Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Keselamatan pasien merupakan isu global yang paling penting saat ini, banyak
laporan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada pasien (Ernawati,
2017). Keselamatan pasien adalah prinsip dasar dalam pelayanan kesehatan
(Najihah, 2018). Keselamatan pasien merupakan sesuatu yang jauh lebih penting
daripada sekedar efisiensi pelayanan. Berbagai risiko akibat tindakan medik dapat
terjadi sebagai bagian dari pelayanan kepada pasien (Iskandar, 2017).
Keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan mendapatkan banyak
perhatian sejak Institute of Medicine (IOM) pada tahun 2000 menerbitkan laporan
yang berjudul “To Err is Human: Building a Safer Health System” yang
mengemukakan angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh
Amerika berjumlah 44.000-98.000 orang pertahun (Najihah, 2018).
Menurut laporan National Patient Safety Incident Reports pada tahun 2017
dalam rentang Januari – Maret 2017 angka kejadian keselamatan pasien yang
dilaporkan dari negara Inggris sebanyak 1.861.581 kejadian. Publikasi WHO pada
tahun 2004 telah telah mengumpulkan angka-angka penelitian dan menemukan
KTD dengan rentang 3,2 – 16,6% di berbagai negara yaitu Amerika, Inggris,
Denmark dan Australia (Najihah, 2018). Lebih dari 40.000 insiden keselamatan
pasien terjadi di Inggris setiap hari (Sulistiani, 2015). Data tersebut menjadi
pemicu di berbagai negara untuk melakukan penelitian dan mengembangkan
sistem keselamatan pasien (Mua, 2016).
Selanjutnya World Health Organization (WHO) (2014) mengungkapkan
fakta mengejutkan yang menyatakan bahwa 1 dari 10 pasien di Negara
berkembang termasuk Indonesia mengalami cedera pada saat menjalani
pengobatan di rumah sakit. Di Indonesia Laporan Insiden Keselamatan Pasien
menemukan adanya pelaporan kasus KTD (14,41%) dan KNC (18,53%) yang
disebabkan karena proses atau prosedur klinik (9,26%), medikasi (9,26%), dan
pasien jatuh (95,15%) (KKPRS, 2011).

UPN "VETERAN" JAKARTA


2

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) 2013, terkait dengan


prevalensi cedera penduduk pada semua umur menurut provinsi tahun 2013,
Sumatera Barat mencapai angka kejadian cedera 7,8%, DKI Jakarta mencapai
9,8%, Sulawesi Selatan termasuk angka cedera tertinggi yaitu 12,8%. Meskipun
angka kejadian cedera di daerah Sumatera Barat masih di bawah angka rata-rata
yaitu 7,8% jika dibandingkan dengan angka rata-rata kejadian diseluruh provinsi
di Indonesia tahun 2013 yaitu 8,2%.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada bulan Juni 2019
adalah di dalam ruang ICU RSAL Dr. Mintohardjo tidak pernah mengalami
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), namun sering terjadi kesalahan pemberian
obat dari farmasi seperti obat yang sudah kadaluwarsa, salah obat dan tidak
berlabel, salah pemberian alat untuk tindakan pasien, jarangnya pihak rumah sakit
mengontrol keadaan alat-alat di ruang ICU, adanya kesalahan persepsi dengan
dokter. Hal-hal tersebut walau sudah dapat ditangani sebelum menyentuh pasien
namun hal tersebut dapat menyebabkan insiden jika perawat tidak segera
mengetahuinya dan cepat tanggap.
Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal
tersebut terkait dengan terjadinya Insiden Keselamatan Pasien (IKP) di rumah
sakit (Najihah, 2018). Hal tersebut diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri
Kesehatan No. 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien yang menyebutkan
bahwa Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien
lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,
pelaporan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindakan
selanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Salah satu tujuan keselamatan pasien yaitu menurunnya KTD yang
merupakan bagian dari insiden keselamatan pasien. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka disusunlah Sasaran Keselamatan Pasien yang bertujuan mendorong
perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien (Najihah, 2018). Penyusunan
sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO
Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien

UPN "VETERAN" JAKARTA


3

Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International
(JCI).
Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 13 ayat 3
menjelaskan bahwa “Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus
bekerja sesuai dengan standar profesi,standar pelayanan Rumah Sakit, standar
prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan
mengutamakan keselamatan pasien.” Pasal tersebut dengan tegas menyebutkan
bahwa keselamatan pasien menjadi salah satu asas dalam penyelenggaraan
rumah sakit dan sekaligus juga menjadi salah satu hak pasien selama dalam
perawatan di rumah sakit.
Dalam Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal
24 secara jelas menyebutkan bahwa tenaga kesehatan harus memenuhi
ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan,
standar pelayanan, dan standar prosedur operasional. Hal ini berarti bahwa
kewajiban tenaga kesehatan untuk menerapkan keselamatan pasien
merupakan amanat Undang-Undang Kesehatan dan Undang-Undang Rumah
Sakit. Apabila tenaga kesehatan melakukan pelanggaran dalam implementasi
keselamatan pasien, dapat dikenakan sangsi sesuai ketentuan UU tersebut.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 1291/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit yang menjadi tonggak utama operasionalisasi keselamatan
pasien di rumah sakit seluruh Indonesia. Dalam peraturan ini dikatakan insiden
keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian yang
tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada
pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera
(KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC).
Pada saat ini, kualitas pelayanan kesehatan memasuki era patient safety
sebagai fokus utamanya. Keselamatan pasien sudah menjadi masalah kesehatan
masyarakat di dunia. Pelayanan kesehatan yang tidak aman dan tidak berkualitas
akan meningkatkan terjadinya mordibitas dan mortalitas serta beban finansial
bagi sistem kesehatan dan masyarakat. Patient safety merupakan bagian dari
konsep Patient Centered Care (PCC). Konsep Patient Centered Care (pelayanan

UPN "VETERAN" JAKARTA


4

berpusat kepada pasien) sudah diterapkan banyak rumah sakit di negara maju.
Patient Centered Care (PCC) lebih menghargai sentuhan dan tidak hanya sekedar
berbicara dengan pasien, PCC tidak hanya mengedepankan teknologi, tapi lebih
memperhatikan pentingnya interaksi diantara individu (Atmaja, 2018).
Konsep PCC sebenarnya sudah ada sejak lama, namun penerapannya masih
sangat susah dilaksanakan oleh banyak rumah sakit di Indonesia. Menurut
Australian Commision on Safety and Quality in Health Care (ACSQHC) Patient
Centered Care (PCC) adalah suatu pendekatan inovatif terhadap perencanaan,
pemberian, dan evaluasi atas pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
kemitraan yang saling menguntungkan antara pemberi layanan kesehatan, pasien
dan keluarga. Patient Centered Care diterapkan kepada pasien dari segala
kelompok usia, dan bisa dipraktekkan dalam setiap bentuk pelayanan kesehatan
(Lumenta, 2012). Setianingsih (2018) dalam jurnalnya menyebutkan 8 dimensi
Patient Centered Care menurut Picker Institute terkait kebutuhan perawatan
pasien yaitu menghormati nilai dan kebutuhan pasien; partisipasi keluarga dan
teman; informasi, komunikasi dan edukasi; asuhan berkelanjutan; askes terhadap
pelayanan; integrasi dan koordinasi; kenyamana fisik dan manajemen nyeri,
dukungan emosional (Tzelepis F., dkk., 2015)
Aspek dalam konsep inti PCC ini jika diterapkan secara mendalam dan baik
maka akan tercapai pelayanan kesehatan yang baik serta resiko terjadinya insiden
keselamatan pasien dalam suatu rumah sakit dapat berkurang. (Framptom, 2008)
Perawat sebagai bagian dari tenaga Professional Pemberi Asuhan (PPA) di Rumah
Sakit, berperan penting dalam fungsi rumah sakit. Perawat memiliki kontak
terbanyak dengan pasien. Luasnya peran perawat memungkinkan terjadinya resiko
kesalahan pelayanan (Mua, 2016). PCC yang berkualitas akan meningkatkan
mutu asuhan keperawatan dan kualitas hidup pasien (Atmaja, 2018). Dalam
penerapan PCC, asuhan keperawatan di rumah sakit harus melibatkan semua
aspek yang terkait rumah sakit, mulai dari pimpinan, dokter, perawat, sampai
tenaga non-medis. Strategi – strategi yang dapat dilakukan dalam implementasi
PCC yaitu : pelatihan leadership, pemberian reward dan insentif dan pelatihan
untuk quality improvement (Atmaja, 2018). Implementasi PCC di ruang Intensive
Care Unit (ICU) menjadi komponen penting, karena asuhan keperawatan yang

UPN "VETERAN" JAKARTA


5

diberikan di ICU berbeda dengan perawatan lainnya. ICU merupakan unit khusus
untuk perawatan pasien kritis, dengan lingkungan perawatan yang kritis dan
tuntutan untuk melakukan perawatan, biologis, psikologis dan social dalam
perawatan pasien ICU (Jakimowicz S. & Perry L., 2015). Kompleksitas dari
perawatan di ruang ICU dapat menimbulkan kecemasan tersendiri bagi pasien
maupun keluarga. Kondisi ruang perawatan yang terpisah dari dunia luar,
banyaknya peralatan canggih, serta mesin bantuan nafas dipersepsikan oleh
keluarga dan pasien ICU sebagai ruangan yang stresfull (Setianingsih, 2018). PCC
juga meningkatkan status kesehatan dan meningkatkan efisiensi perawatan dengan
mengurangi tes diagnostik dan perujukan (Rusmawati, 2016). Menurut
Setianingsih, dkk (2018) perawatan pasien kritis di ICU berpotensi terjadi
dehumanisai pada pasien, kondisi pasien penurunan kesadaran, karena pasien
yang dipegang oleh lebih dari 1 dokter, dan adanya pelayanan keperawatan yan
terfragmentasi. Selain itu di ICU beresiko terjadi kejadian tidak diharapkan
(KTD).

I.2 Rumusan Masalah


I.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, sasaran keselamatan pasien merupakan
hal yang sangat penting untuk mencegah terjadinya insiden. Laporan Insiden
Keselamatan Pasien telah meneemukan adanya pelaporan kasus KTD (14,41%)
dan KNC (18,53%) yang disebabkan karena proses atau prosedur klinik (9,26%),
medikasi (9,26%), dan pasien jatuh (95,15%). (KKPRS, 2011)
Studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada bulan Juni 2019
adalah di dalam ruang ICU RSAL Dr. Mintohardjo tidak pernah mengalami
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), namun sering terjadi kesalahan pemberian
obat dari farmasi seperti obat yang sudah kadaluwarsa, salah obat dan tidak
berlabel, salah pemberian alat untuk tindakan pasien, jarangnya pihak rumah sakit
mengontrol keadaan alat-alat di ruang ICU, adanya kesalahan persepsi dengan
dokter.
Kesalahan atau insiden tersebut dapat terjadi akibat perawat maupun tenaga
kesehatan lainnya akibat tidak menerapkannya konsep Patient Centered Care

UPN "VETERAN" JAKARTA


6

PCC) serta mengacuhkan kebijakan mengenai sasaran keselamatan pasien yang


telah ditetapkan oleh rumah sakit atau layanan kesehatan lainnya, jika perawat
dapat patuh dalam mengimplementasikan konsep Patient Centered Care (PCC)
dengan baik maka kesalahan dalam keselamatan pasien dapat berkurang.

I.2.2 Pertanyaan Penelitian


a. Bagaimana gambaran karakteristik (usia, jenis kelamin, pendidikan, lama
kerja di ICU, dan pelatihan PCC) responden di ruang ICU RSAL Dr.
Mintohardjo Jakarta Pusat?
b. Bagaimana gambaran implementasi Patient Centered Care (PCC) di
ruang ICU RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat?
c. Bagaimana gambaran insiden keselamatan pasien di ruang ICU RSAL
Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat?
d. Bagaimana hubungan karakteristik (usia, jenis kelamin, pendidikan, lama
kerja di ICU, dan pelatihan PCC) responden dengan insiden keselamatan
pasien di ruang ICU RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat?
e. Bagaimana hubungan implementasi Patient Centered Care (PCC)
dengan insiden keselamatan pasien di ruang ICU RSAL Dr. Mintohardjo
Jakarta Pusat?

I.3 Tujuan Penelitian


I.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan implementasi
Patient Centered Care (PCC) dengan insiden keselamatan pasien di ruang ICU
RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat.

I.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:
a. Mengetahui gambaran karakteristik (usia, jenis kelamin, pendidikan,
lama kerja di ICU, dan pelatihan PCC) responden di ruang ICU RSAL
Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat.

UPN "VETERAN" JAKARTA


7

b. Mengetahui gambaran implementasi Patient Centered Care (PCC) di


ruang ICU RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat.
c. Mengetahui gambaran insiden keselamatan pasien di ruang ICU RSAL
Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat.
d. Mengetahui hubungan karakteristik (usia, jenis kelamin, pendidikan,
lama kerja di ICU, dan pelatihan PCC) responden dengan insiden
keselamatan pasien di ruang ICU RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat.
e. Mengetahui hubungan implementasi Patient Centered Care (PCC)
dengan insiden keselamatan pasien di ruang ruang ICU RSAL Dr.
Mintohardjo Jakarta Pusat.

I.4 Manfaat Penelitian


I.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai informasi mengenai insiden
keselamatan pasien terutama mengenai implementasi Patient Centered Care
(PCC). Penelitian ini juga dapat dijadikan bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya
mengenai hubungan implementasi Patient Centered Care (PCC) dengan
terjadinya insiden keselamatan pasien.

I.4.2 Manfaat Praktis


a. Bagi Rumah sakit
Penelitian ini dapat menjadi masukan dalam merencanakan program
yang berkaitan dengan standar keselamatan pasien melalui konsep
Patient Centered Care (PCC) di rumah sakit.
b. Bagi Lembaga Pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan sumber rujukan dan dasar pengembangan
riset yang berhubungan dengan implementasi Patient Centered Care
(PCC) dengan insiden keselamatan pasien.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan pengukur kemampuan peneliti dalam
menemukan, mengembangkan dan menganalisa fenomena yang ada.
Peneliti dapat menambah ilmu dalam menerapkan konsep Patient

UPN "VETERAN" JAKARTA


8

Centered Care (PCC) untuk mencegah terjadinya insiden keselamatan


pasien.

I.5 Ruang Lingkup


Penelitian ini dilakukan di ruang ICU RSAL Dr. Mintohardjo dengan
sasaran perawat di ruang ICU rumah sakit tersebut. Peneliti akan meneliti apakah
Patient Centered Care (PCC) sudah diterapkan dengan baik serta hubungannya
dengan insiden keselamatan pasien

UPN "VETERAN" JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai