Anda di halaman 1dari 9

MENGANALISIS PELAKSANAAN SASARAN KESELAMATAN

PASIEN DALAM GANGGUAN MOBILITAS


TRI AYUNDA /181101019
Email : triayunda85@gmail.com
ABSTRAK
Dalam melakukan keselamatan pasien perlu merencanakan atau menganalisis pelaksanaan sasaran
keselamatan pasien dalam gangguan mobilitas merupakan proses dalam sRumah Sakit dalam
memberikan asuhan keperwatan pasien yang lebih aman. Termasuk risiko, identifikasi, dan
manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan
menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi timbulnya risiko. Metode: metode
yang digunakan adalah metode kualitatif, eksplorasi bebas dan literatureview yaitu untuk menggali
informasi tentang perencanaan menganalisis pelaksanaan sasaran keselamatan pasien dalam gangguan
mobilit merupakan upaya yang di lakukann untuk meningkatkan kualitas keselamatan pasien di rumah
sakit. Penyeluruhan dalam metode ini adalah tujuh langkah dalam penerapan. keselamatan pasien.
Hasil : Hasil dari metode ini adalag mengetahui langkah-langkah menuju keselamatan pasien untuk
meningkatkan keselamatan pasien adalah rumah sakit. Tujuan : adalah Terciptanya budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, banyaknya kesalahan dalam menjaga pelayanan mutu keselamatan
pasien di rumah sakit maka budaya keselamatan pasien sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
keselamatan pasien sehingga menjadikan pelaksaan keselamatan pasien merupakan budaya dalam
melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan, Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap
keselamatan pasien yaitu dengan membuat peraturan-peraturan rumah sakit yang membuat kualitas
keselamatan pasien di rumah sakit meningkat dan angka kejadian kesalahan di rumah sakit.
kata kunci : Gangguan Mobilitas, keselamatan pasien, sasaran pelaksanaan keselamatan pasien.

LATAR BELAKANG orang menderita stroke yang pertama kali


setiap tahun, dengan sepertiga dari kasus
Stroke adalah gangguan fungsi sistem ini atau sekitar 6,6 juta mengakibatkan
saraf pusat yang terjadi secara mendadak kematian (3,5 juta perempuan dan 3,1 juta
dapat berupa tersumbatnya pembuluh laki-laki). Stroke merupakan masalah
darah otak atau pecahnya pembuluh darah besar di negara-negara berpenghasilan
diotak dan ini biasanya disebabkan oleh rendah daripada di negara berpenghasilan
gangguan pembuluh darah di otak. Gejala tinggi. Lebih dari 81% kematianakibat
ini berlangsung cepat berkembang dalam stroke terjadi di negara-negara
24 jam atau lebih yang dapat berpenghasilan rendah Presentase
menyebabkan kematian yang disebabkan kematian dini karna stroke naik menjadi
karena gangguan peredaran darah otak 94% pada orang dibawah usia 70 tahun.
non-traumatik (Rizaldy, 2010). Stroke Menurut Depkes (2016) disebutkan bahwa
merupakan masalah yang serius didunia dari 10 penyebab kematian utama
karena dapat menyebabkan kecacatan fisik berdasarkan sample regristrasi sistem
dalam jangka waktu yang cukup lama dan (SRS) diantaranya adalah penyakit tidak
kematian secara tiba-tiba (Pugh, Mathiesen menular (PTM) yaitu stroke di nomor
& Meighan, 2009) .Menurut data World pertama, urutan kedua penyakit jantung
Health Organization (WHO, 2016) bahwa koroner dan ketiga diabetes melitus. Di
stroke merupakan penyebab kedua Indonesia, jumlah penderita stroke.
kematian dan penyebab keenam yang Keselamatan pasien merupakan sistem
paling umum dari cacat. Sekitar 15 juta
yang bertujuan untuk memberikan asuhan dapat mencapai level optimal jika tidak
terhadap pasien secara aman sebagai upaya didukung dengan sarana prasarana,
mencegah kejadian yang tidak diinginkan manajemen rumah sakit dan tenaga
(Kemenkes, 2011). kesehatan lainnya (Yuliana, 2013).
Pengurangan Risiko JatuhJumlah kasus Pasien yang dirawat di rumah sakit
jatuh cukup bermakna sebagai penyebab mempunyai hak untuk mendapatkan
cidera bagi pasien rawat inap. Mengingat asuhan pasien yang aman melalui suatu
risiko pasien jatuh sangat besar maka sistem yang dapat mencegah terjadinya
sebagai perawat perlu memikirkan kejadian yang tidak diharapka atau KTD.
berbagai cara untuk mengurangi terjadinya Oleh karena itu pelaksanaan program
hal tersebut. Hal ini dilakukan dengan pasien safety harus dapat diterapkan
tujuan pasien tidak perlu di rawat di dengan baik (Setyarini, 2010).
Rumah Sakit lebih lama akibat komplikasi Keselamatan (safety) telah menjadi isu
jatuh. Hasil penelitian menunjukkan lebih global termasuk juga untuk rumah sakit.
dari setengah perawat telah menerapkan Ada lima isu penting yang terkait dengan
usaha pencegahan jatuh dengan menaikkan keselamatan di rumah sakit yaitu
pengaman atau pembatas tempat tidur. keselamatan pasien (patient safety) ,
Pemasangan pengaman tempat tidur sangat keselamatan pekerja atau petugas
penting disediakan terutama pada pasien kesehatan, keselamatan bangunan dan
dengan kesadaran menurun dan gangguan peralatan di rumah sakit yang bisa
mobilitas. Perawat juga sudah meletakkan berdampak terhadap keselamatan pasien
bel di dekat pasien dan menganjurkan dan petugas, keselamatan lingkungan yang
pasien untuk menggunakan bel bila berdampak terhadap pencemaran
memerlukan bantuan, supaya tidak terjadi lingkungan dan keselamatan bisnis rumah
hal-hal tidak terduga yang mengakibatkan sakit yang terkait dengan kelangsungan
pasien jatuh ataumembuat cidera baru. hidup rumah sakit. Oleh karna itu
Selain itu, perawat memberikan tanda atau diperlukan adanya suatu sasaran dari
etiket atau label pada tangan pasien dan keselamatan pasien yang mendorong
tanda segitiga berwarnakuning yang di perbaikan spesifik dalam keselamatan
letakkan di sisi tempat tidur untuk pasien pasien (Yuliana, 2013). Dalam sarana
risiko jatuh. Tenaga keperawatan pelayanan kesehatan rumah sakit dalam
merupakan salah satu bagian dari tenaga hal ini terdapat berbagai pasien dengan
kesehatan secara umum. Tenaga kesehatan berbagai keadaan dan berbagai macam
secara umum, terdiri dari: tenaga medis, kasus penyakit. Tiap-tiap pasien adalah
tenaga keperawatan, tenaga paramedis suatu pribadi yang unik dengan berbagai
non-keperawatan dan tenaga non medis. kelainan dan kekhasan masing-masing.
Tenaga kesehatan yang bekerja di rumah Dalam hal kasus penyakit terdapat juga
sakit, dari semua katagori, tenaga berbagai macam kondisi pasien yang akan
perawatan merupakan tenaga terbanyak berpengaruh terhadap cara pemberian
dan waktu kontak lebih lama dengan pelayanan dan perawatan yang diberikan
pasien dibandingkan dengan tenaga karena kondisi pasien yang sarat risiko.
kesehatan yang lain, serta berada pada Salah satu risiko yang mungkin timbul
semua setting pelayanan kesehatan adalah pasien jatuh ( fall) (Setyarini,
sehingga tenaga perawatan mempunyai 2010). Kejadian pasien jatuh di rumah
peranan penting terhadap mutu pelayanan sakit merupakan masalah yang serius
di rumah sakit. Kerja keras perawat tidak karena dapat menyebabkan cedera ringan
sampai kematian, serta memperpanjang komponen dalam organisasi akan bekerja
lama perawatan (Length of Stay/ LOS) di dengan memperhatikan keselamatan
rumah sakit dan biaya perawatan menjadi (Cahyono, 2008). Mutu pelayanan sebagai
lebih besar. Jatuh yan paling sering hasil dari sebuah sistem dalam organisasi
menimbulkan trauma dan injury (AIG pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh
Consultant, 2008; dikutip Nabhani, 2011). komponen struktur dan proses. Organisasi
(struktur dan budaya), manajemen, sumber
METODE daya manusia, teknologi, peralatan,
Jenis dan rancangan dalam metode ini finansial adalah komponen dari struktur.
adalah kualitatif, eksplorasi bebas dan Proses pelayanan, prosedur tindakan,
literatureview yaitu untuk menggali sistem informasi, sistem administrasi,
informasi tentang menganalisis pelaksaan sistem pengendalian, pedoman merupakan
sasaran keselamatan pasien dalam komponen proses. Keselamatan pasien
gangguan mobilitas. pasien safety merupakan hasil interaksi antara
merupakan upaya yang di lakukann untuk komponen struktur dan proses. Mutu
meningkatkan kualitas keselamatan pasien pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari
di rumah sakit. Penyeluruhan dalam segi aspek-aspek sebagai berikut: aspek
metode ini adalah tujuh langkah dalam klinis (pelayanan dokter, perawat dan
penerapan. keselamatan pasien. Penerapan terkait teknis medis), aspek efisiensi dan
metode ini adalah meningkatkan mutu efektifitas pelayanan, keselamatan pasien
pelayanan kesehatan dan Keselamatan dan kepuasan pasien (Donabedian 1988,
Pasien di rumah sakit. Dalam metode ini dalam Cahyono, 2008). Hasil penelitian
ditemukan data meliputi data melalui Dwiyanto (2007) dengan judul “penerapan
observasi dan studi dokumentasi hospital by lawsdalam meningkatkan
mendalam mengenai menganalisis patient safety di rumah sakit”
pelaksanaan sasaran keselamatan pasien mengungkapkan bahwa tujuan utama dari
dalam gangguan mobilitas . keselamatan pasien adalah mencegah
terjadinya cidera yang diakibatkan oleh
TUJUAN kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melaksanakan tindakan
Powell (2004) menyatakan bahwa budaya
yang seharusnya diambil. Tujuan tersebut
keselamatan merupakan faktor dominan
dapat ditempuh dengan upaya peningkatan
dalam upaya keberhasilan keselamatan dan
mutu pelayanan medis di rumah sakit yang
kunci bagi terwujudnya pelayanan yang
dilakukan secara gotong-royong oleh
bermutu dan aman. Kedisiplinan, ketaatan
tenaga medis, staff kesehatan fungsional
terhadap standar, prosedur dan protokol,
dengan melakukan pelayanan medis yang
bekerja dalam tim, kejujuran, keterbukaan,
bermutu. Pelaksanaan audit medis di
saling menghargai adalah nilai dasar yang
rumah sakit merupakan salah satu upaya
harus dijunjung tinggi. Manajemen
yang efektif dan efisien untuk melakukan
diperlukan dalam untuk mencapai tujuan
monitoring peningkatan kualitas
yang telah ditetapkan. Seluruh tingkatan
pelayanan.
manajer dituntut untuk memiliki
kemampuan kepemimpinan dan HASIL
menjalankan fungsi manajerial. Pemimpin
bertugas membangun visi, misi, Jatuh merupakan suatu kejadian yang
mengkomunikasikan ide perubahan, dilaporkan penderita atau saksi mata yang
menyusun strategi sehingga setiap melihat kejadian mengakibatkan seseorang
mendadak terbaring/terduduk atau WC yang rendah atau jongkok,
dilantai/tempat yang lebih rendah dengan obat-obatan yang diminum dan alat-alat
atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka bantu berjalan (Darmojo, 2004).
(Darmojo, 2004). Jatuh merupakan suatu
kejadian yang minibike subyek yang sadar
menjadi berada di permukaan tanah tanpa PEMBAHASAN
disengaja. Dan tidak termasuk jatuh akibat
pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau A. Kebutuhan Dasar Manusia :
kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah dari Rasa Aman dan Nyaman
penyebab spesifik yang jenis dan Keamanan adalah kebutuhan dasar
konsekuensinya berbeda dari mereka yang manusia prioritas kedua berdasarkan
dalam keadaan sadar mengalami jatuh kebutuhan fisiologis dalam hirarki Maslow
(Stanley, 2006). Jatuh merupakan yang harus terpenuhi selama hidupnya,
pengalaman pasien yang tidak sebab dengan terpenuhinya rasa aman
direncanakan untuk terjadinya jatuh, suatu setiap individu dapat berkarya dengan
kejadian yang tidak disengaja pada optimal dalam hidupnya. Mencari
seseorang pada saat istirahat yang dapat lingkungan yang betul-betul aman
dilihat/dirasakan atau kejadian jatuh yang memang sulit, maka konsekuensinya
tidak dapat dilihat karena suatu kondisi promosi keamanan berupa kesadaran dan
adanya penyakit seperti stroke, pingsan, penjagaan adalah hal yang penting. Ilmu
dan lainnya. Faktor instrinsik adalah keperawatan sebagai ilmu yang berfokus
variabel-variabel yang menentukan pada manusia dan kebutuhan dasarnya
mengapa seseorang dapat jatuh pada memiliki tanggung jawab dalam mencegah
waktu tertentu dan orang lain dalam terjadinya kecelakaan dan cedera
kondisi yang sama mungkin tidak jatuh sebagaimana merawat klien yang telah
(Stanley, 2006). Faktor intrinsik tersebut cedera tidak hanya di lingkungan rumah
antara lain adalah gangguan sakit tapi juga di rumah, tempat kerja, dan
muskuloskeletal misalnya menyebabkan komunitas. Perawat harus peka terhadap
gangguan gaya berjalan, kelemahan apa yang diperlukan untuk menciptakan
ekstremitas bawah, kekakuan sendi, lingkungan yang aman bagi klien sebagai
sinkope yaitu kehilangan kesadaran individu ataupun klien dalam kelompok
secara tiba-tiba yang disebabkan oleh keluarga atau komunitas (Patmawati,
berkurangnya aliran darah ke otak dengan 2008). Menurut Craven (2000) keamanan
gejala lemah, penglihatan gelap, keringat tidak hanya mencegah rasa sakit dan
dingin, pucat dan pusing (Lumbantobing, cedera tetapi juga membuat individu
2004. Faktor ekstrinsik merupakan merasa aman dalam aktifitasnya.
faktor dari luar (lingkungan sekitarnya) Keamanan dapat mengurangi stres dan
diantaranya cahaya ruangan yang kurang meningkatkan kesehatan umum.
terang, lantai yang licin, tersandung
benda-benda (Nugroho, 2000). Faktor- B. Keselamatan Pasien (Patient
faktor ekstrinsik tersebut antara lain Safety)
lingkungan yang tidak mendukung Keselamatan pasien (patient safety) rumah
meliputi cahaya ruangan yang kurang sakit adalah suatu sistem dimana rumah
terang, lantai yang licin, tempat sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, Sistem tersebut meliputi asesmen risiko,
atau tergeletak di bawah, tempat tidur identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, 6. Mendidik staf tentang keselamatan
pelaporan dan analisis insiden, pasien.
kemampuan belajar dari insiden dan tindak
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf
lanjutnya serta implementasi solusi untuk
untuk mencapai keselamatan pasien.
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah Untuk mencapai ke tujuh standar di atas
terjadinya cedera yan disebabkan oleh Panduan Nasional tersebut menganjurkan
kesalahan akibat melaksanakan suatu ’Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
tindakan atau tidak melakukan tindakan Pasien Rumah Sakit’ yang terdiri dari :
yang seharusnya dilakukan. (Panduan
Nasional Keselamatan Pasien Rumah 1. Bangun kesadaran akan nilai
sakit, Depkes R.I. 2006). keselamatan pasien

Tujuan dilakukannya kegiatan Patient 2. Pimpin dan dukung staf


Safety di rumah sakit adalah untuk 3. Integrasikan aktifitas pengelolaan resiko
menciptakan budaya keselamatan pasien di
rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas 4. Kembangkan sistem pelaporan
rumah sakit, menurunkan KTD di rumah 5. Libatkan dan bekomunikasi dengan
sakit, terlaksananya program-program pasien
pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan. 6. Belajar dari berbagai pengalaman
Mengingat masalah keselamatan pasien tentang keselamatan pasien
merupakan masalah yang penting dalam 7. Cegah cedera melalui implementasi
sebuah rumah sakit, maka diperlukan sistem keselamatan pasien
standar keselamatan pasien rumah sakit
yang dapat digunakan sebagai acuan bagi C. Cedera
rumah sakit di Indonesia. Departemen 1. Definisi Cedera
Kesehatan RI telah menerbitkan Panduan
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit Cedera adalah rasa sakit yang ditimbulkan
(Patient Safety) edisi kedua pada tahun akibat kecelakaan atau trauma, sehingga
2008 yang terdiri dari dari 7 standar, yakni dapat menimbulkan cacat, luka, dan rusak
: pada otot atau sendi serta bagian lain dari
tubuh (Eviani, 2012). Cedera atau luka
adalah sesuatu kerusakan pada struktur
1. Hak Pasien atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu
paksaan atau tekanan fisik maupun
2. Mendidik pasien dan keluarga kimiawi. Luka juga dapat merujuk pada
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan luka batin atau perasaan (Yuliana, 2013).
pelayanan 2. Jenis Cedera
4. Penggunaan metode-metode Menurut Eviani (2012), ada beberapa
peningkatan kinerja untuk melakukan macam jenis cedera, yakni :
evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien. a. Cedera tingkat I (Cedera Ringan)

5. Peran kepemimpinan dalam Pada cedera ini penderita tidak mengalami


meningkatkan keselamatan pasien. keluhan yang serius, namun dapat
mengganggu penampilan. Misalnya : sakit dan biaya perawatan menjadi lebih
Lecet, memar, sprain yang ringan. besar. Kejadian pasien jatuh di rumah sakit
Inggris sebanyak 250.000/tahun dan lebih
b. Cedera tingkat II (Cedera Sedang)
dari 1000 kasus menyebabkan patah tulang
Pada cedera sedang, kerusakan jaringan (HQIP, 2012).
lebih nyata berpengaruh. Keluhan bisa
D. Pencegahan Cedera
berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi
(tanda-tanda inflamasi). Misalnya : Pengetahuan tentang pengontrolan cedera
robeknya ligamen. sangat perlu dan dibutuhkan dalam
beberapa tahun terakhir ini yang ditujukan
c. Cedera tingkat III (Cedera berat)
pada komponen hal-hal yang
Pada cedera tingkat ini perlu penanganan membahayakan kemanan yang
yang intensive, istirahat total dan mungkin berkontribusi pada cedera baik non fatal
perlu tindakan bedah jika terdapat robekan maupun fatal. Istilah kecelakaan tidak
lengkap atau hampir lengkap ligamen begitu luas akan digunakan dalam diskusi
(sprain grade III dan IV) atau fraktur pencegahan cedera, karena kecelakaan
tulang. diimpilikasikan pada kejadian yang terjadi
karena kehendak Tuhan atau
3. Cedera di Rumah Sakit keberuntungan yang buruk, yang tidak
Perawatan pada pasien rawat inap di dapat diduga, dan yang tidak dapat
rumah sakit sangat membutuhkan dicegah. Seperti halnya, kecelakaan, maka
perhatian yang lebih. Pada pasien rawat cedera memiliki sesuatu cara yang harus
inap dimana pasien pada ruangan tersebut dicegah.
membutuhkan penanganan jangka panjang Prinsip pencegahan cedera termasuk
yang perlu keseriusan dari para tenaga pendidikan mengenai hal-hal yang
kesehatan untuk menghindari terjadinya membahayakan keamanan dan strategi
kesalahan penanganan dalam praktiknya. pencegahan; pengontrolan lingkungan dan
Hal ini untuk menghindari kesalahan mesin-mesin (keamanan aktif atau pasif
medis, kesalahan medis itu sendiri adalah dikemudian hari yang mungkin mencegah
kesalahan yang terjadi dalam proses cedera dari produk atau alat yang
asuhan medis yang mengakibatkan atau digunakan), dan penguatan pada
berpotensi mengakibatkan cedera pada pengaturan diantara peralatan, pengaman,
pasien dan kejadian yang tidak diharapkan tenaga kerja dan sebagainya. Keamanan
(KTD). KTD adalah suatu kejadian yang aktif termasuk pemberian pengaturan pada
mengakibatkan cedera yang tidak tingkah laku seseorang yang dapat
diharapkan pada pasien karena suatu menguntungkannya. Keamanan pasif atau
tindakan (commission), dan bukan karena automatik termasuk pengaturan yang
“underlying disease” atau kondisi pasien menggunakan mesin dan peralatan dan
(DepKes, 2008). tidak membutuhkan tingkah laku
Cedera pada pasien dirumah sakit seseorang yang spesifik untuk menjadi
umumnya lebih banyak diakibatkan oleh aktif. Kantung udara, pengaman tempat
jatuh. Kejadian pasien jatuh di rumah sakit tidur adalah contoh dari keamanan pasif.
merupakan masalah yang serius karena Keamanan pasif adalah lebih
dapat menyebabkan cedera ringan sampai menguntungkan dari pada keamanan aktif
kematian, serta memperpanjang lama dalam pengerjaannya, karena tidak
perawatan (length of stay/LOS) di rumah membutuhkan penjelasan atau pendidikan
kepada klien atau individu tersebut. Salah 4) Serangan jatuh (drop attack): 10%
satu risiko keamanan pasien selama berada
5) Gangguan kognitif : 4%
dalam pelayanan di rumah sakit adalah
kemungkinan pasien jatuh ( fall) 6) Hipotensi postural : 3%
(Setyarini, .2010).
7) Gangguan visus : 3 %
E. Jatuh
8) Tidak diketahui : 18%
1. Definisi
4. Kunci Keberhasilan Program
Jatuh adalah suatu peristiwa di mana Pencegahan Cedera Akibat Resiko
seorang mengalami jatuh dengan atau Jatuh
tanpa disaksikan oleh orang lain, tak
disengaja / tak direncanakan, dengan arah 1) Prioritas utama adalah keselamatan
jatuh ke lantai, dengan atau tanpa pasien
mencederai dirinya. Penyebab jatuh dapat 2) Gunakan pendekatan yang sederhana
meliputi faktor fisiologis (pingsan) atau dan terstandarisasi
lingkungan (lantai yang licin) (Yohanto,
2014). 3) Kata Kunci : Semua pasien beresiko
jatuh, semua petugas berperan serta dalam
2. Faktor Resiko Jatuh pencegahan kejadian jatuh.
1) Riwayat jatuh sebelumnya 4) Pelatihan dan edukasi staf
2) Gangguan Kognitif 5) Perlengkapan dan sumberdaya yang
3) Gangguan keseimbangan, gaya berjalan, mendukung dan adekut
atau kekuatan 5. Pencegahan dan Manajemen Jatuh
4) Gangguan mobilitas 1) Lakukan orientasi kamar inap kepada
5) Penyakit neurologi; seperti stroke dan pasien
Parkinson 2) Sediakan pencahayaan yang adekuat
6) Gangguan muskuloskeletal; seperti 3) Alas kaki anti licin
artritis, penggantian sendi, deformitas.
4) Berikan instruksi kepada pasien untuk
7) Penyakit kronis; seperti osteoporosis, memanggil petugas jika ingin turun dari
penyakit kardiovaskular, penyakit paru dan tempat tidur
diabetes
8) Masalah nutrisi
KESIMPULAN
9) Medikamantosa (terutama konsumsi > 4
jenis obat) Jatuh merupakan suatu kejadian fisik
yang sering dialami lansia saat proses
3. Etiologi Jatuh penuaan. Jatuh pada usia lanjut dapat
1) Ketidaksengajaan : 31% meningkatkan angka morbiditas,
mortalitas, kecacatan, gangguan fungsi
2) Gangguan gaya berjalan / keseimbangan sosial, dan penurunan kualitas hidup
: 17% (Lowlar et al., 2003). Dampak yang
3) Vertigo : 13% ditimbulkan dari insiden jatuh dapat
menyebabkan kejadian yang tidak
diharapkan seperti luka robek, fraktur, 2014 tentang Pusat Kesehatan
cedera kepala, pendarahan sampai
kematian, menimbulkan trauma psikologis, Masyarakat. Indonesia.
perpanjangan waktu perawatan dan
peningkatan biaya perawatan pasien akibat Simamora, R. H. “Buku Ajar Keselamatan
penggunaan peralatan diagnostik yang
Pasien Melalui Timbang Terima
tidak perlu. Hal ini juga berdampak bagi
rumah sakit dengan menimbulkan risiko Pasien Berbasis Komunikasi Efektif:
tuntutan hukum karena dianggap lalai
dalam perawatan pasien (Miake-Lye dkk, SBAR.” (2018).\
2013). maka dari itu dioerlukan tinadakan
menganalisis pelaksanaan sasaran Shobirin (2016) ‘Hubungan Penerapan
keselamatan pasien dalam gangguan
mobilitas. Manajemen Puskesmas dan Komitmen

Kerja Petugas dengan Mutu Pelayanan

REFERENSI Pengobatan di Poli Umum Puskesmas


Azwar, A 2010, Pengantar administrasi Kabupaten Bangkalan’, Jurnal
kesehatan, edk 3, Binarupa Aksara, Penelitian Administrasi Publik, 2(2),
Tangerang pp. 513–526. Available

KARS, 2012, Standar akreditasi rumah sakit 6. Stephen P. Robbins, T. A. J. (2008) Perilaku
Dedi, Uus, Fitriyani 2013, ‘Analisis Organisasi. 12th edn. Jakarta: Salemba
Manajemen Mutu Pelayanan Empat
Kesehatan pada Rumah Sakit Islam
Sumarni (2017) ‘Analisis Implementasi
Karaw.
Patient Safety Terkait Peningkatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Mutu Pelayanan Kesehatan di Rumah
(2009) Undang-Undang Republik Sakit’, Jurnal Ners dan Kebidanan
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Indonesia,
tentang Kesehatan. Indonesia
Samra, R. et al. (2016) ‘How to Monitor
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Patient Safety in Primary Care?
(2014) Peraturan Menteri Kesehatan Healthcare Professionals’ Views’,
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun Journal of the Royal Society of

Medicine
Ulrich, B. and Kear, T. (2014) ‘Patient Safety

and Patient Safety Culture:

Foundations of Excellent Health Care

Delivery.’, Nephrology Nursing

Journal

Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 755 Tahun 2011,

Penyelenggaraan Komite Medik di

Rumah Sakit

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

29 Tahun 2004, Praktek Kedokteran.

R.H. Simamora. (2019). Buku Ajar

Pelaksanaan Identifikasi Pasien.

Uwais Inspirasi Indonesias

R.H. Simamora. (2019). The Influence Of

Training Handover based SBAR

Communication for Improving

Patients Safety . Indian Journal of

Public Health Research &

Development

R.H. Simamora. (2019). Documentation of

Patient Identification into the

Electronic System to Improve the

Quality of Nursing Serices.

International Journal of scientific &

Technology Research

Anda mungkin juga menyukai