Progsus S1 Ners
Stikes Husada Jombang
Tahun 2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karuniaNya, sehingga pada akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul Asuhan Keperawatan Keluarga untuk Meningkatkan Relisiensi
Keluarga dalam menghadapi “New Normal Life” di Masa Pandemik Covid 19
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat dalam
memenuhi tugas dalam mata kuliah keperawatan keluarga.
Kami menyadari bahwa penulisan tugas ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan bantuan dan partisipasi teman sejawat
untuk memberikan masukan dan saran guna menyempurnakan referat ini di masa
mendatang.
Surabaya, 17
Juni 2021
Penulis
2
Daftar Isi
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi............................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................6
1.3 Manfaat...............................................................................................................8
4.1 Analisis.............................................................................................................32
4.3 Pembahasan......................................................................................................32
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................40
5.2 Saran.................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................42LAMPIRAN
.........................................................................................................................................42
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
A. Latar Belakang
5
Kasus COVID-19 yang berat bisa mengakibatkan sindrom pernapasan
akut, pneumonia, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Sebagian besar tanda dan
gejala klinis yang dilaporkan adalah kasus demam, beberapa kasus lainnya
mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen yang menunjukkan infiltrat
pneumonia luas di kedua lapang paru.
6
Tercatat telah terjadinya penularan prasimtomatik ini melalui pelacakan
kontak dan penyelidikan pada kelompok (klaster) kasus terkonfirmasi (Kimball, et
al., 2020). Hal ini didukung oleh data yang mengindikasikan bahwa beberapa
orang dapat menunjukkan hasil tes positif COVID-19 dari 1-3 hari sebelum
menunjukkan adanya gejala (Wei, et al., 2020). Oleh karena itu, ada kemungkinan
orang yang terinfeksi COVID-19 dapat mentransmisikan virus tersebut sebelum
munculnya gejala. Penularan prasimtomatik terjadi karena adanya penyebaran
virus melalui percikan yang dapat menyebabkan infeksi atau melalui sentuhan
dengan permukaan benda yang terkontaminasi virus ini. Penggunaan masker
medis adalah salah satu langkah pencegahan yang dapat membatasi penyebaran
penyakit-penyakit saluran pernapasan tertentu yang diakibatkan oleh virus,
termasuk COVID-19.
Masker medis berarti masker bedah atau prosedur yang pipih atau terlipat
(sebagian ada yang berbentuk seperti mangkuk); masker ini dipasang ke kepala
dengan tali. Masker ini diuji sesuai serangkaian metode uji standar (ASTMF2100,
EN 14683, atau yang setara) yang bertujuan menyeimbangkan tingkat
penyaringan (filtrasi) yang tinggi, fasilitasi pernapasan penggunanya, dan bisa
juga tingkat kedap cairan (resistansi penetrasi cairan) (WHO, 2020)
7
Sejalan dengan Munadi (2012) yang menyatakan bahwa menggunakan
media video mempunyai dampak yang lebih pada penyuluhan kesehatan yaitu
mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari sasaran, menarik, pesan yang
disampaikan cepat dan mudah diingat dan dapat mengembangkan pikiran dan
mengembangkan imajinasi. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik
menerapkan asuhan keperawatan komprehensif terkait penyuluhan kesehatan
(PENKES) penggunaan alat video tentang pencegahan penyebaran Coronavirus
disease 19 (COVID-19) dengan menggunakan masker.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
8
3. Manfaat
D. Metode Penelitian
9
4. Pengunaan pedoman NANDA NIC-NOC yang memuat
penegakkan diagnosis keperawatan, merumuskan tujuan dan
kriteria hasil yang diharapkan, serta membuat perencanaan
(intervensi) dan implementasi (tindakan) keperawatan.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
Orang tua (ayah ibu), yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah tangga.
Homoseksual, yaitu dua individu yang sejenis, hidup dalam satu
rumah tangga.
12
Tugas perkembangan :
Persiapan menjadi orang tua
Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan seksual dan kegiatan.
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3. Tahap III. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tugas perkembangan :
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman.
Membantu anak untuk bersosialisasi
Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, semenara kebutuhan anak
yang lain juga harus terpenuhi.
Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di
luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
Kegiatan dan waktu untuk stimlasi tumbuh kembang anak.
4. Tahap IV. Keluarga dengan anak sekolah
Tugas perkembangan :
Membantu sosialisasi anak: tetangga, sekolah dan lingkungan.
Mempertahankan keintiman pasangan
Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
keluarga.
5. Tahap V. Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangan keluarga :
Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya.
Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
Mempetahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua
13
Hindari perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan
Perubahan system dan perauran untuk tumbuh kembang keluarga.
6. Tahap VI. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan :
Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
Mempetahankan keintiman pasangan
Membantu orang tuan suami/istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Tahap VII. Keluarga usia pertengahan
Tugas perkembangan :
Mempertahankan kesehatan
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak
Meningkatkan keakraban pasangan
8. Tahap VIII. Keluarga usia lanjut
Tugas perkembangan :
Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan pendapatan
Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
Melakukan live review
14
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
15
inti, meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing, anggota, dansumberpelayanan yang digunakan keluarga seperti
perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang.
4. Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua
(seperti apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat
dengan orang tua dari kedua orangtua.
c. Pengkajian lingkungan
1. Karakteristikrumah
2. Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar mandi,
dapur, kamar tidur, kenersihan dan sanitasi rumah, pengaturan privasi
dan perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan
rumah mereka
3. Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
4. Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa, tipe tempat
tinggal, keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan dan rumah,
fasilitas-fasilitas ekonomi dan transportasi.
5. Mobilitas geografiskeluarga
6. Ditentukan apakah keluarga tiggal di daerah ini atau apakah sering
mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.
7. Perkumpulan keluarga dan interaksi denganmasyarakat
8. Menjelaskan waktu yangdigunakankeluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yangada.
9. Sistem pendukungkeluarga
10. Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan dari anggota
keluarga dan jaminan pemeliharaan kesehtan yang dimiliki keluarga.
d. Struktur keluarga
1. Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga
2. Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubahperilaku
3. Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik formal/informal
16
4. Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengankesehatan
e. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yangdimiliki
2. Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya danprilaku
3. Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatannya dan memeliharakesehatannya.
4. Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga
merencanakan jumlah anggota keluarga
5. Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan danpapan.
f. Stress dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek danpanjang
1) Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6bulan
2) Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > ± 6bulan
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh
mana keluarga berespon terhadapsituasi
3. Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang
digunakan keluarga bila menghadapipermaslahan
4. Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapimasalah.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisa data secara cermat, memberikan dasar
untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab
untuk melaksanakannya (Harmoko, hal 86; 2012)
Tipologi dari diagnosa keperawatan (Harmoko, hal 86; 2012)
a. Diagnosis aktual: Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memerlukan waktu yang cepat
17
b. Diagnosis resiko tinggi: masalah keperawatan yang belum terjadi
tetapi maslah keperawatan aktual dapat terjadi dengancepat
c. Diagnosis potensial: suatu keadaan sejahtera ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhankesehatannya
3. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang
direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau
mengatasi masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah di
identifikasi (Harmoko, hal 93; 2012).
Perencanaan disusun dengan penekanan pada partisipasi klien,
keluarga, dan koordinasi dengan tim kesehatan lain. Perencanaan
mencakup penentuan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan.
Penyusunan prioritas menggunakan skala prioritas dari Maglaya (2009).
No. Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah
Skala :
Wellness 3 1
Aktual 3
Resiko 2
Potensial 1
2. Kemungkinan
masalah dapat diubah
Skala :
Mudah 2 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensial masalah
untuk dicegah
Skala :
Tinggi 3 1
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
18
Skala :
Segera 2 1
Tidak perlu 1
Tidak dirasakan 0
Cara skoring :
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor x bobot : angka tertinggi
3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria
4. Diagnosa Keperawatan Keluarga
1) Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga
2) Kurang Efektifnya Koping Keluarga
3) Perikaku Kesehatan Cenderung Beresiko
2.2 Konsep Covid-9
2.2.1 PENGERTIAN
Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat
menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis
coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia
mulai drai batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS) (Adelberg’s et al, 2019). Menurut (WHO) COVID-19 adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru
ditemukan. Ini merupakan virus baru dan penyakit yang sebelumnya tidak
dikenal sebelum terjadi wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019
(World Health Organization, 2020).
19
Pilek
Hidung berair dan bersin-bersin
Nyeri tenggorokan
Sesak napas
Gejala tersebut dapat bertambah parah secara cepat dan menyebabkan
gagal napas hingga kematian. Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) gejala infeksi virus 2019-nCoV dapat muncul mulai
dua hari hingga 14 hari setelah terpapar virus tersebut (PDPI, 2020).
20
1. Isolasi pada semua kasus
Sesuai dengan gejala klinis yang muncuk, baik ringan maupun sedang
2. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
3. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit
4. Suplementasi oksigen
Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan distress napas,
hipoksemiaatau syok. Terapi oksigen pertama sekitar 5L/menit dengan
target SpO2 ≥ 90% pada pasien tidak hamil dan ≥ 92-95% pada pasien
hamil
5. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat
6. Terapi cairan
Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok pasien
harus diperhatikan dalam terapi cairannya, karena jika pemberian
cairan terlalu agresif dapat memperberat kondisi distress napas atau
oksigenasi. Monitoring keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Pemberian antibiotik empiris
8. Terapi simtomatik
Terapi simtomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan lainnya
jika memang diperlukan
9. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada
tatalaksana pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain
10. Observasi ketat
11. Memahami komorbid pada pasien
Saat ini belum ada penelitian atau bukti tatalaksana spesifikasi
pada COVID-19. Belum ada tatalaksana antiviral untuk infeksi
Coronavirus yang terbukti efektif. Pada studi terhadap SARS-CoV,
kombinasi lopinavir dan ritonavir dikaitkan dengan memberi manfaat
klinis. Saat ini penggunaan lopinavir dan ritonavir masih diteliti terkait
efektivitas dan keamanan pada infeksi COVID-19. Tatalaksana yang etik
atau melalui Monitired Emergency Use of Unregistered Interventions
Framework (MEURI), dengan pemantauan ketat. Selain itu, saat ini belum
ada vaksin untuk mencegah pneumonia COVID-19 ini (PDPI, 2020).
21
2.2.5 PENCEGAHAN
COVID-19 merupakan penyakit yang baru ditemukan oleh karena
itu pengetahuan terkait pencegahannya masih terbatas. Kunci pencegahan
meliputi pemutusan rantai penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan
melakukan priteksi dasar (World Health Organization, 2020).
1. Vaksin
Salah satu upaya yang sedang dikembangkan adalah pembuatan
vaksin guna membuat imunitas dan mencegah transimi (Rao X et al,
2020). Saat ini, sedang berlangsung 2 uji klinis fase I vaksin COVID-
19. Studi pertama dari National Istitute of Health (NIH) menggunaka
mRNA-1273 dengan dosis 25, 100, dan 250 µg. Studi kedua berasal
dari China menggunakan adenovirus type 5 vector dengan dosis
ringan, sedang dan tinggi (World Health Organization, 2020).
22
bersin, dan berobat ketika memiliki keluhan yang sesuai kategori
suspek. Rekomendasi jarak yang harus dijaga adalah satu meter (Med
J, 2020).
4. Alat pelindung diri
Covid-19 menular terutama melalui droplet. Alat pelindung diri
(APD) merupakan salah satu metode efektif pencegahan penularan
selama penggunaanya rasional. Komponen APD terdiri atas sarung
tangan, masker nonsteril lengan panjang. Alat pelindung diri akan
efektif jika didukung dengan kontrol administratif dan kontrol
lingkungan dan teknik (World Health Organization, 2020).
23
BAB III
24
25
BAB IV
4.1. Analisis
Pada analisa laporan ini penulis melakukan analisis terhadap
kesamaan dan perbedaan pada masing-masing kasus keluarga kelolaan
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan juga evaluasi. Serta membedakan kemudahan dan
kesulitan pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan secara
langsung dan dengan daring. Untuk menyamakan standart pengkajian
dari semua kasus menggunakan format pengkajian keluarga yang telah
diberikan oleh penanggung jawab profesi ners. Dari pengkajian
terhadap 4 keluarga kelolaan didapatkan masing-masing keluarga
mengerti tentang protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah
terkait COVID-19. Pada pembahasan pengkajian penulis membahan
faktor yang mempengaruhi hasil akhir dari intervensi yang dilakukan.
Pembahasan pada diagnosa keperawatan membahas kesamaan dan
perbedaan diagnosa yang muncul pada masing-masing keluarga
kelolaan. Pada intervensi keperawatan yang dibahas adalah mengenai
kesamaan dan perbedaan intervensi yang dilakukan untuk keluarga
kelolaan. Untuk implementasi masih membahas persamaan dan
perbedaan impementasi keperawatan yang dilakukan. Sedangkan pada
evaluasi mejelaskan persamaan dan perbedaan hasil implementasi dan
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai semua kriteria
yang diinginkan.
Pada keluarga 1, 2, 3 dan 4 didapatkan diagnosa keperawatan
yang sama yaitu kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan dengan
dengan data pendukung yang sama seperti mengekspresikan keinginan
untuk mengelola masalah kesehatan dan pencegahannya, perilaku
kesehatan keluarga yang masih tidak patuh, kurang pemahaman
maupun sudah mampu melakukan anjuran kesehatan yang disarankan
namun belum maksimal, dan tidak ditemukan adanya gejala masalah
26
kesehatan atau penyakit. Sedangkan pada keluarga 2 dan 3 didapatkan
juga didapatkan diagnosa keperawatan tambahan yaitu ketidakefektifan
manajemen kesehatan keluarga dengan data penduung yang sama
seperti anggota keluarga mengungkapkan tidak memahami masalah
kesehatan yang diderita, tidak mengetahui diit yang dianjurkan untuk
penyakinya, dan gagal melakuka tindakan untuk mengurangi faktor
resiko.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengkajian Keperawatan Keluarga
Setelah melakukan pengkajian dengan dua metode secara
langsung dan daring didapatkan lebih mudah melakukan pengkajian
secara langsung daripada melalui daring. Saat pengkajian dilakukan
pada ke empat keluarga kelolaan semua sangat kooperatif dalam
memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa.
Saat melakukan pengkajian yang harus diperhatikan adalah menggali
data tentang perilaku kesehatan dan perilaku sosial yang dilakukan
keluarga selama masa pandemi COVID-19 ini sudah sesuai dengan
protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah atau belum.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perbedaan perilaku satu
sama lain adalah:
1. Fungsi kesehatan
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada keempat
keluarga rata-rata sudah mengetahui protokol kesehatan yang
berlaku saat COVID-19 ini. Sebelum adalanya pandemi ini keempat
keluarga ini memang jarang pergi ke pelayanan kesehatan untuk
berobat, setelah adanya pandemi mereka menjadi lebih takut untuk
pergi ke palayanan kesehatan. Menurut WHO dalam Notoadmodjo
(2007) ada 4 alasan pokok perubahan perilaku salah satunya
pemikiran atau perasaan yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi,
sikap dan penilaian seseorang terhadap obyek. Dalam hal ini warga
mulai takut untuk pergi ke pelayanan kesehatan dikarenakan
ketakutan akan terkena covid-19. Karena kurang terpapar informasi
27
dari tenaga kesehatan menjadikan beberapa dari keluarga ini tidak
mematuhi anjuran. Sedangkan edukasi-edukasi kesehatan yang
dilakukan kepada masyarakat masih kurang, sehingga banyak
masyarakat yang mempercayai berita-berita yang tidak benar.
28
Pada pengkajian keempat keluarga di dapatkan Self Reporting
Question skor kurang dari 6 sehingga dapat disimpulkan tidak ada
gangguan psikologis. Menurut Lestai (2015) kecemasan yang dialami
individu dibagi menjadi 3 salah satunya adalah kecemasan ringan
dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari, individu
masih waspada serta lapang presepsinya meluas, menajamkan indra.
Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan
masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan. Selama pandemi
memang kegiatan sosial terganggu yang biasanya bebas menjadi
dibatasi. Keempat keluarga mengatakan jika merasa takut akan terkena
covid-19.
29
politik dan budaya), pelayanan kesehatan, dan faktor genetik. Keempat
faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi status kesehatan
seseorang.
30
4.2.3. Intervensi Keperawatan
Pengkajian dan data pendukung yang sama menjadikan asuhan keperawatan
ini memiliki 2 diagnosa yang sama dan intervensi yang sama pula.
Pada kasus keluaga kelolaan ini keluarga 1, 2, 3 dan 4 mempunyai intervensi yang
sama. Intervensi yang diberikan untuk diagnosa keperawatan kesiapan meningkatkan
manajemen kesehatan meliputi:
1. Mengidentifikasi pengetehuankeluarga tentang covid-19
2. Edukasi cara penyebaran,proses penularan, pencegahan covid-19
3. Mengajarkan untuk cuci angan dengan benar
4. Menganjurkan untuk memakai masker saat keluar rumah dan mengajarkan cara
memakai masker yang benar
5. Menganjurkan untuk tetap menjaga jarak saat keluar rumah
6. Menganjrkan untuk memakai jaket saat keluar dan melepas jaket saat akan masuk
rumah
7. Mengajarkan etika batuk dan bersin
8. Menganjurkan untuk istirahat cukup dan olahraga secara teratur
9. Mendukung pasien untuk berperilaku sesuai anjuran
10. Memberitahu keluarga untuk memafaatkan pelayanan kesehatan
Kurt Lewin dalam Arikunto (2007) merumuskan langkah-langkah yang
dapat diambil untuk mengolah perubahan yaitu unfreezing, changing, dan
refreezing. Jika dikaitkan antara konsep new normal life dengan teori Lewin ini
berbanding lurus dengan terjadinya perubahan. Pertama unfreezing dapat dilihat
dari pergerakan manusia yang mulai sadar bahwa harus beradaptasi dan membuat
perubahan untuk memperbaiki keadaan ditengan pandemi covid-19. Kedua
changing, ini terlihat dari aturan dan protokol penanggulangan covid-19 yang
diberlakukan untuk melawan virus tersebut. Yang ketiga yaitu refreezing, ini
terlihat dengan diberlakukannya konsep new normal sebagai upaya dalam
membawa kembali manusia pada kehidupan yang baru. Mengacu pada intervensi-
intervensi yang akan dilakukan apabila dilakukan dengan langkah yang tepat dan
didukung dengan kesadaran keluarga untuk patuh maka perubahan ini akan
menjadi langkan efektif dalam menyesuaikan perubahan perilaku terkait new
normal.
31
Sedangkan pada kasus keluarga kelolaan 2 dan 3 mepunyai intervensi
tambahan. Intervensi tambahan yang diberikan untuk diagnosa ketidakefektifan
manajemen kesehatan keluarga meliputi:
1. Mengidentifikasi pengetahuan pasien tentang penyakitnya
2. Menjelaskan mengenai penyakit, penyebab, komplikasi dan penanganan
3. Menjelaskan tentang diit yang benar
4. Mendukung pasien untuk mengganti kebiasaan yang diinginkan
Menurut Schiffman (2007) persepsi adalah sebuah proses yang dilaukan oleh
seseorang untuk menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan stimuli menjadi
sesuatu yang berarti dan gambaran yang logis. Persepsi adalah identifikasi dan
interpretasi awal dari suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui
panca indra (Gail Stuard, 2006). Intervensi yang dilakukan sebagai stimulus agar
tercapai perubahan perilaku seperti yang diharapkan.
32
proses implementasi yang dilakukan dengan baik. Sedangkan implementasi yang
dilakukan secara langsung juga tidak mengalami kendala karena rumah keluarga
kelolaan cukup dekat sehingga dapat melihat dan memantau secara langsung
implementasi yang telah diberikan. Seluruh intervensi yang sudah direncakan dapat
diimplementasikan pada 4 keluarga kelolaan.
33
tertarik maka ia akan menerima ide baru tersebut. Tahap adopsi ini tidak akan berarti
setelah suati inovasi diterima atau ditolak, situasi ini akan dapat berubah akobat
pengaruh lingkungan. Dari hasil tersebut keluarga kelolaan dapat menerima dan
menerapkan edukasi kesehatan yang telah diberikan.
34
BAB V
1.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita salah satu anggota keluarganya.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul ada 2 yaitu: Kesiapan meningkatkan manajemen
kesehatan (100%) dengan data pendukung yaitu kurang pemahaman maupun sudah
mampu melakukan anjuran kesehatan yang disarankan namun belum maksimal,
seperti penggunaan masker yang kurang benar dengan menutupi mulut saja tidak
sampai hidung dan Ketidakefektifan manajemen kesehatan dalam keluarga (100%)
dengan data pendukung yaitu kurang memahami tentang penyakitnya, belum
mengetahui diit yang disarankan dan perilaku cenderung beresiko.
3. Intervensi keperawatan yang diberikan memiliki kesamaan yang disesuaikan untuk
meningkatkan perilaku sesuai dengan protokol kesehatan di era new normal.
4. Implementasi keperawatan dilakukan secara daring dan langsung. Pada kedua proses
tersebut tidak ditemukan kendala pada pengaplikasiannya.
5. Evaluasi keperawatan yang dilakukan di dapatkan hasil yang sama untuk diagnosa
Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan yaitu ada perubahan perilaku keluarga,
semua implementasi berhasil dicapai.
1.2 Saran
1. Bagi tenaga kesehatan
Askep keluarga masih bisa dilakukan secara daring dengan jarak yang tidak terlalu
jauh atau masih satu wilayah agar tidak ada gangguan pada sinyal. Diharapkan tenaga
kesehatan tetap melakukan edukasi-edukasi kesehatan terhadap warga. Alangkah
lebih baik jika mempunyai kader untuk memantau dan mengingatkan secara langsung
serta menjadi contoh untuk masyarakat yang lainnya.
2. Bagi pasien dan keluarga diharapkan dapat tetap mematuhi dan menerapkan
implementasi yang sudah dilaksanakan seperti mencuci tangan 6 langkah, memakai
masker dan menjaga jarak dengan orang lain saat keluar rumah dan mematuhi diit
yang disarankan terkait dengan penyakit yang diderita anggota keluarga.
35
DAFTAR PUSTAKA
36