Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG

KEGAWATDARURATAN DENGAN PELAKSANAAN TRIAGE PADA


PASIEN GAWAT DARURAT DI UGD RUMAH SAKIT PRIKASIH

Mumuh Muhdiyatˡ, Santi Herlina


Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UPN “Veteran” Jakarta
Jl. Limo Cinere, Limo, Sawangan Depok. Telp. 021 7532360
Email : mumuh.muhdiyat@yahoo.co.id

Abstract
This study was conducted to determine the relationship of knowledge about the
implementation of the emergency nurse triage in emergency room patients in the
ER Hospital Prikasih. Emergency care is a form of service which aims to save the
lives of patients. In emergency service, there is a term triage. Where triage is a
special process of selecting patients based on the weight of injury or illness to
determine the type of emergency treatment. This study used a descriptive
correlation with cross sectional approach, the number of samples is 30
respondents. Results relationship knowledge chi-square test with the
implementation of the triage nurse in the hospital emergency room Prikasih
obtained p value = 0.004 significant p value <alpha (0.05), so it can be concluded
hipetosis zero (Ho) is rejected and the alternative hypothesis (Ha) is accepted or
there is a connection with the implementation of the triage nurse knowledge in
hospital emergencyat room Prikasih. The expected results of this study as
information to improve emergency service with the implementation of triage.

Keywords: emergency, triage implementation, knowledge of nurses

PENDAHULUAN
Triase berasal dari bahasa prancis trier masyarakat yang berfungsi untuk
bahasa inggris triage dan diturunkan dalam melakukan upaya pelayanan kesehatan
bahasa Indonesia triage yang berarti sortir. dasar atau kesehatan rujukan atau juga
Yaitu proses khusus memilah pasien berdasar upaya pelayanan kesehatan penunjang.
beratnya cedera ataupenyakit untuk Keberhasilan suatu rumah sakit dalam
menentukan jenis perawatan gawat darurat.
menjalankan fungsinya ditandai dengan
Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk
menggambarkan suatu konsep pengkajian yang adanya peningkatan mutu pelayanan rumah
cepat dan berfokus dengan suatu cara yang sakit. Mutu rumah sakit itu sangat
memungkinkan pemanfaatan sumber daya dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
manusia, peralatan serta fasilitas yang paling satunya yang paling dominan adalah faktor
efisien terhadap 100 juta orang yang sumber daya manusia yang mencakup
memerlukan perawatan di UGD setiap pengetahuan dan keterampilan perawat agar
tahunnya. Sistem triage mulai dikembangkan dapat memberikan jasa tertentu. (Suryawati,
mulai pada akhir tahun 1950-an seiring jumlah 2008, hlm.13).
kunjungan UGD yang melampaui kemampuan
sumber daya yang ada untuk melakukan Data yang diperoleh dari RS Prikasih
penanganan segera. (Oman, 2008, hlm. 26). tahun 2014 ada perbedaan didalam
Tujuan dari triage dimanapun dilakukan, bukan menyediakan pelayanan kesehatan di unit
saja supaya bertindak dengan cepat dan waktu gawat darurat khususnya dalam pelayanan
yang tepat tetapi juga melakukan yang terbaik triase. Terdapat beberapa faktor yang
untuk pasien. Dimana triage dilakukan mempengaruhi kecepatan dalam pelayanan
berdasarkan pada ABCDE, beratnya cedera, penanganan pasien di UGD, masih ada
jumlah pasien yang datang, sarana kesehatan
perawat yang kurang mengetahui
yang tersdia serta kemungkinan hidup pasien
(Pusponegoro, 2010). kegawatan pasien serta tidak menempatkan
pasien sesuai dengan kriteria triase
sehingga penanganan pasien jadi terlambat,
1 Kontak Person: mumuh muhdiyat serta adanya faktor lain yaitu kurang
Diabetes Melitus merupakan salah
Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan UPN “Veteran” lengkapnya penyediaan sarana tempat yang
satu ancaman
Jakarta. bagi kesehatan umat manusia
HP: 085717369202 belum cukup memadai untuk menampung
pasien dalam jumlah yang banyak serta
terbatasnya alat standart UGD yang
Pembangunan kesehatan merupakan lengkap sehingga pasien harus menunggu
bagian integral dari pembangunan lama dalam penanganan sehingga pasien
nasional, sehingga pemerintah telah belum merasa adanya respontime perawat
mencanangkan visi dalam bidang terhadap pelayanan asuhan keperawatan
pelayanan kesehatan yaitu bertekad untuk yang diberikan.
meningkatkan kesehatan masyarakat secara
menyeluruh. Salah satu strategi yang harus Pelayanan asuhan keperawatan
dilakukan untuk mencapai visi tersebut secara umum meliputi: pengkajian,
adalah meningkatkan profesionalisme diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan
rumah sakit. Undang-undang No. 44 tahun evaluasi. Dalam konteks pelayanan
2009 tentang Rumah Sakit menyatakan kegawat daruratan, aspek asuhan
bahwa rumah sakit merupakan sarana keperawatan pada tahap pelaksanaan
pelayanan kesehatan yang merupakan hal yang sangat penting di
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perhatikan, karena dalam tahap
per orangan secara paripurna, yang pelaksanaan/ implementasi ini harus
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat mengacu kepada doktrin dasar pelayanan
jalan dan gawat darurat. gawat darurat yaitu: time saving is life
Rumah sakit merupakan salah satu saving (waktu adalah nyawa), dengan
bentuk sarana kesehatan, baik ukuran keberhasilan adalah respons time
diselenggarakan oleh pemerintah atau (waktu tanggap) selama 5 menit dan waktu
definitif ≤ 2 jam. Khusus untuk pelayanan by) di UGD RS Prikasih sebanyak 7 orang
kegawat daruratan, seorang perawat setiap shift kerja, sehingga untuk
pelaksana seharusnya yang sudah pernah menangani pasien setiap harinya sekitar 45
mengikuti pelatihan Basic Trauma Cardiac orang merupakan beban yang cukup berat,
Life Support (BTCLS) (Basoeki dkk, 2008, karena perawat di UGD juga melaksanakan
hlm. 24). kegiatan lain di luar tugas pokok dan
fungsinya sebagai perawat UGD. Beban
Pelaksanaan triage dalam pelayanan kerja perawat semakin tinggi pada saat
kegawat daruratan berdasarkan beberapa harus menangani pasien sekitar 60 sampai
penelitian dalam Prawitasari (2006, hlm14) 70 orang menyebabkan konsep triase dan
tentang hubungan pelaksanaan perawat waktu tanggap yang ditetapkan tidak
dengan keselamatan pasien di Rumah Sakit terpenuhi sehingga mengakibatkan
Husada Jakarta, menyimpulkan perawat terjadinya kematian pada pasien.
pelaksana mempunyai waktu tanggap Berdasarkan Laporan Kegiatan UGD RS
rendah, masih ada masalah keselamatan Prikasih (2013) diketahui rata - rata jumlah
pasien yang buruk dan terdapat hubungan kematian pasien di UGD yang pada tahun
yang bermakna antara pelaksanaan triage 2013 sebanyak 10 orang (35 %),
perawat pelaksana dengan keselamatan sedangkan 65 % lainnya selamat sampai
pasien. keluar dari instalasi gawat darurat dan
masuk ke ruang perawatan (rawat inap).
Selanjutnya penelitian Astuti (2009,
Pasien yang meninggal umumnya adalah
hlm.27) tentang hubungan pengetahuan
dengan kondisi gawat dan darurat.
triase perawat UGD dengan waktu tanggap
pelayanan keperawatan gawat darurat di Hasil observasi awal juga ditemukan
RSU Kabupaten Magelang menyimpulkan 5 dari 10 orang petugas kesehatan
pengetahuan triase perawat IGD RSU (perawat) melakukan kesalahan dalam
Kabupaten Magelang dalam kategori penempatan pasien dengan kondisi darurat.
kurang baik, yaitu banyaknya jumlah Sebanyak 50% perawat melakukan
pasien yang ditangani sesuai dengan penempatan pasien tidak sesuai dengan
konsep respons time (waktu tanggap) ketentuan triase. Saat dilakukan
selama 5 menit dan waktu definitif ≤ 2 wawancara, sebagian perawat tidak
jam. Waktu tanggap pelayanan melakukan triase oleh karena beberapa
keperawatan gawat darurat dalam kategori alasan, antara lain: tempat tidur triage tidak
lambat. Ada hubungan antara pengetahuan terpasang tirai sehingga sulit untuk
triase perawat IGD RSU Kabupaten melakukan triage, sebagian pasien tidak
Magelang dengan waktu tanggap sabar menunggu untuk segera dilakukan
pelayanan keperawatan gawat darurat. pemeriksaan dan penanganan pada dirinya
sementara pada saat yang sama kondisi
Berdasarkan survey pendahuluan
ruangan UGD sedang ramai oleh pasien
dengan melakukan wawancara dengan
lainnya dalam kondisi gawat darurat.
beberapa perawat maupun dokter yang
Kondisi ini menyebabkan pasien
bertugas di Unit Gawat Darurat di RS
mengajukan keberatan (keluhan) karena
Prikasih, diketahui bahwa jumlah pasien
merasa tidak ditangani dan dilayani dengan
yang ditangani di UGD bervariasi antara
baik dan segera.
10-80 orang setiap hari, apabila dirata-
ratakan jumlah pasien yang ditangani di
IGD sekitar 45 orang setiap harinya.
Sekitar 25% dari seluruh pasien atau METODOLOGI
sebanyak 12 orang pasien yang masuk ke Desain yang digunakan dalam
UGD dengan kondisi gawat dan darurat. Penelitian ini adalah deskriptif korelasi
Jumlah perawat yang bertugas tetap (stand dengan pendekatan cross sectional, jenis
desain ini adalah untuk mengetahui ada jumlah kunjungan pasien diabetes mellitus
tidaknya dan besar kecilnya hubungan
tipe 2 selama tiga bulan terakhir yaitu
variabel walau tidak diketahui bahwa
hubungan tersebut sebagai hubungan sebab bulan Oktober, November, Desember di
akibat / bukan (Santoso, 2009, hlm. 24).
Rumah Sakit Prikasih.
Jumlah populasi dalam penelitian ini
PEMBAHASAN
adalah sebanyak 30 responden.
berdasarkan perhitungan sampel dapat Analisa Univariat

disimpulkan bahwa ukuran sampel yang Table 3 Distribusi Frekuensi responden


berdasarkan usia, jenis kelamin,
akan dipakai dalam penelitian ini adalah 30
pendidikan,masakerja,pengetahu
an dan pelaksanaan triage di
Variable Jumlah Persentase UGD Rumah Sakit Prikasih
tahun 2015
Usia
21 – 30 tahun 11 37
31 – 40 tahun 19 63 Tabel 3 menunjukkan distribusi
frekuensi usia perawat yang bekerja di
Jenis kelamin UGD Rumah Prikasih Tahun 2015,
didapatkan perawat dengan usia antara 31-
Pria 24 80
40 tahun ada sebanyak 19 orang (63%),
Wanita 6 20 sedangkan perawat dengan usia antara 21 –
30 tahun ada sebanyak 11 orang (37%).
Pendidikan
Distribusi frekuensi jenis kelamin
Akademi 15 50 perawat yang bekerja di UGD Rumah
Prikasih Tahun 2015, menunjukkan
Sarjana 15 50 sebagian perawat yang bekerja diruang
UGD Rumah Sakit Prikasih didominasi
Masa kerja
oleh perawat dengan jenis kelamin wanita
< 5 tahun 12 40 24responden (80%) dan pria 6 responden
(20%).
≥ 5 tahun 18 60
Menurut Siagian (2004), anggota
Pengetahuan keluarga yang berjenis kelamin perempuan
sabar dan telaten dalam melakukan
Tinggi 19 63 perawatan keluarga yang sakit, sedangkan
laki-laki secara fisik lebih kuat
Rendah 11 37
dibandingkan perempuan.
Pelaksanaan Distribusi frekuensi pendidikan
triage perawat yang bekerja di UGD Rumah
21 70
Baik Prikasih Tahun 2015, menunjukkan
9 30 sebagian perawat yang bekerja diruang
Kurang baik UGD Rumah Sakit Prikasih didominasi
oleh perawat yang memiliki pendidikan
responden, besar sampel tersebut kemudian diploma tiga (D3) sebanyak 15 orang
dialokasikan secara proposional menurut (50%) dan hal yang samaperawat dengan
pendidikan sarjana ada sebanyak 15 orang No Karakterisk Frekuens Persentas
(50%). tik i e

Pendidikan memiliki peranan yang 1. JK


sangat penting dalam menentukan kualitas
manusia, dengan pendidikan manusia Perempuan 58 66,7
memperoleh pengetahuan dan informasi.
Semakin tinggi tingkat pendidikan Laki-laki 29 42,5
seseorang maka akan semakin berkualitas
2. Pendidikan
hidupnya (Hurlock, 2007)
Rendah 61 70,1
Distribusi frekuensi masa kerja
perawat yang bekerja di UGD Rumah Tinggi 25 29,9
Prikasih Tahun 2015, diketahui perawat
yang bekerjadiruang UGD Rumah Sakit 3. Pekerjaan
Prikasih terbanyak pada perawat dengan
masa kerja lebih dari 5 tahun sebanyak 18 Tidak 50 57,5
responden (60%), dan perawat dengan bekerja
masa kerja kurang dari 5 tahun sebanyak 37 42,5
12 responden (40%). Bekerja

Distribusi frekuensi pengetahuan 4. Efikasi diri


perawat yang bekerja di UGD Rumah
Tidak baik 58 66,7
Prikasih Tahun 2015, didapatkan perawat
dengan pengetahuan dalam kategori tinggi Baik 29 33,3
ada sebanyak 19 orang (763%), sedangkan
perawat dengan pengetahuan dalam 5. Pengalaman
kategori rendah ada sebanyak 11 orang individu
(37%).
Tidak
Distribusi frekuensi pelaksanaan memiliki 55 63,2
triage perawat yang bekerja di UGD
Rumah Prikasih Tahun 2015, didapatkan Memiliki 32 36,8
perawat dengan pelaksanaan triage dalam
kategori baik ada sebanyak 21 orang 6. Pengalaman
(70%), sedangkan perawat dengan orang lain
pelaksanaan triage dalam kategori kurang
baik ada sebanyak 9 orang (30%).
48 55,2
Tidak
menggunaka
Tabel 5 Gambaran jenis kelamin, n 39 44,8
pendidikan, pekerjaan, efikasi diri, menggunaka
n
pengalaman individu, pengalaman
orang lain, konseling kesehatan, status 7. Konseling
kesehatan
emosional pada pasien Diabetes Mellitus
di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Tidak
mendapatkan 64 73,6
tahun 2015.
Mendapatkan 23 26,4 menggunakan Pengalaman Orang Lain

8. Status didapat 48 responden (55,2%) sedangkan


emosional yang menggunakan Pengalaman Orang
Tidak stabil Lain didapat 32 responden (44,8%), Hasil
46 52,9
stabil analisis gambaran Konseling Kesehatan
41 47,1 pada pasien Diabetes Mellitus
Hasil analilis pada table 5 menunjukkan menunjukkan data responden yang tidak
disribusi frekuensi jenis kelamin mendapatkan konseling kesehatan didapat
didapatkan responden perempuan sebanyak 64 responden (73,6%) sedangkan yang
58 responden (66,7%) untuk jenis kelamin mendapatkan konseling kesehatan didapat
laki-laki 29 responden (42,5%), Sedangkan 32 responden (26,4%), Hasil analisis
distribusi frekuensi pendidikan didapatkan gambaran Status Emosional pada pasien
(SD,SMP,SMA) sebanyak 61 responden Diabetes Mellitus menunjukkan data
(70,1%) untuk perguruan tinggi 25 responden yang tidak stabil emosional
responden (29,9%), Hasil penelitian didapat 46 responden (52,9%) sedangkan
pekerjaan dari 87 responden menunjukan yang stabil emosional didapat 41
bahwa responden yang Tidak Bekerja responden (47,1%).
sebanyak 50 (57,5%), sedangkan yang
Bekerja sebanyak 37 (42,5%). Hasil
analisis gambaran Efikasi Diri pada pasien
Diabetes Mellitus menunjukkan data
Analisa Bivariat
responden yang tidak baik Efikasi Dirinya
Tabel 10 Hubungan Umur dengan
didapat 58 responden (66,7%) sedangkan
efikasi diri
yang Baik efikasi Dirinya didapat 29
responden (33,3%) Hasil analisis gambaran No Efikasi Mean P N
diri value
Pengalaman Individu pada pasien Diabetes
1 Baik 52,28 0,953 29
Mellitus menunjukkan data responden Tidak 52,38 58
yang tidak memiliki Pengalaman Individu baik
Rata-rata Umur efikasi diri baik
didapat 55 responden (63,2%) sedangkan
adalah 52,28, sedangkan untuk rata-rata
yang memiliki Pengalaman Individu
umur pada efikasi diri tidak baik adalah
didapat 32 responden (36,8%), Hasil
52,38, Hasil uji statistic di dapatkan nilai
analisis gambaran Pengalaman Orang Lain
p=0,953, artinya pada alpha 5% terlihat
pada pasien Diabetes Mellitus
menunjukkan data responden yang tidak
tidak ada hubungan yang signifikan antara Tabel 12 hubungan pekerjaan dengan
umur dengan efikasi diri. efikasi diri

Tabel 11 hubungan jenis kelamin Efikasi Diri


dengan efikasi diri Pekerjaan Tidak baik Baik
Efikasi diri (n) (%) (n) (%)
Jenis
Tidak baik Baik Tidak baik 35 70,0 15 30,0
kelamin
Baik 23 62,2 14 37,8
(n) (%) (n) (%)
Perempuan 41 70,7 17 29,3 Dari hasil. analisis hubungan
Laki-laki 17 26,4 12 41,4 Pekerjaan dengan efikasi diri pada pasien
diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas
Dari hasil. analisis hubungan jenis
Kecamatan Pasar Minggu diatas
kelamin dengan efikasi diri pada pasien
menunjukkan bahwa dari 50 responden
diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas
yang tidak bekerja terdapat 35 responden
Kecamatan Pasar Minggu diatas
(70,0%) efikasi dirinya tidak baik,.
menunjukkan bahwa dari 58 responden
Sedangkan 15 responden (30,0%) efikai
jenis kelamin perempuan terdapat 41
dirinya baik, pada responden yang Bekerja
responden (70,7%) efikasi dirinya tidak
berjumlah 37 responden, terdapat 23
baik,. Sedangkan 17 responden (29,3%)
responden (62,2%) yang efikasi dirinya
efikai dirinya baik, pada responden yang
tidak baik, sedangkan 14 responden
berjenis kelamin laki-laki berjumlah 29
(37,8%) yang efikasi dirinya baik.
responden, terdapat 17 responden (29,3%)
Hasil uji statistik pada penelitian ini
yang efikasi dirinya tidak baik, sedangkan
didapatkan nilai P value = 0,591 berarti P
12 responden (41,4%) yang efikasi dirinya
value > 0,05 artinya Ha diterima, sehingga
baik.
dapat disimpulkan tidak ada hubungan
Hasil uji statistik pada penelitian ini
yang signifikan antara pekerjaan dengan
didapatkan nilai P value = 0,376 berarti P
efikasi diri pada diabetes mellitus tipe 2 di
value > 0,05 artinya Ha diterima, sehingga
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu.
dapat disimpulkan tidak ada hubungan
yang signifikan antara jenis kelamin
Tabel 13 Hubungan Pendidikan dengan
dengan efikasi diri pada diabetes mellitus
efikasi diri
tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu.
Efikasi Diri Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Pendidikan Tidak Baik Baik diatas menunjukkan bahwa dari 55
(n) (%) (n) (%) responden yang Tidak Memiliki
Rendah 39 63,9 22 36,1 Pengalaman Individu terdapat 31
Tinggi 19 73,1 7 29,9
responden (56,4%) efikasi dirinya tidak
baik,. Sedangkan 24 responden (43,6%)
Dari hasil analisis hubungan
efikai dirinya baik, pada responden yang
Pendidikan dengan efikasi diri pada pasien
Memiliki Pengalaman individu berjumlah
diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas
32 responden, terdapat 27 responden
Kecamatan Pasar Minggu diatas
(84,4%) yang efikasi dirinya tidak baik,
menunjukkan bahwa dari 61 responden
sedangkan 5 responden (15,6%) yang
yang pendidikan rendan terdapat 39
efikasi dirinya baik.
responden (63,9%) efikasi dirinya tidak
Hasil uji statistik pada penelitian ini
baik,. Sedangkan 22 responden (36,1%)
didapatkan nilai P value = 0,015 berarti P
efikai dirinya baik, pada responden yang
value < 0,05 artinya Ho ditolak, sehingga
Pendidikan Tinggi berjumlah 26
dapat disimpulkan ada hubungan yang
responden, terdapat 19 responden (73,1%)
signifikan antara pengalaman individu
yang efikasi dirinya tidak baik, sedangkan
dengan efikasi diri pada diabetes mellitus
7 responden (29,9%) yang efikasi dirinya
tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Pasar
baik.
Minggu.
Hasil uji statistik pada penelitian ini
didapatkan nilai P value = 0,562 berarti P
Tabel 15 Hubungan pengalaman orang
value > 0,05 artinya Ha di terima, sehingga
lain dengan efikasi diri
dapat disimpulkan tidak ada hubungan
yang signifikan antara pekerjaan dengan
efikasi diri pada diabetes mellitus tipe 2 di
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu.

Tabel 14. Hubungan pengalaman


Individu dengan Efikasi Diri

Pengalaman Efikasi Diri


Dari hasil. analisis hubungan Tidak Baik Baik
Individu
Pengalaman Individu dengan efikasi diri (n) (%) (n) (%)
pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Tidak 31 56,4 24 43,6
Memiliki
memiliki 27 84,4 5 15,6
Dari hasil. analisis hubungan
Pengalaman Efikasi Diri
Konsling Kesehatan dengan efikasi diri
Orang Lian Tidak baik Baik
pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di
(n) (%) (n) (%)
Tidak 27 56,3 21 43,7 Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
menggunakan diatas menunjukkan bahwa dari 64
Menggunakan 31 79,5 8 20,5 responden yang Tidak mendapatkan
konseling kesehtan terdapat 38 responden
Dari hasil. analisis hubungan (59,4%) efikasi dirinya tidak baik,
Pengalaman Orang Lain dengan efikasi diri Sedangkan 26 responden (40,6%) efikai
pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di dirinya baik, pada responden yang
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu mendapatkan konseling kesehatan
diatas menunjukkan bahwa dari 48 berjumlah 23 responden, terdapat 20
responden yang Tidak Menggunakan responden (87,0%) yang efikasi dirinya
Pengalaman Orang Lain terdapat 27 tidak baik, sedangkan 3 responden (13,0%)
responden (56,3%) efikasi dirinya tidak yang efikasi dirinya baik.
baik,. Sedangkan 21 responden (43,7%)
Hasil uji statistik pada penelitian ini
efikai dirinya baik, pada responden yang
didapatkan nilai P value = 0,032 berarti P
Menggunakan Pengalaman Orang Lain
value < 0,05 artinya Ho ditolak, sehingga
berjumlah 39 responden, terdapat 31
dapat disimpulkan ada hubungan yang
responden (79,5%) yang efikasi dirinya
signifikan antara konseling kesehatan
tidak baik, sedangkan 8 responden (20,5%)
dengan efikasi diri pada diabetes mellitus
yang efikasi dirinya baik.
tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Pasar
Hasil uji statistik pada penelitian ini
Minggu.
didapatkan nilai P value = 0,040 berarti P
value < 0,05 artinya Ho ditolak, sehingga Tabel 17 Hubungan status emosional
dapat disimpulkan ada hubungan yang dengan efikasi diri
signifikan antara pengalaman orang lain
dengan efikasi diri pada diabetes mellitus
tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu.

Tabel 16 Hubungan konseling kesehatan


dengan efikasi diri
Pengalaman Efikasi Diri
Orang Lian Tidak baik Baik
(n) (%) (n) (%)
Tidak 27 56,3 21 43,7
menggunakan
Menggunakan 31 79,5 8 20,5
tahun dan maksimal 68 tahun. Dilihat dari
Pengalaman Efikasi Diri
Tidak baik Baik karakteristik jenis kelamin hasil penelitian
Orang Lian
(n) (%) (n) (%) dari 87 responden menunjukan bahwa
Tidak 27 56,3 21 43,7 responden perempuan sebanyak 58
menggunakan
(66,7%), sedangkan laki-laki sebanyak 29
Menggunakan 31 79,5 8 20,5
(42,5%). Dilihat dari karakteristik
Dari hasil. analisis hubungan Status
pendidikan hasil penelitian dari 87
Emosional dengan efikasi diri pada pasien
responden menunjukan bahwa responden
diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas
dengan Pendidikan rendah sebanyak 61
Kecamatan Pasar Minggu diatas
(70,1%), sedangkan responden dengan
menunjukkan bahwa dari 46 responden
Pendidikan tinggi sebanyak 25 (29,9%).
yang Tidak stabil status emosionalnya
Dari hasil penelitian berdasarkan
terdapat 25 responden (54,3%) efikasi
karakteristik pekerjaan didapat hasil
dirinya tidak baik,. Sedangkan 21
penelitian dari 87 responden menunjukan
responden (45,7%) efikai dirinya baik,
bahwa responden yang Tidak Bekerja
pada responden yang stabil status
sebanyak 50 (57,5%), sedangkan yang
emosionalnya berjumlah 41 responden,
Bekerja sebanyak 37 (42,5%).
terdapat 33 responden (80,5%) yang efikasi
Dari hasil analisa bivariatuntuk
dirinya tidak baik, sedangkan 8 responden
karekteristik responden tidak terdapat
(19,5%) yang efikasi dirinya baik.
hubungan yang bermakna antara usia,
Hasil uji statistik pada penelitian ini
jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan
didapatkan nilai P value = 0,019 berarti P
dengan efikasi diri pada pasien diabetes
value < 0,05 artinya Ho ditolak, sehingga
mellitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan
dapat disimpulkan ada hubungan yang
Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
signifikan antara Status emosional dengan
Sedangkan untuk factor-faktor yaitu
efikasi diri pada diabetes mellitus tipe 2 di
pengalaman individu, pengalaman orang
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu.
lain, bujukan lisan, status emosional hasil
analisa bivariat untuk pengalaman
individu, pengalaman orang lain, bujukan
SIMPULAN
lisan, status emosional terdapat hubungan
Dari hasil karakteristik responden
yang bermakna dengan efikasi diri pada
bahwa disribusi frekuensi Usia didapatkan
pasien diabetes mellitus tipe 2 di
rata-rata usia responden sebanyak 52,34
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu,
tahun responden dengan umur minimal 40
Jakarta Selatan.
makanan untuk dietnya, menyediakan
SARAN obat, dan transportasi kepelayanan
a. Bagi Pelayanan Kesehatan di kesehatan.
Puskesmas d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi petugas kesehatan selain Hasil penelitian ini dapat digunakan
memberikan pengarahan dan informasi sebagai perbandingan dalam
kepada penderita diabetes mellitus tipe pembuatan penelitian yang sama, baik
2, diharapkan juga memberikan dalam hal jumlah sampel, metode
pengarahan dan informasi mengenai penelitian, materi penelitian dan lain-
penyakit diabetes mellitus tipe 2 dan lain. Diharapkan untuk peneliti
perawatannya kepada keluarga. selanjutnya agar dapat menggunakan
b. Bagi Profesi Keperawatan multivariate agar memperjelas salah
Penelitian ini diharapkan dapat satu dari factor-faktor tersebut mana
memberikan masukan bagi profesi yang lebih berpengaruh terhadap
dalam memberikan bimbingan atau efikasi diri.
penyuluhan kesehatan khususnya
tentang factor-faktor yang DAFTAR PUSTAKA
berhubungan dengan efikasi diri.
American Diabetes Association, 2006,
c. Bagi Masyarakat Diagnosis and Classification of
Diharapkan dapat menjalankan Diabetes Mellitu, Diabetes Care.
perannya sebagai sumber pendukung Anonim, 2009, Diabetes, Diakes 5 Januari
2013.
bagi anggota keluarga yang menderita
http://nadjebb.wordpress.Com/201
penyakit, dengan cara meningkatka n 0/11/10/klasifikasi-diabetes/,.
dukungan yang diberikan kepada Ariani, Y 2011, ‘Hubungan Antara
penderita dengan cara menemani dan Motivasi Dengan Efikasi Diri
Pasien DM Tipe 2 Dalam Konteks
mengingatkan tentang pola makan Asuhan Keperawatan di RSUP.H.
yang baik untuk penderita diabetes Adam Malik Medan’, FKUI,
Jakarta.
mellitus, dukungan informasional
Bandura, A 2006, Guide for constructing
dengan cara menjelaskan tentang
self-efficacy scale, Age Publising,
penyakit, manajemen pengobatan, dan USA.
pentingnya mematuhi diet yang telah Darmono, 2007, Naskah Lengkap :
dianjurkan; dan dukungan Diabetes Mellitus Ditinjau dari Berbagai
Aspek Penyakit Dalam, CV.
instrumental dengan cara membiayai Agung, Semarang.
perawatan pasien, menyediakan
Ehsa, 2010, Diabetes Mellitus (DM), di Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan
askes pada tanggal 23 september Metodelogi Penelitian
2014. http://ehsablog.com/diabetes- Keperawatan, Jakarta.
mellitus-dm-htm.
Notoatmodjo, S 2010, Ilmu Prilaku
Hidayat, AAA 2008, Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Keperawatan dan Teknik Analisa
Data, Salemba Medika, Jakarta. 2005, Metodologi Penelitian
Kesehatan, Rineka Cipta,
Ignatavicus, 2006, Medical Surgical Jakarta.
Nursing Critical Thinking For
collaborative care (5th ed), St. Purwati, L 2013, Hubungan Motivasi
Louis, Missouri. Dengan Efikasi Diri Pasien DM
Tipe 2 Dalam Melakukan
International Diabetes Federation, 2009, Perawatan Kaki, Di unduh tnggal
The IDF Consensus Worldwide 22 september 2014.
Definition Of The Metabolic http//:jkptumpo-gdl-fakultasil-753-
Syndrome, International Diabetes 11-linaema.
Federation, Belgia.
Price, S 2005, Konsep Klinis Proses-proses
Kelana, 2011, Metodologi Penelitian Penyakit, EGC, Jakarta.
Keperawatan, Depok, CV. Trans
Info Media. Setiadi, 2007, Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan, Graha Ilmu,
Kusuma, H 2013, Hubungan Antara Yogyakarta.
Motivasi Dengan efikasi Diri Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Setiati, S 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Persedia Salatiga, Diakses pada Dalam Jilid III Edisi IV, FKUI, Jakarta.
tanggal 22 september 2014.
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php Siswono, 2005, P2M & PL dan
/JKMB/article/view/1105. LITBANGKES, Diunduh pada
tanggal 20 September 2014.
Kott, K 2008, Self-Efficacy Outcome hptt//www.depkes.go.id.
Expectation, Self-Care Behavior
And Glycosylated Hemoglobin Subekti, 2009, Penatalaksanaan Diabetes
Level In Persons Withtype 2 Melitus Terpadu, FKUI, Jakarta.
Dianbets, Diunduh tanggal 23
september 2014. Suegondo, S 2007, Penatalaksanaan
http//proquest.umi.com/pqdweb. Diabetes Melitus Terpadu,
Cetakan ke 7, Pusat Diabetes dan
Nilayanti, R 2013, Pengaruh Pemberian Lipid FKUI, Jakarta.
Beras Merah Terhadap Penurunan
Kadar Glukosa Darah Pada Sulistyaningsih, D 2013, Efektivitas
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Training Efikasi Diri Pada Pasien
Di Rw 05 Sasakpanjang Tajur Penyakit Ginjal Kronik dalam
Halang Bogor, Fakultas Ilmu-Ilmu Meningkatkan Kepatuhan
Kesehatan Universitas Terhadap Intake Cairan, di unduh
Pembangunan Nasional “Veteran” pada tanggal 22 novenber 2014 di
Jakarta, Jakarta. http://jurnal.unissula.ac.id/index.ph
p/majalahilmiahsultanagung/article/
view/69.
Suwarno, W 2010, Pengetahuan Dasar
Kepustakaan, Ghalia Indonesia,
Bogor.
Sarwono, W 2006, Kaki Diabetes, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 3,
Edisi IV, Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.

Wijayaningtyas, T 2013, Hubungan Tugas


Keluarga Dengan Kepatuhan
Menjalankan Diet Pasien Diabetes
Mellitus Tipe II Di Rumah Sakit
Bhayangkara Tk I Raden Said
Sukanto, Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”
Jakarta, Jakarta.

Wantiyah, S 2010, Faktor-faktor yang


mempengaruhi efikasi diri pasien
penyakit jantung koroner dalam
konteks asuhan keperawatan di
RSD dr. soebandi jember, FIK UI,
Depok.

Wong, D 2009, Buku Ajar Keperawatan


Pediatrik Volume 2, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai