Patient Safety
20190309040
PASCASARJANA
2020
PENDAHULUAN
TEORI
Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat,
jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut
Institute of Medicine (1999), kesalahan medis didefinisikan sebagai suatu kegagalan tindakan
medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan atau
perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan).
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss (Nyaris Cedera/KNC) atau
Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Near Miss atau Kejadian Nyaris Cedera
(KNC) merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya pasien terima suatu
obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis
lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat
diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosislethal diberikan, diketahui secara
dini lalu diberikan antidotenya). Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
merupakan suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien
karena suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.
1. Laporan WHO:
Di Negara maju : 1 dari 10 pasien dirawat mengalami cedera
Di Negara berkembang lebih tinggi (risiko infeksi 20 kali lipat)
Setiap saat 1,4 juta orang di dunia menderita infeksi di Rumah Sakit
Minimal 50% peralatan medis di negara berkembang tidak layak
Setiap tahun 1,3 juta kematian disebabkan injeksi yang tidak aman
Di Penerbangan dan Nuklir keselamatan 1 : 1 juta tapi di Yankes rasio.
2. Di Amerika Serikat
Kesalahan pemberian obat di Amerika Serikat 34-56%
Kesalahan bedah 1: 50 pasien rawat
3. Di Inggris
Tiap hari terjadi kesalahan medis
4. Di Indonesia (Yogyakarta) menurut Iwan D. MMedSc., Phd
Medication Errors di ICU mencapai 96% (tidak sesuai indikasi, tidak sesuai
dosis, dll)
Medication di Puskesmas mencapai 80%.
5. Di Indonesia (di Jakarta tahun 2005)
Pidana : 48 kasus di Polda Metro
Perdata : 160 kasus di LBH Kesehatan
6. Laporan Insiden ke KKPRS Persi September 2006 sampai Agustus 2007
Asal provinsi yang melapor 9 provinsi dengan 3 terbanyak adalah DKI, Jateng,
dan Yogyakarta
PENGERTIAN PATIENT SAFETY (KESELAMATAN PASIEN)
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan
pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi : Assesment Risiko, Identifikasi
dan Pengelolaan Risiko (Laporan dan Analisa), Belajar dari Insiden (Tindak Lanjut dan
Implementasi Solusi)
WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi
menerbitkan Nine Life Saving Patient Safety Solutions (Sembilan Solusi Life-Saving
Keselamatan Pasien Rumah Sakit). Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
mendorong rumah sakit - rumah sakit di Indonesia untuk menerapkan Sembilan Solusi Life-
Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi langsung atau bertahap, sesuai
dengan kemampuan dan kondisi rumah sakit masing-masing. Antara lain:
Hak Pasien
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
Kriteria:
Rumah sakit harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria:
Keselamatan Pasien Dan Kesinambungan Pelayanan
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan
antar unit pelayanan.
Kriteria:
Rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP
Kriteria:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
sesuaidengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
Standar:
Kriteria:
Standar:
a. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas
b. RS menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien
Kriteria:
a. Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan
pasien
b. Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training
dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
c. Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
Standar
Kriteria:
Di Rumah Sakit
Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, dengan susunan
organisasi sebagai berikut:
Ketua : dokter
Anggota : dokter, dokter gigi, perawat, tenagakefarmasian dan tenaga kesehatan
lainnya.
Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan internal
tentang insiden
Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KKPRS) secara rahasia
Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan menerapkan
tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit
Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis berdasarkan hasil
dari analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan standar-standar yang baru
dikembangkan.
Di Provinsi/Kabupaten/Kota
Di Pusat
CONTOH KASUS
Kasus yang pernah terjadi di Kinik kami terjadi pada instalasi farmasi dengan kasus
terjadinya kesalahan pemberian obat di apotek rawat jalan dikarenakan penulisan resep yang
terbalik nama pasiennya antara pasien yang berasal dari poliklinik umum yang merupakan
pasien “langganan” dengan pasien yang datang dengan melanjutkan obat (pasien kontrol
rutin) atau sudah sering berobat ke RS.
Pasien Asep Jaelani membawa resep dengan dari poliklinik umum sedangkan pasien
Asep Farhani membawa resep kontrol. Namun pada saat pasien menyerahkan resep pada
petugas penerima resep, kemudian di cek sediaan, kekuatan dan jenis sediaan, dikerjakan
etiket dan pengemasan sesuai dengan yang diperintahkan dalam resep. Setelah obat siap
diserahkan kepada pasien, petugas penyerahan resep memanggil pasien yang bernama Asep
Jaelani. Petugas memberikan konseling mengenai sediaan yang diterima pasien. Namun
kemudian pasien sedikit curiga dengan penjelasan yang diberikan petugas kepada beliau.
Menurut pasien bahwa obat yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi penyakit yang
diderita pasien. Petugas kemudian segera mengecek resep tersebut. Dari hasil cek dan ricek
ternyata petugas tidak salah menuliskan resep pada pasien Asep Jaelani namun identitas
pasien yang ada pada resep tersebut tertukar. Pada saat di panggil nama Asep Farhani, yang
datang menghampiri justru pasien dengan nama Asep Jaelani, tentu saja pasien tersebut
menerima obat yang tidak sesuai keluhannya dan kondisi penyakitnya.
KESIMPULAN
Adanya kemiripan atas nama pasien membuat kesalahan pada saat pemberian obat
yang akan dibawa pasien. Hal ini dimungkinkan adanya kesalahan pada petugas instalasi
farmasi yang tidak atau kurang teliti dalam memeriksa identitas pasien. Petugas instalasi
farmasi kurang berkonsentrasi pada saat pelayanan pasien dengan adanya kemiripan pada
nama pasien pada saat pemeriksaan sehingga membingungkan petugas dan pasien.
Petugas kurang memperhatikan Sembilan solusi life saving di rumah sakit yang
dikeluarkan oleh WHO.