Anda di halaman 1dari 19

PAPER

KEBIJAKAN PATIENT SAFETY DALAM PERSPEKTIF


WHO

Diajukan Untuk Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keselamatan pasien
Dosen: Irma Mulyani, S.S.T., M.Tr.Keb

RESI PERMADANTI
6220008

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Maraknya gugatan/tuntutan hukum terkait kasus dugaan malpraktik medis
telah menempatkan Tenaga kesehatan pada posisi yang rentan. Tenaga kesehatan
sekarang ini harus menghadapi tiga tantangan sekaligus; masyarakat yang
semakin litigious, mafia hukum yang mengambil kesempatan dalam kesempitan,
serta media masa yang cenderung berpihak pada pasien. Situasi semacam ini telah
memicu munculnya orientasi baru di kalangan tenaga medis, terutama yang
bekerja di rumah sakit-rumah sakit. Dalam menjalankan pekerjaan profesionalnya,
selain berorientasi pada keselamatan pasien (patient safety) (Susila, 2017).
Isu tentang keselamatan pasien mendapatkan perhatian serius dari
pemerintah seperti yang dituangkan dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36
Tahun 2009 dan Undang-Undang Rumah Sakit Nomor 44 Tahun 2009. Rumah
sakit wajib memenuhi hak pasien memperoleh keamanan dan keselamatan selama
dalam perawatan dirumah sakit.Berdasarkan Permenkes 1691/ MENKES/ PER/
VIII/ 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit bahwa setiap rumah sakit
diwajibkan melaksanakan dan menerapkan manajemen keselamatan pasien.
World Health Organitation (WHO) melaporkan studi pada 58 rumah sakit di
Argentina, Colombia, Costa Rica, Mexico and Peru oleh IBEAS (The Latin
American Study of Adverse Events) dan melibatkan 11.379 pasien rawat inap.
Dari hasil studi tersebut 10% admisi mengalami insiden keselamatan pasien akibat
pelayanan kesehatan. Insiden keselamatan pasien ini disebabkan oleh berbagai
sebab yang salah satu diantaranya adalah mahasiswa yang sedang menjalani
praktik klinik. (WHO Patient Safety Curriculum Guide, 2012)
Berdasarkan pelaporan data tentang kejadian tidak diharapkan (KTD) dan
kejadian nyaris cidera (KNC) belum banyak dilakukan oleh rumah sakit di seluruh
Indonesia. Data yang dimiliki Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
dari tahun 2006-2011 berdasarkan jenis kejadian, KTD sebanyak 249 laporan,
KNC sebanyak 283 laporan. Berdasarkan unit penyebab, dari keperawatan

1
2

terdapat 207 laporan, farmasi 80 laporan, laboratorium 41laporan, dokter


33 laporan, sarana prasarana 25 laporan (Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit Indonesia 2011). Dari laporan Peta Nasional, Insiden Keselamatan Pasien di
rumah sakit Indonesia menduduki peringkat pertama (24,8%) dari 10 insiden yang
dilaporkan, termasuk kesalahan pengobatan yang merupakan salah satu indikator
keselamatan pasien. Angka kesalahan pengobatan yang terjadi pada pasien yang
dirawat di rumah sakit berkisar antara 4%-17%. Hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap mutu pelayanan dan biaya perawatan pasien ( dalam penelitian Marlina
Adrini, dkk,2015).
Banyak negara di dunia telah mengakui bahwa keselamatan pasien penting
dan berusaha membangun pendekatan untuk meningkatkan kualitas dan keamanan
p elayanan. Pemerintah di berbagai negara juga menyadari pentingnya mendidik
profesional kesehatan dengan memberikan pemahaman terhadap prinsip-prinsip
dan konsep-konsep keselamatan pasien. Penguatan kompetensi tersebut
diperlukan untuk mengimbangi kompleksitas dari sistem dan tuntutan kebutuhan
tenaga kerja. WHO saat ini memimpin gerakan global untuk membangun
pendidikan keselamatan pasien, prinsip-prinsip dan pendekatan yang mengarah ke
masa depan pelayanan kesehatan, tenaga kerja terdidik untuk melakukan
perawatan pasien di seluruh dunia. Gerakan ini telah dimulai dengan
mengembangkan panduan kurikulum keselamatan pasien dengan perspektif multi
professional serta menggunakan pendekatan sistem kesehatan dengan jangkauan
global. Pendekatan ini membantu mempercepat universitas dan sekolah-sekolah
ilmu kesehatan untuk membangun dan mengintegrasikan pembelajaran
keselamatan pasien ke dalam kurikulum yang sudah ada. WHO bekerja dengan
pemerintah, Universitas dan sekolah di seluruh dunia, asosiasi internasional
professional medis dengan disiplin ilmu kedokteran gigi, kedokteran, kebidanan,
keperawatan dan farmasi dan asosiasi pelajar terkait. Kerjasama ini membuat
pendidikan keselamatan pasien lebih relevan dengan kebutuhan dan persyaratan
lingkungan kerja kontemporer. Gabungan energi, sumber daya dan keahlian
penting dalam mengembangkan edisi multi profesional panduan kurikulum
keselamatan pasien. Penerapan dari rekomendasi ini akan membuahkan hasil yang
3

segera dan terukur dalam membangun pengetahuan dan ketrampilan bagi pelajar
ilmu kesehatan serta mempersiapkan mereka untuk mempraktekkan ketrampilan
tersebut secara aman.

1.2 TUJUAN
Berdasarkan latar belakang yang terurai diatas maka tujuan dari pembuatan paper
yaitu:
1. Untuk mengetahui Kebijakan Patient safety dalam perspektif WHO

1.3 MANFAAT
1. Mahasiswa mampu mempelajari dan mengetahui kebijakan patient sapety
dalam perspektif WHO
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Patient Safety


2.1.1 Pengertian Patient Safety
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk :
assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
dilakukan (DepKes RI, 2006).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/ VIII
/2011 Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
2.1.2 Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit
A. Tujuan keselamatan pasien secara Nasional adalah:
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya KTD di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan KTD Sedangkan
B. Tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:
1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)

4
5

2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang


efektif)
3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan
dari pengobatan resiko tinggi)
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien,
kesalahan prosedur operasi)
5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko
infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien
terluka karena jatuh
2.1.3 Istilah insiden keselamatan pasien yang telah dikenal secara luas
berikut definisinya yaitu:
1. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) / Patient Safety Incident adalah setiap
kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat, kematian dan lain-lain) yang
tidak seharusnya terjadi.
2. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event adalah suatu kejadian
yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu tindakan (“commission”) atau karena tidak bertindak (“omission”),
bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss adalah suatu insiden yang
belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak menyebabkan cedera pada
pasien.
4. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke
pasien, tetapi tidak menimbulkan cedera, dapat terjadi karena
“keberuntungan” (misal: pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi
tidak timbul reaksi obat), atau “peringanan” (suatu obat dengan reaksi
alergi diberikan , diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).
6

5. Kondisi Potensial Cedera (KPC) / “reportable circumstance” adalah


kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbukan cedera, tetapi belum
terjadi insiden.
6. Kejadian Sentinel (Sentinel Event) yaitu suatu KTD yang mengakibatkan
kematian atau cedera yang diharapkan atau tidak dapat diterima seperti:
operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait
dengan keseriusan cedera yang terjadi (misalnya Amputasi pada kaki yang
salah, dan sebagainya) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur
yang berlaku.

2.1.4 Kebijakan-kebijakan yang mendukung “patient safety”


1. UU Tentang Kesehatan & UU Tentang Rumah Sakit
a. Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum
1) Pasal 53 (3) UU No.36/2009; “Pelaksanaan Pelayanan kesehatan
harus mendahulukan keselamatan nyawa pasien.”
2) Pasal 32n UU No.44/2009; “Pasien berhak memperoleh keamanan
dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit.
3) Pasal 58 UU No.36/2009
 “Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang,
tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang
menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya.”
 “…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan
tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan
seseorang dalam keadaan darurat.”
2. Tanggung jawab Hukum Rumah sakit
a. Pasal 29b UU No.44/2009; ”Memberi pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.”
7

b. Pasal 46 UU No.44/2009; “Rumah sakit bertanggung jawab secara


hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang
dilakukan tenaga kesehatan di RS.”
c. Pasal 45 (2) UU No.44/2009; “Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam
melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.”
3. Bukan tanggung jawab Rumah Sakit
a. Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit; “Rumah Sakit
Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau
keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat
berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang
kompresehensif. “
4. Hak Pasien
a. Pasal 32d UU No.44/2009; “Setiap pasien mempunyai hak
memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional”
b. Pasal 32e UU No.44/2009; “Setiap pasien mempunyai hak
memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar
dari kerugian fisik dan materi”
c. Pasal 32j UU No.44/2009; “Setiap pasien mempunyai hak tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan”
d. Pasal 32q UU No.44/2009; “Setiap pasien mempunyai hak menggugat
dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana”
5. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien
a. Pasal 43 UU No.44/2009
1) RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien
8

2) Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan


insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam
rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.
3) RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang
membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri
4) Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan
ditujukan untuk mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan
keselamatan pasien.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mewujudkan patient safety butuh upaya dan kerjasama dari berbagai pihak
karena pasien safety merupakan upaya dari seluruh komponen sarana pelayanan
kesehatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan keselamatan
kesehatan khususnya pada tahap perencanaan kebijakan kesehatan perlu
dilakukan perumusan masalah kebijakan itu sendiri, kemudian merencanakan
kebijakan kesehatan dan menganalisis dasar-dasar dalam membuat kebijakan
kesehatan untuk terwujudnya perencanaan kesehatan masyarakat Indonesia yang
maksimal.
Diharapkan dengan sistem keselamatan pelayanan kesehatan tersebut
tanggung jawab pemerintah dan para pemberi pelayanan dalam melayani
kesehatan semua rakyatnya dapat tercapai sehingga angka kesehatan masyarakat
dapat meningkat. Oleh karena itu pentingnya diciptakan kebijakan dalam
pelayanan kesehatan supaya mempunyai tujuan bersama yang bersifat jelas
karena kebijakan dapat diartikan sebagai tujuan bersama.

9
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2011). Keselamatan pasien Rumah Sakit.
Jakarta: Menteri Kesehatan
Resi Permadanti
6220008
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah
suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan
* Tujuan keselamatan pasien secara internasional
adalah:
• Identify patients correctly (mengidentifikasi
pasien secara benar)
• Improve effective communication (meningkatkan
Tujuan keselamatan pasien secara komunikasi yang efektif)
Nasional adalah: • Improve the safety of high-alert medications
▪ Terciptanya budaya keselamatan (meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko
pasien di Rumah Sakit tinggi)
▪ Meningkatnya akuntabilitas
• Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong
Rumah Sakit terhadap pasien dan
masyarakat
procedure surgery (mengeliminasi kesalahan
▪ Menurunnya KTD di Rumah Sakit penempatan, kesalahan pengenalan pasien,
▪ Terlaksananya program-program kesalahan prosedur operasi)
pencegahan sehingga tidak • Reduce the risk of health care-associated
terjadi penanggulangan KTD infections (mengurangi risiko infeksi yang
Sedangkan berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
• Reduce the risk of patient harm from falls
(mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh
Kebijakan-kebijakan yang mendukung
“patient safety”

UU Tentang Kesehatan & UU Tentang Rumah Sakit


Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum
1. Pasal 53 (3) UU No.36/2009; “Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan
nyawa pasien.”
2. Pasal 32n UU No.44/2009; “Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di Rumah Sakit.
3. Pasal 58 UU No.36/2009
• “Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya.”
• “…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.”
Tanggung jawab Hukum Rumah sakit Bukan tanggung jawab
1. Pasal 29b UU No.44/2009; ”Memberi Rumah Sakit
pelayanan kesehatan yang aman, • Pasal 45 (1) UU
bermutu, antidiskriminasi, dan efektif No.44/2009 Tentang
dengan mengutamakan kepentingan Rumah sakit; “Rumah
pasien sesuai dengan standar Sakit Tidak bertanggung
pelayanan Rumah Sakit.” jawab secara hukum
2. Pasal 46 UU No.44/2009; “Rumah sakit apabila pasien dan/atau
bertanggung jawab secara hukum keluarganya menolak
terhadap semua kerugian yang atau menghentikan
ditimbulkan atas kelalaian yang pengobatan yang dapat
dilakukan tenaga kesehatan di RS.” berakibat kematian
3. Pasal 45 (2) UU No.44/2009; “Rumah pasien setelah adanya
sakit tidak dapat dituntut dalam penjelasan medis yang
melaksanakan tugas dalam rangka kompresehensif. “
menyelamatkan nyawa manusia.”
Hak Pasien
1. Pasal 32d UU No.44/2009; “Setiap pasien
mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan
yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional”
2. Pasal 32e UU No.44/2009; “Setiap pasien
mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif
dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian
fisik dan materi”
3. Pasal 32j UU No.44/2009; “Setiap pasien mempunyai
hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan”
4. Pasal 32q UU No.44/2009; “Setiap pasien
mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut
Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar baik secara perdata ataupun pidana”
Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien
1. Pasal 43 UU No.44/2009
2. RS wajib menerapkan standar keselamatan
pasien
3. Standar keselamatan pasien dilaksanakan
melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan
menetapkan pemecahan masalah dalam
rangka menurunkan angka kejadian yang
tidak diharapkan.
4. RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien
kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan oleh
menteri
5. Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat
secara anonym dan ditujukan untuk
mengoreksi sistem dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai