Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan pasien (pasien safety ) adalah system pelayanan rumah sakit yang
memberikan asuhan secara lebih aman. Keselamatan pasien adalah salah satu prosedur
untuk mencegah terjadinya cederah yang terjadi selama perawatan dirumah sakit.
( Permenkes, RI 2017 )
Keselamatan pasien merupakan indikator yang paling utama dalam sistem pelayanan
kesehatan, yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam menghasilkan pelayanan
kesehatan yang optimal dan mengurangi insiden bagi pasien (Canadian Patient Safety
Institute, 2017). Menurut Kemenkes  RI (2015), keselamatan pasien (patient safety)
adalah suatu sistem yang memastikan asuhan pada pasien jauh lebih aman. Sistem
tersebut meliputi pengkajian risiko, identifikasi insiden, pengelolaan insiden, pelaporan
atau analisis insiden, serta implementasi dan tindak lanjut suatu insiden untuk
meminimalkan terjadinya risiko. Sistem tersebut dimaksudkan untuk menjadi cara yang
efektif untuk mencegah terjadinya cidera atau insiden pada pasien yang disebabkan oleh
kesalahan Tindakan.
Insiden keselamatan pasien adalah semua kejadian atau situasi yang berpotensi atau
mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian, kerugian dan lain-lain), hal
tersebut dapat dicegah bahkan seharusnya tidak terjadi karena sudah dikategorikan
sebagai suatu disiplin. Dalam Permenkes RI No. 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, insiden keselamatan pasien adalah segala
sesuatu yang terjadi secara sengaja atau tidak sengaja dan kondisi mengakibatkan atau
berpotensi untuk menimbulkan cidera pada pasien, yang terdiri dari Kejadian tidak
Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan
Kejadian Potensial Cedera (KPC). Insiden keselamatan pasien sewaktu-waktu dapat
terjadi tanpa direncanakan yang dapat membahayakan pasien dan tidak
terpenuhi outcome dalam penyembuhan pasien.
Dalam upaya untuk mencegah insiden keselamatan pasien di rumah sakit WHO
(Collaborating Centre for Patient Safety resmi menerbitkan panduan “Nine ife-Saving
Patient Safety Solutions” (“Sembilan Solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit”).
Sembilan topik yang diberikan solusinya adalah sebagai berikut: perhatikan nama obat,
rupa dan ucapan mirip/norum atau look-alike, sound-alike medication names/ LASA,
identifikasi pasien, komunikasi saat serah terima/pengoperan pasien, tindakan yang benar
pada sisi tubuh yang benar dalam pencegahan pasien jatuh, pengendalian cairan elektrolit
pekat (concentrated), pastikan akurasi pemberian obat pada transisi asuhan, hindari
kesalahan pemasangan kateter dan selang (tube), penggunaan alat injeksi sekali pakai,
tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi (HAIs/
Healthcare Associated Infections)

Namum berdasarkan beberapa laporan dari rumah sakit didunia pasien jatuh masih
menduduki tingkat tertinggi dalam maslalah indisen keselamatan pasien di rumah sakit
dan akan terus meningkat. Begitupun di indonesia dilaporkan bahwa kejadian pasien
jatuh di Indonesia memperlihatkan bahwa kejadian pasien jatuh termasuk kedalam tiga
besar insiden rumah sakit dan menduduki tingkat kedua setelah medicine error data dari
laporan tersebut memperlihatkan bahwa kejadian pasien jatuh tercatat sebanyak 34 kasus
atau setara 14% insiden jatuh di Rumah Sakit di Indonesia. hal ini masih jauh dari
standar Joint commission international (JCI) yang menyatakan bahwa untuk kejadian
jatuh pasien diharapkan tidak terjadi dirumah sakit (Nur & Santoso, 2017 Perkiraan
insiden jatuh pada tahun 2030 diseluruh dunia akan mencapai angka 74 juta pasien
dengan 12 juta diantaranya jatuh mengakibatkan luka (CDC, 2016).

Risiko jatuh adalah peningkatan kemungkinan untuk jatuh yang dapat menyebabkan
cedera fisik. Risiko jatuh adalah pasien yang berisiko untuk jatuh yang umumnya
disebabkan oleh faktor lingkungan dan fisiologis yang berakibat cidera. Kategori risiko
jatuh di bagi menjadi tiga, yaitu risiko jatuh rendah, risiko jatuh sedang, risiko jatuh
tinggi. (Jumilar, 2018) Akibat yang ditimbulkan dari insiden jatuh dapat menyebabkan
kejadian yang tidak diharapkan seperti luka robek, fraktur, cedera kepala, pendarahan
sampai kematian, menimbulkan trauma psikologis, mempepanjang waktu perawatan dan
meningkatkan biaya perawatan pasien akibat menggunakan peralatan diagnostik yang
sebenanya tidak perlu dilakukan seperti CT Scan, rontgen dll. Dampak bagi rumah sakit
itu sendiri adalah menimbulkan risiko tuntutan hukum karena dianggap lalai dalam
perawatan pasien (Myake-Lye et al.,2013)

Pencegahan pasien resiko jatuh adalah serangkaian tindakan keperawatan yang

merupakan acuan dalam penerapan langkah-langkah untuk mempertahankan


keselamatan pasien yang beresiko jatuh dengan melakukan pengkajian melalui Morse
Fall Scale (MFS). MFS bertujuan untuk memberikan keselamatan pasien dewasa di
Rumah Sakit, mencegah terjadinya pasien jatuh di Rumah Sakit Intervensi pencegahan
pasien jatuh antara lain penilaian MFS, memasang gelang identifikasi pasien resiko jatuh
berwarna kuning pada pergelangan pasien, tanda pencegahan jatuh (label segitiga
kuning/merah) dipapan tempat tidur, menuliskan di whiteboard pada nurse station,
mengatur tinggi rendahnya tempat tidur sesuai dengan prosedur pencegahan pasien jatuh,
memastikan pagar pengaman tempat tidur dalam keadaan terpasang, pada pasien gelisah
menggunakan restrain atau baju Apollo (Boushon, 2013).

Dalam upaya pencegahan risiko jatuh dilakukan upaya untuk mengantisipasi dan
mencegah pasien jatuh dengan tanpa cidera adalah dengan dilakukan pengkajian ulang
secara bekala mengenai risiko pasien jatuh, termasuk risiko potensial yang berhubungna
dengan jadwal pemberian obat serta mengambil tindakan untuk mengurangi semua risiko
yang telah diidentifikasi tesebut. Pengkajian risiko jatuh ini telah dapat dilaksanakan
sejak pasien mulai mendaftar, yaitu dengan menggunakan skala jatuh yaitu Mose Fall
Scale (MFS) sebagai instrument yang digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang
berisiko jatuh. Meghitung MFS merupakan cara untuk menentukan risiko jatuh dari
pasien dan manajemen pencegahan jatuh yang telah ada dan berlaku di seluruh unit di
rumah sakit

Penelitian yang dilakukan oleh Johnson, Hime, dan Zheng dkk tentang penggunaan
teknologi informasi berupa program e – learning yang terdiri dari asesmen risiko jatuh
dan intervensi pencegahan pasien jatuh untuk perawat yang dilanjutkan dengan observasi
pada pasien dan perawat menunjukkan adanya peningkatan perilaku perawat dalam
mencegah terjadinya pasien jatuh. Penelitian yang dilakukan oleh Dykes, Caroll, dan
Hurley tentang penggunaan teknologi informasi kesehatan menggunakan program
software pada komputer yang berisi manajemen pasien jatuh dan poster yang dapat
dicetak langsung untuk diletakkan di tempat tidur pasien dapat meningkatkan kepatuhan
perawat dalam pencegahan pasien jatuh (Dykes et al., 2010)

Kepatuhan perawat dalam pencegahan pasien jatuh sangat dibutuhkan untu


mencegah tejadinya pasien jatuh namun berdasarkan penelitian terdahulu kepatuhan
perawat masih belum optimal sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan kepatuhan
perawat, salah satunya dengan menggunakan teknologi informasi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan sistem informasi berupa aplikasi Sistem informasi
pencegahan pasien jatuh (SIPENJA) untuk meningkatkan kepatuhan perawat dalam
pencegahan pasien jatuh dengan menggunakan smartphone. Smartphone merupakan
mobile technology yang dapat mengakses dan memperbaharui informasi dengan cepat
dan saat ini dipakai oleh banyak orang termasuk perawat (Oh, Yeon, Ens, Mannion, &
Oh, 2017; Standing & Standing, 2009)

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pengaplikasian Morse Fall scale untuk pencegahan pasien jatuh yang dirawat
dirumahsakit dengan menggunaan teknologi informasi ?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep pasien safety
b. Untuk mengetahui konsep resiko jatuh
c. untuk mengetahui konsep morse fall scale
d. Untuk mengetahui alikasi morse fall scale dalam teknologi informasi
1.4 Manfaat
a. Untuk perawat diharapkan perawat dapat mengaplikasikan morse fall scale pada
pasien yang dirawat dirumah sakit untuk mencegah terjadinya insiden jatuh
b. Untuk peneliti diharapkan hasil dari telaah literatur ini dapat dimenfaatkan utuk acuan
penelitian selanjutnya
c. Untuk institusi Pendidikan diharapkan hasil dari telaah literatur ini dapat menjadi
tambahan untuk bahan

REFRENSI
Budiono, Sugeng & Arief Alamsyah, Wahyu. (2014). Pelaksanaan Program Manajemen
Pasien Dengan Risiko Jatuh Di Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol. 28,
su[lemen No.1.

Canadian Patient Safety Institute (CPSI) (2017). Patient Safety


Incident. https://www.patientsafetyinstitute.ca/en/Topic/Pages/Patient-Safety-
Incident.aspx. Accessed January 3, 2020.

Kemenkes RI. (2011). Permenkes RI No.1691/Menkes/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien


RumahSakit. http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/peraturan/21%20PMK
%20No.%201691%20ttg%20Keselamatan%20Pasien%20Rumah%20Sakit.pdf 
Diakses 3 januari, 2020.

Kemenkes RI. 2015.Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety):


Utamakan Keselamatan Pasien. Jakarta: Depkes RI.  http://www.rsmatasmec.com/wp-
content/uploads/sites/2/2019/04/PEDOMAN-NASIONAL-KESELAMATAN-
PASIEN-RS-EDISI-III-2015.pdfDiakses 3 januari, 2020.

Kevin Pieter Toman, Ari Natalia Probandari, Amandha Boy Timor R (2016) Interprofessional
Education (IPE): Luaran Masyarakat terhadap Pelayanan Kesehatan dalam Praktik
Kolaborasi di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret VOL.5/NO.2/

Myake-Lye, I. M. et al., (2013). Inpatient Fall Prevention Program as a Patient Safety Strategy:
A systematic review. Annals Of Internal Medicine, 158(5 PART 2), pp.390-396.

Nur, dkk. (2017). Pelaksanaan Asesmen Risiko Jatuh di Rumah Sakit. Semarang. Jurnal Ners
dan Kebidanan Indonesia. ISSN 2354-7642 (print), ISSN 2503-1856 (Online)

WHO. 2018. Classification of patient-safety incidents in primary


care. https://www.who.int/bulletin/volumes/96/7/17-199802/en/. Accessed January 3,
2020.

Anda mungkin juga menyukai