Anda di halaman 1dari 12

Makalah Kegiatan

Tentang TRIASE di Instalasi Gawat Darurat

RSUD Cengkareng

Nama : Lismawati
NPM : 08200100136

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2021

1
2
Daftar Isi

1. Pendahuluan...................................................................................................................................4
2. Latar Belakang...............................................................................................................................4
3. Tujuan Umum dan Khusus............................................................................................................7
3.1Tujuan Umum...........................................................................................................................7
3.2Tujuan Khusus..........................................................................................................................7
4. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan...........................................................................................8
4.1Kegiatan Pokok.........................................................................................................................8
4.2Rincian Kegiatan......................................................................................................................8
5. Cara Melaksanakan Kegiatan.........................................................................................................9
6. Sasaran Kegiatan..........................................................................................................................10
7. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan......................................................................................................11
8. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan....................................................................................................11
9. Pencatatan dan Pelaporan.............................................................................................................12

3
1. Pendahuluan

Intalasi Gawat Daurat (IGD) rumah sakit adalah salah satu bagian di rumah sakit yang

menyediakan bantuan awal untuk pasien yang sakit dan cedera, yang dapat terjadi.

Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan pernyataan tentang Standar Instalasi Gawat

Darurat (IGD) Rumah Sakit yang tertuang dalam Kepmenkes RI No. 856 / Menkes / SK / IX /

2009 untuk menetapkan standarisasi pelayanangawat darurat di rumah sakit. Guna

meningkatkan kualitas IGD di Indonesia perlu komitmen Pemerintah Daerah untuk membantu

Pemerintah dengan memberikan informasi kepada mereka bahwa dalam penanganan kegawat

daruratan dan penyelamatan nyawa tidak bisa dilakukan selama 5 menit sebelum masuk ke

IGD.

Triase adalah sistem pembagian klien berdasarkan beratringannya kondisi klien atau

kegawatanya yang membutuhkan tindakan segera. Dalam triage, perawat dan dokter memiliki

batasan waktu (response time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi yang

cepatnya yaitu<10 menit. Istilah-istilah yang lazim digunakan untuk mengembangkan konsep-

konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan  cara-cara yang memungkinkan

sumberdaya manusia, peralatan dan fasilitas yang paling efisien.

2. Latar Belakang

Triase pasien di pelayanan kesehatan kegawat daruratan menjadi perhatian khusus

dunia saat ini (Wolf et al, 2018). Triase adalah prosedur penting dalam Instalasi Gawat

Darurat (IGD) yang melibatkan pemilihan pasien berdasarkan prioritas (Phukubye, 2019).

Tujuan dan fungsi triase adalah untuk mengidentifikasi pasien dengan kondisi yang

mengancam jiwa atau darurat (Aloyce et al, 2014). Triase akan mengurangi waktu tunggu dan

meningkatkan kualitas perawatan pasien (Afaya, 2017). Kesalahan dalam penempatan kamar

triase dapat merugikan pasien, termasuk keterlambatan perawatan dan meningkatkan angka

kematian di IGD (Ali, 2013). Pelayanan kesehatan kegawat daruratan merupakan hak asasi

dan kewajiban yang harus diberikan kepada setiap orang. Pemerintah dan segenap masyarakat

bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan

4
kegawat daruratan sebagai bagian utama dari pembangunan kesehatan dan memiliki system

pelayanan yang terstruktur (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Menurut

Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 pasal 1, Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien

yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan

kecacatan lebih lanjut.

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah suatu unit pelayanan di rumah sakit yang

memberikan pelayanan terhadap masyarakat yang mengalami penyakit akut maupun yang

mengalami trauma sesuai dengan standar yang ditetapkan. Gawat darurat merupakan keadaan

dimana pasien memerlukan pemeriksaan medis segera dan apabila tidak dilakukan

pemeriksaan akan berakibat fatal bagi pasien tersebut (Kartikawati, 2011). Dengan waktu

tunggu yang lama berhubungan erat dengan kualitas triase dan kinerja pelayanan keperawatan

di IGD ( Bukhari et al, 2014). IGD memiliki tujuan yaitu melakukan pelayanan kesehatan

secara optimal bagi pasien secara cepat dan tepat serta terpadu dengan penanganan kegawat

daruratan untuk mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) dengan waktu

penanganan atau respon time selama lima menit dan waktu definitif yang tidak lebih dari dua

jam (Basoki dkk 2008, dalam Yanti dkk, 2011).

Dalam beberapa dekade terakhir, peningkatan frekuensi kunjungan IGD terjadi secara

signifikan di seluruh dunia (Tam HL, 2018). Berbagai laporan dari IGD menyatakan adanya

kepadatan (overcrowding) menyebabkan perlu adanya metode yang efektif dan efisien dalam

penanganan pasien (Shital et al, 2015). Hal ini menyebabkan IGD mempunyai tekanan dan

tanggung jawab besar dalam pengelolaan perawatan pasien (Wolf et al, 2018). Ketepatan

dalam menentukan kriteria triase dapat memperbaiki prosedur pasien yang datang ke IGD,

menjaga sumber daya unit agar dapat fokus menangani kasus yang benar-benar gawat, dan

mengalihkan kasus tidak gawat darurat ke fasilitas kesehatan yang sesuai (Soontorn et al,

2018).

Tekanan dan tanggung jawab besar akan mempengaruhi kinerja semua petugas

kesehatan di IGD (Sherafat A, 2019). Selain itu, fasilitas yang kurang memadai seperti bed

pasien, alat-alat kesehatan yang kurang, jumlah petugas yang kurang memadai serta

5
kecakapan petugas dalam menangani kasus pasien akan sangat berpengaruh dalam

keberhasilan perawatan di IGD (Ali et al, 2013).

Kondisi IGD yang padat dengan kedatangan pasien dan kedatangan pasien tidak bisa di

prediksi menjadikan sumber daya yang ada di IGD tidak seimbang dengan kepadatan pasien

yang masuk. Kepadatan ini menurut Institute of Medicine (IOM) di Amerika Serikat dianggap

sebagai krisis nasional. Kepadatan pasien IGD selain mengupayakan keselamatan pasien, juga

mengancam privasi pasien, dan membuat frustasi staf IGD sehingga proses triase sebagai

suatu kebutuhan, bukan sekedar pemenuhan standar (Danusananatyo, 2016).

Berdasarkan data kunjungan pasien masuk ke IGD di Indonesia pada tahun 2007,

pasien masuk ke IGD di Indonesia sebanyak 4.402.205 pasien (13,3% dari total seluruh

kunjungan di RSU dengan jumlah kunjungan 12% dari kunjungan IGD berasal dari rujukan

dengan jumlah Rumah Sakit Umum sebanyak 1.033 dari 1.319 jumlah Rumah Sakit Umum

yang ada (Keputusan Menteri Kesehatan, 2009).

Sebagian besar rumah sakit di Indonesia masih menggunakan system triase yang

mengadaptasi dari triase bencana, dengan membuat kategori cepat dengan warna hitam,

merah, kuning, dan hijau. Hitam dikategorikan untuk pasien meninggal, merah dikategorikan

untuk pasien gawat (ada gangguan jalan nafas, pernafasan, atau sirkulasi), kuning

dikategorikan untuk pasien darurat, dan sisanya kategori hijau. Sistem ini tidak cocok

digunakan di IGD rumah sakit modern karena rumah sakit modern memerlukan evidence-

based medicine atau kedokteran berbasis bukti (Danusananatyo, 2016).

Perawat dalam institusi rumah sakit merupakan suatu bagian dari seluruh proses

pelayanan yang mempunyai peranan sangat besar. Selain itu perawat juga memiliki tempat

yang penting dalam persentase layanan kesehatan, secara alami perawat mengembangkan

model seperti: sikap terhadap organisasi rumah sakit dalam profesi keperawatan dan sikap

terhadap pekerjaan dan lingkungan kerja (Damiler & Sarlak, 2009). Menurut Departemen

Kesehatan Republik Indonesia (2006), perawat merupakan salah satu petugas kesehatan IGD

dalam suatu rumah sakit yang juga dapat berperan penting dalam penanganan pasien

kegawatdarurat di IGD. Seorang perawat IGD harus mampu bekerja dalam menanggulangi

6
semua kasus gawat darurat, maka dari itu dengan adanya pelatihan kegawatdaruratan

diharapkan setiap perawat IGD selalu mengupayakan efisiensi dan efektifitas dalam

memberikan pelayanan.

Kemampuan perawat dalam melakukan triase sangat berpengaruh terhadap tingkat

keberhasilan pertolongan pada saat pasien mengalami kegawat daruratan. Ketepatan perawat

dalam melaksanakan triase juga dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain pengetahuan

perawat tentang triase, masa kerja perawat, sikap perawat, dan keterampilan perawat.

Pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas IGD sangat dibutuhkan dalam pengambilan

keputusan klinis agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan pemilihan berdasarkan triase

sehingga dalam penanganan pasien bisa lebih optimal dan terarah. (Oman, 2008).

Perawat triase merupakan orang pertama yang menerima pasien di ruang IGD, interaksi

perawat dengan pasien yang ada di IGD akan mempengaruhi seluruh pasien yang ada di IGD

dan menjadi sangat penting pada kondisi jumlah kunjungan pasien yang banyak. Perawat

triase mengklasifikasikan pasien berdasarkan kebutuhan dasar mereka untuk mendapatkan

pelayanan medis dimana pasien dengan kebutuhan medis tertinggi akan diberikan prioritas

pertolongan pertama (Aloyce et al, 2014).

3. Tujuan Umum dan Khusus

3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat dengan meningkatkan ketrampilan petugas di Instalasi Gawat Darurat (IGD)

RSUD Cengkareng, Jakarta Barat.

3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan pelaksanaan triase oleh perawat pelaksana di Instalasi Gawat Darurat

RSUD Cengkareng, Jakarta Barat.

b. Meningkatkan tingkat keterampilan perawat pelaksana dalam pelaksanaan triase di

Instalasi Gawat Darurat RSUD Cengkareng, Jakarta Barat.

7
4. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan

4.1 Kegiatan Pokok

Triage adalah suatu sistem pembagian atau klasifikasi pasien berdasarkan berat atau

ringannya kondisi pasien atau kegawatan yang memerlukan tindakan segera. Dalam

triage, perawat maupun dokter mempunyai batasan waktu (response time) untuk

mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya yaitu < 10 menit. Istilah triage

lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan

terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia,

peralatan, serta fasilitas yang paling efisien terhadap hampir 100 juta orang yang

memerlukan pertolongan di Instalasi Gawat Darurat setiap tahunnya

(Pusponegoro,2010). Triage yang akurat merupakan kunci untuk tindakan yang efisien di

IGD (Manitoba Health, 2010). Penatalaksanaan pada kondisi darurat didasarkan pada

respon klinis daripada urutan kedatangan (ACEM, 2005). Pasien dengan prioritas rendah

akan menunggu lebih lama untuk penilaian dan pengobatan (Manitoba Health, 2010).

Triage memiliki fungsi penting di IGD, dimana banyak pasien dapat hadir secara

bersamaan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa pasien dirawat sesuai urutan

urgensi klinis mereka yang mengacu pada kebutuhan 20 untuk intervensi waktu kritis.

Urgensi klinis tidak identik dengan kompleksitas atau tingkat keparahan. Triage juga

memungkinkan untuk alokasi pasien untuk penilaian dan pengobatan daerah yang paling

tepat, dan memberikan kontribusi informasi yang membantu untuk penanganan kasus

lebih lanjut (ACEM, 2005).

4.2 Rincian Kegiatan

Tujuan triage adalah memilih atau menggolongkan semua pasien yang datang ke IGD

dan menetapkan prioritas penanganan. Triage terbagi atas Single Patient Triage dan

Routine Multiple Casualty Triage. a. Single Patient Triage Menurut pusponegoro (2011),

triage tipe ini dilakukan terhadan satu pasien pada fase pra-rumah sakit maupun pada

fase rumah sakit di IGD dalam day to day emergency dimana pasien dikategorikan

8
kedalam pasien gawat darurat (true emergency) dan pasien bukan gawat darurat (false

emergency). Dasar dari cara triage ini adalah menanggulangi pasien yang dapat

meninggal bila tidak dilakukan resusitasi segera. Single Patient Triage dapat juga dibagi

dalam kategori sebagai berikut:

Routine Multiple Casualty Triage. a) Simple triage and rapid treatment (START) Dalam

Hospital Preparedness for Emergency & Disaster (2007) dinyatakan bahwa sistem ini

ideal untuk Incident korban 22 masal tetapi tidak terjadi functional collapse rumah sakit.

Ini memungkinkan paramedik untuk memilah pasien mana yang perlu dievakuasi lebih

dulu ke rumah sakit. Prinsip dari START adalah untuk mengatasi ancaman nyawa, jalan

nafas yang tersumbat dan perdarahan masif arteri. START dapat dengan cepat dan akurat

tidak lebih dari 60 detik perpasien dan mengklasifikasi pasien kedalam kelompok terapi:

a. Hijau: pasien sadar dan dapat jalan dipisahkan dari pasien lain, walking wounded

dan pasien histeris.

b. Kuning/delayed: semua pasien yang tidak termasuk golongan merah maupun hijau.

c. Merah/immadiate (10%-20% dari semua kasus): semua pasien yang ada gangguan

airway, breathing, circulation, disability and exprosure. Termasuk pasien-pasien

yang bernafas setelah airway dibebaskan, pernafasan >30 kali permenit, capillary

refill > 2detik.

d. Hitam: meninggal dunia

5. Cara Melaksanakan Kegiatan

5.1 Petugas Penanggung Jawab

a. Dokter jaga IGD

b. Perawat Pelaksana

5.2 Perangkat Kerja

a. Stetoscope

b. Tensimeter

c. Form Triage

9
d. Alat Pelindung Diri (APD)

5.3 Tata Laksana Pelayanan Triage IGD

a. Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian admission.

b. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan singkat pada pasien secara lengkap dan

menentukan prioritas penanganan

c. Pemeriksaan singkat dan cepat ini meliputi pemeriksaan kondisi umum, tanda-

tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, pernapasan), kebutuhan medis, dan

kemungkinan bertahan hidup. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter akan

menentukan kategori warna triase yang sesuai untuk kondisi pasien.

d. Jika berada di kategori merah, pasien akan langsung diberikan tindakan medis di

ruang resusitasi, dan bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, pasien akan

dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.

e. Jika berada di kategori kuning, pasien bisa dipindahkan ke ruang observasi. Pasien

dalam kategori ini akan ditangani setelah pasien kategori merah selesai.

f. Sedangkan pasien dengan kategori hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, dan jika

kondisinya memungkinkan pasien dapat diperbolehkan untuk pulang.

g. Untuk pasien yang sudah meninggal, yaitu kategori hitam, bisa langsung

dipindahkan ke ruang jenazah.

h. Status triase ini akan dinilai ulang secara berkala, karena kondisi pasien dapat

berubah sewaktu-waktu. Apabila kondisi pasien berubah, dokter juga akan segera

melakukan triase ulang (retriase). Sebagai contoh, pasien yang berada dalam

kategori kuning bisa berpindah ke kategori merah ketika kondisinya bertambah

parah.

6. Sasaran Kegiatan

a. Resusitasi adalah pasien yang datang dengan keadaan gawat darurat dan mengancam

nyawa serta harus mendapat penanganan resusitasi segera.

10
b. Emergency adalah pasien yang datang dengan keadaan gawat darurat karena dapat

mengakibatkan kerusakan organ permanen dan pasien harus ditangani dalam waktu

maksimal 10 menit.

c. Urgent adalah pasien yang datang dengan keadaan darurat tidak gawat yang harus

ditangani dalam waktu maksimal 30 menit.

d. Non-urgent adalah pasien yang datang dalam kondisi tidak gawat tidak darurat dengan

keluhan yang ringan-sedang, tetapi mempunyai kemungkinan atau dengan riwayat

penyakit serius yang harus mendapat penanganan dalam waktu 60 menit.

e. False emergency adalah pasien yang datang dalam keadaan tidak gawat tidak darurat

dengan keluhan ringan dan tidak ada kemungkinan menderita penyakit atau riwayat

penyakit yang serius.

7. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Untuk memperlancar kegiatan ini dibuat skedul di bawah ini :

2021 2022
No Kegiatan De Ja Me Se No

Nov s n Feb Mar Apr i Jun Jul Ags p Okt v Des


Pembentukan
1
Tim IGD √
Pembentukan
2
SK Tim √
Pelaksanaan
3
Kegiatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Membuat Lap
4
Kegiatan √
Evaluasi
5
Kegiatan √

8. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan

Setiap kegiatan yang tercantum dalam jadwal kegiatan dilakukan evaluasi. Jadwal nomor 1

dan 2 dilakukan oleh kepala perawat RSUD Cengkareng sedang 3 sampai 5 dilakukan oleh

perawat (tim ) untuk dilaporkan kepada kepala perawat RSUD Cengkareng.

11
9. Pencatatan dan Pelaporan

Dokumentasi yang diperlukan dalam kegiatan ini Kerangka Acuan Kegiatan, SPO Kegawat

Daruratan, bukti pelayanan kegiatan. Pelaporan dilakukan oleh tim setelah selesai kegiatan

pelayanan kepada kepala perawat RSUD Cengkareng 2kali dalam 1 tahun. Evaluasi dilakukan

setelah pelaporan untuk peningkatan pelayanan selanjutnya.

12

Anda mungkin juga menyukai