Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG
“ KONSEP DASAR INSTALASI GAWAT DARURAT(IGD) ”

OLEH :

LOVANA ADRAINI
(1714201157)

CI AKADEMIK CI RUANGAN

( ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

T.A 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

INSTALASI GAWAT DARURAT

A. Pengertian IGD

Instalasi Gawat Daurat (IGD) merupakan adalah bagian/ unit dirumah sakit yang
menyediakan penanganan kegawatdaruratan bagi pasien menderita sakit dan cedera, yang
dapat membahayakan kelangsungan hidupnya (Sofyannur & Handayani, 2018).
Instalasi Gawat Darurat adalah unit sebuah rumah sakit di mana penyakit akut, parah,
mendesak atau cedera diperlakukan (Farlex and Partners, 2009).
Instalasi gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya
untuk mengurangi risiko kematian atau cacat (Peraturan Menteri Kesehatan, 2011)
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah unit pelayanan di Rumah Sakit yang memberi
penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cidera, yang membutuhkan
perawatan gawat darurat (Queensland Helth ED, 2012).
Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan
pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara serta pelayanan pembedahan
darurat, bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. Pelayanan pasien gawat
darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera, yaitu cepat, tepat dan
cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Salah satu indikator mutu pelayanan
adalah waktu tanggap (respons time) (Depkes RI, 2006).
B. Tujuan IGD
Tujuan IGD (Instalasi Gawat Darurat) adalah dapat mengurangi resiko terjadianya
kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat, menerima rujukan pasien,
menangani pasien korban bencana dan kecelakaan, pelayanan berkualitas pada masyarakat
dengan problem medis akut (Moeloek, 2019).

C. Pelayanan IGD
Fungsi IGD rumah sakit memberikan pelayanan keperawatan bagi pasien kondisi
kritis dan membahayakan jiwa dengan memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
standar dan kode etik keperawatan. Adapun salah satu parameter kualitas pelayanan di
IGD adalah waktu tanggap (response time) (Rahmawati, 2017). Response time yang cepat
kepada pasien dengan kondisi kristis dalam pelayanan keperawatan di IGD salah satu
penentu kepuasan pasien dalam servis di rumah sakit.

D. Waktu Respon (Response Time)


Pentingnya waktu tanggap (response time) sebuah penanganan kasus kegawat
daruratan menjadikan IGD sebagai gerbang utama penanganan kasus pasien dengan
kondisi terancam dipelayanan kesehatan. Tindakan kegawatdaruratan membutuhkan
kompetensi dan keahlian khusus bagi tenaga kesehatan serta penanganan yang cepat dan
tindakan yang tepat dalam memberikan pertolongan kepada pasien dengan waktu
penangangan maksimal lima menit pada setiap kejadian pada pasien (Rahmawati, 2017).

E. Infrastruktur IGD
Ruang IGD, selain sebagai ruang tidakan keperawatan, IGD juga memiliki fungsi
sebagai berikut antara lain sebagai kegiatan ajar mengajar, penelitian/ riset, dan
administrasi (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2019
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit). Adapun area yang ada di dalam kegiatan
pelayanan kesehatan bagi pasien di IGD adalah: tempat pendaftaran/ pendataan, tempat
tunggu, tempat tindakan RJP, tempat keperawatan kritis, tempat diskusi, tempat karyawan,
tempat khusus, tempat penyimpanan peralatan, tempat rontgen, tempat petugas pembersih
kantor, area tempat makanan dan minuman, ruang kantor, laboratorium, ruang bedah
khusus dan tempat pengaturan udara.
F. Perawat IGD
Pemahaman akan prosedur pelayanan, petunjuk teknis, kode etik profesi, kebijakan
dirumah sakit dan aturan mutlak di miliki oleh seorang perawat IGD, sehingga perawat
paham dalam menjalankan tugas dan fungsinya di sebagai perawat IGD. Perawat berhak
mendapatkan kepastian hukum, serta harus mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan dalam meningkatkan profesionalisme dan pemberian layanan kesehatan,
seorang perawat IGD diharuskan memiliki keterampilan kegawatdaruratan dan
kompetensi seperti, pelatihan BTCLS, Nursing Emergency dan lain sebagainya (Wijaya &
Rantung, 2015).

G. Prinsip Pelayanan IGD


Prinsip umum pelayanan IGD Rumah Sakit dari Depkes (2010):
a. Rumah sakit harus memiliki pelayanan emergency yang memiliki kemampuan dan
pengetahuan untuk melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus emergency dan
resusitasi serta stabilisasi (live saving).
b. Instalasi Gawat Darurat rumah sakit diwajibkan untuk memberikan pelayanan 24
jam dalam sehari selama satu minggu
c. Nama untuk instalasi atau unit gawat darurat di Rumah Sakit harus sama atau
diseragamkan menjadi Instalasi Gawat Darurat.
d. Rumah sakit tidak diperkenankan meminta uang pembayaran awal pada saat
menangani kasus gawat darurat.
e. Pasien gawat darurat wajib ditangani maksimal dalam waktu 5 menit setelah
sampai di IGD.
f. Organisasi IGD didasarkan pada organisasi fungsional, dimana terdapat unsur
pimpinan dan unsur pelaksanaan.
g. Semua Rumah sakit harus berusaha dalam penyesuaian pelayanan gawat darurat
minimal sesuai dengan standar yang ada.

H. Persyaratan Fisik Bangunan Instalasi Gawat Darurat


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.856/Menkes/SK/IX/2009 persyaratan
fisik bangunan IGD sebagai berikut :
a. Luas bangunan IGD disesuaikan dengan beban kerja Rumah Sakit dengan
memperhitungkan kemungkinan penanganan korban masal atau bencana.
b. Lokasi gedung harus berada dibagian depan Rumah Sakit, mudah dijangkau oleh
masyarakat dengan tanda-tanda yang jelas dari dalam dan luar rumaha sakit.
c. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda dengan pintu utama (alur
masuk kendaraan/ pasien tidak sama dengan arus keluar) kecuali pada klasifikasi
IGD level I dan II.
d. Ambulans atau kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di depan
pintu yang areanya terlindung dari panas dan hujan (catatan: untuk lantai IGD yang
tidak sama tinggi dengan jalan ambulans harus membuat ramp).
e. Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brankar.
f. Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampug lebih dari 2 ambulans
(sesuai dengan beban Rumah Sakit).
g. Susunan ruang harus sedemikian rupa sehinga arus dapat lancar dan tidak
ada “cross infaction”, dapat menampug korban bencana sesui dengan kemampuan
Rumah Sakit, mudah dibersihkan dn memudahkan kontrol kegiatan oleh perawat
kepala juga.
h. Area dekontaminasi ditempatkan didepan atau luar IGD atau terpisah dengan IGD
i. Ruang triase harus memuat minimal 2 (dua) brankar.
j. Mempunyai ruang tunggu keluarga pasien.
k. Apotik 24 jam tersedia dekat IGD.
l. Memiliki ruang untuk istirahat petugas (dokter dan perawat).

I. Triase Dalam Ruangan IGD


Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya
yang tersedia. Terapi didasarkan pada keadaan ABC (Airway, dengan cervical spine
control, Breathing dan Circulation dengan control pendarahan). Triase berlaku untuk
pemilahan penderita baik di lapangan maupun di rumah sakit (Musliha, 2010).
Dalam hal kegawat daruratan pasien yang datang ke IGD akan dilayani sesuai urutan
prioritas yang ditunjukan dengan labelisasi warna ,yaitu :

1. Merah  : Gawat darurat,harus MRS yaitu untuk penderita gawat darurat (kondisi
stabil / tidak membahayakan nyawa )
2. Kuning : Gawat darurat ,bisa MRS /Rawat jalan yaitu Untuk penderita darurat,
tetapi tidak gawat
3. Hijau   : Gawat tidak darurat,dengan penanganan bisa rawat jalan yaitu Untuk
bukan penderita gawat.
4. Hitam : Meninggal dunia

Prioritas dari warna

1. Merah

 Sumbatan jalan nafas atau distress nafas


 Luka tusuk
 Penurunan tekanan darah
 Perdarahan pembuluh nadi
 Problem kejiwaan
 Luka bakar derajat II >25 %   tidak mengenai dada dan muka
 Diare dengan dehidrasi
 Patah tulang

2. Kuning

 Lecet luas
 Diare non dehidrasi
 Luka bakar derajat I  dan  derajat  II   > 20 %

3. Hijau
 Gegar otak ringan
 Luka bakar derajat I
DAFTAR PUSTAKA

Perceka Lungguh Andhika. Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan


Pasien di Ruangan IGD RSUD dr. Slamet Garut. JIAP Vol 6, No 2, pp 270-277, 2020.

Kallo Vandri Mulyadi Tambengi Henny. Hubungan Waktu Tunggu Dengan Kecemasan

Pasien Di Unit Gawat Darurat Rsu Gmim Pancaran Kasih Manado. e-journal
Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5, nomor 1, Februari 2017

Bataha Yolanda Ismanto Yudi Amatus Sumarno S. Sukma Meggy. Hubungan Ketepatan

Pelaksanaan Triase Dengan Tingkat Kepuasan Keluarga Pasien Di Instalasi Gawat


Darurat Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. e-journal Keperawatan ( e-Kp )
Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta.
2009.
Oman, K 2008. Panduan Belajar Keperawatan Gawat Darurat  : Jakarta : EGC
Pudjiadi AH, Latief A, Budiwardhana N. Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, ed ke-2. 2013; 207.

Anda mungkin juga menyukai