Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan

kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam memenuhi setiap kebutuhan dan haknya

dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas. Sebagai sarana

pelayanan kesehatan yang bersifat kompleks, Rumah Sakit memiliki sumber daya dengan

berbagai multidisiplin ilmu, sehingga besar kemungkinan untuk terjadi masalah atau Kejadian

yang Tidak Diharapkan (KTD) dalam pemberian pelayanan kesehatan (Harsul, dkk., 2018).

Setiap rumah sakit wajib untuk memenuhi sasaran keselamatan pasien. Salah satu sasaran

keselamatan pasien rumah sakit adalah mengurangi risiko pasien jatuh. Pelaksanaan

pengurangan risiko pasien jatuh diperlukan berbagai Standar Operasional Prosedur (SOP) salah

satunya pelaksanaan SOP Pencegahan Pasien Jatuh adalah SOP Asesmen dan Asesmen Ulang

serta SOP Pemasangan Stiker Pasien Risiko Jatuh (Jati, 2017). Kejadian pasien jatuh di rumah

sakit sekitar 3-20% dari pasien rawat inap dan kejadian jatuh setidaknya sekali selama pasien

dirawat, dari 30-51% kejadian jatuh di rumah sakit mengakibatkan cidera, seperti fraktur,

subdural hematoma atau perdarahan yang dapat menyebabkan kematian.

1
2

Kurang optimalnya kepatuhan perawat terhadap penerapan Standar prsedur Operasional (SPO)

pencegahan risiko pasien jatuh dapat meningkatkan insiden pasien jatuh saat dirawat.

Berdasarkan laporan dari tim kesehatan rumah sakit menyatakan bahwa perawat melakukan

insiden keselamatansebesar 4,45% (Ardani, dkk., 2021).

Keselamatan pasien (Patient Safety) diartikan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya

bahaya atau cedera pada pasien selama proses pengobatan. Dari World Health Organization

(WHO) Patient Safety, rumah sakit yang memperoleh suatu akreditasi internasional, harus

menerapkan beberapa syarat yang ditetapkan untuk keselamatan pasien yaitu Enam Sasaran

Keselamatan Pasien ( Six Goal Patient Safety) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan

Pasien Rumah Sakit PERSI ( KKPRS) dan Joint Commission International (JTI), yang meliputi

ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan

obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi tepat prosedur tepat pasien post operasi,

pengurangan risiko infeksi, dan pengurangan risiko pasien jatuh (Puguh Danu S. dkk, 2017).

Pasien jatuh merupakan salah satu insiden di rumah sakit yang sering terjadi yang dapat

mengakibatkan cedera serius bahkan kematian. Pencegahan risiko jatuh merupakan sasaran

keselamatan pasien keenam dan pentinguntuk dilakukan karena pasien jatuh menjadi suatu

insiden yang sangat


3

mengkhawatirkan pada seluruh pasien rawat inap dan menjadi adverse eventkedua terbanyak

dalam perawatan kesehatan setelah kesalahan pengobatan (Hirza Ainin dkk, 2017).

Sebagian besar standar keselamatan pasien/Internationan Patient Safety Goal (IPSG)

khususnya pencegahan risiko jatuh diterapkan oleh perawat. Perawat dituntut untuk selalu

berinteraksi dengan pasien selama 24 jam, waktu interaksi perawat lebih banyak dibandingkan

dengan tenaga kesehatan lainnya untuk berhubungan dengan pasien. Perawat adalah tenaga

kesehatan yang memiliki jumlah terbesar di rumah sakit (40-60%) yang memiliki tugas untuk

selalu menerapkan pencegahan pasien jatuh sehingga memiliki peranan penting dalam

menentukan keberhasilan akreditasi rumah sakit (Hirza Ainin dkk, 2017).

World Health Organization (2019) menyatakan keselamatan pasien merupakan masalah

kesehatan masyarakat global yang serius. Insiden keselamatan pasien di dunia yang merugikan

adalah terkait dengan pasien mengalami kejadian jatuh (35%), prosedur bedah (27 %) dan

kesalahan pengobatan 18,3 %, sedangkan secara keseluruhan di dunia kejadian pelanggaran

pasient safety dengan insiden pasien jatuh sebanyak 85,5% dan bukti kesalahan medis

menunjukkan 50-72,3% (Neri et al, 2020). Prevalensi terhadap kesalahan pada penerapan

patient safety dengan insiden pasien jatuh di Asia pada tahun 2019 sebanyak 30% (Okuyama

et al., 2020)
4

Sementara dalam penelitian yang dilakukan oleh (Damayanti & Bachtiar, 2021) studi

prevalensi menunjukkan bahwa perawatan tidak aman munculdi berbagai negara di dunia,

tetapi juga di Asia menunjukkan data 23-32% kejadian pelanggaran patient safety dengan

insiden pasien jatuh. (Damayanti& Bachtiar, 2021).

Berdasarkan data Kemenkes RI (2020), diperoleh laporan kejadian jatuh berdasarkan akibatnya

adalah tidak ada cedera sebanyak 56%, sebanyak 28% mengalami cedera reversibel, pasien

mengalami kematian didapatkan persentase sebanyak 12%, dan sebanyak 8% pasien

mengalami cedera ireversibel. Laporan insiden keselamatan pasien di Indonesia berdasarkan

propinsi menunjukkan bahwa dari 145 insiden yang dilaporkan terdapat 55 kasus (37,9%)

terjadi diwilayah DKI Jakarta sedangkan berdasarkan jenisnya didapatkan kejadian nyaris

cedera (KNC) sebanyak 69 kasus (47,6%), KTD dengan pasien jatuh sebanyak 67 kasus

(46,2%) dan lain- lain sebanyak 9 kasus (6,2%) (Neri et al., 2021).

Menurut penelitian Ardianto (2020) menjelaskan akar masalah dari insiden jatuh berasal dari

belum optimalnya perencanaan standar operasional prosedur pasien jatuh di suatu institusi,

selain itu kepatuhan perawat dalam pelaksanaa n standar operasional prosedur tersebut dapat

menjadi salah satu faktor risiko dari insiden jatuh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

responden yang memiliki pengetahuan baik berjumlah 41 responden,


5

dimana terdapat 34 responden (82,9%) yang patuh dalam melaksanakan standar operasional

prosedur pencegahan risiko jatuh dan 7 responden (17,1%) yang tidak patuh dalam

melaksanakan standar operasional prosedur pencegahan risiko jatuh. Sedangkan responden

yang memiliki pengetahuan kurang berjumlah 18 responden, dimana terdapat 10 responden

(55,6%) yang patuh dalam melaksanakan standar operasional prosedur pencegahan risiko jatuh

dan 8 responden (44,4%) yang tidak patuh dalam melaksanakan standar operasional prosedur

pencegahan risiko jatuh. Kesimpulan dalam penelitian Ardianto (2020) adalah ada hubungan

pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur

pencegahan risiko jatuh di RSUD Haji Makassar.

Pelaksanaan pengkajian risiko jatuh pada pasien tidak bisa lepas dari peran perawat, serta

pengetahuan mengenai risiko jatuh bahkan memegang peranan yang sangat penting dalam

pelaksanaannya . Perawat adalah anggota inti tenaga kesehatan yang jumlahnya besar dirumah

sakit (40-60%)dan pelayaanan keperawatan yang diberikan 6 merupakan bagian integral dari

pelayanan kesehatan dan memiliki peran yang besar untuk mewujudkankeselamatan pasien

salah satunya pencegahan resiko jatuh. Berdasarkan teori keperawatan Faye G. Abdellah

(2015), pencegahan resiko jatuh dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya kecelakaan pada

pasien baik disengaja maupun tidak, mencegah timbulnya cedera ataupun trauma lain serta

mencegah meluasnya infeksi pada pasien. Pelayanan yang diberikan


6

oleh perawat setelah pasien mengalami kejadian jatuh diantaranya dengan memberikan pasien

perawatan yang berkesinambungan dengan tujuan menghilangkan rasa nyeri pada pasien dan

mengurangi rasa ketidaknyamanan pasien serta dengan memberikan rasa aman pada pasien.

Teori ini sejalan dengan tujuan dari sasaran keselamatan pasien, dimana perawat harus mampu

memberikan keamanan untuk pasien (Rahmawati, Mustafidah, dan Annisa, 2019). Tugas

perawat antara lain melakukan identifikasi pada pasien berkaitan dengan peningkatan resiko

cedera akibat jatuh, melakukan pengelolaan pengkajian resiko jatuh pada pasien sesuai dengan

diagnosa medis pasien, mengelola pengkajian menjadi suatu data, dan perawat harus konsisten

untuk menilai kembali perubahan kondisi pasien selama dirawat di rumah sakit (Partinah &

Rumah, 2017). Mayoritas kasus jatuh di Unit Rawat Inap dapat dicegah dengan peran perawat

yang proaktif dalam mengenali faktor-faktor resiko jatuh dan menerapkan tindakan

pencegahan jatuh dengan tepat sehingga dapat menurunkan angka kejadian jatuh di Rumah

Sakit (Mitchell, 2018). Berdasarkan data dari Komite Mutu dan Manajemen Risiko RSUD

Pesanggrahan, pada tahun2019 terdapat 5 kejadian jatuh, sebanyak 4 pasien dari Ruang Rawat

Inap isolasi Dewasa dan 1 pasien dari Ruang Rawat Inap Anak. Pada tahun 2020 terdapat 7

kejadian jatuh, diantaranya 3 pasien terjadi di Ruang Rawat Inap isolasi.


7

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 September 2022, pada pukul

15.00 WIB di Ruang Rawat Inap isolasi RSUD Pesanggrahan Jakarta Selatan, dengan

melakukan wawancara secara insidental kepada 3 perawat sebagai perwakilan di setiap ruang

(adenium, antorium, aglonema) didapatkan hasil jika 6 perawat mengetahui mengenai

pengkajian resiko jatuh dan berusaha melaksanakan SPO (Standar Prosedur Operasional)

pencegahan resiko jatuh sebagai bentuk tanggung jawab perawat dalam menjaga keselamatan

pasien, perawat mengatakan sudah melakukan pencegahan resiko jatuh sesuai SPO, namun

hasil pengamatan peneliti masih di jumpai 5 perawat yang tidak mengetahui mengenai

pengkajian resiko jatuh seperti jenis resiko jatuh dan waktu untuk evaluasi pengkajian sehingga

tidak melakukan pencegahan sesuai SPO. 3 perawat lain mengatakan kadang ingat kadang lupa

mengenai pengkajian resiko jatuh, kadang-kadang melaksanakan SPO karena lupa, dan 5

perawat lainnya mengatakan tidak mempunyai kesempatan melakukan pengkajian serta

memantau kondisi seluruh pasien. Hal ini tentu menjadi penting untuk dibahas karena rumah

sakit seharusnya mampu untuk menyikapi kejadianini yang mana menimbulkan dampak pada

pasien. Berdasarkan hasil studi pendahuluan maka peneliti tertarik untuk membahas mengenai

hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan standar prosedur

operasional resiko jatuh pasien di RSUD Pesanggrahan Jakarta Selatan.


8

B. Rumusan Masalah

Rumah Sakit merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan

kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam memenuhi setiap kebutuhan dan haknya

dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas. Sebagai sarana

pelayanan kesehatan yang bersifat kompleks, Rumah Sakit memiliki sumber daya dengan

berbagai multidisiplin ilmu, sehingga besar kemungkinan untuk terjadi masalah atau Kejadian

yang Tidak Diharapkan (KTD) dalam pemberian pelayanan kesehatan (Harsul, dkk., 2018).

Pelaksanaan pengkajian risiko jatuh pada pasien tidak bisa lepas dari peran perawat, serta

pengetahuan mengenai risiko jatuh bahkan memegang peranan yang sangat penting dalam

pelaksanaannya. Perawat adalah anggota inti tenaga kesehatan yang jumlahnya besar dirumah

sakit (40-60%) dan pelayaanan keperawatan yang diberikan 6 merupakan bagian integral dari

pelayanan kesehatan dan memiliki peran yang besar untuk mewujudkan keselamatan pasien

salah satunya pencegahan resiko jatuh. Berdasarkan teori keperawatan Faye G. Abdellah,

pencegahan resiko jatuh dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya kecelakaan pada pasien

baik disengaja maupuntidak, mencegah timbulnya cedera ataupun trauma lain serta mencegah

meluasnya infeksi pada pasien.

Pelayanan yang diberikan oleh perawat setelah pasien mengalami kejadian jatuh diantaranya

dengan memberikan pasien perawatan yang


9

berkesinambungan dengan tujuan menghilangkan rasa nyeri pada pasien danmengurangi rasa

ketidaknyamanan pasien serta dengan memberikan rasa aman pada pasien. Teori ini sejalan

dengan tujuan dari sasaran keselamatan pasien, dimana perawat harus mampu memberikan

keamanan untuk pasien (Rahmawati, Mustafidah, dan Annisa, 2019). Sehingga perlunya

pengetahuan pada perawat untuk mengurangi resiko jatuh pasien di RSUD Pesanggrahan

Jakarta Selatan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan pengetahuan

dengan kepatuhan perawat dalam

pelaksanaan standar prosedur operasional resiko jatuh pasien di RSUDPesanggrahan Jakarta

Selatan?”

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana karakteristik perawat (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

lama kerja, dan status kepegawaian) di RSUD Pesanggrahan Jakarta

Selatan?

2. Bagaimana tingkat pengetahuan perawat dalam pelaksanaan pencegahan

pasien jatuh di RSUD Pesanggrahan Jakarta Selatan?

3. Bagaimana kepatuhan perawat dalam pelaksanaan standar prosedur

operasional resiko jatuh pasien di RSUD Pesanggrahan Jakarta Selatan?

4. Adakah hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam

pelaksanaan standar prosedur operasional resiko jatuh pasien di RSUD

Pesanggrahan Jakarta Selatan?


10

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan standart

prosedur operasional resiko jatuh pasien di RSUD Pesanggrahan Jakarta Selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, lama kerja, dan status kepegawaian) di RSUD

Pesanggrahan Jakarta Selatan.

b. Mengidentifikasi pengetahuan perawat dalam pelaksanaan pencegahan

pasien jatuh di RSUD Pesanggrahan Jakarta Selatan.

c. Mengidentifikasi kepatuhan perawat dalam pelaksanaan standar

prosedur operasional resiko jatuh pasien di RSUD Pesanggrahan

Jakarta Selatan.

d. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam

pelaksanaan SOP resiko jatuh pasien di RSUD Pesanggrahan Jakarta

Selatan.

E. Manfaat Penelitian

1. Rumah Sakit

Diharapkan dapat memberikan manfaat kepada RSUD Pesanggrahan selaku instansi yang

terkait mengenai hubungan pengetahuan dengankepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP

resiko jatuh menjadi data


11

dasar dalam melakukan upaya pelayanan kesehatan, misalnya dalam bentuk

pendidikan kesehatan kepada pasien yang mengalami penurunan kesehatan.

2. Institusi Pendidikan

Menambah referensi kepustakaan dan sebagai bahan informasi bagi

mahasiswa tentang pelaksanaan pencegahan pasien jatuh yang merupakan

salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi pelayanan kesehatan pada

pasien

3. Manfaat bagi Keperawatan

Untuk menambah pembendaharaan ilmu pengetahuan dalam bidang

keperawatan, Sebagai informasi bagi perawat mengenai hubungan

pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pencegahan

risiko pasien jatuh untuk meningkatkan kompetensi yang berkaitan dengan

patient safety, khususnya pencegahan pasien jatuh.

4. Manfaat Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan data awal

untuk melakukan penelitian terkait, ilmu pengetahuan dan wawasan serta

pengujian konkrit tentang hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat

dalam pelaksanaan standart operasional resiko jatuh.

Anda mungkin juga menyukai