Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

HUBUNGAN TINGKAT KEGAWATAN DENGAN LAMA TINGGAL


PASIEN DI IGD RSU

OLEH:

Herman yoseph batalayeri

NIM: P.1709104

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ) PASAPUA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

AMBON

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini denganjudul ’’HUBUNGAN
TINGKAT KEGAWATAN DENGAN LAMA TINGGAL PASIEN DI IGD
RSU’’

tanpa pertolonganNya mungkin saya tidak sanggup menyelesaikannya dengan


baik.
Adapun Maksud dan tujuan dalam pembuatan penelitian ini agar pembaca dapat
memperluas ilmu tentang “HUBUNGAN TINGKAT KEGAWATAN DENGAN
LAMA TINGGAL PASIEN DI IGD RSU’’ serta memenuhi tugas mata kuliah

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam penyelesaian penelitian ini untuk setiap bimbingan, bantuan,
semangat, dan doa yang diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan baik, kiranya Tuhan Yang Maha Esa yang akan membalas
semua kebaikan yang telah diberikan kepada saya.

Saya juga memohon maaf jika penelitian yang saya buat ini masih jauh
dari kata sempurnaan dikarenakan kekurangan dan keterbatasan saya sebagai
penyusun. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca,
agar penelitian yang saya buat ini dapat diperbaiki sehingga menjadi lebih baik
dan diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi para pembaca.

Ambon 06 juni 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.4. Manfaat Penilitian 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori Tentang Tingkat Kegawatan
1. Defenisi Instalasi Gawat Darurat 4
2. Tujuan Instalasi Gawat Darurat 5
3. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat 6
4. Prinsip umum pelayanan IGD di rumah sakit…………………………..6
5. Alur Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat……………………………..7
6. Analisis Hubungan Tingkat Kegawatan Dengan Lama Rawat Pasien Di
IGD……...…………………………………………………………………..7
BAB III. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFENISI
OPERASIONAL
3.1. Konsep 10
3.2. Hipotesis Penelitian 10
3.3. Defenisi Operasional 11
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian 13
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 16
4.3. Populasi 16
4.4. Sampel dan teknik pengambilan Sampel 18
4.5. Instrumen Penelitian 18
4.6.Prosedur Pengolahan Data 18
4.7.Analisa Data 20
4.8. Etika Penelitian 20
4.9.Alur Penelitian 21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pertolongan


segera yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan, atau
pelayanan pasien gawat darurat memegang peranan yang sangat penting bahwa
waktu adalah nyawa (Time saving is life saving), (Fadhilah,2013).

Salah satu bagian di Rumah Sakit yang memberikan pelayanan adalah


Instalasi Gawat Darurat, yang merupakan gerbang utama jalan masuknya
penderita gawat darurat. Instalasi Gawat Darurat adalah suatu instalasi bagian
rumah sakit yang melakukan tindakan berdasarkan triase terhadap pasien
(Musliha, 2010).

Berdasarkan standar praktik Emergency Nurses Association (ENA,1995b),


perawat gawat darurat harus memberlakukan triase untuk semua pasien yang
masuk ke IGD dan menentukan prioritas perawatan berdasarkan kebutuhan fisik
dan psikologis, dan juga faktor-faktor lain yang memengaruhi pasien sepanjang
system tersebut (Iyer, 2004).

Data statistik RS Australia 2011- 2012, ada lebih dari 6,5 juta presentasi
ke bagian gawat darurat rumah sakit umum - 72% dari pasien yang masuk butuh
penanganan segera sesuai kategori triase, hampir dua-pertiga dari pasien tinggal di
departemen darurat kurang lebih 4 jam, dan 90% pulang dalam waktu 8 jam dan
30 menit (Australian Hospital Statistik, 2012).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes, pada


tahun 2007 jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.319 yang terdiri atas
1.033 RSU dengan jumlah kunjungan ke RSU sebanyak 33.094.000, sementara
data kunjungan IGD sebanyak 4.402.205 (13,3% dari total seluruh kunjungan di
RSU, dari jumlah seluruh kunjungan IGD terdapat 12,0% berasal dari pasien
rujukan (Keputusan Menteri Kesehatan, 2009).

Menurut International Journal of Medical Reviews, penelitian di Iran lama


tinggal di IGD hanya selama 4 jam atau sekitar 39% pasien di Iran memiliki lama
tinggal kurang dari 4 jam. Berbeda dengan di Kanada, Amerika dan Inggris di
dapati 76%, 72% dan 96-98% dari setiap pasien IGD memiliki waktu tinggal lebih
singkat (Shamsi, 2015).

Menurut penelitian Firdausi (2016) tentang analisis waktu tunggu pasien


yang dirujuk ke rawat inap melalui Instalasi Gawat Darurat RSUD DR.
MOEWARDI bahwa hasil penelitian didapatkan ada perbedaan rata-rata waktu
tinggal antara pasien rujukan dengan pasien yang datang sendiri.

Dari studi pendahuluan yang saya lakukan di RSU GMIM Kalooran


Amurang, data kunjungan pasien di IGD selama bulan Juni – Agustus 2016
berjumlah 4905. Dengan pembagian spesialisasi kasus bedah 788, non bedah
2653, kebidanan 467, kandungan 51 dan kesehatan anak 998. Pengkategorian
triase di RSU GMIM Kalooran menggunakan klasifikasi berdasarkan tingkat
prioritas dengan menggunakan labeling atau warna.

Berdasarkan uraian data tersebut, maka saya tertarik untuk meneliti


hubungan tingkat kegawatan dengan lama tinggal pasien di IGD RSU

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarakan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka
peniliti dapat merumuskan masalah penilitian yaitu “ Apakah Ada Hubungan
Tingkat Kegawatan Dengan Lama Rawat Pasien Di Instalasi Gawat Darurat
IGD
1.3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
tingkat kegawatan dengan lama rawat pasien di IGD RSU.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah
a. Untuk mengetahui tingkat kegawatan pasien di IGD RSU
b. Untuk mengetahui lama tinggal pasien di IGD RSU
c. Untuk menganalisis hubungan tingkat kegawatan dengan lama tinggal
pasien di IGD RSU

1.4. Manfaat Penelitian


1. Bagi Instansi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat sebagai tambahan ilmu bagi profesi
keperawatan dalam memberikan pelayanan terhadap pasien IGD dengan
cepat dan tepat.
2. Bagi Pasien
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang berguna
bagi pasien untuk turut serta mengawasi kinerja sistem pelayanan
kesehatan di rumah sakit dan ikut dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit..
3.Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat memberi informasi atau gambaran untuk
pengembangan penelitian selanjutnya mengenai tingkat kegawatan dan lama
tinggal pasien di IGD .
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.2. Tinjauan Teori Tentang Tingkat Kegawatan


1. Defenisi Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah area di dalam sebuah rumah sakit
yang dirancang dan digunakan untuk memberikan standar perawatan gawat
darurat untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak.
(Queensland Health ED, 2012). Unit ini memiliki tujuan utama yaitu untuk
menerima, melakukan triase, menstabilisasi, dan memberikan pelayanan
kesehatan akut untuk pasien, termasuk pasien yang membutuhkan resusitasi
dan pasien dengan tingkat kegawatan tertentu (Australasian College for
Emergency Medicine, 2014).
Instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas
menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan
sementara serta pelayanan pembedahan darurat bagi pasien yang datang
dengan gawat darurat medis. Instalasi gawat darurat (IGD) memiliki peran
sebagai gerbang utama masuknya penderita gawat darurat (Ali, 2014).
Pelayanan pasie gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan
pelayanan segera, yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian
dan kecacatan. Pelayanan ini bersifat penting (emergency) sehingga
diwajibkan untuk melayani pasien 24 jam sehari terus menerus.
Pelayanan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan di dalam pelayanan
IGD. Akan tetapi, pelayanan di IGD dapat terhambat jika kondisi di dalam
IGD penuh dengan pasien. Adanya kondisi pasien yang memenuhi IGD
disebabkan oleh tidak sesuainya jumlah pasien yang berkunjung ke IGD
dengan tenaga dan tempat tidur yang ada di IGD. Kondisi seperti ini dapat
menyebabkan beberapa akibat antara lain menambah waktu tunggu pasien
untuk diperiksa, banyaknya pasien yang meninggalkan IGD tanpa diperiksa,
Length of Stay (LOS) di IGD yang panjang, dan waktu tunggu pasien yang
lama untuk pindah ke bangsal atau stagnan (Singer et Pelayanan gawat
darurat yang kurang cepat atau waktu tanggap yang menurut pasien dirasa
lama dapat menyebabkan ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan gawat
darurat. Kepuasan adalah suatu keadaan yang dirasakan konsumen setelah
dia mengalami suatu kinerja (atau hasil) yang telah memenuhi berbagai
harapannya. Menurut Oliver (dalam Putri, dkk 2014), kepuasan adalah
tingkat perasaan seseorang (pelanggan) setelah membandingkan antara
kinerja atau hasil yang dirasakan (pelayanan yang diterima dan dirasakan)
dengan yang diharapkannya. Kepuasan konsumen (customer satisfaction)
adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien dengan apa yang betul-betul
mereka butuhkan dan inginkan, bukan memberikan apa yang kita pikirkan
dibutuhkan oleh mereka.
Kepuasan pasien dan keluarga tergantung pada kualitas pelayanan.
Suatu pelayanan dikatakan baik oleh pasien maupun keluarga ditentukan
oleh kenyataan apakah jasa yang diberikan bisa memenuhi kebutuhan pasien
atau keluarga pasien dengan menggunakan persepsi tentang pelayanan yang
diterima (memuaskan atau mengecewakan juga termasuk lamanya waktu
pelayanan (Purba, Kumaat & Mulyadi, 2015).
al., 2011).
2. Tujuan Instalasi Gawat Darurat (IGD)
a. Memberikan pelayanan komunikatif, cepat dan tepat selama 24 jam
terus menerus.
b. Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan
terpadu bagi setiap anggotamasyarakat yang berada dalam
keadaan gawat darurat.
c. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat sehingga dapat
hidup dan berfungsikembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
d. Menerima dan merujuk pasien gawat darurat melalui sistem rujukan
untuk memperoleh penanganan yang lebih baik.

3. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat


IGD rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan
asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara serta pelayanan
pembedahan darurat, bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis.
Salah satu indikator mutu pelayanan adalah waktu tanggap (response time).
Prosedur pelayanan di suatu rumah sakit, pasien yang akan berobat akan
diterima oleh petugas kesehatan setempat baik yang berobat di rawat inap,
rawat jalan (poliklinik) maupun di IGD untuk yang penyakit
darurat/emergency dalam suatu prosedur pelayanan rumah sakit. Prosedur
ini merupakan kunci awal pelayanan petugas kesehatan rumah sakit dalam
melayani pasien secara baik atau tidaknya, dilihat dari sikap yang ramah,
sopan, tertib, dan penuh tanggung jawab (Depkes RI, 2009).
4. Prinsip umum pelayanan IGD di rumah sakit:
a. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang
memiliki kemampuan : melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus
gawat darurat dan melakukan resusitasi dan stabilitasi (life saving).
b. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus dapat
memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam
seminggu.
c. Berbagai nama untuk instalasi/unit pelayanan gawat darurat di rumah
sakit diseragamkan menjadi Instalasi Gawat Darurat (IGD).
d. Rumah Sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani
kasus gawat darurat.
e. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 ( lima ) menit
setelah sampai di IGD.
f. Organisasi IGD didasarkan pada organisasi multidisiplin, multiprofesi
dan terintegrasi struktur organisasi fungsional (unsur pimpinan dan
unsur pelaksana)
g. Setiap Rumah sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan pelayanan
gawat daruratnya minimal sesuai dengan klasifikasi. (Depkes RI, 2009).
5. Alur Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
Alur penanganan pasien di IGD berbedah dengan unit kerja lain di
rumah sakit, prioritas pertama bukanlah pasien yang datang paling awal,
tetapi berdasarkan tingkat keparahan (acuity) penyakit atau cidera yang di
derita pasien dan peluang kelangsungan hidup mereka melalui intervensi
medis yang segera. Prosese pemilahan ini disebut dengan proses Triage.
Proses triage dilakukan ketika pasien pertama kali datang di IGD,
bersamaan dengan proses pendaftaran pasien yang dilakukan oleh keluarga
pasien atau pihak lain yang mendampingi kedatangan pasien. IGD RSUD
Dr. Soetomo membagi triage ke dalam 4 prioritas atau tingkatan yaitu :
a. prioritas I label biru (Resusitasi) :
adalah pasien dengan kondisi sangat gawat yang mengancam
nyawa dengan gangguan fungsi vital (Airway-
Breathing_Circulation) dan memerlukan tindakan resusitasi dan
stabilitas.
6. Analisis Hubungan Tingkat Kegawatan Dengan Lama Rawat Pasien Di
IGD
Berdasarkan dari hasil penelitian, walaupun response time perawat
dalam memberikan pelayanan sebagian besar cepat, tetapi masih ada
beberapa pasien yang tidak puas dengan pelayanan keperawatan disebabkan
karena masih ada perawat yang merespon lambat, kualitas pelayanan yang
diberikan perawat kepada pasien masih dianggap kurang oleh
pasien,kurangnya interaksi serta keterbatasan perawat dan sarana prasana
yang kurang memadai sehingga pelayanan yang diterima lambat.
Dikarenakan pasien harus menunggu lama untuk mendapatkan penanganan
sehingga muncullah rasa ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pisu (2015) yang
menyatakan bahwa ketidakpuasan pasien muncul karena perawat dalam
merespon lambat, kurang adanya interaksi dengan pasien dan jumlah pasien
banyak sedangkan perawat dan sarana prasarana rumah sakit terbatas dan
kurang memadai.
Perlu diketahui perawatan di IGD bisa berlangsung lama. Pasien yang
dirawat di IGD harus di observasi baru bisa di pindahkan ke bangsal atau
ICU.hal tersebut bisa membutuhkan waktu lama. Oleh karena itu, bila
pasien dibawa ke IGD, berbagai hal yang berkaitan dengan fasilitas
pendukung RS harus di pertimbangkan pula (Haliman & Wulandari, 2012).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti di IGD RSU
GMIM Kalooran Amurang diperoleh data dan dilakukan uji statistik. Dari
hasil uji Spearman pada tingkat kepercayaan 90% (α=0,1) menunjukkan
nilai p-value = 0.195. Nilai p-value > α yang berarti Ho diterima. Ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat kegawatan
dengan lama tinggal pasien di IGD RSU GMIM Kalooran Amurang.
Penelitian yang dilakukan di luar Indonesia, menurut International
Journal of Medical Reviews, penelitian di Iran lama tinggal di IGD hanya
selama 4 jam atau sekitar 39% pasien di Iran memiliki lama tinggal kurang
dari 4 jam. Berbeda dengan di Kanada, Amerika dan Inggris di dapati 76%,
72% dan 96-98% dari setiap pasien IGD memiliki waktu tinggal lebih
singkat (Shamsi, 2015). Perlu diketahui perawatan di IGD bisa berlangsung
lama. Pasien yang dirawat di IGD harus di observasi baru bisa di pindahkan
ke bangsal atau ICU. Hal tersebut bisa membutuhkan waktu lama. Oleh
karena itu, bila pasien dibawa ke IGD, berbagai hal yang berkaitan dengan
fasilitas pendukung RS harus di pertimbangkan pula (Haliman &
Wulandari, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan lama tinggal pasien
disebabkan karena fasilitas di IGD ruang penanganan yang masih minim
memiliki 1 ruang resusitasi, 1 ruang tindakan dilengkapi 4 tempat tidur, 3
kursi roda dan 2 brangkart. Tenaga perawat yang ada di IGD berjumlah 13
orang dengan tingkat pendidikan S1 2 orang, D3 7 orang dan SPK 4 orang.
Tenaga medis juga dapat mempengaruhi lama tinggal pasien, di IGD RSU
GMIM Kalooran Amurang tiap shift hanya ada 3 perawat yang dinas.
Berdasarkan hasil penelitian.
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep


Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep
yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan
dilakukan (Notoadmojo, 2010). Kerangka konsep dalam penelitian ini
terdiri dari dua variabel yaitu variabel indepeden dan variabel dependen.
Variabel independen yaitu tingkat kegawatan dan variabel dependen yaitu
lama rawat.

Tingkat kegawatan Lama rawat

Keterangan :

: Variabel Independen
: Variabel Dependen

3.2. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini , yaitu :


H0 : Tidak ada Hubungan Tingkat kegawatan dengan lama tinggal
pasien di RSU
Ha : Ada Hubungan antara Tingkat Kegawatan dengan Lama
tinggal Pasien di RSU
3.3. Defenisi Operasional
Defenisi Alat Hasil Skala
Variabel
Operasional Ukur Ukur Ukur
Independe
n
Tingkat Seseorang yang Observasi - Nominal
kegawatan mengalami
cedera sangat
serius dan harus
ditangani secara
cepat,tepat dan
cermat agar tidak
mengancam
nyawa.s

Dependen

Lama tinggal Dihitung dari Observasi - Nominal


tanggal hari
pertama pasien
masuk ruang
perawatan
sampai tanggal
pasien tersebu
keluar
Table 3.1 Defenisi Operasional
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional
yang bertujuan untuk menjelaskan Hubungan tingkat kegawatan dengan lama
tinggal pasien di IGD dengan menggunakan pendekatan cross sectional study
yaitu pendekatan penelitian dimana pengukuran variabel independen dan variabel
dependen dilakukan pada saat bersamaan (Sastroasmoro, 2010).

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian


1. Lokasi
penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit
2. Waktu
Waktu penelitian yang dilakukan yaitu pada bulan agustus 2016
C. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua Pasien yang melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit GMIM
Kalooran Amurang Jumlah populasi pasien di Rumah Sakit pada tahun 2016
adalah 4905 orang.

D. Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel


1. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sampel dalam
penelitian ini adalah semua Pasien yang melakukan pemeriksaan di Rumah
Sakit. Besaran sampel dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
N
n=
1+ Ne2
52
n= 2
1+52( 0,05)
52
n=
1,13
n=46,0
Jumlah sampel yang diperlukan adalah sebanyak 30 orang.

Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = batas toleransi kesalahan

2. Teknik Pengambilan sampel


Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode jenis Non Probabi lity
yakni metode Consecutive Sampling yaitu salah satu teknik pengambilan data
dimana semua subyek yang datang ke lokasi penelitian diambil sebagai
sampel hingga memenuhi besar sampel minimal yang diinginkan. Metode ini
merupakan cara pemilihan subyek yang umum pada penelitian yang dilakukan
di rumah sakit. Dalam penelitian, adapun kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel digunakan.
a. Kriteria Inklusi
1. Bersedia menjadi responden
2. Pasien gawat darurat
3. Lama hari rawat

b. Kriteria Eksklusi
1. Pasien tidak hadir pada saat penelitian
2. Pasien dengan gangguan komunikasi

E. Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel independen dan
variabel dependen menggunakan lembar observasi yang peneliti kembangkan dari
ED Wait Time Indikator Calculation Toolkit (Canadian Institute for Health
Information, 2012) dan digital timer, yaitu jam yang menampilkan waktu dalam
bentuk angka (jam:menit).
F. Prosedur Pengolahan Data
Menurut (Sugiyono,2010) pengolahan data merupakan suatu tahapan
pendekatan terhadap subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang
diperlukan dalam suatu penelitian. Adapun cara/teknik pengumpulan data
dilapangan sebagai berikut:
1. peneliti melakukan pengundian secara acak untuk menetukan
cluster yang diambil dan observasi, meliputi tempat dan waktu.
2. peneliti mencatat dan mengobservasi pasien yang masuk datang ke IGD
sesuai kriteria penelitian dan mencatat setiap tahan pemeriksaan yang
dilakukan sampai secara fisik pasien di kirim keunit rawat inap.
3. data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan dan diperiksa
kelengkapannya. Kemudian data dientri dan ditabulasi ke dalam
komputer.

G. Analisa Data
Setelah data ditabulasi kemudian dilakukan interpretasi data yang telah
terkumpul dengan menggunakan metode statistik yaitu dengan menggunakan
metode komputer program SPSS.
Analisa data terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Analisa Univariat
Analisa yang dilakukan dengan menghitung nilai minimal, standar deviasi,
frekuensi, presentase. Dilakukan terhadap variabel penelitian untuk melihat
tampilan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap-tiap variabel, baik
independen maupun dependen. Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui
variabel independen yang diteliti yaitu tingkat kegawatan. Analisa ini
dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian, pada umumnya analisa ini
hanya menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel.
2. AnalisaBivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel
independen terhadap variabel dependen dengan mengunakan uji Spearman
dan Uji Chi-Square. Hubungan antara tingkat kegawatan dengan lama tinggal
pasien (menggunakan uji Spearman).
Uji pearson’s correlation digunakan apabila data distribusi normal, jika
tidak, maka harus dilakukan uji spearmen roll. Uji pearson’s correlation sangat
tepat digunakan, karena dapat menunjukkan signifikan hubungan, kekuatan
hubungan, dan arah hubungan.

H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu rekomendasi dari
pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian.
Setelah itu memperoleh izin dari instansi terkait, penelitian dapat dilakukan
dengan menekankan masalah etika, yang meliputi :
1. Informed Consent

Informed Consent merupakan lembar persetujuan yang diberikan oleh


peneliti kepada setiap calon responden yang diteliti. Responden mempunyai
hak untuk menolak menjadi responden. Setelah responden menyetujui untuk
menjadi responden, lembar persetujuan atau informed consent diberikan
sebelum penelitian dilakukan.
2. Anonymity (tanpa nama)
Merupakan etika dalam penelitian keperawatan dimana responden tidak
menuliskan nama responden pada lembar observasi dan hanya memberikan
kode atau nomor responden.
3. Confidientiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
I. AlurPenelitian

Pengumpulan Data Awal : Di


Rumah Sakit

Populasi
Pasien di Rumah Sakit

Observasional Sampel

Analitik Pasien di Rumah Sakit

Informed Consent

Pengumpulan Data Kuesioner

Variabel Independen : Variabel Dependen


Australian :
Hospital
- Tingkat Kegawatan - Lama tinggal pasien

DAFTAR PUSTRAKA
Analisa Data :
- Univariat
- Bivariat

Penyajian Hasil
Statistic. (2012). Australian Hospital Statistic 2011-2012 Emergency Department
Care. Australia: Australia Institute of Health and Welfare. 39. Di
Unduh 07 Oktober 2016.

Australasian College For Emergenci Medicine. (2014). Emergency Department


Design Guidelines.
Dahliana & Widaryati, 2015. Waktu Tanggap Perawat Pada Penanganan Pasien
Trauma Dan non Trauma di IGD RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta, Naskah Publikasi, Program Studi Ilmu Keperawatan,
STIKES Aisyiyah Yogyakarta.
Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta
Fadhilah, 2013. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan waktu tanggap pada
pelayanan kasus kecelakaan lalu lintas di instalasi gawat darurat
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamir Padang.
Gurmeet Singh. (2012). Profil Klinis dan Luaran Pasien Gawat Darurat Medis
Dewasa di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Haliman, A & Wulandari, A. (2012). Cerdas Memilih Rumah Sakit. Yogyakarta :
ANDI.
Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat. Nuha Medika : Yogyakarta.
Muwardi. (2005). Materi Pelatihan PPGD. Surakarta
Oman, K, Koziol, J, Scheetz. 2008. Panduan Belajar Emergency. EGC.
Jakarta.
Pisu, H.(2015). Hubungan Respons Time Perawat dengan Kepuasan Pasien Di
Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. e-
Jurnal Keperawatan.

Shamsi, V. (2015). The Survey of Ways of Reducing Patients’ Length of Stay in


the Emergency Department: A Systemati Review. Iran. International
Journal of Medical Reviews. Di Unduh 17 Oktober 2016.

Anda mungkin juga menyukai