Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PATIENT

SAFETY
I. PENGERTIAN
Tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan (Kohn,
Corrigan & Donaldson, 2000). Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
implementasi solusi untuk meminimalkan resiko. Meliputi:
1)   Assessment risiko
2)   Identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien
3)   Pelaporan dan analisis insiden
4)   Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5)   Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Menurut IOM, Keselamatan Pasien (Patient Safety) didefinisikan sebagai
freedom from accidental injury. Accidental injury disebabkan karena error yang meliputi
kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan.
Accidental injury juga akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).
Accidental injury dalam prakteknya akan berupa kejadian tidak diinginkan (KTD
= missed = adverse event) atau hampir terjadi kejadian tidak diinginkan (near miss). Near
miss ini dapat disebabkan karena: keberuntungan (misal: pasien terima suatu obat kontra
indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal
akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan),
atau peringanan (suatu obat dengan over dosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu
diberikan antidotenya).
II. Tujuan Patient safety:
1.      Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
2.      Meningkatnya akuntabilitas RS terhadap pasien dan masyarakat
3.      Menurunnya KTD di RS
4.      Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
KTD
(Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006)
Tujuan penanganan patient safety menurut (Joint Commission International):
Mengidentifikasi pasien dengan benar, meningkatkan komunikasi secara efektif,
meningkatkan keamanan dari high-alert medications, memastikan benar tempat, benar
prosedur, dan benar pembedahan pasien, mengurangi resiko infeksi dari pekerja
kesehatan, mengurangi resiko terjadinya kesalahan yang lebih buruk pada pasien.

III. Pentingnya Patient Safety


Hampir setiap tindakan medik menyimpan potensi risiko, yaitu:
a. Kesalahan Medis (Medical Error)
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. (KKP-RS)
b. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/ Adverse Event
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (ommision), dan bukan
karena “underlying disease” atau kondisi pasien (KKP-RS).
c. Nyaris Cedera (NC)/ Near Miss
Suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena :
1. Keberuntungan,  misalnya: pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak
timbul reaksi obat
2. Pencegahan, suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan
3. Peringanan, suatu obat dengan over dosis lethal diberikan, diketahui secara dini
lalu diberikan antidotenya.(KKP-RS)
Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan kesehatan
mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah
adverse event yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain
cenderung tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita semua.
Jenis kesalahan berdasarkan kontribusi manusia pada terjadinya suatu kesalahan:
1. Kesalahan aktif (active errors), terjadi pada level petugas kesehatan atau staf RS
yang bekerja didepan dan efeknya terjadi hampir secara tiba-tiba
2. Kesalahan tersembunyi (letent errors), terjadi dalam level manajemen seperti
design yang kurang baik, instalansi yang tidak tepat, pemeliharaan yang gagal,
keputusan manajemen yang buruk, dan struktur organisasi yang kurang baik.
Kesalahan tersembunyi sulit untuk dicatat sehingga sering kesalahan seperti ini
tidak dapat dikenal (Reason, 2000)
Dampak dari medical error sangat beragam, mulai dari yang ringan dan sifatnya
reversible hingga yang berat berupa kecacatan atau bahkan kematian. Sebagian
penderita terpaksa harus dirawat di rumah sakit lebih lama (prolonged
hospitalization) yang akhirnya berdampak pada biaya perawatan yang lebih besar. 
Sejak masalah medical error menggema di seluruh belahan bumi melalui berbagai
media baik cetak maupun elektronik hingga ke journal-journal ilmiah ternama, dunia
kesehatan mulai menaruh kepedulian yang tinggi terhadap isu patient safety.
1. WHO memulai Program Patient Safety  pada tahun 2004 :
“Safety is a fundamental principle of patient  care and  a critical component of 
quality management.” (World Alliance for Patient  Safety, Forward Programme 
WHO,2004)  
2. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS)  dibentuk  PERSI, pada Tgl
1-1-2005
3.   Menteri Kesehatan bersama PERSI dan KKP-RS telah mencanangkan Gerakan 
Keselamatan  Pasien  Rumah  Sakit pd Seminar Nasional PERSI tgl 21 Agustus
2005, di JCC

IV. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PATIENT SAFETY


1. Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre for
Patient  Safety, 2 May 2007), yaitu:
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike
medication names)
2. Pastikan identifikasi pasien
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.

2. Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety


Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of
Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002),yaitu:
1. Hak pasien
Standarnya adalah
1) Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).

Kriterianya adalah

1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan


2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
3) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
yang jelas dan benar   kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan
hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya KTD
2. Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah
1) RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban &
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

Kriterianya adalah:

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn


keterlibatan pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di
RS harus ada system dan mekanisme mendidik pasien & keluarganya
tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.Dengan
pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:

1) Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur


2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
3) Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti
4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
8) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Standarnya adalah

RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar


tenaga dan antar unit pelayanan.

Kriterianya adalah:

1) koordinasi pelayanan secara menyeluruh


2) koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan
sumber daya
3) koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
4) komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
5) Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

Standarnya adalah

RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada,


memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif KTD, & melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta KP.

Kriterianya adalah

1) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang


baik, sesuai dengan  ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit”.
2) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
3) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
4) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis
5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

Standarnya adalah

1) Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan


“7 Langkah Menuju KP RS ”.
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi
risiko KP & program mengurangi KTD.
3) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit &
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP
4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur,
mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
5) Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam
meningkatkan kinerja RS & KP.

Kriterianya adalah

1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan


pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden,
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden,
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja
rumah sakit dan keselamatan pasien
10) Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standarnya adalah

1) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap


jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
2) RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.

Kriterianya adalah

1) memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat
topik keselamatan pasien
2) mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.
3) menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork)
guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam
rangka melayani pasien.

7.      Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

   Standarnya adalah

1) RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP


untuk memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
2) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.

           Kriterianya adalah

1) disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses


manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal
terkait dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi manajemen informasi yang ada

3. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS (berdasarkan KKP-RS No.001-


VIII-2005) sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, “ciptakan kepemimpinan &
budaya yang terbuka dan adil”
Bagi Rumah sakit:
 Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul fakta,  
dukungan kepada staf, pasien, keluarga
 Kebijakan: peran & akuntabilitas individual pada insiden
 Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
 Lakukan asesmen dg menggunakan survei penilaian KP

Bagi Tim:

 Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
 Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yg tepat

2. Pimpin dan dukung staf anda, “bangunlah komitmen &focus yang kuat & jelas
tentang KP di RS anda”
Bagi Rumah Sakit:
 Ada anggota Direksi yg bertanggung jawab atas KP
 Di bagian-2 ada orang yg dpt menjadi “Penggerak” (champion) KP
 Prioritaskan KP dlm agenda rapat Direksi/Manajemen
 Masukkan KP dlm semua program latihan staf
Bagi Tim:

 Ada “penggerak” dlm tim utk memimpin Gerakan KP


 Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP
 Tumbuhkan sikap ksatria yg menghargai pelaporan insiden
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, “kembangkan sistem & proses
pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yg potensial
brmasalah”
Bagi Rumah Sakit:
 Struktur & proses mjmn risiko klinis & non klinis, mencakup KP
 Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
 Gunakan informasi dr sistem pelaporan insiden & asesmen risiko &
tingkatkan kepedulian thdp pasien

Bagi Tim:

 Diskusi isu KP dlm forum2, utk umpan balik kpd mjmn terkait
 Penilaian risiko pd individu pasien
 Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, & langkah
memperkecil risiko tsb
4. Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf Anda agar dg mudah dpt
melaporkan kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS”
Bagi Rumah sakit:
 Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dlm maupun ke
luar yg hrs dilaporkan ke KKPRS – PERSI

Bagi Tim:

 Dorong anggota utk melaporkan setiap insiden & insiden yg telah dicegah
tetapi tetap terjadi juga, sbg bahan pelajaran yg penting
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, “kembangkan cara-cara komunikasi
yg terbuka dengan pasien”
Bagi Rumah Sakit
 Kebijakan : komunikasi terbuka ttg insiden dg pasien & keluarga
 Pasien & keluarga mendpt informasi bila terjadi insiden
 Dukungan,pelatihan & dorongan semangat kpd staf agar selalu terbuka kpd
pasien & kel. (dlm seluruh proses asuhan pasien

Bagi Tim:

 Hargai & dukung keterlibatan pasien & kel. bila tlh terjadi insiden
 Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & kel. bila terjadi insiden
 Segera stlh kejadian, tunjukkan empati kpd pasien & kel.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien, “dorong staf anda
utk melakukan analisis akar masalah utk belajar bagaimana & mengapa kejadian
itu timbul”
Bagi Rumah Sakit:
 Staf terlatih mengkaji insiden scr tepat, mengidentifikasi sebab
 Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause
Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects Analysis (FMEA) atau metoda
analisis lain, mencakup semua insiden & minimum 1 x per tahun utk proses
risiko tinggi

Bagi Tim:

 Diskusikan dlm tim pengalaman dari hasil analisis insiden


 Identifikasi bgn lain yg mungkin terkena dampak & bagi pengalaman tersebut
7. Cegah cedera melalui implementasi system Keselamatan pasien, “Gunakan
informasi yg ada ttg kejadian/masalah utk melakukan perubahan pd sistem
pelayanan”
Bagi Rumah Sakit:
 Tentukan solusi dg informasi dr sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian
insiden, audit serta analisis
 Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan staf &
kegiatan klinis, penggunaan instrumen yg menjamin KP
 Asesmen risiko utk setiap perubahan
 Sosialisasikan solusi yg dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
 Umpan balik kpd staf ttg setiap tindakan yg diambil atas insiden

Bagi Tim:

 Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman


 Telaah perubahan yg dibuat tim & pastikan pelaksanaannya
 Umpan balik atas setiap tindak lanjut ttg insiden yg dilaporkan

Jenis-jenis APD

1. Alat pelindung kepala


Fungsi
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi kepala
dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang
melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-
bahan kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu yang ekstrim. Jenis alat
pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety helmet ), topiatau tudung
kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.

2. Alat pelindung mata dan muka


Fungsi
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan
partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda-benda
kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion
maupunyang tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras
ataubenda tajam.
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman (spectacles), 
goggles, tameng muka (face shield ), masker selam, tameng muka dan kacamata
pengaman dalam kesatuan (full face masker ).
3. Alat pelindung telinga.
FungsiAlat
Pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi alat
pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan. Jenis alat pelindung telinga terdiri
dari sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear muff).
4. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya.
Fungsi
Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkanudara bersih
dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel yang
berupa debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/ fume, dansebagainya.b.Jenis alat
pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari masker, respirator, katrit,
kanister.
5. Alat pelindung tangan.
Fungsi
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu
dingin,radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia,
benturan,pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.
Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain
kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia
6. Alat pelindung kaki.
Fungsi
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau berbenturan
dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin,
uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad
renik, tergelincir. Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan
peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan yang
berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah atau licin,
bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan lain-lain.
7. Pakaian pelindung.
Fungsi
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh bagian
badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan apidan benda-
benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas,
benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang,
mikro-organisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti
virus, bakteri dan jamur.
Cuci tangan:
 Selalu melepas perhiasan sebelum mencuci tangan
 Menggunakan sabun dan air mengalir
 Membasahi tangan dan pergelangan tangan , pertahankan tangan lebih rendah
dari siku utnuk menghindari kontaminasi
 Gosok dengan keras hingga berbusa
 Jika tangan anda kotor , gosok agak lama sekitar 4- 5 jam
 Bersihkan bagian bawah kuku anda
 Jika anda menggunakan sabun padat, cuci sabun setelah anda memakainya
 Keringkan tangan dengan cermatdengan handuk kering
 Gunakan sudut handuk untuk menutup kran dioperasikan dengan tangan

Konsep Standar Pengendalain Infeksi


Cara  paling mudah mencegah penyebaran infeksi adalah membunuh mikroorganisme
ketika mereka ada di tangan, alat dan perabot, seperti, tempat tidur pasien. Cara paling efektif
membunuh mikroorganisme adalah:

1. Antisepsis – > membunuh atau menghentikan pertumbuhan mikroorganisme.

2. Dekontaminasi – >membuat objek lebih aman dipegang sebelum pembersihan.

3. Pembersihan -> menghilangkan kotoran dan mikroorganisme dari kulit dan objek,
dengan menggunakan sabun dan air.

4. Disinfeksi kadar tinggi -> membunuh kebanyakan organisme pada objek.

5. Sterilisasi  -> membunuh semua mikroorganisme pada objek,misalnya peralatan


bedah.     

Metode tambahan untuk mencegah infeksi yaitu:        

1. Pakaian pelindung
2. Pembuangan yang aman pada limbah tubuh dan benda-benda terinfeksi,misalnya
balutan.

Untuk mencegah penyebaran infeksi dirumah sakit,perawat dan pemberi


perawatan kesehatan yang lain mengikuti praktik medis dan asepsis bedah.

 Teknik bersih ( asepsis medis ) mengurangi jumlah mikroorganisme yang ada dan
mencegahnya masuk ke pasien.
 Teknik pembedahan ( asepsis bedah ) mencakup mempertahankan objek dan area
bebas mikroorganisme untuk meyakinkan bahwa prosedur pembedahan steril.

Adapun teknik bersih yang bisa dijadikan pedoman untuk pengendalian infeksi.

       Untuk teknik bersih,ikuti pedoman berikut:

1. Bersihkan luka dari sisi luka bagian dalam kearah luar. Ganti balutan yang kotor dan
buang dengan benar. Gunakan salin normal untuk mencuci luka yang bersih. Gunakan
betadine dan chlorexidine untuk membersihkan kulit. Gunakan sabun dan air untuk
mencuci luka kotor.
2. Cegah penyebaran mikroorgamisme dalam droplet. Dorong pasien menutup mulut
mereka dengan menggunakan tissue atau sapu tanganbila bersin.
3. Jangan pernah mengizinkan pasien menggunakan alat pribadi bersam orang lain.
Pertahankan tempat tidur bersih dan kering.tidak boleh ada air dan botol diatasnya.
4. Bersihkan dan desinfektan objek kotor yang akan digunakan ulang
5. Jangan membiarkan linen kotor dan artikel lain menyentuh seragam anda. Buang dengan
tepat.
6. Kosongkan pengisap dan botol drainase sebelum botol penuh
7. Jangan menyebarkan debu dengan mengibas linen
8. Jangan menempel alat dan kain dilantai
9. Gunakan sarung tangan bersih bila memengang cairan tubuh.
10. Gunakan pakaian pelindung
11. Ketika membersihkan area kotor , bersihkan dulu area yang tidak kotor.
12. Tunnagkan cairan ke wastafel dekat kran sehingga tidak terciprat
13. Tempat jarum dan spoit kedalam wadah khusus
14. Cuci tangan dengan sering.                                

Selain itu perawatan alat juga perlu diperhatikan, Adapaun teknik perawatan alat yakni:

 Sebelum mencuci alat bedah yang digunakan jarum dan spuit yang dapat dipakai
lang, dan sarung tangan harus didekonrtaminasikan . dekontaminasi dengan larutan
pemutih klorin 0,5% untuk dekontaminasi virus HIV/AIDS dan hepatitis B.

 Ketika anda mencuci objek kotor , pertama kali cuci dengan air dingin muntuk
melepas material organic seperti mucus dan darah. Setelah itu cuci dengan air panas,
jika perlu gunakan sikat membersihkannya

DAFTAR PUSTAKA
Hasting G. 2006. Service Redesign: Eight steps to better patient safety. Health Service
Journal.http://www.goodmanagement-hsj.co.uk/patientsafety
Departemen Kesehatan R.I(2006). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit.
utamakan keselamatan pasien. Bakit Husada
Depertemen Kesehatan R.I (2006). Upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
(konsep dasar dan prinsip). Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Rumah Sakit
Khusus dan Swasta.
Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient Safety Dalam Perspektif Hukum
Kesehatan.
Kozier, B. Erb, G. & Blais, K. (1997) Professional nursing practice concept, and
prespective. California: Addison Wesley Logman, Inc.
Lestari, Trisasi. Konteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan Langkah
Untuk Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol II/Nomor.04/2006
Hal.1-3
Nursalam, (2002). Manajemen keperawatan. aplikasi dalam praktik keperawatan
profesional. Salemba Medika. Jakarta.
PERSI – KARS, KKP-RS. (2006). Membangun budaya keselamatan pasien rumah sakit.
Lokakarya program KP-RS. 17 Nopember 2006

Anda mungkin juga menyukai