Anda di halaman 1dari 7

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUDAYA

KESELAMATAN PASIEN DALAM PELAPORAN INSIDEN


TRI AYUNDA /181101019
Email : triayunda85@gmail.com
ABSTRAK
Program Keselamatan Pasien di rumah sakit Rumah sakit merupakan tempat yang paling
kompleks, terdapat ratusan macam obat, ratusan test dan prosedur, dan beragam profesi serta latar
belakang sumber daya manusia yang memberikan pelayanan kepada pasien selama 24 jam secara
terus menerus (Depkes, 2008). Rumah sakit sebagai pemberi layanan kesehatan harus memperhatikan
dan menjamin keselamatan pasien. Rumah sakit merupakan organisasi yang berisiko tinggi terhadap
terjadinya incident keselamatan pasien yang diakibatkan oleh kesalahan manusia. Kesalahan terhadap
keselamatan paling sering disebabkan oleh kesalahan manusia terkait dengan risiko dalam hal
keselamatan, dan hal ini disebabkan oleh kegagalan sistem di mana individu tersebut bekerja (Reason,
2009). Metode: metode yang digunakan adalah metode kualitatif, eksplorasi bebas dan literatureview
yaitu untuk menggali informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi budaya keselamatan pasien
dalam pelaporan insiden. Hasil : Hasil dari metode ini adalag mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi budaya keselamatan pasien dalam pelaporan insiden. Tujuan : adalah Terciptanya
budaya keselamatan pasien di rumah sakit, banyaknya kesalahan dalam menjaga pelayanan mutu
keselamatan pasien di rumah sakit maka budaya keselamatan pasien sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan keselamatan pasien sehingga menjadikan pelaksaan keselamatan pasien merupakan
budaya dalam melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan, Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit
terhadap keselamatan pasien yaitu dengan membuat peraturan-peraturan rumah sakit yang membuat
kualitas keselamatan pasien di rumah sakit meningkat dan angka kejadian kesalahan di rumah sakit.
kata kunci : faktor-faktor yang mempengaruhi budaya keselamatan pasien, pelaporan insiden,
keselamatan pasien.

LATAR BELAKANG disebabkan oleh kegagalan sistem di mana


individu tersebut bekerja (Reason, 2009).
Program Keselamatan Pasien di rumah
sakit Rumah sakit merupakan tempat yang Keselamatan pasien merupakan prioritas
paling kompleks, terdapat ratusan macam utama yang harus dilaksanakan oleh rumah
obat, ratusan test dan prosedur, dan sakit. Hal ini sangat erat kaitannya baik
beragam profesi serta latar belakang dengan citra rumah sakit maupun
sumber daya manusia yang memberikan keamanan pasien. Tujuan dari pelaksanaan
pelayanan kepada pasien selama 24 jam keselamatan pasien di rumah sakit adalah
secara terus menerus (Depkes, 2008). untuk melindungi pasien dari kejadian
Rumah sakit sebagai pemberi layanan yang tidak diharapkan. Risiko kejadian ini
kesehatan harus memperhatikan dan berasal dari proses pelayanan yang
menjamin keselamatan pasien. Rumah dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui
sakit merupakan organisasi yang berisiko program-program yang telah ditetapkan
tinggi terhadap terjadinya incident oleh Keselamatan pasien rumah sakit
keselamatan pasien yang diakibatkan oleh adalah suatu sistem dimana rumah sakit
kesalahan manusia. Kesalahan terhadap membuat asuhan pasien lebih aman yang
keselamatan paling sering disebabkan oleh meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
kesalahan manusia terkait dengan risiko pengelolaan hal yang berhubungan dengan
dalam hal keselamatan, dan hal ini risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden meningkatkan keselamatan pasien
dan tindak lanjutnya serta implementasi sehingga menjadikan pelaksaan
solusi untuk meminimalkan timbulnya keselamatan pasien merupakan budaya
risiko dan mencegah terjadinya cedera dalam melaksanakan kegiatan asuhan
yang disebabkan oleh kesalahan akibat keperawatan, Meningkatnya akuntabilitas
melaksanakan suatu tindakan atau tidak rumah sakit terhadap keselamatan pasien
mengambil tindakan yang seharusnya yaitu dengan membuat peraturan-peraturan
diambil.(Permenkes No.1691/2011). The rumah sakit yang membuat kualitas
Institute of Medicine (IOM) keselamatan pasien di rumah sakit
mendefinisikan keselamatan pasiensebagai meningkat dan angka kejadian kesalahan
freedom from accidental injury. Senada di rumah sakit.
dengan hal ini Hughes (2008) menyatakan
bahwa keselamatan pasien merupakan METODE
pencegahan cidera terhadap pasien. Jenis dan rancangan dalam metode ini
Pencegahan cidera didefinisikan bebas dari adalah kualitatif, eksplorasi bebas dan
bahaya yang terjadi dengan tidak sengaja literatureview yaitu untuk menggali
atau dapat dicegah sebagai hasil perawatan informasi tentang pengaruh interpersonal
medis. Praktek keselamatan pasien adalah colaboration untuk meningkatkan
mengurangi risiko kejadian yang tidak keselamatan pasien merupakan upaya
diinginkan yang berhubungan dengan yang di lakukann untuk meningkatkan
paparan terhadap lingkungan diagnosis kualitas keselamatan pasien di rumah
atau kondisi perawatan medis.Rumah Sakit sakit. Penyeluruhan dalam metode ini
adalah institusi pelayanan kesehatan yang adalah pengaruh faktor-faktor budaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan keselamatan pasien dalam pelaporan
perorangan secara paripurna yang insiden. Penerapan metode ini adalah
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
jalan, dan gawat darurat (Kementerian dan Keselamatan Pasien di rumah sakit.
Kesehatan RI, 2009). Sedangkan Dalam metode ini ditemukan bagaimana
intervensi keselamatan pasien di rumah cara dan tahapan kolaburasi perawat
sakit adalah segala bentuk kegiatan yang sesama pekerja lainnya dirumah sakit
dapat mengurangi kemungkinan kejadian sehingga terciptanya keselamatan pasien.
yang tidak diharapkan yang dihasilkan
akibat sistem pelayanan kesehatan rumah HASIL
sakit, tidak hanya akibat tindakan dan
Pelapor adalah orang yang dapat
prosedur aktif namun juga terkait
melaporkan kejadian dari insiden
pelayanan rumah sakit sederhana yang
keselamatan pasien. Perawat memiliki
berhubungan dengan infeksi nosokomial
kewajiban membuat laporan mengenai
(Ranji & Shojania, 2008).
insiden keselamatan pasien. Pelayanan
TUJUAN keperawatan berperan penting dalam
penyelenggaraan upaya menjaga mutu
Tujuan adalah Terciptanya budaya pelayanan kesehatan di rumah sakit. (Adib,
keselamatan pasien di rumah sakit, 2009) Berdasarkan buku pedoman
banyaknya kesalahan dalam menjaga Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien
pelayanan mutu keselamatan pasien di (2008) pelapor dikategorikan sebagai
rumah sakit maka budaya keselamatan berikut :Karyawan, Dokter, Perawat,
pasien sangat dibutuhkan untuk Petugas lainnya (radiologi, laboratorium,
fisiotherapist dll), Pasien, Pendamping tingkat kelelahan, perasaan takut
pasien, Pengunjung, Potensi Korban. disalahkan, perasaan malu, dan
Potensi Korban adalah orang yang keterlibatan keluarga/pasien.(Buerhaus,
beresiko menjadi korban keselamatan et.al, 2011) Berdasarkan buku pedoman
pasien. Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien
Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) penyebab dari segi petugas dapat
(2008) potensi korban dikategorikan dikategorikan sebagai berikut : Dokter,
sebagai berikut : Karyawan, Dokter, Perawat, Petugas lainnya (radiologi,
Perawat, Petugas lainnya (radiologi, laboratorium, fisiotherapist dll), Faktor
laboratorium, fisiotherapist dll), Pasien, Pemicu Faktor pemicu adalah faktor yang
Pendamping pasien, Pengunjung, Divisi dapat mengakibatkan terjadinya insiden .
Kejadian adalah Kejadian yang Berdasarkan buku pedoman Pelaporan
dikelompokkan berdasarkan katagori Kejadian Keselamatan Pasien (2008)
spesialisasi Ilmu Kedokteran.Berdasarkan Dalam pengisian penyebab langsung atau
buku pedoman Pelaporan Kejadian akar penyebab masalah dapat
Keselamatan Pasien (2008) divisi/ menggunakan Faktor kontributor (bisa
spesialisasi insiden jika melibatkan pasien pilih lebih dari 1) yaitu :Faktor Eksternal /
adalah dikategorikan sebagai berikut : di luar RS, Faktor Organisasi dan
Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya, Manajemen, Faktor Lingkungan kerja,
Anak dan Subspesialisasinya, Bedah dan Faktor Tim, Faktor Petugas / Staf, Faktor
Subspesialisasinya, Obstetri Gynekologi Tugas, Faktor Pasien, Faktor komunikasi,
dan Subspesialisasinya, THT dan Strategi Pengendalian Kejadian Nyaris
Subspesialisasinya, Mata dan CederaProgram keselamatan pasien
Subspesialisasinya, Saraf dan (patient safety) adalah program yang
Subspesialisasinya, Anastesi dan bertujuan untuk lebih memperbaiki proses
Subspesialisasinya, Kulit & Kelamin dan pelayanan, karena sebagian besar KTD
Subspesialisasinya, Jantung dan dapat merupakan kesalahan dalam proses
Subspesialisasinya, Paru dan pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah
Subspesialisasinya, Jiwa dan melalui rencana pelayanan yang
Subspesialisasinya, komprehensif dengan melibatkan pasien
Orthopedi,Traumatologi dan berdasarkan hakhaknya (Departemen
Subspesialisnya, Bedah Syaraf dan Kesehatan RI, 2006). Adanya program
Subspesialisnya, Urologi dan keselamatan pasien rumah sakit
Subspesialisnya, Patologi Klinik dan merupakan suatu sistem dimana rumah
Subspesialisnya, Mikrobiologi Klinik dan sakit menerapkan asuhan pasien yang lebih
Subspesialisnya, Radiologi dan aman, meliputi kegiatan pengkajian risiko,
Subspesialisnya, Patologi Anatomi dan identifikasi dan pengelolaan hal yang
Subspesialisnya, Radiologi dan berhubungan dengan risiko, implementasi
Subspesialisnya, Neurologi dan solusi agar dapat meminimalkan timbulnya
Subspesialisnya, Gizi dan Subspesialisnya, risiko,meminimalisir angka kejadian
Gigi dan Subspesialisnya, Penyebab nyaris cedera, pelaporan dan analisis
(petugas). Penyebab adalah orang yang kejadian, proses belajar dari kejadian,
mengakibatkan terjadinya sebuah insiden. perencanaan tindak lanjut kejadian, serta
Faktor individu atau petugas sangat strategi pencegahan terjadinya cedera yang
berpengaruh terhadap budaya keselamatan disebabkan oleh kesalahan akibat
pasien seperti, beban kerja, tingkat stress, melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya tetapi staf lain mengetahui dan
diambil (Kementerian Kesehatan RI, membatalkannya sebelum obat diberikan).
2011). Dengan adanya program “peringanan” (misalnya pasien secara
keselamatan pasien yang dilaksanakan di tidak sengaja telah diberikan suatu obat
setiap rumah sakit, diharapkan dapat dengan dosis lethal, segera diketahui
mengurangi jumlah insiden keselamatan secara dini lalu diberikan antidotumnya,
pasien, yang dimana dapat berpedoman sehingga tidak menimbulkan cidera yang
pada 7 Standar Keselamatan pasien yang berarti). Kejadian Nyaris Cedera mengacu
berdasarkan pada “Buku Panduan pada salah satu definisi dalam literatur
Nasional Keselamatan Pasien Rumah safety management sebagai suatu kejadian
Sakit” yang diterbitkan pada tahun 2006. yang berhubungan dengan keamanan
pasien yang berpotensi atau
mengakibatkan efek diakhir pelayanan,
yang dapat dicegah sebelum konsekuensi
aktual terjadi atau berkembang (Aspden,
2004). KNC juga diungkapkan sebagai
PEMBAHASAN kejadian yang berpotensi menimbulkan
cedera atau kesalahan, yang dapat dicegah
Menurut Departemen Kesehatan RI, karena tindakan segera atau karena
2008 menyatakan Insiden keselamatan kebetulanm dimana hasil akhir pasien
pasien/ patient safety incident merupakan tidak cedera (Medical Human Reseources,
kejadian atau situasi yang dapat 2008).
mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang tidak KNC lebih sering terjadi dibandingkan
seharusnya terjadi (dapat dicegah). dengan kejadian tidak diharapkan,
Adapun beberapa jenis insiden adalah frekuensi kejadian ini tujuh sampai seratus
sebagai berikut : Kejadian tidak kali lebih sering terjadi. Data KNC harus
diharapkan (KTD)/ adverse event yaitu dianalisis agar pencegahan dana
insiden yang mengakibatkan cedera pada pembentukan sistem dapat dibuat sehingga
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan cedera aktual tidak terjadi. Sebagian besar
atau tidak mengambil tindakan yang kasus KNC memberi dampak pada pada
seharusnya diambil, dan bukan karena penyebab insiden atau proses hingga
penyakit dasarnya atau kondisi pasien. kejadian nyaris cedera itu terjadi
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan (Mustikawati, 2011). Terciptanya
medis atau bukan kesalahan medis. keselamatan pasien sangat didukung oleh
Kejadian nyaris cedera (KNC)/ near miss sistem pelaporan yang baik setiap kali
merupakan suatu insiden yang tidak inisiden terjadi. Faktor penyebab kejadian
menyebabkan cedera pada pasien akibat nyaris cedera sulit didapatkan jika tidak
melaksanakan suatu 11 tindakan didukung oleh dokumentasi yang baik
(commission) atau tidak mengambil (sistem pelaporan). Hal ini dapat
tindakan yang seharusnya diambil mengakibatkan langkah pencegahan dan
(omission), dapat terjadi karena: implementasi untuk perbaikan sulit
“keberuntungan” (misalnya pasien yang dilakukan (Cahyono,2008). Kegagalan
menerima suatu obat kontra indikasi tetapi aktif (petugas yang melakukan kesalahan)
tidak timbul reaksi obat). “pencegahan” atau yang berkombinasi dengan konsisi
(misalnya secara tidak sengaja pasien akan laten akan menyebabkan terjadinya suatu
diberikan suatu obat dengan dosis lethal, kesalahan berupa kejadian nyaris cedera
(KNC), KTD, atau bahkan kejadian yang Menurut Buku “Pedoman Pelaporan
menyebabkan kematian atau cedera serius Keselamatan Pasien” (2008), Untuk
(sentinel). Berhenti sampai tahap mengisi Tipe insiden di dalam suatu
melaporkan saja tentu tidak akan laporan, harus melakukan analisis dan
meningkatkan mutu dan keselamatan investigasi terlebih dahulu. Insiden terdiri
pasien, yang lebih penting adalah dari : Tipe Insiden dan Subtipe insiden .
bagaimana melakukan suatu 20 Tipe Insiden dan Sub Tipe Insiden
pembelajaran dari keselahan tersebut Medication error; merupakan salah satu
sehingga dapat diambil solusi agar penyebab error yang signifikan di Rumah
kejadian yang sama tidak terulang kembali Sakit. Kejadian medication error terkait
(Iskandar, 2014). Rumah sakit wajib untuk dengan praktisi, produk obat, prosedur,
melakukan pencatatan dan pelaporan lingkungan atau sistem yang melibatkan
insiden yang meliputi kejadian tidak prescribing, dispensing, dan
diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera administration. (Rusmi, dkk,2012).
(KNC) dan kejadian sentinel. Pelaporan Medication error sering sekali tidak
insiden dilakukan secara internal dan terungkap dan hampir tidak ada upaya
eksternal. Pelaporan internal dilakukan untuk mencegah. Untuk mencegah
dengan mekanisme/ alur pelaporan terjadinya medication 23 error diperlukan
keselamatan pasien rumah sakit di kerjasama antar Pelaksana Program
lingkungan internal rumah sakit. Pelaporan pencegahan medication error (PIP) oleh
eksternal dilakukan dengan pelaporan dari tim multidisiplin (Muladi, 2015).
rumah sakit ke KKP-RS nasional. Dalam
Menurut Departement Kesehatan RI
lingkup rumah sakit, unit kerjakeselamatan
(2008), analisis kejadian berisiko dalam
pasien rumah sakit melakukan pencatatan
proses pelayanan kefarmasian seperti
kegiatan yang telah dilakukan dan
kesalahan penulisan resep (perscreption
membuat laporan kegiatan kepada
error), kejadian obat yang merugikan
Direktur rumah sakit. (Departemen
(adverse drug events), kesalahan
Kesehatan, 2008). Penelitian dari Rat
pengobatan (medication errors) dan reaksi
Dewa pada tahun 2014 mengemukakan
obat yang merugikan (adverse drug
laporan KNC di RSUP Sanglah Denpasar
reaction) menempati kelompok urutan
pada masing-masing ruang rawat inap
utama dalam keselamatan pasien yang
tidak seragam. Perbedaan jumlah rata-rata
memerlukan pendekatan sistem untuk
ini memiliki faktor yang spesifik sehingga
mengelola, mengingat kompleksitas
menyebabkan adanya perbedaan jumlah
keterkaitan kejadian antara ”kesalahan
pelaporan tersebut. Sesuai dengan teori
merupakan hal yang manusiawi” (to err is
dari Mark (2001), bahwa Budaya
human).
keselamatan pasien terkait dengan
motivasi pelaporan kejadian keselamatan KESIMPULAN
pasien yang dilaksanakan dengan penuh
kejujuran dan tanpa budaya menyalahkan Program Keselamatan Pasien di rumah
(blame free culture), sehingga untuk sakit Rumah sakit merupakan tempat yang
mempromosikan budaya belajar dari paling kompleks, terdapat ratusan macam
kesalahan, manajemen rumah sakit harus obat, ratusan test dan prosedur, dan
dapat mengidentifikasi budaya beragam profesi serta latar belakang
keselamatan pasien yang komprehensif sumber daya manusia yang memberikan
Penyebab (petugas), Faktor Pemicu. pelayanan kepada pasien selama 24 jam
secara terus menerus (Depkes, 2008).
Rumah sakit sebagai pemberi layanan Berbasis Komunikasi Efektif: SBAR.”
kesehatan harus memperhatikan dan
menjamin keselamatan pasien. Rumah (2018).\
sakit merupakan organisasi yang berisiko
tinggi terhadap terjadinya incident Shobirin (2016) ‘Hubungan Penerapan
keselamatan pasien yang diakibatkan oleh
Manajemen Puskesmas dan Komitmen
kesalahan manusia. Kesalahan terhadap
keselamatan paling sering disebabkan oleh Kerja Petugas dengan Mutu Pelayanan
kesalahan manusia terkait dengan risiko
dalam hal keselamatan, dan hal ini Pengobatan di Poli Umum Puskesmas
disebabkan oleh kegagalan sistem di mana
individu tersebut bekerja (Reason, 2009). Kabupaten Bangkalan’, Jurnal Penelitian

REFERENSI Administrasi Publik, 2(2), pp. 513–526.

Azwar, A 2010, Pengantar administrasi Available

kesehatan, edk 3, Binarupa Aksara,


Stephen P. Robbins, T. A. J. (2008) Perilaku
Tangerang
Organisasi. 12th edn. Jakarta: Salemba

KARS, 2012, Standar akreditasi rumah sakit 6. Empat

Dedi, Uus, Fitriyani 2013, ‘Analisis


Sumarni (2017) ‘Analisis Implementasi
Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan
Patient Safety Terkait Peningkatan Mutu
pada Rumah Sakit Islam Karaw.
Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit’,

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia,

(2009) Undang-Undang Republik


Samra, R. et al. (2016) ‘How to Monitor
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Patient Safety in Primary Care?
Kesehatan. Indonesia
Healthcare Professionals’ Views’, Journal

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia of the Royal Society of Medicine

(2014) Peraturan Menteri Kesehatan


Ulrich, B. and Kear, T. (2014) ‘Patient Safety
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
and Patient Safety Culture: Foundations of
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Excellent Health Care Delivery.’,
Indonesia.
Nephrology Nursing Journal

Simamora, R. H. “Buku Ajar Keselamatan


Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Pasien Melalui Timbang Terima Pasien
Indonesia Nomor 755 Tahun 2011,
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah

Sakit

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

29 Tahun 2004, Praktek Kedokteran.

R.H. Simamora. (2019). Buku Ajar

Pelaksanaan Identifikasi Pasien. Uwais

Inspirasi Indonesias

R.H. Simamora. (2019). The Influence Of

Training Handover based SBAR

Communication for Improving Patients

Safety . Indian Journal of Public Health

Research & Development

R.H. Simamora. (2019). Documentation of

Patient Identification into the Electronic

System to Improve the Quality of Nursing

Serices. International Journal of scientific

& Technology Research

Anda mungkin juga menyukai