Anda di halaman 1dari 13

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPONSE TIME

PERAWAT TERHADAP PASIEN GAWAT DARURAT DI IGD RUMAH


SAKIT ABDUL MOEIS SAMARINDA

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH

Bayu Putra Pradana (1811102411070)

Dini Ruliyani (1811102411079)

Siti Nur Aisyah (17111024110109)

Wahyu Fadillah S (17111024110118)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIAH KALIMANTAN TIMUR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

IGD sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat darurat di rumah

sakit memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan hidup

pasien. Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien

yang datang ke IGD memerlukan standar yang sesuai dengan kompetensi

dan kemampuan sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat

darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat

(Keputusan Menteri Kesehatan, 2009).

Konteks pelayanan kegawatdaruratan merupakan aspek terpenting

pada tahap pelaksanaan/ implementasi yang mengacu kepada dasar

pelayanan gawat darurat yaitu time saving is life saving (waktu adalah

nyawa) dengan ukuran keberhasilan adalah response time (waktu

tanggap) selama 3 menit dan waktu definitife ≤ 2 jam (dihitung sejak

pasien datang sampai dilakukan penanganan. (Suhartati dkk, 2011;

Basoeki dkk, 2008).

Pelayanan gawat darurat merupakan salah satu pelayanan di rumah

sakit yang dilaksanakan di ruang Instalasi Gawat Darurat. Fungsi dari

ruang instalasi gawat darurat adalah menyelenggarakan pelayanan

asuhan medis dan asuhan keperawatan serta pelayanan pembedahan


darurat bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. Sebagai

unit pelayanan yang menanggulangi penderita gawat darurat, komponen

pelayanan di Instalasi Gawat Darurat harus memenuhi kebutuhan

masyarakat dalam penanggulangan penderita gawat darurat dan dikelola

sedemikian rupa sehingga terjalin kerjasama yang harmonis dengan unit-

unit dan instalasi lain dalam rumah sakit (Depkes R.I. 2006).

Response time merupakan ketepatan dalam penangan pasien dihitung

sejak pasien datang sampai dilakukan penangan (Suhartati et. Al, 2011).

Wide (2009) telah membuktikan secara jelas tentang pentingnya waktu

tanggap (respon time) bahkan pada pasien selain penderita penyakit

jantung. Mekanisme waktu tanggap, disamping menentukan keluasan

rusaknya organ-organ dalam, juga dapat mengurangi beban pembiayaan.

kecepatan dan ketepatan pertotolongan yang diberikan pada pasien yang

datang ke Instalasi gawat darurat memerlukan standar sesuai dengan

waktu tanggap yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat

dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia

dan manajemen Instalasi Gawat Darurat rumah sakit sesuai standar

(Keputusan Menteri Kesehatan, 2009).

Menurut WHO (2012), banyak pasien dengan kasus gawat darurat

yang masuk ke rumah sakit memerlukan pertolongan segera. Kegawat

daruratan dari penyakit menjadi masalah seluruh dunia termasuk di negara


Asean (AFNCD, 2015). Oleh karena itu dibutuhkan kecepatan dan

ketepatan perawat dalam melakukan response time terhadap pasien

gawat darurat agar dapat menenkan angka mortalitas dan kecacatan yang

mungkin terjadi.

Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi response time

perawat diantaranya yaitu tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, beban

kerja, jenis pelayanan yang digunakan pasien dan lama kerja perawat.

Berdasarkan hasil penelitian (Girsang, 2005, Yoon, 2013, Siahaan, 2013

dan Musliha, 2015) Waktu tanggap dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal yang mempengaruhi memberikan pelayanan kesehatan antara

lain karakteristik pasien (triage), keterampilan dan beban kerja perawat

yaitu 67,5%, fasilitas dan sarana pendukung 80,0%, standar prosedur

pelayanan 77,5%.

Berdasarkan hasil penelitian Karokaro et al (2020) setelah dilalukan uji

Chi-Square dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan beban kerja

perawat dengan waktu respon pasien di IGD dengan nilai signifikan 0,002

dan masa kerja perawat dengan waktu respon pasien di IGD dengan nilai

signifikan 0,006 maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan waktu dan

beban kerja dengan waktu respon pasien di IGD.

Menurut Abdul et all., (2016) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa

ada perbedaan yang signifikan antara response time perawat pada


penanganan pasien gawat darurat dengan hasil terdapat 5 responden

yang mempunyai respone time cepat (33,3%) di UGD RSU Pancaran

Kasih GMIM dan 10 responden yang mempunyai respone time lambat

(66.7%) sedangkan di UGD RSU Tk III Robert Wolter Monginsidi terdapat

11 responden yang mempunyai respone time cepat (73,3%) dan 4

responden yang mempunyai respone time lambat (26.7%). Adanya

perbedaan yang bermakna antara waktu tanggap perawat tersebut

dikarenakan ada beberapa hal yang mengganggu fokus perawat dalam

memberikan tindakan yang cepat pada pasien sehingga menimbulkan

beban kerja dari perawat.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 Tahun

2008 telah mengeluarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit

dimana salah satu indikator pelayanan di ruang IGD adalah waktu tanggap

atau response time. Response time merupakan salah satu indikator untuk

menjadi tolak ukur untuk prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan

untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam

pencapaian suatu SPM tertentu berupa masukan, proses, hasil dan atau

manfaat pelayanan. Standar response time adalah ≤ 5 menit terhitung

setelah pasien datang sampai mendapatkan pelayanan.

Di Indonesia, pelaksanaan response time perawat masih perlu

dilakukan evaluasi lebih lanjut lagi dan indicator keberhasilan response


time di IGD adalah kecepatan dan ketepatan dalam memberikan

pertolongan kepada klien untuk mencegah terjadinya kematian dan

kecacatan. Dikatakan tepat waktu apabila waktu tanggap yang diperlukan

dalam memberikan respon tidak melebihi waktu rata-rata atau standar

yang sudah di tentukan.

Pada tahun 2014, data kunjungan pasien ke IGD di seluruh Indonesia

mencapai 14.402.250 jiwa (13,5% dari total seluruh kunjungan di Rumah

Sakit Umum) dengan jumlah kunjungan 12% dari kunjungan IGD berasal

dari rujukan dengan jumlah Rumah Sakit Umum 1.033 Rumah Sakit

Umum dari 1.319 Rumah Sakit yang ada (Kementrian Kesehatan, 2014).

Sedangkan pada tahun 2016 jumlah kunjungan di IGD sebanyak

18.250.250 jiwa (13,1% dari jumlah total kunjungan). Jumlah yang

signifikan ini kemudian memerlukan perhatian yang cukup besar dengan

pelayanan pasien gawat darurat (Kementrian Kesehatan, 2016).

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti dapat

merumusan masalah penelitian yaitu “Apa saja factor – factor yang

mempengaruhi response time perawat di IGD Rumah Sakit Abdul Moeis

Samarinda?”
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui factor-faktor yang

mempengaruhi response time perawat terhadap pasien gawat darurat

di IGD Rumah Sakit Abdul Moeis Samarinda.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden

b. Gambaran lama kerja perawat terkait response time terhadap

pasien gawat darurat di IGD Rumah Sakit Abdul Moeis

c. Gambaran beban kerja perawat terkait response time terhadap

pasien gawat darurat di IGD Rumah Sakit Abdul Moeis

d. Gambaran tingkat pengetahuan perawat terkait response time

terhadap pasien gawat darurat di IGD Rumah Sakit Abdul

Moeis

e. Gambaran tingkat pendidikan perawat terkait response time

terhadap pasien gawat darurat di IGD Rumah Sakit Abdul

Moeis
f. Mengidentifikasi gambaran response time perawat terhadap

pasien gawatdarurat di IGD Rumah Sakit Abdul Moeis

g. Menganalisis hubungan lama kerja perawat tentang response

time terhadap pasien gawat darurat di IGD Rumah Sakit Abdul

Moeis

h. Menganalisis hubungan beban kerja perawat tentang response

time terhadap pasien gawat darurat di IGD Rumah Sakit Abdul

Moeis

i. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang

response time terhadap pasien gawat darurat di IGD Rumah

Sakit Abdul Moeis

j. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan perawat tentang

response time terhadap pasien gawat darurat di IGD Rumah

Sakit Abdul Moeis

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini bagi peneliti dapat menambah wawasan,

pengetahuan dan iketerampilan dalam melakukan penelitian serta


menambah informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

response time perawat.

2. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan evaluasi,

sehingga dapat terus meningkatkan kecepatan dan ketepatan

response time.

3. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam asuhan

keperawatan pada upaya menurukan angka mortalitas dan

meningkatan angka harapan hidup pasien dengan terlaksanannya

response time < 5 menit.

4. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini menambah ilmu pengetahuan keperawatan

khususnya pada pengetahuan terkait response time.

5. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dpat menjadi acuan dan informasi bagi

peneliti selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.

E. Keaslian Penelitian
1. Dalam jurnal yang sudah dilakukan oleh Karokaro, dkk (2020).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasi analitik degan

pendekatan cross sectional. Teknik pengumpulan data yaitu

melakukan wawancara langsung kepada responden berpedoman pada

kuesioner mengenai masa kerja, beban kerja, sarana dan prasarana

dan waktu tanggap. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit

Grandme yang berjumlah 30 orang. Instrumen yang digunakan adalah

Kuesioner yang di adopsi dari penelitian sebelumnya dari Surtiningsih,

2016, Rima, Wahyu, 2015, dan Ines, Marianne, 2016 berhubungan

dengan beban dan masa kerja serta waktu tanggap, sehingga peneliti

tidak melakukan ujia validitas maupun reabilitas. Perbedaan penelitian

ini terletak pda lokasi yang akan diteliti.

2. Dalam jurnal yang sudah dilakukan oleh Virgo (2018). Jenis penelitian

analitik dengan rancangan cros sectional. Populasi dalam penelitian ini

adalah pasien yang datang ke IGD dengan jumlah 80 orang yang

diambil dengan teknik accidental sampling. Pengumpulan data yang

digunakan adalah kuesioner. Analisa data menggunakan analisa

univariat dan bivariat. Penelitian ini dilakukan di IGD RSUD

Bangkinang tahun 2018. Perbedaan penelitian ini terletak pada

responden yang akan diteliti dan penelitian ini berfokus pada tingkat

kepuasan pasien terhadap response time perawat.


3. Dalam jurnal yang sudah dilakukan oleh Tartila, dkk. (2020). Metode

penelitian yang digunakan adalah descriptive-analitik dengan

pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan

teknik accidental sampling dengan jumlah sampel 101 perawat.

Variabel independen penelitian ini terdiri dari keterampilan,pelatihan

gawat darurat, jenis kelamin, usia, lama kerja, tingkat pendidikan,

besar gaji dan motivasi. Variabel dependen terdiri dari response time.

Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi

langsung kepada perawat. Analisa data menggunakan Tes Logistik

Regresi Berganda. Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel

independen dan lokasi yang akan diteliti.

4. Dalam jurnal yang sudah dilakukan oleh Musthofa, dkk (2021).

Penelitian ini menggunakan metode kuantitaif dengan desain

penelitian deskripsi korelasional. Penelitian ini dilakukan di RS Cinta

Kasih Tzu Chi Cengkareng pada 13 Desember 2019 s.d.3 Januari

2020. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar observasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien di IGD RS

Xdengan jumlah 632 responden. Sampel dalam penelitian ini

menggunakan purposive sampling dengan kriteria inklusi pasien

prioritas I dan II sebanyak 321 orang. Analisis data menggunakan

analisis bivariate. Perbedaan penelitian terletak pada responden yang


akan di teliti dan penelitian ini berfokus pada tingkat keberhasilan

penanganan pasien emergency.

5. Dalam jurnal yang sudah dilakukan oleh Fadhila, dkk. (2015).

Penelitian ini dilakukan di IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang dari bulan

Mei sampai Desember 2013. Sampel pada penelitian ini adalah pasien

kecelakaan lalu lintas. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-

sectional. Pengamnilan sampel menggunakan lembaran observasi

yang diberikan kepada 60 orang pasien kecelakaan lalu lintas yang

dipilih secara acak. Data dianalisis secara univariat dan bivariate.

Variabel dependennya adalah waktu tanggap, sedangkan variabel

independennya adalah faktor pasien (tingkat kegawatan), faktor

petugas (keberadaan petugas), faktor biaya (cara bayar), dan faktor

ketersediaan alat (brankar). Perbedaan penelitian ini terletak pada

objek yang diteliti yaitu berfokus pada pasien dengan kecelakaan lalu

lintas.

6. Dalam jurnal yang dilakukan oleh Cahyono, dkk. (2020). Desain

penelitian menggunakan penelitian kuantitatif non-eksperimental

dengan jenis analitik korelasional. Penelitian ini menggunakan

pendekatan cross-sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah

total sampling atau sampel jenuh yaitu 54 responden. Data penelitian

diambil dalam rentang waktu bulan Mei - Juni 2019. Data diambil
menggunakan lembar kuesioner Beban Kerja National Aeronautics

dan Space Administration - Task Load Index (NASATLX) dan lembar

observasi Response Time Perawat IGD. Analisis data dilakukan

dengan menggunakan uji Kendal tau-c.

Anda mungkin juga menyukai