MATA KULIAH
MANAJEMEN PELAYANAN BERFOKUS PASIEN
OLEH:
Rizki Dwi Sukardi
20210309212
DOSEN PENGAMPU :
dr. Djoni Darmadjaja, Sp.B, FINACS
Kendala dalam penerapan Clinical Pathway di rumah sakit adalah Rumah sakit
merupakan suatu institusi yang cukup sulit untuk menyatukan prosedur dari berbagai disiplin
karena Perbedaan latar belakang pendidikan, pengalaman dan keyakinan professional pada
setiap profesi, ini merupakan menjadi kendala dalam penerapan clinical pathway yang sudah
dibuat oleh rumah sakit. Keinginan para klinisi untuk selalu mengikuti evidence base
medicine dengan melakukan standar prosedur terbaik yang kemungkinan tanpa peduli pada
biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit dan Ketidakpedulian klinisi terhadap biaya
pengobatan pasien serta Keengganan untuk membaca dan menghafal konsensus dalam
clinical pathway ini merupakan menjadi alasan penyimpangan dalam penerapan clinical
pathway.
3. CLINICAL LEADERSHIP DI RS
Asuhan klinis pasien merupakan kegiatan profesi yang harus dilakukan secara ilmiah
dan berbasis bukti (evidence based), dan bukan lagi merupakan kegiatan pelayanan yang
melulu berdasarkan pada pengalaman pribadi pemberi asuhan. Untuk itu diperlukan adanya
standar asuhan yang dibuat oleh Profesi dan disahkan penggunaannya di rumah sakit dan
dievaluasi pelaksanaannya oleh otoritas yang diakui di rumah sakit yaitu Komite Medis. Oleh
karenanya selain DPJP sebagai clinical team leader, maka Ketua Kelompok Staf Medis
(KSM) juga menjadi clinical leader yang ikut mengarahkan terlaksananya asuhan klinis
secara baik dan benar. Begitu pula dengan Ketua Komite medis yang merupakan unsur
penjamin mutu dan etika pelayanan medis di rumah sakit juga merupakan clinical leader di
rumah sakit. Perlu adanya pengaturan fungsi dan tugas diantara clinical leader ini yang
disebut dengan clinical leadership.
Dalam pelayanan berfokus pasien kendala Komite medis yaitu kurang merangkul
bagian-bagian kepala KSM (Kelompok Staf Medis), sehingga menimbulkan pelayanan
kepada pasien menjadi tidak seragam, contohnya dalam asuhan pasien masih banyak yang
tidak sesuai/tidak patuh dengan Panduan praktik klinis maupun Clinical Pathway yang sudah
di sahkan oleh direktur
Fungsi Manajer Pelayanan Pasien diuraikan secara rinci dalam Panduan Pelaksanaan
Manajer Pelayanan Pasien (MPP) Clinical Pathway sebagai implementasi dari konsep asuhan
terintegrasi dan kolaboratif Rencana pelayanan (khususnya asuhan) pasien harus dibuat
secara terintegrasi dan kolaboratif oleh semua Profesional pemberi asuhan (PPA),
terdokumentasi dan diverifikasi oleh DPJP sebagai Team leader asuhan pasien. Dokumentasi
rencana asuhan ini lah yang dikenal sebagai Clinical Pathway yang berfungsi ganda yaitu
sebagai acuan semua PPA dalam memberikan asuhan dan juga sebagai alat monitoring
pelaksanaan rencana asuhan. Alat ini akan sangat berguna dalam melaksanakan program
audit klinis, sehingga clinical pathway dikenal sebagai alat kendali mutu dan kendali biaya
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
SOAL KASUS
Dokter dinyatakan bersalah oleh MKDKI karena ini merupakan bentuk pelanggaran
disiplin kedokteran dengan mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang
tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Seharusnya yang
dilakukan adalah Dokter atau dokter gigi dapat mendelegasikan tindakan atau prosedur
kedokteran tertentu kepada tenaga kesehatan tertentu yang sesuai dengan ruang lingkup
keterampilan mereka, dokter atau dokter gigi harus yakin bahwa tenaga kesehatan yang
menerima pendelegasian tersebut, memiliki kompetensi untuk itu, serta Dokter atau dokter
gigi, tetap bertanggung jawab atas penatalaksanaan pasien yang bersangkutan.
Rumah Sakit dinyatakan bersalah oleh pengadilan pidana karena Ketentuan dalam
Pasal 46 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit bahwa rumah sakit
harus bertanggungjawab atas kelalaian yang dilakukan oleh dokter yang berpraktik di rumah
sakit merupakan beban yang ditanggung oleh pemilik dan manajemen rumah sakit. Rumah
Sakit, dengan statusnya sebagai badan hukum, karena diberi kedudukan menurut hukum
sebagai ”persoon” dan karenanya merupakan ”rechtspersoon”, maka Rumah Sakit juga
terbebani hak dan kewajibannya menurut hukum atas tindakan yang dilakukannya. Korporasi
atau badan hukum sebagai subjek hukum dapat dimintai pertanggungjawaban, sesuai dengan
tingkat kesalahannya. Merupakan badan hukum yang beranggota, tetapi mempunyai hak dan
kewajiban sendiri terpisah dari hak dan kewajiban anggota masing-masing.