAFTAR PUSTAKA

Suyata, Bustami E, Bardiman S, Bakry F. A comparison of efficacy between


rebamipide and omeprazole in the treatment of nsaids gastropathy. The
Indonesian Journal of Gastroenterology Hepatology and Digestive Endoscopy
Vol. 5, No. 3, December 2004; p.89-94.
Hirlan. Gastritis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S
(editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed.4 Jilid.I. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. p.335
Scheiman JM. Nonsteroidal antiinflamatory drug (NSAID)-induced gastropathy. In:
Kim, Karen (editor). Acute gastrointestinal bleeding; diagnosis and treatment.
New Jersey: Humana Press Inc. 2004. p.75-93
Salomo simajuntak, jekson martiar. 2018. Jurnal Patofisiologi Gastropati NSAID.
Almatsier S (editor). Diet penyakit lambung. In: Penuntun diet edisi baru. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. 2007. p.108-16.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :

defenisi dan indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai