Anda di halaman 1dari 36

Asuhan Keperawatan Keluarga

Untuk Meningkatkan Relisiensi Keluarga dalam menghadapi “New Normal Life”


di Masa Pandemik Covid 19

Theresa Lian Kurniawati


NIM. 2020030156

Progsus S1 Ners
Stikes Husada Jombang
Tahun 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karuniaNya, sehingga pada akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul Asuhan Keperawatan Keluarga untuk Meningkatkan Relisiensi
Keluarga dalam menghadapi “New Normal Life” di Masa Pandemik Covid 19

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada pembimbing kami


dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini sejak awal
hingga selesainya tugas ini.

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat dalam
memenuhi tugas dalam mata kuliah keperawatan keluarga.

Kami menyadari bahwa penulisan tugas ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan bantuan dan partisipasi teman sejawat
untuk memberikan masukan dan saran guna menyempurnakan referat ini di masa
mendatang.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya atas


perhatian dan dukungannya, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 17
Juni 2021

Penulis

2
Daftar Isi
Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi............................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................6

1.1 Latar Belakang....................................................................................................6

1.2 Tujuan asuhan keperawatan................................................................................7

1.3 Manfaat...............................................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................9

2.1 Konsep dasar Penyakit........................................................................................9

2.2 Konsep Covid-9................................................................................................16

BAB III LAPORAN MANAJEMEN KASUS................................................................20

3.1 Profil lahan...........................................................................................................20

3.2 Ringkasan proses asuhan keperawatan.................................................................20

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN..................................................................32

4.1 Analisis.............................................................................................................32

4.2 Analisis Asuhan Keperawatan Keluarga..............................................................

4.3 Pembahasan......................................................................................................32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................40

5.1 Kesimpulan.......................................................................................................40

5.2 Saran.................................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................42LAMPIRAN
.........................................................................................................................................42

3
BAB I

PENDAHULUAN

4
A. Latar Belakang

Tiongkok melaporkan kasus pneumonia misterius yang belum ditemukan


penyebabnya. Data epidemiologi menunjukkan bahwa pasien terpajan dengan satu
pasar seafood di Wuhan Provinsi Hubei Tiongkok dengan persentase 66%.
Menurut Huang, et al. (2020), hasil penelitian dengan menggunakan sampel isolat
dari pasien didapatkan bahwa terdapat jenis betacoronavirus tipe baru, diberi
nama 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV).

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pada tanggal 11


Februari 2020 virus baru tersebut diberi nama Severa Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan penyakitnya dinamai sebagai
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Di Indonesia pandemi Coronavirus
terjadi pada tanggal 2 Maret 2020, hal tersebut diawali dengan temuan penderita
COVID-19. Tercatat pada 26 Juni 2020, jumlah kasus Covid-19 bertambah
sebanyak 1.240 kasus sehingga total kasus positif Covid-19 mencapai 51.427
kasus. Total pasien yang dinyatakan sembuh mencapai 21.333 orang dan total
pasien yang meninggal mencapai 2.683 orang (Kemenkes RI, 2020). Burhan, dkk
(2020) mengatakan bahwa COVID-19 telah diumumkan WHO menjadi pandemi
di dunia pada tanggal 11 Maret 2020.

Coronavirus tergolong dalam keluarga besar virus yang dapat


menyebabkan timbulnya suatu penyakit pada manusia maupun hewan. Umumnya,
pada manusia dapat terjadi penyakit infeksi saluran pernapasan diantaranya flu
biasa hingga penyakit yang serius seperti Sindrom Pernapasan Akut Berat/ Severe
Acute Respiratory Syndrome atau SARS dan Middle East Respiratory Syndrome
atau 2 MERS. Safrizal, dkk (2020) menyatakan bahwa penyebaran penyakit ini
terutama dari manusia ke manusia melalui tetesan pernapasan seperti bersin dan
batuk. COVID-19 memiliki tanda dan gejala umum diantaranya yaitu pilek, batuk
dan demam. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Isbaniah, dkk (2020) bahwa
infeksi COVID-19 memiliki tanda dan gejala umum gangguan pernapasan akut
diantaranya batuk, demam, dan sesak napas.

5
Kasus COVID-19 yang berat bisa mengakibatkan sindrom pernapasan
akut, pneumonia, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Sebagian besar tanda dan
gejala klinis yang dilaporkan adalah kasus demam, beberapa kasus lainnya
mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen yang menunjukkan infiltrat
pneumonia luas di kedua lapang paru.

Berdasarkan bukti ilmiah, penularan COVID-19 dapat terjadi dari manusia


ke manusia melalui percikan bersin/batuk (droplet), tidak melalui udara. Orang
yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien
COVID-19 paling berisiko tertular penyakit ini.

Pencegahan penyebaran infeksi berdasarkan rekomendasi standar yaitu


melakukan cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih dengan teratur,
terapkan etika bersin dan batuk, hindari kontak dekat dengan orang yang terlihat
gejala penyakit pernapasan seperti bersin dan batuk dan hindari kontak langsung
dengan ternak dan hewan liar serta saat berada di fasilitas kesehatan khususnya di
unit gawat darurat seyogyanya melakukan penerapan PPI (Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi) (Isbaniah, dkk., 2020).

WHO menyatakan transmisi virus COVID-19 dan memberikan gambaran


singkat tentang penularan dari orang-orang bergejala (simtomatik), yang belum
menunjukkan gejala (prasimtomatik), dan tidak bergejala (asimtomatik) yang 3
terinfeksi COVID-19 (WHO, 2020).

6
Tercatat telah terjadinya penularan prasimtomatik ini melalui pelacakan
kontak dan penyelidikan pada kelompok (klaster) kasus terkonfirmasi (Kimball, et
al., 2020). Hal ini didukung oleh data yang mengindikasikan bahwa beberapa
orang dapat menunjukkan hasil tes positif COVID-19 dari 1-3 hari sebelum
menunjukkan adanya gejala (Wei, et al., 2020). Oleh karena itu, ada kemungkinan
orang yang terinfeksi COVID-19 dapat mentransmisikan virus tersebut sebelum
munculnya gejala. Penularan prasimtomatik terjadi karena adanya penyebaran
virus melalui percikan yang dapat menyebabkan infeksi atau melalui sentuhan
dengan permukaan benda yang terkontaminasi virus ini. Penggunaan masker
medis adalah salah satu langkah pencegahan yang dapat membatasi penyebaran
penyakit-penyakit saluran pernapasan tertentu yang diakibatkan oleh virus,
termasuk COVID-19.

Masker medis berarti masker bedah atau prosedur yang pipih atau terlipat
(sebagian ada yang berbentuk seperti mangkuk); masker ini dipasang ke kepala
dengan tali. Masker ini diuji sesuai serangkaian metode uji standar (ASTMF2100,
EN 14683, atau yang setara) yang bertujuan menyeimbangkan tingkat
penyaringan (filtrasi) yang tinggi, fasilitasi pernapasan penggunanya, dan bisa
juga tingkat kedap cairan (resistansi penetrasi cairan) (WHO, 2020)

Dewasa ini, penggunaan masker di kalangan masyarakat masih sedikit.


Hal ini disebabkan karena masyarakat masih kurang pengetahuan mengenai
Coronavirus (COVID-19) dan cara penecegahannya. Menurut Sari, Sholihah, dan
Atiqoh (2020) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa sebanyak 46 responden
(74,19%) 4 masyarakat patuh menggunakan masker dan sebanyak 16 responden
(25,81%) masyarakat tidak patuh yang berarti masih banyak ditemukannya
ketidakpatuhan masyarakat. Menurut Wulandari (2015) faktor pengetahuan
menjadi penyebab ketidakpatuhan masyarakat. Salah satu media yang digunakan
untuk meningkatkn pengetahuan masyarakat yaitu dengan menggunakan video
yang menjelaskan tentang COVID-19 dan pencegahannya.

7
Sejalan dengan Munadi (2012) yang menyatakan bahwa menggunakan
media video mempunyai dampak yang lebih pada penyuluhan kesehatan yaitu
mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari sasaran, menarik, pesan yang
disampaikan cepat dan mudah diingat dan dapat mengembangkan pikiran dan
mengembangkan imajinasi. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik
menerapkan asuhan keperawatan komprehensif terkait penyuluhan kesehatan
(PENKES) penggunaan alat video tentang pencegahan penyebaran Coronavirus
disease 19 (COVID-19) dengan menggunakan masker.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan melalui


pendidikan kesehatan dengan penggunaan alat video terkait pencegahan
penyebaran Coronavirus disease 19 (COVID-19) dengan menggunakan
masker pada keluarga.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menelaah artikel jurnal terkait penggunaan video sebagai media


pendidikan kesehatan terkait penggunaan masker dalam pencegahan
penularan COVID-19

b. Memberikan gambaran pengkajian pada keluarga dengan masalah


keperawatan resiko infeksi mengenai wabah Covid-19

c. Menjelaskan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan masalah


resiko infeksi pengetahuan mengenai wabah Covid-19

d. Menjelaskan rencana tindakan keperawatan dan pelaksanaan tindakan


asuhan keperawatan yang diberikan pada keluarga dengan masalah
keperawatan resiko infeksi mengenai wabah Covid-19

e. Mengetahui hasil evaluasi keperawatan terhadap keluarga dengan


masalah keperawatan resiko infeksi mengenai wabah Covid-19

8
3. Manfaat

1. Untuk Mahasiswa Keperawatan Dapat menjadi bahan bacaan dan


informasi terkini baik secara teori maupun praktik dilapangan
dalam mencegah terjadinya penularan COVID-19 yang dimuat
pada asuhan keperawatan yang komprehensif

2. Institusi Pendidikan Keperawatan Laporan akhir ini dapat


digunakan pendidik sebagai bahan ajaran untuk mahasiswa
keperawatan khususnya dibidang mata kuliah keperawatan
keluarga.

3. Masyarakat Penulisan laporan ini diharapkan dapat memberikan


informasi kepada masyarakat agar dapat melakukan pencegahan
penyebaran COVID-19.

D. Metode Penelitian

Jenis penelitian yaitu case study dengan metode deskriptif


kualitatif. Adapun tahaptahap yang dilakukan yaitu:

1. Pengambilan tiga pasien (kasus) berdasarkan karakteristik


(kriteria) yang diharapkan yaitu kurangnya pengetahuan tetang
Coronavirus (COVID-19).

2. Guna memahami dengan baik dan tepat terkait permasalahan


pasien dan asuhan keperawatn yang diberikan sehingga peneliti
melakukan analisis teori berdasarkan study literatur.

3. Asuhan keperawatan disusun berdasarkan format yang berlaku


distase keperawatan komunitas yang terdiri atas pengkajian
(anamnesis) keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi
(perencanaan), tindakan (implementasi) hingga evaluasi (hasil)
keperawatan.

9
4. Pengunaan pedoman NANDA NIC-NOC yang memuat
penegakkan diagnosis keperawatan, merumuskan tujuan dan
kriteria hasil yang diharapkan, serta membuat perencanaan
(intervensi) dan implementasi (tindakan) keperawatan.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar Penyakit


2.1.1 Definisi Keluarga
Menurut Achjar (2010) keluarga adalah dua atau lebih individu
yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,
perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan lainnya,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya.

2.1.2 Macam-Macam Keluarga


1. Keluarga tradisional :
 Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,
istri dan anak (kandung/angkat)
 Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain
yang mempunyai hubungan darah (misal: kakek, paman, dan lain-
lain).
 Keluarga Dyad, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,
istri tanpa anak.
 Single parent, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
tua dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan
oleh perceraian/kematian.
 Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari
seorang dewasa.
 Keluarga usila, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami
istri yang berusia lanjut.
2. Keluarga non tradisional :
 Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah,
hidup serumah.

11
 Orang tua (ayah ibu), yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah tangga.
 Homoseksual, yaitu dua individu yang sejenis, hidup dalam satu
rumah tangga.

2.1.3 Fungsi Dan Peran Keluarga


Ekasari (2000), mengidentifikasi 5 fungsi keluarga, yaitu :
1. Fungsi afektif, berhubungan erat dengan
fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga.
Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
2. Fungsi sosialisasi, yaitu proses
perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan
interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
3. Fungsi reproduksi, keluarga berfungsi untuk
meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.
4. Fungsi ekonomi, merupakan fungsi keluarga
untuk memenuhi semua kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan
untuk makan, pakaian dan tempat berlindung (rumah).
5. Fungsi perawatan kesehatan, keluarga
berfungsi untuk melaksankaan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk
mencegah terjadinya gangguan kesehatan atau merawat anggota
keluarga yang sakit.

2.1.4 Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap I. Pasangan Baru
(keluarga baru)
Tugas perkembanangan :
 Membina hubungan intim yang memuaskan
 Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social
 Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Tahap II. Keluarga ‘Child Bearing’ (kelahiran anak 1)

12
Tugas perkembangan :
 Persiapan menjadi orang tua
 Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan seksual dan kegiatan.
 Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3. Tahap III. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tugas perkembangan :
 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman.
 Membantu anak untuk bersosialisasi
 Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, semenara kebutuhan anak
yang lain juga harus terpenuhi.
 Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di
luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
 Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
 Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
 Kegiatan dan waktu untuk stimlasi tumbuh kembang anak.
4. Tahap IV. Keluarga dengan anak sekolah
Tugas perkembangan :
 Membantu sosialisasi anak: tetangga, sekolah dan lingkungan.
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
keluarga.
5. Tahap V. Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangan keluarga :
 Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya.
 Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
 Mempetahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua

13
 Hindari perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan
 Perubahan system dan perauran untuk tumbuh kembang keluarga.
6. Tahap VI. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan :
 Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
 Mempetahankan keintiman pasangan
 Membantu orang tuan suami/istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
 Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
 Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Tahap VII. Keluarga usia pertengahan
Tugas perkembangan :
 Mempertahankan kesehatan
 Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak
 Meningkatkan keakraban pasangan
8. Tahap VIII. Keluarga usia lanjut
Tugas perkembangan :
 Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
 Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan pendapatan
 Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
 Melakukan live review

2.1.5 Nilai – nilai keluarga


Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya.
Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang
baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

14
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

2.1.6 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian
a. Data umum
1. Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan
dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas
nama atau inisial, jenis elamin, tanggal lahir atau umur, hubungan
dengan kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota
keluarga, dan genongram (genogram keluarga dalam tiga generasi)
2. Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluargatersebut.
3. Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengankesehatan
4. Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat memengaruhikesehatan.
5. Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik
kepala keluarga maupun anggota keluarga maupun anggota
keluargalainnya.
6. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak
hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung
tempat rekreasi, namun menonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakn aktivitasrekreasi.
b. Riwayat dan tahap perkembangankeluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua
dari keluarga inti.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
sertakendalanya.
3. Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga

15
inti, meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing, anggota, dansumberpelayanan yang digunakan keluarga seperti
perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang.
4. Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua
(seperti apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat
dengan orang tua dari kedua orangtua.
c. Pengkajian lingkungan
1. Karakteristikrumah
2. Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar mandi,
dapur, kamar tidur, kenersihan dan sanitasi rumah, pengaturan privasi
dan perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan
rumah mereka
3. Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
4. Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa, tipe tempat
tinggal, keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan dan rumah,
fasilitas-fasilitas ekonomi dan transportasi.
5. Mobilitas geografiskeluarga
6. Ditentukan apakah keluarga tiggal di daerah ini atau apakah sering
mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.
7. Perkumpulan keluarga dan interaksi denganmasyarakat
8. Menjelaskan waktu yangdigunakankeluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yangada.
9. Sistem pendukungkeluarga
10. Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan dari anggota
keluarga dan jaminan pemeliharaan kesehtan yang dimiliki keluarga.
d. Struktur keluarga
1. Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga
2. Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubahperilaku
3. Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik formal/informal

16
4. Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengankesehatan
e. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yangdimiliki
2. Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya danprilaku
3. Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatannya dan memeliharakesehatannya.
4. Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga
merencanakan jumlah anggota keluarga
5. Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan danpapan.
f. Stress dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek danpanjang
1) Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6bulan
2) Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > ± 6bulan
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh
mana keluarga berespon terhadapsituasi
3. Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang
digunakan keluarga bila menghadapipermaslahan
4. Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapimasalah.

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisa data secara cermat, memberikan dasar
untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab
untuk melaksanakannya (Harmoko, hal 86; 2012)
Tipologi dari diagnosa keperawatan (Harmoko, hal 86; 2012)
a. Diagnosis aktual: Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memerlukan waktu yang cepat

17
b. Diagnosis resiko tinggi: masalah keperawatan yang belum terjadi
tetapi maslah keperawatan aktual dapat terjadi dengancepat
c. Diagnosis potensial: suatu keadaan sejahtera ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhankesehatannya
3. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang
direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau
mengatasi masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah di
identifikasi (Harmoko, hal 93; 2012).
Perencanaan disusun dengan penekanan pada partisipasi klien,
keluarga, dan koordinasi dengan tim kesehatan lain. Perencanaan
mencakup penentuan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan.
Penyusunan prioritas menggunakan skala prioritas dari Maglaya (2009).
No. Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah
Skala :
Wellness 3 1
Aktual 3
Resiko 2
Potensial 1
2. Kemungkinan
masalah dapat diubah
Skala :
Mudah 2 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensial masalah
untuk dicegah
Skala :
Tinggi 3 1
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah

18
Skala :
Segera 2 1
Tidak perlu 1
Tidak dirasakan 0
Cara skoring :
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor x bobot : angka tertinggi
3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria
4. Diagnosa Keperawatan Keluarga
1) Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga
2) Kurang Efektifnya Koping Keluarga
3) Perikaku Kesehatan Cenderung Beresiko
2.2 Konsep Covid-9

2.2.1 PENGERTIAN
Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat
menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis
coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia
mulai drai batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS) (Adelberg’s et al, 2019). Menurut (WHO) COVID-19 adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru
ditemukan. Ini merupakan virus baru dan penyakit yang sebelumnya tidak
dikenal sebelum terjadi wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019
(World Health Organization, 2020).

2.2.2 MANIFESTASI KLINIS


Coronavirus dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, mulai dari flu
biasa hingga gangguan pernapasan berat menyerupai pneumonia. Gejala
yang umum dialami mereka yang mengalami infeksi coronavirus adalah:
 Demam tinggi disertai menggigil
 Batuk kering

19
 Pilek
 Hidung berair dan bersin-bersin
 Nyeri tenggorokan
 Sesak napas
Gejala tersebut dapat bertambah parah secara cepat dan menyebabkan
gagal napas hingga kematian. Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) gejala infeksi virus 2019-nCoV dapat muncul mulai
dua hari hingga 14 hari setelah terpapar virus tersebut (PDPI, 2020).

2.2.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan radiologi : foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks. Pada
pencitraan dapat menunjukkan : opasitas bilateral, konsolidasi
subsegmental, lobar, atau kolaps paru atau nodul, tampilan
groundglass.
2. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
a. Saluran napas atas dengan swab tenggorokan (nasofaring dan
orofaring)
b. Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila
menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal)
3. Bronkoskopi
4. Pungsi pluera sesuai kondisi
5. Pemeriksaan kimia darah
6. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas
(sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah. Kultur darah untuk
bakteri dilakukan, idealnya sebelum terapi antibiotik. Namun, jangan
menunda terpi antibiotik dengan menunggu hasil kultur darah.
7. Pemeriksaan feses dan urin (untuk investigasi kemungkinan penularan)
(Kemenkes, 2020).

2.2.4 PENATALAKSANAAN UMUM


Menurut PDPI, 2020 penaktalaksanaan untuk covid-19 adalah sebagai
berikut:

20
1. Isolasi pada semua kasus
Sesuai dengan gejala klinis yang muncuk, baik ringan maupun sedang
2. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
3. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit
4. Suplementasi oksigen
Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan distress napas,
hipoksemiaatau syok. Terapi oksigen pertama sekitar 5L/menit dengan
target SpO2 ≥ 90% pada pasien tidak hamil dan ≥ 92-95% pada pasien
hamil
5. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat
6. Terapi cairan
Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok pasien
harus diperhatikan dalam terapi cairannya, karena jika pemberian
cairan terlalu agresif dapat memperberat kondisi distress napas atau
oksigenasi. Monitoring keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Pemberian antibiotik empiris
8. Terapi simtomatik
Terapi simtomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan lainnya
jika memang diperlukan
9. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada
tatalaksana pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain
10. Observasi ketat
11. Memahami komorbid pada pasien
Saat ini belum ada penelitian atau bukti tatalaksana spesifikasi
pada COVID-19. Belum ada tatalaksana antiviral untuk infeksi
Coronavirus yang terbukti efektif. Pada studi terhadap SARS-CoV,
kombinasi lopinavir dan ritonavir dikaitkan dengan memberi manfaat
klinis. Saat ini penggunaan lopinavir dan ritonavir masih diteliti terkait
efektivitas dan keamanan pada infeksi COVID-19. Tatalaksana yang etik
atau melalui Monitired Emergency Use of Unregistered Interventions
Framework (MEURI), dengan pemantauan ketat. Selain itu, saat ini belum
ada vaksin untuk mencegah pneumonia COVID-19 ini (PDPI, 2020).

21
2.2.5 PENCEGAHAN
COVID-19 merupakan penyakit yang baru ditemukan oleh karena
itu pengetahuan terkait pencegahannya masih terbatas. Kunci pencegahan
meliputi pemutusan rantai penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan
melakukan priteksi dasar (World Health Organization, 2020).
1. Vaksin
Salah satu upaya yang sedang dikembangkan adalah pembuatan
vaksin guna membuat imunitas dan mencegah transimi (Rao X et al,
2020). Saat ini, sedang berlangsung 2 uji klinis fase I vaksin COVID-
19. Studi pertama dari National Istitute of Health (NIH) menggunaka
mRNA-1273 dengan dosis 25, 100, dan 250 µg. Studi kedua berasal
dari China menggunakan adenovirus type 5 vector dengan dosis
ringan, sedang dan tinggi (World Health Organization, 2020).

2. Deteksi dini dan isolasi


Seluruh individu yang memenuhi kriteria suspek atau pernah
berkontak dengan pasien yang psoitif COVID-19 harus segra berobat
ke fasilitas kesehatan. Bagi kelompok resiko tinggi,
direkomendasikan pemberhentian seluruh aktivitas yang berhubungan
dengan pasien selama 14 hari, pemeriksaan infeksi SARS-CoV-2 dan
isolasi. Pada kelompok resiko rendah, dihimbau melaksanakan
pemantauan mandiri setiap harinya terhadap suhu dan gejala
pernapasan selama 14 hari dan mencari bantuan jika keluhan
memberat (World Health Organization, 2020).
3. Hygiene, cuci tangan, dan desinfektan
Rekmenadi WHO dalam menghadapi wabah COVID-19 adalah
melakukan proteksi dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara rutin
dengan alkohol atau sabun dean air, menjaga jarak dengan seseorang
yang memiliki gejala batuk atau bersin, melakukan etika batuk atau

22
bersin, dan berobat ketika memiliki keluhan yang sesuai kategori
suspek. Rekomendasi jarak yang harus dijaga adalah satu meter (Med
J, 2020).
4. Alat pelindung diri
Covid-19 menular terutama melalui droplet. Alat pelindung diri
(APD) merupakan salah satu metode efektif pencegahan penularan
selama penggunaanya rasional. Komponen APD terdiri atas sarung
tangan, masker nonsteril lengan panjang. Alat pelindung diri akan
efektif jika didukung dengan kontrol administratif dan kontrol
lingkungan dan teknik (World Health Organization, 2020).

23
BAB III

LAPORAN MANAJENAJEMEN KASUS

3.1 Profil lahan


Asuhan keperawatan keluarga ini dilakukan di dalam daerah kategori
zona merah terkait pandemi COVID 19.

3.2 Ringkasan proses asuhan keperawatan


Saat melakukan pengkajian mahasiswa dan keluarga kelolaan
menggunakan APD sesuai yang dianjurkan untuk mencegah penularan virus
COVID-19. Awalnya prses pengkajian dimulai dengan membina hubungan
saling percaya terlebih dahulu kemudian dilanjutkan degan pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan. Pengkajian dilakukan dengan cara memberi
pertanyaan sesuai dengan format yang sudah ada dalam buku panduan
kemudian melakukan pemeriksaan fisik kepada anggota keluarga. Dari hasil
pengkajian akan dilakukan analisa data dan ditemukan masalah keperawatan
yang ada pada keluarga tersebut. Untuk membuat laporan ini mahasiswa
mengambil empat keluarga kelolaan dimana tiga keluarga dilakukan
pengkajian secara langsung dan satu keluarga kelolaan dilakukan dengan
melalui daring. Untuk proses implementasi dilakukan satu hari setelah
pengkajian yaitu dengan memberi edukasi kesehatan pada keluarga kelolaan
mengenai proses penyakit yang ada. Setelah melakuakan implementasi akan
dievaluasi kembali mengenai edukasi dan anjuran kesehatan yang telah
disarankan. Evaluasi dilakukan dua kali dengan jarak 5 hari.

24
25
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis
Pada analisa laporan ini penulis melakukan analisis terhadap
kesamaan dan perbedaan pada masing-masing kasus keluarga kelolaan
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan juga evaluasi. Serta membedakan kemudahan dan
kesulitan pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan secara
langsung dan dengan daring. Untuk menyamakan standart pengkajian
dari semua kasus menggunakan format pengkajian keluarga yang telah
diberikan oleh penanggung jawab profesi ners. Dari pengkajian
terhadap 4 keluarga kelolaan didapatkan masing-masing keluarga
mengerti tentang protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah
terkait COVID-19. Pada pembahasan pengkajian penulis membahan
faktor yang mempengaruhi hasil akhir dari intervensi yang dilakukan.
Pembahasan pada diagnosa keperawatan membahas kesamaan dan
perbedaan diagnosa yang muncul pada masing-masing keluarga
kelolaan. Pada intervensi keperawatan yang dibahas adalah mengenai
kesamaan dan perbedaan intervensi yang dilakukan untuk keluarga
kelolaan. Untuk implementasi masih membahas persamaan dan
perbedaan impementasi keperawatan yang dilakukan. Sedangkan pada
evaluasi mejelaskan persamaan dan perbedaan hasil implementasi dan
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai semua kriteria
yang diinginkan.
Pada keluarga 1, 2, 3 dan 4 didapatkan diagnosa keperawatan
yang sama yaitu kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan dengan
dengan data pendukung yang sama seperti mengekspresikan keinginan
untuk mengelola masalah kesehatan dan pencegahannya, perilaku
kesehatan keluarga yang masih tidak patuh, kurang pemahaman
maupun sudah mampu melakukan anjuran kesehatan yang disarankan
namun belum maksimal, dan tidak ditemukan adanya gejala masalah
26
kesehatan atau penyakit. Sedangkan pada keluarga 2 dan 3 didapatkan
juga didapatkan diagnosa keperawatan tambahan yaitu ketidakefektifan
manajemen kesehatan keluarga dengan data penduung yang sama
seperti anggota keluarga mengungkapkan tidak memahami masalah
kesehatan yang diderita, tidak mengetahui diit yang dianjurkan untuk
penyakinya, dan gagal melakuka tindakan untuk mengurangi faktor
resiko.

4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengkajian Keperawatan Keluarga
Setelah melakukan pengkajian dengan dua metode secara
langsung dan daring didapatkan lebih mudah melakukan pengkajian
secara langsung daripada melalui daring. Saat pengkajian dilakukan
pada ke empat keluarga kelolaan semua sangat kooperatif dalam
memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa.
Saat melakukan pengkajian yang harus diperhatikan adalah menggali
data tentang perilaku kesehatan dan perilaku sosial yang dilakukan
keluarga selama masa pandemi COVID-19 ini sudah sesuai dengan
protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah atau belum.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perbedaan perilaku satu
sama lain adalah:
1. Fungsi kesehatan
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada keempat
keluarga rata-rata sudah mengetahui protokol kesehatan yang
berlaku saat COVID-19 ini. Sebelum adalanya pandemi ini keempat
keluarga ini memang jarang pergi ke pelayanan kesehatan untuk
berobat, setelah adanya pandemi mereka menjadi lebih takut untuk
pergi ke palayanan kesehatan. Menurut WHO dalam Notoadmodjo
(2007) ada 4 alasan pokok perubahan perilaku salah satunya
pemikiran atau perasaan yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi,
sikap dan penilaian seseorang terhadap obyek. Dalam hal ini warga
mulai takut untuk pergi ke pelayanan kesehatan dikarenakan
ketakutan akan terkena covid-19. Karena kurang terpapar informasi

27
dari tenaga kesehatan menjadikan beberapa dari keluarga ini tidak
mematuhi anjuran. Sedangkan edukasi-edukasi kesehatan yang
dilakukan kepada masyarakat masih kurang, sehingga banyak
masyarakat yang mempercayai berita-berita yang tidak benar.

2. Perkumpulan dan interaksi dengan masayakat


Dari keempat keluarga kelolaan ini sebelum adanya pandemi
interaksi sosial dapat berjalan dengan baik, mereka sangat akrab
dengan para tetangga dan juga sering berkumpul untuk berbincang-
bincang atau melakukan kegiatan keagamaan seperti pergi ke masjid
dan yasinan. Setelah pandemi kegiatan-kegiatan tersebut sudah
jarang dilakuakan, kalaupun dilakukan saat berkumpul mereka akan
tetap menggunakan masker. Menurut WHO (2020) salah satu cara
pencegahan covid-19 adalah dengan menggunakan masker, mencuci
tangan, serta menjaga jarak. Namun untuk bapak-bapak masih
melakukan kegiatan poskamling yang mana melibatkan beberapa
orang untuk berkumpul dalam satu tempat. Tetap berkumpul dengan
orang-orang seperti ini akan menambah kemungkinan untuk tepapar
COVID-19, dikarenakan belum terbiasa dengan new normal orang
cenderung tetap melakukan kebiasaannya untuk bersalaman ataupun
berbincang-bincang dengan menurunkan maskernya.
3. Nilai, norma dan budaya
Nilai dan norma yang dianut sangat berpengaruh bagi sebuah
keluarga. Keputusan yang diambil oleh masing-masing kepala
keluarga selama ini tidak bertentangan dengan nilai, norma, agama
dan budaya yang mereka anut. Menurut Bloom dalam Kemenkes RI
(2018) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan
adalah lingkungan (politik, sosial dan budaya). Selama pandemi ini
semua keluarga kelolaan sepakat untuk melarang anak-anaknya
keluar rumah dan membatasi kegiatan semua anggota keluarga di
luar rumah. Semua keputusan yang diambil atas dasar musyawarah
bersama, dan mereka dapat mematuhinya.
4. Stressor jangka pendek

28
Pada pengkajian keempat keluarga di dapatkan Self Reporting
Question skor kurang dari 6 sehingga dapat disimpulkan tidak ada
gangguan psikologis. Menurut Lestai (2015) kecemasan yang dialami
individu dibagi menjadi 3 salah satunya adalah kecemasan ringan
dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari, individu
masih waspada serta lapang presepsinya meluas, menajamkan indra.
Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan
masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan. Selama pandemi
memang kegiatan sosial terganggu yang biasanya bebas menjadi
dibatasi. Keempat keluarga mengatakan jika merasa takut akan terkena
covid-19.

4.2.2. Diagnosa Keperawatan


Setelah melakukan pengkajian pada keluarga kelolaan selanjutnya dilakukan
analisis data untuk mendapat diagnosa keperawatan. Dalam asuhan keperawatan ini
didapatkan dua diagnosa keperawatan yaitu kesiapan meningkatkan manajemen
kesehatan dan ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga.
1. Persamaan dan perbedaan diagnosa keperawatan antara teori dan kasus yang ada
a. Persamaan diagnosa keperawatan
Berdasarkan teori diagnosa keperawatan keluarga salah satu
diagnosa yang bisa diambil untuk menghadapi new normal pada masa
pandemi covid-19 ini adalah kesiapan meningkatkan manajemen
kesehatan dan juga ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga. Pada
kasus yang dikelola ini diagnosa yang muncul sama dengan yang ada di
teori.
b. Perbedaan diagnosa keperawatan
Berdasarkan teori keperawatan diagnosa keperawatan yang
muncul mempunyai batasan karakteristik tertentu. Sedangkan pada kasus
kelolaan tidak semua batasan karakteristik munncul walaupun dengan
diagnosa yang sama. Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi masalah kesehatan seseorang. Menurut
Bloom dalam Kemenkes RI (2018) ada 4 faktor yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan yaitu gaya hidup, lingkungan (ekonomi,

29
politik dan budaya), pelayanan kesehatan, dan faktor genetik. Keempat
faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi status kesehatan
seseorang.

2. Persamaan diagnosa keperawatan kasus kelolaan


Ada 2 diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus keluarga kelolaan
yaitu:
Diagnosa pertama yang ditemukan pada keluarga kelolaan 1, 2, 3 dan 4
adalah kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan, dalam hal ini data
pendukung yang didapatkan hampir sama yaitu mengekspresikan keinginan
untuk mengelola masalah kesehatan dan pencegahannya, perilaku kesehatan
keluarga yang masih tidak patuh, kurang pemahaman maupun sudah mampu
melakukan anjuran kesehatan yang disarankan namun belum maksimal, dan
tidak ditemukan adanya gejala masalah kesehatan atau penyakit. Selama
pandemi yang segera beralih pada keadaan new normal memunculkan perilaku
kesehatan yang baru, dimana hal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Roy (2007) menyatakan bahwa tugas seseorang adalah
mendesain lingkungan untuk meningkatkan kemampuan adaptasi atau
meminimalkan resiko yang akan terjadi pada saat terjadi perubahan. Hal
tersebut sejalan dengan sejalan dengan hasil yang ditemukan pada kasus
kelolaan, bahwa lingkungan memiliki andil dalam perubahan adaptasi
kebiasaan baru.
Diagnosa kedua yang ditemukan pada keluarga kelolaan 2 dan 3 adalah
ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga dengan data penduung yang
sama seperti anggota keluarga mengungkapkan tidak memahami masalah
kesehatan yang diderita, tidak mengetahui diit yang dianjurkan untuk
penyakinya, dan gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor resiko.
Menurut Lawrence Green & M. Kreuter (2005) bahwa perilaku kesehatan
dipengaruhi oleh faktor-faktor individu maupun lingkungan. Hal tersebut
dapat terlihat dari data pendukung diagnosa ini bahwa keluarga kelolaan
belum sepenuhnya memahami tentang perlunya merubah perilaku terkait
kondisi kesehatan yang dialami.

30
4.2.3. Intervensi Keperawatan
Pengkajian dan data pendukung yang sama menjadikan asuhan keperawatan
ini memiliki 2 diagnosa yang sama dan intervensi yang sama pula.
Pada kasus keluaga kelolaan ini keluarga 1, 2, 3 dan 4 mempunyai intervensi yang
sama. Intervensi yang diberikan untuk diagnosa keperawatan kesiapan meningkatkan
manajemen kesehatan meliputi:
1. Mengidentifikasi pengetehuankeluarga tentang covid-19
2. Edukasi cara penyebaran,proses penularan, pencegahan covid-19
3. Mengajarkan untuk cuci angan dengan benar
4. Menganjurkan untuk memakai masker saat keluar rumah dan mengajarkan cara
memakai masker yang benar
5. Menganjurkan untuk tetap menjaga jarak saat keluar rumah
6. Menganjrkan untuk memakai jaket saat keluar dan melepas jaket saat akan masuk
rumah
7. Mengajarkan etika batuk dan bersin
8. Menganjurkan untuk istirahat cukup dan olahraga secara teratur
9. Mendukung pasien untuk berperilaku sesuai anjuran
10. Memberitahu keluarga untuk memafaatkan pelayanan kesehatan
Kurt Lewin dalam Arikunto (2007) merumuskan langkah-langkah yang
dapat diambil untuk mengolah perubahan yaitu unfreezing, changing, dan
refreezing. Jika dikaitkan antara konsep new normal life dengan teori Lewin ini
berbanding lurus dengan terjadinya perubahan. Pertama unfreezing dapat dilihat
dari pergerakan manusia yang mulai sadar bahwa harus beradaptasi dan membuat
perubahan untuk memperbaiki keadaan ditengan pandemi covid-19. Kedua
changing, ini terlihat dari aturan dan protokol penanggulangan covid-19 yang
diberlakukan untuk melawan virus tersebut. Yang ketiga yaitu refreezing, ini
terlihat dengan diberlakukannya konsep new normal sebagai upaya dalam
membawa kembali manusia pada kehidupan yang baru. Mengacu pada intervensi-
intervensi yang akan dilakukan apabila dilakukan dengan langkah yang tepat dan
didukung dengan kesadaran keluarga untuk patuh maka perubahan ini akan
menjadi langkan efektif dalam menyesuaikan perubahan perilaku terkait new
normal.

31
Sedangkan pada kasus keluarga kelolaan 2 dan 3 mepunyai intervensi
tambahan. Intervensi tambahan yang diberikan untuk diagnosa ketidakefektifan
manajemen kesehatan keluarga meliputi:
1. Mengidentifikasi pengetahuan pasien tentang penyakitnya
2. Menjelaskan mengenai penyakit, penyebab, komplikasi dan penanganan
3. Menjelaskan tentang diit yang benar
4. Mendukung pasien untuk mengganti kebiasaan yang diinginkan
Menurut Schiffman (2007) persepsi adalah sebuah proses yang dilaukan oleh
seseorang untuk menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan stimuli menjadi
sesuatu yang berarti dan gambaran yang logis. Persepsi adalah identifikasi dan
interpretasi awal dari suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui
panca indra (Gail Stuard, 2006). Intervensi yang dilakukan sebagai stimulus agar
tercapai perubahan perilaku seperti yang diharapkan.

4.2.4. Implementasi Keperawatan


Pelakasanaan implementasi keperawatan ini menggunakan daring dan juga
secara langsung. Menurut Ekadinata (2017) WhatsApp dapat dijadikan media edukasi
efektif sebagai program edukasi. Secara khusus intervensi pengiriman pesan
bergambar memiliki signifikasi lebih tinggi dibandingkan dengan intervensi melalui
pengiriman teks. Untuk keluarga kelolaan nomor 4 menggunakan implementasi secara
daring, selama melakukan intervensi tidak banyak menemui kendala karena tempat
tinggal yang tidak terlalu jauh hanya berbeda desa, sinyal saat komunikasi belangsung
cukup baik sehingga tidak tersendat-sendat saat melakukan implementasi selain
dijelaskan secara langsung materi akan dikirimkan agar bisa dipelajari.
Implementasi untuk keluarga kelolaan 1, 2, 3 dilakukan secara langsung dengan
tetap menjalankan protol kesehatan dengan memakai APD seperti masker, face shield
dan memakai sarung tangan serta menjaga jarak aman. Karena masih masa pandemi
keluarga kelolaan tidak banyak melakukan aktifitas diluar rumah sehingga kunjungan
bisa dilakukan kapanpun.
Implementasi dapat dilakukan dengan mudah baik yang secara daring maupun
secara langsung. Hal ini terjadi karena saat melakukan implementasi dengan daring
jarak rumah keluarga kelolaan masih sau wilayah dengan kondisi sinyal yang baik,
menjadikan implementasi dapat berjalan dengan lancar dan keluarga dapat mengikuti

32
proses implementasi yang dilakukan dengan baik. Sedangkan implementasi yang
dilakukan secara langsung juga tidak mengalami kendala karena rumah keluarga
kelolaan cukup dekat sehingga dapat melihat dan memantau secara langsung
implementasi yang telah diberikan. Seluruh intervensi yang sudah direncakan dapat
diimplementasikan pada 4 keluarga kelolaan.

4.2.5. Evaluasi Keperawatan


Evaluasi dilakuakan dengan jarak 5 hari dan didapatkan semua keluarga kelolaan
melakukan anjuran yang telah disarankan dan memahai serta menyadari perlunya
merubah perilaku kesehatan mereka. Diagnosa yang muncul dapat teratasi dalam
waktu yang hampir sama. Evaluasi yang dilakukan secara daring sedikit mengalami
kesulitan dikarenakan jarak yang jauh sehingga tidak bisa melihat dan memantau
perubahan perilaku mereka secara langsng dan hanya bisa menanyakan serta percaya
dengan apa yang mereka katakan.
Keluarga kelolaan 1, 2, 3, dan 4 dengan diagnosa keperawatan kesiapan
meningkatkan manajemen kesehatan dan ketidakefektifan manajemen kesehatan
keluarga pada evaluasi pertama seluruh keluarga kelolaan masalahnya teratasi
sebagian. Sedangkan pada evaluasi terakhir masalah dapat teratasi sepenuhnya.
Menurut (Dewi, 2011) terdapat 2 faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu
faktor internal yang berpengaruh dalam menerima informasi antara lain, pendidikan,
pekerjaan dan umur, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi penerimaan
informasi yaitu lingkungan dan sosial budaya. Dalam kasus kelolaan ini rata-rata
capaian yang diperoleh sama hal ini bisa dekarenakan rentag umur yang hampir sama
serta lingkungan dan sosial budaya yang serupa.
Dari semua keluarga kelolaan semuanya menunjukkan perubahan perilaku
dan peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah diberi intervensi keperawatan.
Edukasi yang telah dilakukan pada ke empat keluarga kelolaan menunjukkan adanya
peningkatan pengetahuan serta perilaku seperti yang direncanakan. Notoatmodjo
(2003), menyatakan bahwa proses adopsi melalui lima tahap yaitu awareness, interest,
evaluation, trial dan adoption. Tahap awareness merupakan tahapan seseorang
mengetahui/menyadari tentang adanya ide baru, tahap interest adalah tahap menaruh
perhatian terhadap ide baru tersebut. Tahap trial yaitu tahap saat seseorang mulai
mencoba memakainya. Tahap terakhir adalah tahap adoption, bila orang tersebut

33
tertarik maka ia akan menerima ide baru tersebut. Tahap adopsi ini tidak akan berarti
setelah suati inovasi diterima atau ditolak, situasi ini akan dapat berubah akobat
pengaruh lingkungan. Dari hasil tersebut keluarga kelolaan dapat menerima dan
menerapkan edukasi kesehatan yang telah diberikan.

34
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita salah satu anggota keluarganya.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul ada 2 yaitu: Kesiapan meningkatkan manajemen
kesehatan (100%) dengan data pendukung yaitu kurang pemahaman maupun sudah
mampu melakukan anjuran kesehatan yang disarankan namun belum maksimal,
seperti penggunaan masker yang kurang benar dengan menutupi mulut saja tidak
sampai hidung dan Ketidakefektifan manajemen kesehatan dalam keluarga (100%)
dengan data pendukung yaitu kurang memahami tentang penyakitnya, belum
mengetahui diit yang disarankan dan perilaku cenderung beresiko.
3. Intervensi keperawatan yang diberikan memiliki kesamaan yang disesuaikan untuk
meningkatkan perilaku sesuai dengan protokol kesehatan di era new normal.
4. Implementasi keperawatan dilakukan secara daring dan langsung. Pada kedua proses
tersebut tidak ditemukan kendala pada pengaplikasiannya.
5. Evaluasi keperawatan yang dilakukan di dapatkan hasil yang sama untuk diagnosa
Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan yaitu ada perubahan perilaku keluarga,
semua implementasi berhasil dicapai.

1.2 Saran
1. Bagi tenaga kesehatan
Askep keluarga masih bisa dilakukan secara daring dengan jarak yang tidak terlalu
jauh atau masih satu wilayah agar tidak ada gangguan pada sinyal. Diharapkan tenaga
kesehatan tetap melakukan edukasi-edukasi kesehatan terhadap warga. Alangkah
lebih baik jika mempunyai kader untuk memantau dan mengingatkan secara langsung
serta menjadi contoh untuk masyarakat yang lainnya.
2. Bagi pasien dan keluarga diharapkan dapat tetap mematuhi dan menerapkan
implementasi yang sudah dilaksanakan seperti mencuci tangan 6 langkah, memakai
masker dan menjaga jarak dengan orang lain saat keluar rumah dan mematuhi diit
yang disarankan terkait dengan penyakit yang diderita anggota keluarga.

35
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.
Ekadinata, N. 2017. Promosi Kesehatan menggunakan Ganbar Dan Teks Dalam Aplikasi
WhatsApp Pada Kader Posbindu.
Green, Lawrence W., & Kreuter, Marshall W. (1991). Health Promotion Planning An
Educational and Environmental Approach. London: Toronto–Mayfield Publishing
Company
Kementrian Kesehatan. 2020. Data persebaran COVID-19.
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/
Kementrian Kesehatan. 2020. Pertanyaan dan jawaban terkait COVID-19
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20200316/4033408/lakukan-
protokol-kesehatan-jika-mengalami-gejala-covid-19/
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2020. Panduan Praktik Klinis : Pneumonia 2019-
nCoV. Jakarta : PDPI
Schiffman, Leon, & Kanuk, Leslie Lazar. 2007. Consumer Behaviour 7 th. Edition.
(Perilaku Konsumen). Jakarta: PT. Indeks
Stuart, GW & Sunden, SJ. 2006. Buku Saku Keperwatan Jiwa. Jakarta: EGC.
World Health Organization. 2020. Coronavirus disease (COVID-2019) situation reports.
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/situation-reports.
World Health Organization. 2020. Pertimbangan penyesuaian langkah-langkah
kesehatan masyarakat dan sosial dalam konteks COVID-19.
https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/who---
pertimbangan-penyesuaian-langkah-langkah-kesehatan-masyarakat-dan-sosial-
dalam-konteks-covid-19.pdf?sfvrsn=e57102d4_2.
World Health Organization. 2020. Pertimbangan penyesuaian langkah-langkah
kesehatan masyarakat dan sosial dalam konteks COVID-19.
https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/who---
pertimbangan-penyesuaian-langkah-langkah-kesehatan-masyarakat-dan-sosial-
dalam-konteks-covid-19.pdf?sfvrsn=e57102d4_2.

36

Anda mungkin juga menyukai