SAFETY
I. PENGERTIAN
Tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan (Kohn,
Corrigan & Donaldson, 2000). Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
implementasi solusi untuk meminimalkan resiko. Meliputi:
1) Assessment risiko
2) Identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien
3) Pelaporan dan analisis insiden
4) Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5) Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Menurut IOM, Keselamatan Pasien (Patient Safety) didefinisikan sebagai
freedom from accidental injury. Accidental injury disebabkan karena error yang meliputi
kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan.
Accidental injury juga akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).
Accidental injury dalam prakteknya akan berupa kejadian tidak diinginkan (KTD
= missed = adverse event) atau hampir terjadi kejadian tidak diinginkan (near miss). Near
miss ini dapat disebabkan karena: keberuntungan (misal: pasien terima suatu obat kontra
indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal
akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan),
atau peringanan (suatu obat dengan over dosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu
diberikan antidotenya).
II. Tujuan Patient safety:
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
2. Meningkatnya akuntabilitas RS terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya KTD di RS
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
KTD
(Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006)
Tujuan penanganan patient safety menurut (Joint Commission International):
Mengidentifikasi pasien dengan benar, meningkatkan komunikasi secara efektif,
meningkatkan keamanan dari high-alert medications, memastikan benar tempat, benar
prosedur, dan benar pembedahan pasien, mengurangi resiko infeksi dari pekerja
kesehatan, mengurangi resiko terjadinya kesalahan yang lebih buruk pada pasien.
Kriterianya adalah
Kriterianya adalah:
Standarnya adalah
Kriterianya adalah:
Standarnya adalah
Kriterianya adalah
Standarnya adalah
Kriterianya adalah
Standarnya adalah
Kriterianya adalah
1) memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat
topik keselamatan pasien
2) mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.
3) menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork)
guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam
rangka melayani pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Standarnya adalah
Bagi Tim:
Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yg tepat
2. Pimpin dan dukung staf anda, “bangunlah komitmen &focus yang kuat & jelas
tentang KP di RS anda”
Bagi Rumah Sakit:
Ada anggota Direksi yg bertanggung jawab atas KP
Di bagian-2 ada orang yg dpt menjadi “Penggerak” (champion) KP
Prioritaskan KP dlm agenda rapat Direksi/Manajemen
Masukkan KP dlm semua program latihan staf
Bagi Tim:
Bagi Tim:
Diskusi isu KP dlm forum2, utk umpan balik kpd mjmn terkait
Penilaian risiko pd individu pasien
Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, & langkah
memperkecil risiko tsb
4. Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf Anda agar dg mudah dpt
melaporkan kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS”
Bagi Rumah sakit:
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dlm maupun ke
luar yg hrs dilaporkan ke KKPRS – PERSI
Bagi Tim:
Dorong anggota utk melaporkan setiap insiden & insiden yg telah dicegah
tetapi tetap terjadi juga, sbg bahan pelajaran yg penting
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, “kembangkan cara-cara komunikasi
yg terbuka dengan pasien”
Bagi Rumah Sakit
Kebijakan : komunikasi terbuka ttg insiden dg pasien & keluarga
Pasien & keluarga mendpt informasi bila terjadi insiden
Dukungan,pelatihan & dorongan semangat kpd staf agar selalu terbuka kpd
pasien & kel. (dlm seluruh proses asuhan pasien
Bagi Tim:
Hargai & dukung keterlibatan pasien & kel. bila tlh terjadi insiden
Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & kel. bila terjadi insiden
Segera stlh kejadian, tunjukkan empati kpd pasien & kel.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien, “dorong staf anda
utk melakukan analisis akar masalah utk belajar bagaimana & mengapa kejadian
itu timbul”
Bagi Rumah Sakit:
Staf terlatih mengkaji insiden scr tepat, mengidentifikasi sebab
Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause
Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects Analysis (FMEA) atau metoda
analisis lain, mencakup semua insiden & minimum 1 x per tahun utk proses
risiko tinggi
Bagi Tim:
Bagi Tim:
Jenis-jenis APD
3. Pembersihan -> menghilangkan kotoran dan mikroorganisme dari kulit dan objek,
dengan menggunakan sabun dan air.
1. Pakaian pelindung
2. Pembuangan yang aman pada limbah tubuh dan benda-benda terinfeksi,misalnya
balutan.
Teknik bersih ( asepsis medis ) mengurangi jumlah mikroorganisme yang ada dan
mencegahnya masuk ke pasien.
Teknik pembedahan ( asepsis bedah ) mencakup mempertahankan objek dan area
bebas mikroorganisme untuk meyakinkan bahwa prosedur pembedahan steril.
Adapun teknik bersih yang bisa dijadikan pedoman untuk pengendalian infeksi.
1. Bersihkan luka dari sisi luka bagian dalam kearah luar. Ganti balutan yang kotor dan
buang dengan benar. Gunakan salin normal untuk mencuci luka yang bersih. Gunakan
betadine dan chlorexidine untuk membersihkan kulit. Gunakan sabun dan air untuk
mencuci luka kotor.
2. Cegah penyebaran mikroorgamisme dalam droplet. Dorong pasien menutup mulut
mereka dengan menggunakan tissue atau sapu tanganbila bersin.
3. Jangan pernah mengizinkan pasien menggunakan alat pribadi bersam orang lain.
Pertahankan tempat tidur bersih dan kering.tidak boleh ada air dan botol diatasnya.
4. Bersihkan dan desinfektan objek kotor yang akan digunakan ulang
5. Jangan membiarkan linen kotor dan artikel lain menyentuh seragam anda. Buang dengan
tepat.
6. Kosongkan pengisap dan botol drainase sebelum botol penuh
7. Jangan menyebarkan debu dengan mengibas linen
8. Jangan menempel alat dan kain dilantai
9. Gunakan sarung tangan bersih bila memengang cairan tubuh.
10. Gunakan pakaian pelindung
11. Ketika membersihkan area kotor , bersihkan dulu area yang tidak kotor.
12. Tunnagkan cairan ke wastafel dekat kran sehingga tidak terciprat
13. Tempat jarum dan spoit kedalam wadah khusus
14. Cuci tangan dengan sering.
Selain itu perawatan alat juga perlu diperhatikan, Adapaun teknik perawatan alat yakni:
Sebelum mencuci alat bedah yang digunakan jarum dan spuit yang dapat dipakai
lang, dan sarung tangan harus didekonrtaminasikan . dekontaminasi dengan larutan
pemutih klorin 0,5% untuk dekontaminasi virus HIV/AIDS dan hepatitis B.
Ketika anda mencuci objek kotor , pertama kali cuci dengan air dingin muntuk
melepas material organic seperti mucus dan darah. Setelah itu cuci dengan air panas,
jika perlu gunakan sikat membersihkannya
DAFTAR PUSTAKA
Hasting G. 2006. Service Redesign: Eight steps to better patient safety. Health Service
Journal.http://www.goodmanagement-hsj.co.uk/patientsafety
Departemen Kesehatan R.I(2006). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit.
utamakan keselamatan pasien. Bakit Husada
Depertemen Kesehatan R.I (2006). Upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
(konsep dasar dan prinsip). Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Rumah Sakit
Khusus dan Swasta.
Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient Safety Dalam Perspektif Hukum
Kesehatan.
Kozier, B. Erb, G. & Blais, K. (1997) Professional nursing practice concept, and
prespective. California: Addison Wesley Logman, Inc.
Lestari, Trisasi. Konteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan Langkah
Untuk Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol II/Nomor.04/2006
Hal.1-3
Nursalam, (2002). Manajemen keperawatan. aplikasi dalam praktik keperawatan
profesional. Salemba Medika. Jakarta.
PERSI – KARS, KKP-RS. (2006). Membangun budaya keselamatan pasien rumah sakit.
Lokakarya program KP-RS. 17 Nopember 2006