Anda di halaman 1dari 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LENGTH of STAY DI RUANG

INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT RSUD dr. ABDOER


RAHEM SITUBONDO

DISUSUN OLEH

PROGRAM STUDI PROFESI NURSE

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu unit rumah sakit yang
memberikan pelayanan gawat darurat untuk mencegah terjadinya morbiditas dan
meminimalkan terjadinya mortalitas pada semua pasien (Jadmiko, 2014).
Peningkatan akses masyarakat memanfaatkan fasilitas IGD sebanding dengan
peningkatan jumlah kunjungan pasien sehingga mengakibatkan IGD berada dalam
kondisi overcrowded atau kepadatan pasien dengan segala konsekuensinya
sekaligus menjadi masalah krisis nasional dan internasional (Ningsih, 2015).

Kondisi gawat darurat merupakan keadaan klinis dimana pasien


membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa serta pencegahan
kecacatan lebih lanjut (Undang-Undang Republik Indonesia No.44, 2009).
Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it’s Live Saving.
Artinya seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah
benar-benar efektif dan efisien. Hal ini mengingatkan pada kondisi tersebut pasien
dapat kehilangan nyawa hanya dalam hitungan menit saja. Berhenti nafas selama
2-3 menit pada manusia dapat menyebabkan kematian yang fatal (Sutawijaya,
2009).

Berdasarkan data Department of Health (2012) diketahi bahwa data yang


terhimpun terkait kunjungan pasien instalasi gawat darurat di United State terjadi
peningkatan volume kunjungan sekitar 30 juta pasien per tahun Terkait dengan
data tersebut hasil penelitian yang dilakukan oleh Oroh, dkk (2017) di RSU
GMIM Pancaran Kasih Manado menunjukkan dari 80 responden (100%) dapat
diketahui bahwa responden yang dalam kategori overcrowded sebanyak 56
responden (70.0%).
Emergency Department Length of Stay di kaitkan dengan Emergency
Department Crowding. Dua penelitian oleh McCarthy et all, 2009 dan Pines et all,
2010 telah mengidentifikasi Length of Stay di IGD sebagai penyebab dan juga
akibat dari kondisi crowding di IGD. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kondisi
crowding di IGD disebakan oleh tiga faktor, yaitu faktor input, throughput dan
output (Aspilin et all, 2003). Oleh karena faktor input dan output dikaitkan
dengan masalah kesehatan yang lebih luas di luar kewenangan IGD, maka faktor
throughput menjadi fokus utama penanganan crowding di IGD. Emergency
Departments Length of Stay (EDLOS) adalah indikator penting dari proses
throughput pasien di IGD, karenanya EDLOS digunakan sebagai indikator kunci
penilaian efisiensi peningkatan kinerja operasional dan klinis (Rathlev et all,
2012).

Length of Stay adalah lama waktu pasien berada pada area khusus disebuah rumah
sakit yaitu lama waktu pasien di ruang Instalasi Gawat Darurat mulai dari
pendaftaran sampai secara fisik pasien meninggalkan Instalasi Gawat Darurat
(Radclif, 2011 dalam Ismail 2017 ). Setiap tahun, lebih dari 2 juta orang/tahun
datang mengunjungi IGD. Tidak jarang terjadi penumpukan pasien atau
overcrowded yang menjadi masalah serius yang terjadi di IGD, dimana hal ini
menyebakan waktu tunggu yang lama dan ketidakpuasan pasien terhadap
pelayanan di IGD. Yoon et all, 2003 menjelaskan bahwa terlambatnya proses
penanganan serta LOS pasien di IGD merupakan kunci untuk mengukur
terjadinya overcrowded di IGD. Waktu dianggap sebagai alat yang penting untuk
mengukur kualitas dari pelayanan di IGD. Masalah waktu tunggu yang panjang
dan lama menunjukkan IGD yang buruk dengan sumber daya yang kurang
berhasil dan tidak terkoordinasi dengan baik (Bukhari et all, 2014). Pada instalasi
gawat darurat total LOS dan waiting time digunakan untuk melihat tingkat
kepadatan dan kinerja klinis, LOS yang memanjang berhubungan erat dengan
kualitas dari triage dan kinerja pelayanan keperawatan di IGD (Yoon, 2003).

Berdasarkan data ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.Abdoer Rahem


Situbondo, diketahui waiting time pada di IGD adalah ± 5 menit sedangkan
Length of Stay rata-rata 30 menit. Meskipun demikian beberapa pasien setelah
mendapatkan pelayanan pertama masih harus menunggu lama lebih dari 30 menit
hal ini membuat LOS menjadi lebih panjang. Data yang diperoleh pada tanggal
11 Februari 2020 di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo terdapat 4 pasien
Length Of Stay selama 5 jam untuk di antarkan keruang unit rawat inap.
Sedangkan pada 12 Februari terdapat 2 pasien Length Of Stay selama selama 8
jam. Data tersebut menunjukan bahwa LOS masih menjadi salah satu
permasalahan yang terjadi di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merasa perlu untuk melakukan
identifikasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi lama rawat pasien di IGD
RSUD dr.Abdoer Rahem Situbondo.
BAB II

TINJAUAN KONSEP

2.1Pengertian Instalasi Gawat Darurat

Menurut Azrul 2005 dalam Ismail 2017 yang dimaksud gawat darurat
(emergency care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh
penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya (life
saving).Instalasi gawat darurat adalah salah satu sumber utama pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD menjadi
khas, diantaranya adalah pasien yang perlu penanganan cepat walaupun riwayat
kesehatannya belum jelas.

Maksud dari pelayanan rawat darurat adalah bagian dari pelayanan kedokteran
yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan
kehidupannya. Unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat darurat
disebut dengan nama Instalasi Gawat Darurat (IGD). Tergantung dari kemampuan
yang dimiliki, keberadaan IGD dapat beraneka macam. Namun yang lazim
ditemukan adalah yang tergabung dalam rumah sakit.Meskipun telah majunya
sistem rumah sakit yang dianut oleh suatu negara bukan berarti tiap rumah sakit
memiliki kemampuan mengelola IGD sendiri. Penyebab utama kesulitan untuk
mengelola IGD adalah karena IGD merupakan salah satu dari unit kesehatan yang
paling padat modal, padat karya, serta padat teknologi. IRD yaitu suatu tempat /
unit pelayanan dirumah sakit yang memiliki tim kerja dengan kemampuan khusus
dan peralatan yang memebrikan pelayanan pasien gawat darurat yang terorganisir.
Instalasi pelayanan pertama bagi pasien yang datang ke rumah sakit terutama
dalam hal kedaruratan berdasrkan kriteria standart baku.
2.2 Kriteria IGD
1. IGD harus buka 24 jam
2. IGD juga harus memiliki penderita – penderita false emergency (korban
yang memerlukan tindakan medis tetapi tidak segera),tetapi tidak boleh
memggangu / mengurangi mutu pelayanan penderita- penderita gawat
darurat.
3. IGD sebaiknya hanya melakukan primary care sedangkan definitive care
dilakukan ditempat lain dengan cara kerjasama yang baik
4. IGD harus meningkatkan mutu personalia maupun masyarakat sekitarnya
dalam penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD)
5. IGD harus melakukan riset guna meningkatkan mutu / kualitas pelayanan
kesehatan masyarakat sekitarnya.
6. Harus memiliki ruang dekontaminasi (dengan fasilitas shawer) yang
terletak antara ruang “triage “(ruang penerimaan pasien) dengan ruang
tindakan
7. Ambulans / kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di
depan pintu
8. Menilai dan menilai ulang pasien baru / pasien yang menunggu
9. Beri informasi /rujukan pada pasien / keluarga
10. Redam kecemasan pasien / keluarga; humas.

2.3 Konsep Length Of Stay (LOS)


2.3.1 Pengertian
Length Of Stay (LOS) merupakan suatu rentang waktu kedatangan
pasien yang gawat darurat yang diukur mulai dari pasien datang sampai
ditransfer atau dipindahkan ke unit lain. Length Of Stay (LOS) juga tidak
hanya untuk melihat lama hari perawatan pada pasien diruang rawat
inap namun juga di Instalasi Gawat Darurat (IGD) suatu rumah sakit
(Ardiyani, 2015).
Secara international, standar lamanya Length of Stay (LOS) di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah kurang dari 8 jam (Rose, et all, 2012).
Namun dibeberapa negara seperti di Inggris, Australia, Iran, Kanada dan
Amerika, waktu Length of Stay (LOS) pasien di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) adalah 4 jam (Pitang, Widjayanto & Ningsih, 2016).
Di Indonesia sendiri, Length of Stay (LOS) pasien di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) belum ada standar pasti mengenai Length of Stay (LOS)
pasien namun disalah satu rumah sakit yang ada di Indonesia yaitu
RSUD dr. T. C. Hillers Maumere, Length of Stay (LOS) nya adalah 6
jam, namun pada kenyataannya banyak keluhan pasien terhadap lamanya
pelayanan oleh perawat, dan setelah pasien mendapatkan perawatan
masih harus menunggu lebih dari 10 jam untuk kemudian dipindahkan
ke ruang perawatan lain (Pitang, Widjayanto & Ningsih, 2016).
Waktu pemeriksaan laboratorium dimana semakin lama
pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis pasien
maka waktu pasein yang akan dipindahkan ke ruang rawat inap juga akan
semakin lama (Deviantony, Ahsan & Setyoadi, 2017). Begitupun juga
waktu pemeriksaan radiologimenurut Chalela (2007) lama waktu
pemeriksaan radiologi yang dilakukan saat emergensiakan mempengaruhi
waktu pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan lama waktu
pemeriksaan radiologi yang dilakukan saat emergensiakan mempengaruhi
waktu pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) sehingga dapat
mempengaruhi Length of Stay (LOS) pasien (IGD) (dalam Kusumawati,
2015),dan ketersediaan tempat tidur diruang rawat inap lainatau ruang
perawatan lain, dimana kurangnya tempat tidur diruang rawat inap lain
dapat menyebabkan LOS karena pasien yang akan dipindahkan keruang
intensif atau ruang rawat inap lain dari Instalasi Gawat Darurat (IGD)
tertunda (Rose et all, 2012).

2.3.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Length of Stay


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Length of Stay (LOS) pasien di
Instalasi Gawat Darurat (IGD), diantaranya yaitu waktu kedatangan pasien pada
waktu shift siang hari memiliki kemungkinan untuk terjadinya LOS karena pada
waktu siang hari jumlah kunjungan pasien meningkat dikarenakan pada waktu
siang hari jumlah kepadatan lalu lintas meningkat sehingga jumlah kecelakaan
semakin tinggi akibatnya pasien yang masuk ke IGD juga mengalami peningkatan
(Deviantoni, Ahsan & Setyodi, 2017). Penelitian Bukhari et all., 2014, faktor
yang mempengaruhi LOS dikaitkan dengan waktu kedatangan, triage, waktu
konsultasi, waktu pemeriksaan laboratorium, waktu pemeriksaan radiologi dan
waktu disposisi fisik (waktu tunggu transfer ke tempat tidur rawat inap).

3.4 Analisa Jurnal


Menurut jurnal oleh Andrew Hearing, et.all tahun 2009 dengan judul
Increasing Length of Stay Among Adult Visits to U.S Emergency Departments,
2001-2005, yaitu departemen darurat dirancang secara tradisional untuk
memberikan evaluasi dan stabilisasi yang cepat dan tidak ada staf atau juga yang
perlu memberikan perawatan yang berkepanjangan, lama tinggal di departemen
darurat dapat mengganggu kualitas perawatan dan berkontribusi pada
keterlambatan evaluasi darurat pasien lain. Lama tinggal di gawat darurat adalah
faktor yang diterima secara luas dalam crowdingEmergency Departments (ED)
dan secara langsung terkait dengan sejumlah kualitas tindakan perawatan
termasuk penurunan kepuasan pasien, meningkatkan lama tinggal di rumah sakit,
peningkatan mordibitas di antara pasien yang berventilasi, dan peningkatan
mortalitas diantara pasien kritis.National Hospital Ambulantory Medical Care
Survey (NHAMCS) menggunakan probabilitas empat tahap yang dirancang untuk
mengumpulkan sampel perwakilan nasional dari semua kunjungan ke departemen
darurat yang berbasis pada rumah sakit umum dan waktu tinggal sebentar, tidak
termasuk rumah sakit federal, unit institusi rumah sakit dan rumah sakit dengan
kurang dari enam tempat tidur. Dalam jurnal, dianalisis kunjungan departemen
darurat oleh pasien dewasa berusia 18 tahun ke atas dari tahun 2001 sampai 2005.
Lama tinggal di departemen darurat diukur mulai dari registrasi hingga
keluar.Median lama tinggal di departemen darurat meningkat 3,5% per thaun dari
132 menit pada tahun 2001 sampai 154 menit di tahun 2005 (p value for trend
<0.001). Ada kenaikan yang lebih besar di antara pasien yang sakit kritis yang
secara ekposit turun 1,0% per tahun dari 185 menit ditahun 2001 menjadi 254
menit pada tahun 2005 (p value for trend <0.01). Lama tinggal di departemen
darurat lebih lama untuk pasien kulit hitam/ non-hispanik Amerika (10,6% lebih
lama) daripada pasien kulit non-hispanik, dan perbedaan ini tidak berkurang dari
waktu ke waktu.

Menurut Kusumawati, H. I., et al., (2019) yang berjudul Analysis


of factors influencing length of stay in the Emergency Department in public
hospital, Yogyakarta, Indonesia. Dalam penelitian ini menyatakan bahwa
perawatan darurat memainkan bagian penting dalam perawatan kesehatan
masyarakat.Namun, karena meningkatnya permintaan untuk perawatan dan lebih
kompleks pengelolaan prosedur dalam gawat darurat (EDS), pasien mungkin
berkepanjangan tunggu dan panjang tinggal (LOS).LOS Berkepanjangan tidak
hanya terkait dengan dikurangi kualitas pelayanan tetapi juga meningkatkan risiko
bahaya pasien. Penelitian dilakukan di rumah sakit umum tersier di Yogyakarta,
Indonesia. Rumah sakit ini merupakan pusat rujukan utama dari Yogyakarta
provinsi dan bagian selatan Provinsi Jawa Tengah. Melayani semua kelompok
usia pasien, Itu peserta yang terlibat dalam penelitian ini adalah pasien yang di
gawat darurat pada tersier rumah sakit di Yogyakarta, Indonesia lebih dari tujuh
hari berturut-turut. kriteria inklusi: pasien berusia 18 tahun atau lebih yang
disajikan kepada UGD. Kriteria eksklusi untuk ini penelitian adalah: pasien anak,
dan mereka yang memiliki cacat atau adalah tahanan. Kriteria eksklusi dipilih
karena ini pasien tidak hanya memiliki pekerjaan yang berbeda mengalir dan
triase, tetapi juga dari rentan populasi. Lamanya tinggal di gawat darurat karena
Kekurangan ketersediaan tempat tidur dapat menyebabkan penundaan transfer
pasien ke bangsal yang khususnya di medis / bangsal bedah dan ICU. Pertama, di
rumah sakit tersier ada sejumlah ruangan terbatas ICU.Lebih dari setengah dari
pasien mengaku mengalami LOS berkepanjangan karena kurangnya tempat tidur
di ruang rawat inap.Kedua, ada kompetisi untuk tempat tidur rawat inap di rumah
sakit tersier antara pasien yang dirawat dan orang-orang dari unit rawat jalan yang
membutuhkan operasi.Dalam studi ini, ketersediaan tempat tidur rawat inap
adalah faktor utama yang berkontribusi berkepanjangan LOS, karena permintaan
untuk tempat tidur rawat inap tinggi.faktor eksternal termasuk tidak tersedianya
pilihan perawatan jangka panjang di Indonesia dapat berkontribusi gawat darurat
LOS. Pada tahun 2017 pengembangan perawatan paliatif (PC) layanan lambat
yang ditunjukkan oleh sejumlah lembaga formal yang merawat pasien dengan
kondisi jangka panjang.Banyak pasien yang harus tinggal di gawat darurat atau
dimasukkan ke bangsal karena pelayanan masyarakat tidak tersedia.Kurangnya
pelayanan yang memadai. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
mengidentifikasi di mana kurangnya ketersediaan tempat tidur baik dalam
geriatri, onkologi, ICU atau jenis lain dari bangsal.

Menurut jurnal oleh Jennifer L. Wiler MD, MBA, et.all tahun 2012
dengan judul Predictors of patient length of stay in 9 emergency departments
Pasien gawat darurat telah menunggu lama dan panjang selama dekade terakhir,
menunjukkan bahwa masalah ED crowding memburuk di seluruh Amerika
Serikat. Meningkat ED LOS telah dikaitkan dengan negatif hasil-hasil seperti
peningkatan angka kematian dan komplikasi, penurunan kepuasan, dan tingkat
yang lebih tinggi dari ED crowding. Metode penelitian ini menggunakan
retrospektif termasuk 9 ULN dari seluruh Amerika Serikat. Gawat darurat metrik
operasional sehari-hari dikumpulkan dari tahun kalender 2009.lokasi penelitian
yang berpartisipasi dipilih berdasarkan keragaman geografis mereka, kepentingan
peneliti lokal, dan berbagai sensus tahunan selama masa studi ED LOS yang
berkepanjangan memiliki hubungan negatif yang diketahui pada kepuasan pasien
dan hasil kualitas. LOS gawat darurat ditentukan oleh beberapa faktor termasuk
masalah sensus berbasis rumah sakit yang memiliki efek hilir pada crowding ED
dan LOS pasien. Banyak yang telah melaporkan faktor-faktor yang
mempengaruhi LOS pasien ED dari satu institusi. Namun, sepengetahuan kami,
ini adalah studi validasi multicenter pertama yang dilakukan untuk menentukan
prediktor ED LOS pasien.

Menurut Putri and Dewi,2009 dengan judul length of stay pasien prioritas
2 Medikal Instalasi Gawat Darurat Rsup Dr.Mohammd Hoesin Palembang.
Desain penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif (case study),sampel yang
digunakan purposive sampling variabel independen: rawat penuh, jumlah SDM,
lamanya surat perawatan diberikan, observasi dan stabilitas pasien unitpenunjang
lainnya variabel Dependen Length Of Stay Instalasi Gawat Darurat instrument
dalam penelitian onservasi,wawancara, dokumen dan analisa datanya
menggunakan kualititatif dari hasil penelitian ini didapatkan data rata rata
kunjungan pasien pada bulan juli sampai dengan bulan September 51,48%
nerjenis kelamain perempuan, dengan 42,88% di antaranya menggunakan jaminan
kesehatan BPJS kelas 1 dan rata rata lama perawatan di IGD terjadi Length Of
Stay 8-24 jam dengan presentase 46,24%. Untuk Length Of Stay terlama pada
bulan September dengan 28 jam 58 menit. Berdasarkan hasil penelitian dapat
dilihat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi Leng Of Stay pasien di P2
medikal di antaranya ruang rawat inap penuh,jumlah SDM, lamanya surat
perawatan diberikan observasi dengan stabilitas pasien, unit penunjang terkait,
serta jumlah pasien yang menumpuk.

Menurut J. D. Tew, et. All (1994) dengan judul Using Simulation to


Reduce Length of Stay in Emergency Departments. Penelitian ini mengatakan
bahwa Semakin banyak rumah sakit menggunakan teknologi simulasi khusus
layanan kesehatan untuk membantu mengidentifikasi perbaikan proses, terutama
ketika ada sejumlah alternatif yang dipertimbangkan. Perangkat lunak baru
sekarang tersedia yang secara khusus memenuhi kebutuhan unik perawatan
kesehatan. Artikel ini menjelaskan bagaimana tim di satu departemen Layanan
Darurat di rumah sakit SunHealth Alliance menggunakan teknologi simulasi
untuk menguji alternatif dan memilih solusi untuk secara signifikan mengurangi
lama tinggal bagi pasien di departemen Darurat.
Objek penelitian simulasi adalah rumah sakit berukuran sedang hingga besar di
bagian tenggara. Ada sekitar 40.000 kunjungan tahunan ke departemen darurat ini
yang bertindak sebagai pusat trauma Tingkat II. Waktu tunggu rata-rata pasien
adalah 157 menit, yang secara signifikan lebih besar dari rata-rata yang dapat
diterima 120menit. Dihadapkan dengan semakin banyaknya keluhan pasien
tentang waktu tunggu yang lama, rumah sakit memutuskan untuk mengambil
tindakan dan memilih simulasi sebagai tuul untuk evaluasi tindakan alternatif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengurangi lama tinggal pasien.
Rekomendasi akhir termasuk Alternatif l (koordinator perawatan pasien),
Alternatif 4 (ruang perawatan untuk pasien yang dirawat), dan Alternatif 5
(perbaikan jalur cepat). Alternatif 5 sendiri merupakan kombinasi dari berbagai
alternatif. Beberapa alternatif diuji dan ditolak. Penambahan MD (medical doctor)
pada shift kedua hanya menghasilkan sedikit perbaikan (8 menit). Penambahan
RN (register nursing) tidak memiliki dampak signifikan pada lama tinggal pasien.
Penugasan kembali RN pada shift kedua berdampak negatif terhadap lama rawat
inap rata-rata pasien tetapi hanya sedikit (4 menit). Studi simulasi yang berhasil
bergantung pada kerjasama masing-masing departemen dan itu mempengaruhi
tujuan dalam penelitian. Juga, dibutuhkan perencanaan yang cermat untuk
mengurangi keterlambatan dan membuat pengumpulan data semulus mungkin.
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan masalah yang ditemukan di Instalasi Gawat Darurat RSUD


dr.Abdoer Rahem Situbondo yaitu Length of Stay di di karenakan ruang rawat
inap penuh sehingga lama tinggal beberapa pasien meningkat. Menurut Mashuri
2011 dalam Dewi 2009, lamanya waktu tunggu atau LOS pasien yang berada
dalam Instalasi Gawat Darurat dapat berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi beberapa
faktor : ketidakhadiran keluarga pasien, ruangan rawat penuh, fasilitas rumah
sakit yang belum siap dan lain-lain.Salah satu faktor yang berperan dalam
lamanya LOS di IGD RSUD dr.Abdoer Rahem Situbondo adalah belum
tersedianya fasilitas terutama ruangan rawat inap yang diminati (dipilih pasien).

Permasalahan ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan Ilyas


(2011). Dari hasi penelitian didapatkan data bahwa rata-rata respon
timepelayanan terlama pasien di P2 medikal adalah ketika pasien menunggu
proses pencarian kamar oleh petugas rekam medis dengan rata-rata respon time
pelayanan 26 jam 46 menit. Dari hasil penelitian pun terlihat bahwa proses
pencarian kamar oleh petugas rekam medis memakan waktu sampai ≤ 12 jam
sehingga membuat LOS pasien di P2 semakin panjang. Untuk respon time
pelayanan tercepat terjadi pada saat pasien baru datang dan disambut oleh
petugas triage dengan respon time pelayanan 1 menit 20 detik dan di bilik P2
selama perawatan sekitar 1 jam selanjutnya pasien sudah pindah ke ruang rawat
inap. Salah satu penyebab adanya permasalahan terkait ruangan diajbarkan bahwa
hingga saat ini ini belum ada standar rujukan untuk pelayanan di IGD yang pasti
dan karakteristik antara rumah sakit pemerintah akan berbeda dengan
karakteristik rumah sakit swasta baik mengenai status, sarana dan prasarana serta
kualitas dari SDM yang ada.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Membantu dalam penambahan bahwa sebagian besar secara signifikan lama


tinggal di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit menginformasikan
pembuat kebijakan dalam pengembangn rencana strategis untuk meningkatkan
Instalasi Gawat Darurat (IGD) sehingga tidak Length of Stay pasien.
Saran untuk Rumah Sakit
1. Untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit maka di perlukan
perbaikan untuk mempersingkat waktu pelayanan Length Of Stay pasien
diInstalasi Gawat Darurat (IGD).
2. Menetapkan kebijakan kebijakan mengenai waktu tunggu pasien sehingga
tidak terjadi penumpukan pasien di IGD
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai