Anda di halaman 1dari 46

“Peran Tenaga Kesehatan sebagai Penggerak Pelayanan Kesehatan dalam

upaya penanggulangan COVID-19 untuk Mewujudkan Tatanan hidup baru


(New Normal)
UPT Puskesmas Penimbung Kab Lombok Barat”

Oleh
dr. Dian Rosmala Dewi

UPT PUSKESMAS PENIMBUNG


DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT
NUSA TENGGARA BARAT
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah dan
karunia-Nya kami dapat diberi kesempatan dan kesehatan sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik. Makalah yang berjudul “Peran Tenaga Kesehatan
(Dokter) sebagai Penggerak Pelayanan Kesehatan dalam upaya penanggulangan
COVID-19 untuk Mewujudkan Tatanan hidup baru (New Normal) di UPT
Puskesmas Penimbung Kab Lombok Barat”
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas sebagai peserta seleksi
tenaga kesehatan teladan kategori dokter umum tahun 2021. Makalah ini sebagai
bentuk inovasi dari program puskesmas dalam hal integrasi antara Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) di Puskesmas
Penimbung. Dengan adanya makalah ini kami berharap tingkat kesadaran dan
pengetahuan masyarakat tentang COVID-19 meningkat serta meningkatnya
kesadaran masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan sehingga penyebaran
kasus di wilayah kerja Puskesmas penimbung dapat ditekan yang akan berdampak
pada peningkatan kesehatan dan penurunan kasus COVID-19 pada masyarakat.
Kami ucapkan terimakasih banyak kepada Kepala Bidang SDK Dinas
Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, Pemimpin UPT Puskesmas Penimbung yakni
Ns. Akhmad Juaini, S.Kep atas dukungan dan kepercayaan selama ini. Kepada teman
sejawat dokter, paramedis, non medis dan semua pihak yang telah berperan aktif di
UPT Puskesmas Penimbung yang kompak dan penuh dedikasi. Kami harapkan
makalah ini dapat bermanfaat untuk seluruh masyarakat. Masih banyak kekurangan
didalam penyusunan makalah ini, kami harapkan masukan dan saran dalam perbaikan
kedepan.

Penimbung, 14 Juli 2021


Penulis

dr. Dian Rosmala Dewi


DAFTAR ISI
Judul1
Kata pengantar...............................................................................................................2
Daftar isi...............................................................................................................3
Daftar Tabel..........................................................................................................4
Daftar Gambar......................................................................................................5
Bab I Pendahuluan................................................................................................6
A. Latar Belakang..........................................................................................6
B. Tujuan.......................................................................................................7
Bab II Landasan Teori..........................................................................................9
A. COVID-19 ..................................................................................................9
B. New Normal.............................................................................................
C. Program Penanggulangan COVID-19 ..................................................... .26
D. Gambaran Umum UPT Puskesmas Penimbung................................30
Bab III Pembahasan............................................................................................33
A. Strategi penanggulangan Covid di puskesmas..............................................33
B. Pembentukan Satgas Covid tingkat desa ...................................................37
Bab IV Penutup.................................................................................................39
A. Kesimpulan.............................................................................................39
B. Saran.....................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................40
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Virus merupakan salah satu penyebab penyakit menular yang perlu diwaspadai.
Dalam 20 tahun terakhir, beberapa penyakit virus menyebabkan epidemi seperti
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus (SARS-CoV) pada tahun 2002-
2003, Influenza H1N1 pada tahun 2009 dan Middle East Respiratory Syndrome
(MERS-CoV) yang pertama kali teridentifikasi di Saudi Arabia pada tahun 2012
(Burhan et al, 2020).
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
SARS-CoV-2 merupakan Coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis Coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
(Kemenkes RI, 2020).
Pada tanggal 31 Desember 2019, Tiongkok melaporkan kasus pneumonia
misterius yang tidak diketahui penyebabnya. Dalam 3 hari, pasien berjumlah 44
pasien dan terus bertambah. Sampel isolat dari pasien diteliti dengan hasil
menunjukkan adanya infeksi corona virus, jenis beta corona virus tipe baru, diberi
nama 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV). Pada tanggal 11 Februari 2020, World
Health Organization (WHO) memberi nama virus baru tersebut SARS-CoV-2 dan
nama penyakitnya sebagai Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Virus corona ini
menjadi patogen penyebab utama outbreak penyakit pernapasan. Akhirnya
dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia
(PDPI, 2020).
Kasus COVID-19 pertama di Indonesia diumumkan pada tanggal 2 Maret 2020,
sebanyak 2 kasus dan hingga kini terus bertambah hingga menjadi ribuan. Sejak 2020
hingga 25 juli 2021 kasus terkonfirmasi di Indonesia 3.166.505 kasus positif,
2.509.318 kasus sembuh, 83.279 kasus meninggal dunia. Kasus di Nusa tenggara
Barat 18.019 terkonfirmasi (covid19.go.id).
Kasus di lombok barat terakhir tanggal 25 juli 2021 yaitu 2352 kasus yang
terkonfirmasi. Angka kasus COVID-19 di Puskesmas Penimbung sebanyak 63
Orang (corona.ntbprov.go.id)

Gambar 1.Data Persebaran Kasus Covid 19 di NTB

Gambar 2. List Data Persebaran Kasus Covid 19 di NTB

Menentukan seseorang terjangkit COVID-19 dibutuhkan pemeriksaan


menyeluruh baik dari anamnesis dan pemeriksaan penunjang, gold standard dalam
mendiagnosis COVID-19 yakni swab PCR, hasil penelitian terbaru menunjukkan
bahwa sebagian kasus dapat menunjukkan hasil positif persisten walaupun sudah
tidak ada gejala serta sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19, tetap harus
menjalankan protokol kesehatan. Vaksinasi merupakan salah satu upaya dalam
menangani COVID-19, termasuk di Indonesia. Persiapan Indonesia mulai dari
logistik penyimpanan vaksin hingga proses distribusi vaksin ke seluruh provinsi di
Indonesia juga sudah dilakukan. Keberadaan vaksin diharapkan menjadi kabar baik
dalam pencegahan penyebaran virus COVID-19 (PDPI, 2020).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit COVID-19
di wilayah kerja UPT Puskesmas Penimbung.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit COVID-19
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melaksanakan protokol
kesehatan
c. Mengurangi penyebaran kasus COVID-19 atau menekan kasus COVID-
19 di wilayah kerja UPT Puskesmas Penimbung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. COVID-19
1. Definisi COVID-19
Pneumonia COVID-19 adalah peradangan pada parenkim paru yang diduga
disebabkan oleh SARS-CoV-2 (PDPI, 2020).
2. Etiologi
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family Coronavirus.
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu: protein N
(nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), protein E
(selubung). Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae.
Coronavirus ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4
genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus, dan
deltacoronavirus. Sebelum adanya COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat
menginfeksi manusia, yaitu HCoV-229E (alphacoronavirus), HCoV-OC43
(betacoronavirus), HCoVNL63 (alphacoronavirus) HCoV-HKU1 (betacoronavirus),
SARS-CoV (betacoronavirus), dan MERS-CoV (betacoronavirus) (Kemenkes RI,
2020).

Sumber: Shereen, et al. (2020)


Gambar 3. Struktur Coronavirus

Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam


genus betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan beberapa
pleomorfik, dan berdiameter 60-140nm. Hasil analisis filogenetik
menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan
coronavirus yang menyebabkan wabah SARS pada 2002-2004 silam,
yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on
Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab COVID-19
sebagai SARS-CoV-2. Belum dipastikan berapa lama virus penyebab
COVID-19 bertahan diatas permukaan, tetapi perilaku virus ini
menyerupai jenis-jenis coronavirus lainnya. Lamanya coronavirus
bertahan mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi yang berbeda (seperti jenis
permukaan, suhu atau kelembapan lingkungan) (Kemenkes RI, 2020).
Penelitian Doremalen et al, 2020 menunjukkan bahwa SARS-CoV-2
dapat bertahan selama 72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel,
kurang dari 4 jam pada tembaga dan kurang dari 24 jam pada kardus.
Seperti virus corona lain, SARS-COV-2 sensitif terhadap sinar ultraviolet
dan panas. Efektif dapat dinonaktifkan dengan pelarut lemak (lipid
solvents) seperti eter, etanol 75%, ethanol, disinfektan yang
mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan khloroform (kecuali
khlorheksidin).

3. Definisi Operasional
Berdasarkan pedoman tatalaksana PDPI edisi ketiga tahun 2020, Definisi
operasional kasus COVID-19 yaitu kasus suspek, kasus probable, kasus konfirmasi,
kontak erat.
a. Kasus suspek
seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
1) seseorang yang memenuhi salah satu kriteria klinis dan salah satu kriteria
epidemiologis:
Kriteria Klinis:
a) Demam akut (≥ 380C)/riwayat demam* dan batuk.
b) Terdapat 3 atau lebih gejala/tanda akut berikut: demam/riwayat demam,
batuk, kelelahan (fatigue), sakit kepala, myalgia, nyeri tenggorokan,
coryza/ pilek/ hidung tersumbat, sesak nafas, anoreksia/ mual/
muntah, diare, penurunan kesadaran.
Kriteria Epidemiologis:
a) Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat tinggal
atau bekerja di tempat berisiko tinggi penularan
b) Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat tinggal
atau bepergian di negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi
lokal.
c) Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan, baik melakukan pelayanan medis, dan non-medis,
serta petugas yang melaksanakan kegiatan investigasi, pemantauan
kasus dan kontak.
2) Seseorang dengan ISPA Berat
3) Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) yang tidak memenuhi kriteria
epidemiologis dengan hasil rapid antigen SARS- CoV-2 positif
b. Kasus Probable
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut
1) Seseorang yang memenuhi kriteria klinis dan memiliki riwayat kontak erat
dengan kasus probable, atau terkonfirmasi, atau berkaitan dengan cluster
covid- 19.
2) Kasus suspek dengan gambaran radiologis sugestif ke arah COVID-19.
3) Seseorang dengan gejala akut anosmia (hilangnya kemampuan indra
penciuman) atau ageusia (hilangnya kemampuan indra perasa) dengan
tidak ada penyebab lain yang dapat diidentifikasi.
4) Orang dewasa yang meninggal dengan distres pernapasan Dan memiliki
riwayat kontak erat dengan kasus probable atau terkonfirmasi, atau
berkaitan dengan cluster COVID-19.
c. Kasus Konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 dengan
kriteria sebagai berikut:
1) Seseorang dengan hasil RT-PCR positif
2) Seseorang dengan hasil rapid antigen SARS-CoV-2 positif dan memenuhi
kriteria definisi kasus probable atau kasus suspek (kriteria A atau B)
3) Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) dengan hasil rapid antigen SARS-
CoV-2 positif DAN Memiliki riwayat kontak erat dengan kasus probable
atau terkonfirmasi.
Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:
a) Kasus konfirmasi dengan gejala (simtomatik)
b) Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimtomatik)
d. Kontak Erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau
konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:
1) Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus
konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15
menit atau lebih.
2) Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi
(seperti bersalaman, berpegangan tangan, dan lain-lain).
3) Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus
probable atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai
standar.
4) Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan
penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan
epidemiologi setempat

4. Patogenesis
Patogenesis dan Patofisiologi kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan
bersirkulasi di hewan. Coronavirus menyebabkan menyebabkan penyakit berat pada
hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus
zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar
yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular
tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa
ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama
untuk kejadian severe acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle East
respiratory syndrome (MERS) (PDPI, 2020).
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak bisa
hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host
sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai
oleh Protein S yang ada dipermukaan virus. Protein S penentu utama dalam
menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya (Wang, 2020). Pada studi
SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2
(angiotensin-converting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan
nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang,
limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel
arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi
gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis
virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap
selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus (Fehr, 2015).
Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian bereplikasi
di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke
saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan
virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah
penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari (PDPI,
2020).
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan
bahwa COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala
(simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet.
Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5-10 µm.
Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat (dalam
1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan (misalnya,
batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan
hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi melalui
benda dan permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang
terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus COVID-19 dapat terjadi
melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak
langsung dengan permukaan atau benda yang digunakan pada orang
yang terinfeksi (misalnya, stetoskop atau termometer) (Kemenkes,
2021).
Gambar 4. Penularan COVID 19

5. Gejala Klinis
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala
klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38C), batuk dan kesulitan bernapas.
Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala
gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien
timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan
progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan
perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa
pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan
pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan
meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi. (PDPI, 2020).

Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi. (PDPI, 2020)
a. Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala yang
tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai
dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot.
Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien
immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain
itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif
ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya
dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak ada
tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai
dengan batuk atau susah bernapas.
c. Pneumonia berat.
Pada pasien dewasa:
1) Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran
napas
2) Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit),
distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara
luar.

6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Anamnesis terutama gambaran riwayat perjalanan atau riwayat kontak
erat dengan kasus terkonfirmasi atau bekerja di fasyankes yang merawat pasien
infeksi COVID-19 atau berada dalam satu rumah atau lingkungan dengan pasien
terkonfirmasi COVID-19 disertai gejala klinis dan komorbid. Gejala klinis bervariasi
tergantung derajat penyakit tetapi gejala yang utama adalah demam, batuk, mialgia,
sesak, sakit kepala, diare, mual dan nyeri abdomen. Gejala yang paling sering ditemui
hingga saat ini adalah demam (98%), batuk dan mialgia. Pemeriksaan penunjangyang
dapat digunakan untuk diagnosis COVID-19 yakni pemeriksaan darah lengkap, swab
antigen, swab pcr, radiologi maupun ct-scan thorax

Ket: A= Foto toraks pada pasien 69 tahun, opasitas meningkat sedikit pada lobus
bawah, B=Foto toraks normal pada pasien perempuan 32 tahun
C=CT scan perempuan 49 tahun, dengan gambaran ground glass opacity bilateral,
D=Pasien laki-laki 34 tahun dengan hasil CT scan toraks normal.
Gambar 5. Hasil radiologi pasien positif COVID-19 di luar kota Wuhan dengan
berbagai kondisi
Ket: atas = CT scan pada hari ke-5 perawatan, bawah = gambaran CT scan toraks
pada hari ke-19 sejak onset dan diberikan terapi menggunakan extra corporeal
membrane oxygenation (ECMO).
Gambar 6. Hasil CT scan toraks pasien di Kota Wuhan dengan COVID-19

Pemeriksaan penunjang lain sesuai dengan derajat morbiditas. Pada


pneumonia dilakukan foto toraks, bisa dilanjutkan dengan computed tomography
scan (CT scan) toraks dengan kontras. Gambaran foto toraks pneumonia yang
disebabkan oleh infeksi COVID-19 mulai dari normal hingga ground glass opacity,
konsolidasi. CT scan toraks dapat dilakukan untuk melihat lebih detail kelainan,
seperti gambaran ground glass opacity, konsolidasi, efusi pleura dan gambaran
pneumonia lainnya.
WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh
pasien yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan
adalah metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification Test)
seperti pemeriksaan RT-PCR (Kemenkes RI, 2020).
a. Rapid Diagnostic Test Antigen
Dalam kondisi tertentu, Rapid Diagnostic Test Antigen dapat digunakan
sebagai salah satu metode pemeriksaan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
untuk pelacakan kontak, penegakan diagnosis, dan skrining Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19). Penyediaan Rapid Diagnostic Test Antigen (RDT-
Ag) untuk pelacakan kontak dan penegakan diagnosis di Puskesmas menjadi
tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah(Kemenkes RI, 2021).
1) Kriteria Penggunaan RDT-Ag
RDT-Ag dapat digunakan dalam pelacakan kontak, penegakan diagnosis,
dan skrining COVID-19 dengan memperhatikan akses terhadap NAAT serta
kecepatan pemeriksaan NAAT sesuai Tabel dibawah ini. Kriteria akses terhadap
NAAT menggunakan waktu pengiriman yaitu waktu dari pengambilan swab
sampai sampel diterima laboratorium. Kriteria kecepatan pemeriksaan
menggunakan waktu tunggu yaitu waktu dari sampel diterima sampai keluar
hasil pemeriksaan (Kemenkes RI, 2021).

Table 1 : kriteria kecepatan pemeriksaan


Kriteria A: jika ada akses NAAT dan pemeriksaan dapat dilakukan dengan
cepat (waktu pengiriman <24 jam dan waktu tunggu <24 jam) maka pelacakan kontak
dan penegakan diagnosis menggunakan NAAT, sedangkan skrining dapat
menggunakan RDT-Ag dan konfirmasi dengan NAAT (Kemenkes RI, 2021).
Kriteria B: jika ada akses NAAT tetapi pemeriksaan tidak dapat dilakukan
dengan cepat (waktu pengiriman < 24 jam dan waktu tunggu > 24 jam) ATAU jika
tidak ada akses NAAT tetapi pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat (waktu
pengiriman >24 jam DAN waktu tunggu <48 jam) maka pelacakan kontak,
penegakan diagnosis, dan skrining dapat menggunakan RDT-Ag yang kemudian
dikonfirmasi dengan NAAT (Kemenkes RI, 2021).
Kriteria C: jika tidak ada akses NAAT dan pemeriksaan tidak dapat
dilakukan dengan cepat (waktu pengiriman > 24 jam dan waktu tunggu >48 jam),
maka pelacakan kontak, penegakan diagnosis, dan skrining dapat menggunakan
RDT-Ag. Ketentuan penggunaan RDT-Ag mengikuti alur pemeriksaan pada
pembahasan di bawah ini. RDT-Ag tidak dapat digunakan untuk pemeriksaan follow
up. NAAT mencakup qRT-PCR, TCM, dan LAMP yang telah disetujui Kementerian
Kesehatan (Kemenkes RI, 2021).

Gambar 7. Alur Penggunaan RDT-Ag Kriteria A

Gambar 8. Alur Penggunaan RDT-Ag Kriteria B


Gambar 9. Alur Penggunaan RDT-Ag Kriteria C

2) Fasilitas Pemeriksaan dan Petugas Pemeriksa RDT-Ag


Pengambilan spesimen dan pemeriksaan RDT-Ag dapat dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan atau tempat terbuka antara lain di bandar udara,
stasiun, terminal dengan melakukan penilaian risiko mempertimbangkan
sirkulasi yang baik dan memperhatikan keamanan lingkungan(Kemenkes RI,
2021).
3) Pengambilan spesimen dan pemeriksaan
Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Pengolahan limbah
menjadi tanggung jawab pelaksana fasilitas pemeriksaan. Pengelolaan Spesimen
RDT-Ag, Hal-hal yang harus diperhatikan ketika akan melakukan pengambilan
spesimen:
1) Ketepatan pengambilan spesimen sangat menentukan kualitas hasil
pemeriksaan tes diagnostik. Spesimen yang diambil dengan tidak tepat dapat
mengakibatkan hasil tes negatif palsu.
2) Kewaspadaan universal (universal precaution) penting diperhatikan untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit, yang meliputi:
a) Selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.
b) Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap sesuai Petunjuk Teknis
Alat Pelindung Diri dalam Menghadapi Wabah Corona Virus Disease 2019
(COVID-19)
c) Diwajibkan menyediakan tempat sampah infeksius.
d) Pastikan bahwa semua alat dan bahan yang dibutuhkan, termasuk formulir
penyelidikan epidemiologi tersedia sebelum pengambilan spesimen.
e) Pada saat pengambilan spesimen hanya ada petugas pengambilan spesimen
dan pasien untuk mencegah transmisi.

b. Pemeriksaan Swab PCR


1) Pengambilan swab di hari ke-1 dan 2 untuk penegakan diagnosis. Bila
pemeriksaan dihari pertama sudah positif, tidak perlu lagi pemeriksaan di
hari kedua, Apabila pemeriksaan di hari pertama negatif, maka diperlukan
pemeriksaan di hari berikutnya (hari kedua).
2) Pada pasien yang dirawat inap, pemeriksaan PCR dilakukan sebanyak tiga
kali selama perawatan.
3) Untuk kasus tanpa gejala, ringan, dan sedang tidak perlu dilakukan
pemeriksaan PCR untuk follow-up. Pemeriksaan follow-up hanya
dilakukan pada pasien yang berat dan kritis, dilakukan setelah sepuluh hari
dari pengambilan swab yang positif.
4) Bila diperlukan, pemeriksaan PCR tambahan dapat dilakukan dengan
disesuaikan kondisi kasus sesuai pertimbangan DPJP dan kapasitas di
fasilitas kesehatan masing-masing.

Untuk kasus berat dan kritis, bila setelah klinis membaik, bebas demam selama
tiga hari namun pada follow-up PCR menunjukkan hasil yang positif, kemungkinan
terjadi kondisi positif persisten yang disebabkan oleh terdeteksinya fragmen atau
partikel virus yang sudah tidak aktif. Pertimbangkan nilai Cycle Threshold (CT)
value untuk menilai infeksius atau tidaknya dengan berdiskusi antara DPJP dan
laboratorium pemeriksa PCR karena nilai cutt off berbeda-beda sesuai dengan
reagen dan alat yang digunakan (PDPI, 2021)

7. Tata Laksana
a. Isolasi dan Pemantauan
1) Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak pengambilan spesimen
diagnosis konfirmasi, baik isolasi mandiri di rumah maupun di fasilitas
publik yang dipersiapkan pemerintah.
2) Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP)
3) Kontrol di FKTP terdekat setelah 10 hari karantina untuk pemantauan
klinis
b. Non-farmakologis
Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan (leaflet untuk
dibawa ke rumah):
1) Pasien :
a) Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat
berinteraksi dengan anggota keluarga
b) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin.
c) Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)
d) Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah
e) Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh tenaga medis)
f) Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun
g) Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya
(sebelum jam 9 pagi dan setelah jam 3 sore).
h) Pakaian yg telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam kantong
plastik / wadah tertutup yang terpisah dengan pakaian kotor
keluarga yang lainnya sebelum dicuci dan segera dimasukkan
mesin cuci
i) Ukur dan catat suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malam hari)
j) Segera beri informasi ke petugas pemantau/FKTP atau keluarga
jika terjadi peningkatan suhu tubuh > 38oC
2) Lingkungan Kamar:
a) Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara
b) Membuka jendela kamar secara berkala
c) Bila memungkinkan menggunakan APD saat
membersihkan kamar (setidaknya masker, dan bila
memungkinkan sarung tangan dan goggle).
d) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand
sanitizer sesering mungkin.
e) Bersihkan kamar setiap hari, bisa dengan bahan
desinfektan lainnya
3) Keluarga :
a) Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien
sebaiknya memeriksakan diri ke FKTP/Rumah Sakit.
b) Anggota keluarga senanitasa pakai masker
c) Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien
f) Senantiasa mencuci tangan dengan sabun atau hand
sanitizer sesering mungkin.
d) Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar
sirkulasi udara tertukar
e) Bersihkan sesering mungkin daerah yg mungkin tersentuh
pasien misalnya gagang pintu dll
c. Farmakologi.
1) Bila terdapat penyakit penyerta / komorbid, dianjurkan untuk tetap
melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi. Apabila pasien
rutin meminum terapi obat antihipertensi dengan golongan obat
ACE-inhibitor dan Angiotensin Reseptor Blocker perlu
berkonsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau Dokter
Spesialis Jantung
2) Vitamin C (untuk 14 hari)
a) Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14
hari)
b) Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
c) Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam
(selama 30 hari),
d) Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E,
Zink
3) Vitamin D
a) Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk, sirup)
b) Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU
dan tablet kunyah 5000 IU)
d. Vaksinasi
Vaksinasi merupakan salah satu cara paling efektif dalam mencegah
penyakit akibat infeksi. Akibat pandemi COVID-19, terdapat risiko
berkurangnya pelaksanaan vaksinasi sehingga meningkatnya beban
sistem kesehatan terhadap COVID-19 ataupun berkurangnya minat dari
masyarakat akibat pelaksanaan social distancing. Hal ini dikhawatirkan
dapat menyebabkan timbulnya outbreak baru dari vaccine preventable
diseases, seperti hepatitis A. Oleh sebab itu, pelaksanaan vaksinasi
harus diatur sedemikian rupa sehingga dijalankan dalam kondisi yang
aman, tanpa menyebabkan risiko penyebaran COVID- 19 terhadap
petugas kesehatan dan masyarakat.
World Health Organization (WHO) merekomendasikan vaksinasi
influenza rutin setiap tahun khususnya untuk individu risiko tinggi
seperti lanjut usia, wanita hamil, anak-anak, orang-orang dengan
penyakit kronis tertentu dan petugas kesehatan. Vaksinasi influenza
memang tidak secara spesifik dapat melindungi dari infeksi COVID-19.
Namun, ada beberapa alasan WHO merekomendasikan vaksinasi
influenza di masa pandemi COVID-19. Pertama, untuk mengontrol
infeksi influenza pada individu risiko tinggi yang rentan mengalami
infeksi COVID-19 berat sehingga dapat mengurangi angka rawat inap
dan paparan dari virus SARS CoV-2 selama perawatan. Kedua,
mengurangi beban sistem pelayanan kesehatan dari pasien-pasien yang
mengalami infeksi influenza. Ketiga, mengurangi angka ketidakhadiran
dari petugas medis yang penting dalam penanganan COVID-19.
American College of Cardiology (ACC) merekomendasikan vaksinasi
influenza dan pneumonia diberikan kepada individu dengan komorbid
penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler. Tujuan vaksinasi
influenza dari rekomendasi ACC sama seperti penjelasan WHO yaitu
untuk mengurangi komplikasi dan beban pelayanan kesehatan akibat
influenza. Vaksinasi pneumonia bermanfaat untuk mencegah infeksi
sekunder akibat bakteri dari penderita COVID-19.
Saat ini terdapat 38 kandidat vaksin COVID-19 sedang dalam uji
klinis fase 1, 17 dalam uji klinis fase 2, 13 dalam uji klinis fase 3, dan 6
telah mendapatkan early/limited use. Salah satu dari 6 vaksin tersebut
(Sinovac) sedang dalam tahap finalisasi uji klinis fase 3 di Indonesia.
Target awal tahun 2021 sudah bisa mendapatkan persetujuan emergency
use authorization dari BPOM (Kemenkes, 2020).
B. New Normal
Tujuan pemerintah dalam penanggulangan COVID 19 yakni Perilaku
masyarakat yang menerapkan hidup lebih bersih, lebih sehat, lebih terlindungi, dan
lebih taat dan disiplin terhadap protokol kesehatan pada seluruh sektor kehidupan,
sehingga aman dari ancaman penularan virus Corona dan lebih siap untuk kembali
beraktifitas dan produktif. Pedoman kementrian kesehatan 413 tahun 2020
menyebutkan, dalam rangka menanggulangi pandemi COVID-19,
Indonesia telah menerapkan berbagai langkah kesehatan masyarakat
termasuk Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sesuai Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam Rangka Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) seperti penutupan sekolah dan
bisnis, pembatasan perpindahan atau mobilisasi penduduk, dan
pembatasan perjalanan internasional.
Dalam perkembangan pandemi selanjutnya, WHO sudah
menerbitkan panduan sementara yang memberikan rekomedasi indikator
dikembangkan untuk membantu negara melalui penyesuaian berbagai
intervensi kesehatan masyarakat berdasarkan kriteria kesehatan
masyarakat. Selain indikator tersebut, faktor ekonomi, keamanan, hak
asasi manusia, keamanan pangan, dan sentimen publik juga harus
dipertimbangkan. Keberhasilan pencapaian indikator dapat mengarahkan
suatu wilayah untuk melakukan persiapan menuju tatanan normal baru
produktif dan aman dengan mengadopsi adaptasi kebiasaan baru (new
normal) (Kemenkes, 2020).
Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai penularan
COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan baru/cluster pada tempat-
tempat dimana terjadinya pergerakan orang, interaksi antar manusia dan
berkumpulnya banyak orang. Masyarakat harus dapat beraktivitas kembali dalam
situasi pandemi COVID-19 dengan beradaptasi pada kebiasaan baru yang lebih
sehat, lebih bersih, dan lebih taat, yang dilaksanakan oleh seluruh komponen yang
ada di masyarakat serta memberdayakan semua sumber daya yang ada. Peran
masyarakat untuk dapat memutus mata rantai penularan COVID-19 (risiko tertular
dan menularkan) harus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan.
Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang dapat menginfeksi manusia
dengan masuknya droplet yang mengandung virus SARS-CoV-2 ke dalam tubuh
melalui hidung, mulut, dan mata. Prinsip pencegahan penularan COVID-19 pada
individu dilakukan dengan menghindari masuknya virus melalui ketiga pintu masuk
tersebut dengan beberapa tindakan, seperti:
a. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung
dan mulut hingga dagu, jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan
orang lain yang tidak diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat
menularkan COVID-19).
b. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun
dengan air mengalir atau menggunakan cairan antiseptik berbasis
alkohol/handsanitizer. Selalu menghindari menyentuh mata, hidung, dan
mulut dengan tangan yang tidak bersih (yang mungkin terkontaminasi
droplet yang mengandung virus).
c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari
terkena droplet dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta
menghindari kerumunan, keramaian, dan berdesakan. Jika tidak
memungkinkan melakukan jaga jarak maka dapat dilakukan berbagai
rekayasa administrasi dan teknis lainnya.
d. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) seperti mengkonsumsi gizi seimbang, aktivitas
fisik minimal 30 menit sehari dan istirahat yang cukup (minimal 7 jam),
serta menghindari faktor risiko penyakit. Orang yang memiliki
komorbiditas/ penyakit penyerta/ kondisi rentan seperti diabetes,
hipertensi, gangguan paru, gangguan jantung, gangguan ginjal, kondisi
immunocompromised/ penyakit autoimun, kehamilan, lanjut usia, anak-
anak, dan lain lain, harus lebih berhati-hati dalam beraktifitas di tempat
dan fasilitas umum.

C. Pencegahan dan penanggulangan Covid-19


Manajemen kesehatan masyarakat merupakan serangkaian kegiatan
kesehatan masyarakat yang dilakukan terhadap kasus. Kegiatan ini
meliputi kegiatan karantina/isolasi, pemantauan, pemeriksaan spesimen,
penyelidikan epidemiologi, serta komunikasi risiko dan pemberdayaan
masyarakat. Karantina adalah proses mengurangi risiko penularan dan
identifikasi dini COVID-19 melalui upaya memisahkan individu yang
sehat atau belum memiliki gejala COVID-19 tetapi memiliki riwayat
kontak dengan pasien konfirmasi COVID-19 atau memiliki riwayat
bepergian ke wilayah yang sudah terjadi transmisi lokal. Isolasi adalah
proses mengurangi risiko penularan melalui upaya memisahkan individu
yang sakit baik yang sudah dikonfirmasi laboratorium atau memiliki
gejala COVID-19 dengan masyarakat luas (kemenkes, 2020).
1. Strategi Melawan Covid-19
a) Terdapatnya sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan penanganan COVID-
19 mulai dari tingkat pusat hingga ke tingkat kabupaten/kota
b) Terdapatnya penguatan layanan kesehatan (ketersediaan alat pelindung
diri/APD, prosedur rujukan, tatalaksana diagnosis dan
pemeriksaan/laboratorium)
c) Terdapatnya kegiatan penanganan COVID-19 berbasis komunitas
(kesadaran ber-PHBS, kepedulian kolektif untuk screening/penyelidikan
epidemiologi, koordinasi dengan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan)
2. Formula 4 Sehat 5 Sempurna Penanganan Covid-19
a) Pastikan seluruh provinsi, kabupaten/kota, hingga desa agar setiap
keluarga mampu mencegah penularan COVID-19 dengan hidup lebih
sehat.
b) Sehatkan manajemen Puskesmas agar memiliki kemampuan
mendampingi masyarakat untuk mampu cegah dan lawan COVID-19
bersama relawan kesehatan.
c) Sehatkan kapasitas pemerintah daerah agar mampu menangani COVID-
19 secara baik dalam melakukan PDR (prevent, detect, respond) dan atau
TTTI (test, trace, treat, isolate)
d) Perjelas status sehat epidemiologis (kurva epidemiologi) untuk semua 34
provinsi dan 514 kabupaten/kota sebagai dasar penguatan atau pelenturan
PSBB wilayah;
e) Sempurnakan protokol hidup baru sehat-produktif (new normal health
protocol) yang dilaksanakan pada setiap sektor kehidupan.
Dalam pencegahan dan penanggulangan COVID-19di UPT Puskesmas
penimbung dapat dilakukan dengan berbagai cara yakni
a) Unsur pencegahan (prevent)
1) Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melalui sosialisasi,
edukasi, dan penggunaan berbagai media informasi untuk memberikan
pengertian dan pemahaman bagi semua orang, serta keteladanan dari
pimpinan, tokoh masyarakat, dan melalui media mainstream.
2) Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan melalui
penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses dan
memenuhi standar atau penyediaan handsanitizer, upaya penapisan
kesehatan orang yang akan masuk ke tempat dan fasilitas umum,
pengaturan jaga jarak, disinfeksi terhadap permukaan, ruangan, dan
peralatan secara berkala, serta penegakkan kedisplinan pada perilaku
masyarakat yang berisiko dalam penularan dan tertularnya COVID-19
seperti berkerumun tidak menggunakan masker, merokok di tempat
dan fasilitas umum dan lain sebagainya.
b) Unsur penemuan kasus (detect)
1) Dalam deteksi dini untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19, yang
dapat dilakukan melalui berkoordinasi dengan dinas kesehatan
setempat atau fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala demam, batuk,
pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas) terhadap semua orang
yang ada di tempat dan fasilitas umum.
c) Unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond)
Melakukan penanganan untuk mencegah terjadinya penyebaran yang
lebih luas, antara lain berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat
atau fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan pelacakan kontak
erat, pemeriksaan rapid test atau Real Time Polymerase Chain
Reaction (RT-PCR), serta penanganan lain sesuai kebutuhan.
Dalam konteks pandemi COVID-19, menemukan, menguji, dan
mengisolasi kasus, pelacakan kasus dan karantina tetap menjadi langkah
utama dalam semua tahap respons. Demikian pula langkah-langkah
untuk memastikan perlindungan terhadap petugas kesehatan dan
kelompok rentan harus dipertahankan. Tergantung pada tingkat risiko,
tindakan lain seperti kegiatan di masyarakat, pembatasan pengumpulan
massal, dan langkah-langkah untuk mengurangi risiko masuknya virus
harus diadaptasi.
Prinsip dasar upaya penanggulangan COVID-19 bertumpu pada
penemuan kasus suspek/probable (find), yang dilanjutkan dengan upaya
untuk isolasi (isolate) dan pemeriksaan laboratorium (test). Ketika hasil
test RT-PCR positif dan pasien dinyatakan sebagai kasus konfirmasi,
maka tindakan selanjutnya adalah pemberian terapi sesuai dengan
protokol. Pelacakan kontak (trace) harus segera dilaksanakan segera
setelah kasus suspek/probable ditemukan. Kontak erat akan dikarantina
selama 14 hari. Jika setelah dilakukan karantina selama 14 hari tidak
muncul gejala, maka pemantauan dapat dihentikan. Akan tetapi jika
selama pemantauan, kontak erat muncul gejala maka harus segera
diisolasi dan diperiksa swab (RT-PCR) (Kemenkes, 2020).

Gambar 10. Alur Pemeriksaan COVID-19

D. Gambaran Umum UPT Puskesmas Penimbung


1. Geografis
a. Batas wilayah kerja UPT Puskesmas Penimbung
1) Sebelah Utara : Hutan (Pegunungan)
2) Sebelah Selatan: Kota Mataram
3) Sebelah Barat : wilayah kerja UPT Puskesmas Gunungsari (Desa
Taman Sari dan Desa Midang)
4) Sebelah Timur : Kecamatan Lingsar
b. Posisi geografis UPT Puskesmas Penimbung
Dekat dengan pasar ± 100 meter, berada di pinggir jalan raya dengan
status ekonomi penduduk menengah ke bawah. Akses transportasi ke
puskesmas mudah umumnya menggunakan ojek. Sebagian besar wilayah
kerja UPT Puskesmas Penimbung berupa dataran tinggi.
c. Luas wilayah kerja UPT Puskesmas Penimbung
1) Luas : ± 64,542 HaTerdiri dari 9 Desa yaitu : Desa Penimbung, Desa
Bukit Tinggi, Desa Mekarsari, Desa Kekeri, Desa Mambalan, Desa
Ranjok, Desa Dopang, Desa Jeringo, Desa Gelangsar.
2. Demografi
NO PDDK.
DESA KK
. L P JML.
1 PENIMBUNG 2.284 1.923 4.207 1.430
BUKIT
2 1.352 1.389 2.741 932
TINGGI
3 MEKARSARI 2.145 1.549 3.694 1.256
4 KEKERI 2.145 3.580 5.725 1.947
5 MAMBALAN 2.051 1.977 4.028 1.370
6 JERINGO 1.352 1.176 2.528 860
7 GELANGSAR 1.119 1.282 2401 816
8 RANJOK 420 1.122 1.542 524
Sumber : Data Sasaran Program P2 UPT Puskesmas Penimbung tahun 2020
Tabel 2 : Distribusi penduduk menurut jumlah desa dan jenis kelamin di
wilayah kerja UPT Puskesmas Penimbung tahun 2020
3. Sosial Budaya
a. Sarana pendidikan
Di wilayah kerja UPT Puskesmas Penimbung pada tahun 2019 terdapat 11
PAUD, 21 SD/MI, 7 SMP/MTS, 4 SMA/MA.
b. Sarana Kesehatan
Adapun sarana dan prasarana kesehatan yang mendukung dalam
pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas
Penimbung pada tahun 2019 dapat di lihat dari tabel berikut :
JumlahPenduduk Jumlah Jumlah
No Desa
(Jiwa) Pustu Poskesdes
1 Penimbung 4,698 1 1
2 Mekarsari 2,714 1 1
Bukit
3 4,025 1
Tinggi
4 Mambalan 4,869 1 1
5 Kekeri 3,484 1 1
6 Jeringo 2,474 1
7 Gelangsar 2,914 1
8 Ranjok 1,779 1
Jumlah 30,189 4 8
Tabel 3. Jumlah pustu dan poskesdes sesuai dengan desa dan jumlah penduduk

NO Jenis sarana Jumlah


1 Puskesmas induk 1
2 Puskesmas pembantu 4
3 Poskesdes 8
4 Posyandu 43
5 Dokter pribadi/klinik 1
swasta
6 Bidan praktik swasta 2
Tabel 4. Sarana kesehatan di wilayah kerja UPT Puskesmas Penimbung

c. Sumber Daya Manusia UPT Puskesmas Penimbung


No Jenis tenaga Jumlah
1 Pemimpin Puskesmas 1 Orang
2 Kepala TU 1 Orang
3 Dokter umum 3 orang
4 Dokter gigi 1 orang
5 Perawat 18orang
6 Bidan 15orang
7 Asisten Apoteker 2 orang
8 Analis 3orang
9 Ahli gizi 4orang
10 Admin 5orang
11 Rekam 1 orang
medic/Adminstrasi
12 Sanitarian 1 orang
13 Sopir 1 orang
14 Jaga Malam 1 orang
15 Perawat gigi 1 orang
16 Tenaga Kesmas 1 orang
Tenaga Non 2orang
17
Kesehatan
JUMLAH 5
Table 5 : Data Kepegawaian UPT Puskesmas Penimbung tahun 2020

4. Visi dan Misi


a. Visi: Terwujudnya Pelayanan Prima dan Mandiri Untuk Hidup Sehat.
b. Misi:
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau serta berkeadilan.
2) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat melalui
kegiatan promotif dan preventif
3) Menggerakkan masyarakat dengan melibatkan lintas program dan
lintas sektor di bidang kesehatan
4) Menyelenggarakan sistem informasi dan manajemen puskesmas yang
transparan dan akuntabel.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Strategi penanggulangan covid-19 di puskesmas.


Perencanaan dan penanggulangan COVID 19 di UPT Puskesmas Penimbung
telah di lakukan. Pembentukan tim COVID-19 di Puskesmas dituangkan dalam RPK
(Rencana pelaksanaan kegiatan) dan Surat Keputusan kepala puskesmas (terlampir).
Adapun kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas adalah penyelidikan epidemiologi
yang meliputi TTTI (Testting, Traccer, Treatment, issolate). Puskesmas Penimbung
juga melakukan kegiatan tsb sesuai dengan Kemenkes No HK
01.07/MENKES/4641/2021

Gambar 11: Stratergi Penganggualangan COVID 19 di Puskesmas

Kegiatan Testting bertujuan untuk meningkatkan akses, kapasitas dan


efesiensi lab PCR, serta penggunaan RDT Antigen (RDT-Ag) dalam pemeriksaan
kontak erat. Selain itu harus dilakukan pencatatan pelaporan hari pertama karantina
(entry test) dan hari ke lima karantina (exit test) untuk menditeksi kasus lebih cepat
dan meningkatkan kepatuhan karantina. Idealnya dilakukan minimal 1/1000
penduduk per minggu. Kecepatan hasil <24 jam sejak specimen di terima. Pencatatan
pelaporan RDT Antigen (RDT-Ag) beserta pemeriksaan NAAT melalui aplikasi
Allrecord-Tc19 (httpps://allrecord-antigen.kemkes.go.id). Target indicator
pencapaian pemeriksaan yakni minimal 1/1000 per minggu, jumlah yang diperiksa
per 1000 penduduk per minggu disetiap kab/kota. Maksimal 5% per minggu ,
proporsi tes positif per minggu. Waktu pengiriman sample max 24 jam, waktu tunggu
hasil pemeriksaan NAAT max 48 jam. Prioritas pemeriksaan dilakukan pada kasus
suspek, kontak erat, tenaga kesehatan, masyarakat yg tinggal difasilitas tertutup yg
memiliki resiko penularan tinggi (asrama,panti asuhan, pondok pesantren, lapas,
rutan, tempat pengungsian).

Gambar 12. Kegiatan Pemeriksaan Swab Antigen dimasyarakat (kontak erat)


Kegiatan traccer (lacak) dilakukan jika ada kasus terkonfirmasi di wilayah
kerja puskesmas penimbung. Kegiatan dilakukan kepada 15 sampai 30 orang kontak
erat per kasus terhadap pasien yang terkontaminasi covid dalam waktu <72 jam.
Selain itu Puskesmas juga memberdayakan masyarakat dalam kegiatan pelacakan
tersebut yakni memberikan pelatihan traccer terhadap kader, perangkat desa, babinsa,
bhabinkamtibmas, pkk, satlinmas) untuk aktif terlibat sebagai contact traccer
COVID-19. Traccer ini akan bertahap didampingi oleh petugas puskesmas
penimbung. Target indicator pencapaian pelacakan yakni min 80% proporsi kasus
konfirmasi yang diwawancarai dalam 24 jam setelah kasus konfirmasi untuk
mengidentifikasi kontak erat. Minimal 15 0rang rata-rata kontak erat yang
teridentifikasi untuk setiap kasus konfirmasi. Minimal 80% proporsi kontak erat yang
diperiksa (test) dalam 72 jam sejak kasus terkonfirmasi.
Gambar 13. Kegiatan pelacakan kasus terkonfirmasi, dan kontak erat di wilayah
kerja UPT Puskesmas Penimbung

Gambar 14. Kegiatan testing, tracing,treatment


Kegiatan Isolasi dilakukan pada pasien yang tidak bergejala dan bergejala
ringan di luar RS, Sedangkan pasien dengan gejala sedang dan berat akan di rawat di
RS agar diberikan treatment sesuai keluhan. Puskesmas Penimbung juga melakukan
pemantauan terhadap masyarkat yang kontak erat dan yang terkonfirmasi. Puskesmas
Penimbung juga mendorong Desa dan Kecamatan untuk membuat shelter untuk
isolasi mandiri. Desa yang telah menyiapkan lokasi isolasi mandiri adalah Desa
Penimbung. Babinsa dan Bhabinkamtibnas terlibat dalam meningkatkan kepatuhan
dan pemantauan karantina dan isolasi tersebut. Puskesmas selalu mendorong
pemberdayaan masyarkat untuk mendukung keberhasilan karantina dan isolasi.
Target dan indicator pencapaian isolasi: minimal 80% proporsi kontak erat yang
memulai karantina dalam 48 jam setelah kasus terkonfirmasi. Minimal 80% proporsi
kontak erat yang menyelesaikan masa karantina sesuai ketentuan. Minimal 80%
Proporsi kasus terkonfirmasi yang diisolasi dalam 24 jam setelah terkonfirmasi.
Minimal 80% Proporsi kasus terkonfirmasi yang menyelesaikan masa isolasi sesuai
ketentuan.

Gambar 15. Kegiatan Isolasi di wilayah kerja UPT Puskesmas Penimbung


Tim COVID 19 yang terdiri dari medis, para medis, survailence, analis
kesehatan. Tim ini bertugas melakukan traccing, testing, treatment, isolate jika
ditemukan kasus di wilayah kerja puskesmas penimbung. Tim COVID-19 juga
dibentuk di setiap Desa wilayah kerja Puskesmas Penimbung yang Meliputi 8 desa,
guna memaksimalkan tugas dalam melakukan traccing, testing, treatment dan isolate.
Gambar 16. Ruang Isolasi di Desa Penimbung

Gambar 17. Alur pemeriksaan, pelacakan karantina dan isolasi


Gambar 18. Target dan indicator pencapaian Testing (pemeriksaan)
Kriteria selesai isolasi dan sembuh pada kasus terkonfirmasi COVID-19
menggunakan gejala sebagai patokan utama:
1. Pada kasus terkonfirmasi yang tidak bergejala (asimtomatik), isolasi
dilakukan selama sekurang-kurangnya 10 hari sejak pengambilan spesimen
diagnosis konfirmasi.
2. Pada kasus terkonfirmasi yang bergejala, isolasi dilakukan selama 10 hari
sejak muncul gejala ditambah dengan sekurang-kurangnya 3 hari bebas gejala
demam dan gangguan pernapasan. Sehingga, untuk kasus-kasus yang
mengalami gejala selama 10 hari atau kurang harus menjalani isolasi selama
13 hari. Pemantauan kondisi pasien selama masa karantina dan isolasi mandiri
akan dilakukan oleh petugas puskesmas dan tracer di bawah koordinasi
Puskesmas.
Jika selama pemantauan terjadi perburukan gejala, maka kasus dirujuk ke
rumah sakit. Pemantauan kondisi pasien selama masa karantina dan isolasi terpusat
dilakukan di bawah koordinasi Dinas Kesehatan dan Puskemas setempat. Pemantauan
dapat dilakukan secara luring maupun secara daring. Seluruh proses pemantauan
selama melakukan karantina dan isolasi mandiri maupun terpusat serta perawatan RS
wajib dicatat di formulir pemantauan harian karantina dan isolasi pada aplikasi
digital Silacak.
Penanggulangan Covid-19 di Puskesmas dilakukan pada setiap pengunjung
yang berobat hingga rujukan ke rumah sakit. Puskesmas penimbung juga
memberikan pelayanan kesehatan yang telah disesuaikan dengan tatanan baru (new
normal) dimana puskesmas telah menerapkan protocol kesehatan seperti
memberlakukan screening kepada setiap pengunjung, memisahkan pasien yang
memiliki gejala infeksi yang beresiko penularan seperti ISPA, TBC, Susp Pneumonia
COVID 19 dengan yang non. Setiap pengunjung puskesmas yang ingin berkunjung
ke puskesmas wajib menerapkan protocol kesehatan seperti memakai masker,
mencuci tangan, menjaga jarak/menggunakan hand sanitizer, melakukan screening
dengan mengukur suhu tubuh sebelum memasuki gedung puskesmas dan membuat
ruangan khusus untuk pelayanan pasien dengan gejala mengarah ke covid-19,
memberlakukan social distancing di ruang tunggu pendaftaran, dan disinfeksi
ruangan setelah selesai pelayanan, serta tetap memperhatikan SOP yang berlaku
dalam hal Pengendalian dan penyakit infeksi dalam memberikan pelayannan
kesehatan hingga rujukan dan menggunakan APD sesuai transmisi kontak kasus yg
ada, guna mengurangi penularan kontak dari pasien ke petugas begitupun sebaliknya.
Jika di tempat dilakukannya screening kesehatan terdapat pengunjung yang memiliki
gejala mengarah ke covid-19/ISPA dan pengunjung yang merupakan pelaku
perjalanan akan di arahkan menuju ke tempat pelayanan khusus untuk dilakukan
pemeriksaan agar tidak bercampur dengan pengunjung lain
Alur pelayanan di Puskesmas penimbung juga dipisah sesuai dengan skrining
COVID 19. Pasien yang memiliki gejala batuk, pilek panas, sesak anosmia, dll akan
langsung di arahkan menuju ruangan khusus yakni ruang ISPA untuk diperiksa secara
terpisah guna meminimalisir infeksi ke pengunjung lainnya. Promosi kesehatan juga
dilakukan diruang tunggu baik edukasi individu maupun keluarga, dan masyarakat
dibantu perangkat desa. Promosi kesehatan meliputi pencegahan dan
penanggulangannya penyakit COVID 19, pembentukan satgas COVID 19, sosialisasi
vaksinasi covid 19, dll.
Gambar 19. Alur pelayanan di UPT Puskesmas Penimbung

Gambar 20. Ruang Pelayanan TBC dan COVID 19


Gambar 21. Pelayanan pasien Probable COVID 19

Kegiatan vaksinasi covid 19 juga telah dilakukan oleh tim vaksinasi covid 19
di puskesmas dengan tujuan melakukan pencegahan terhadap penyakit covid 19
dengan sasaran seluruh komponen masyarakat yang ada di wilayah kerja puskesmas
penimbung dan seiiring perkembangannya sasaran vaksinasi tidak hanya masyarakat
khususnya yang ada di wilayah kerja puskesmas penimbung tetapi juga masyarakat
dari luar wilayah dengan menunjukkan identitas ktp ataupun kartu keluarga. Dalam
kegiatan vaksinasi ini ditemukan beberapa kendala yaitu pendaftaran yang masih
menggunakan metode manual menyebabkan antrian yang panjang dan cenderung
tidak menerapkan protocol kesehatan, sehingga puskesmas penimbung membuat
sebuah inovasi atau gagasan untuk melakukan pendaftaran secara online agar tidak
terjadi penumpukan antrian pada saat melakukan vaksinasi sesuai misi UPT
Puskesmas Penimbung yakni Menyelenggarakan sistem informasi dan manajemen
puskesmas yang transparan dan akuntabel. Pendaftaran dilakukan secara online
dengan sasaran 100 orang per hari, dimana yang termasuk sasaran 1-100 orang akan
dikirimkan pemberitahuan ke masing-masing sasaran melalui sms/email ke masing-
masing pendaftar. Tidak ada batasan wilayah dalam hal ini dengan syarat mengisi
NIK Sesuai ktp/kk dan mengisi formulir yang disediakan melalui Formulir
Pendaftaran Vaksinasi Covid-19 Puskesmas Penimbung (google.com).

Gambar 22. Gambar formulir pendaftaran vaksin di UPT Puskesmas


Penimbung melalui google form
Gambar 23. Vaksinasi Masal Pelaku Pariwisata

Gambar 24. Vaksinasi Masal untuk Lansia di Desa Penimbung


Gambar 25. Vaksinasi di Puskesmas Penimbung dihadiri oleh Kepala Dinas
Kesehatan Lombok Barat

B. Pembentukan Satgas Covid-19 tingkat desa


Dalam upaya memutus mata rantai penularan COVID 19 dimasyarakat,
Puskesmas Penimbung bekerjasama dengan lintas sektor seperti Desa, Babinsa,
bhabinkamtibmas untuk membentuk satgas covid tingkat desa. Masing-masing desa
memiliki satgas COVID 19 di wilayah kerja UPT Puskesmas penimbung. Satgas
COVID 19 bertugas sebagai berikut :
1. Melakukan pendataan terhadap warga yang menjadi suspek, terkonfirmasi
Covid-19 di Desa
2. Melakukan pemantauan terhadap masyarakat yang sedang melakukan isolasi
mandiri serta tetap berkordinasi dengan pihak kecamatan dan puskesmas.
3. Melakukan Penyekatan pada pintu masuk Desa atau perbatasan tiap desa
untuk meminimalisir mobilisasi warga baik dari yg keluar maupun masuk ke
Desa dengan cara mengecek suhu tubuh, menyediakan tempat cuci tangan
menggunakan sabun atau handsanitaizer sebelum memasuki desa,
mengingatkan warga untuk selalu menggunakan masker.
4. Melakukan sosialisasi penerapan protokol kesehatan yakni mencuci tangan,
memakai masker, menjaga jarak dalam wilayah Desa
5. Melakukan sterilisasi fasilitas umum dan fasilitas sosial di wilayah Desa
secara berkala
6. Menyediakan fasilitas cuci tangan, handsanitizer, disinfektan serta tempat
sampah medis dan non medis disetiap Posko Desa
7. Menyiapkan lokasi isolasi bagi warga Desa yang terkonfirmasi COVID-19.
8. Melakukan penelusuran dan pengobatan sederhana bagi warga yang
terkonfirmasi COVID- 19 melalui test Corona Viruses Disease (COVID-19)
9. Mendistribusikan kebutuhan logistik dalam masa isolasi mandiri
10. Memberikan pembinaan sosial yang bersifat edukatif sesuai dengan
kewenangan Desa dan kearifan lokal yang ditetapkan melalui PeraturanDesa.
11. Berkoordinasi dengan Bhabinkamtibmas dan Babinsa serta mitra Desa lainnya
sesuai bidangtugas
12. Melakukan pembinaan bagi pelanggar protokol kesehatan melalui peneguran
dan pembatasan kegiatan di Desa
13. Melakukan pendataan terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran
protokol kesehatan.
14. Melaporkan pelaksanaan tim secara berkala kepada Kepala Desa.

Gambar 26. Kegiatan sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat dalam


penanggulangan COVID 19.
Gambar 27. Sosialisasi Pembentukan Satgas COVID 19 di Desa Penimbung

Gambar 28. Dukungan Kepala Dinas Kesehatan Lombok Barat dan Kepala
Puskesmas Penimbung dalam kegiatan Satgas COVID di Desa Penimbung
Gambar 27. Kegiatan Satgas Covid 19 di Desa Penimbung

Gambar 28. Kegiatan Satgas Covid 19 di Desa Penimbung


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pneumonia COVID-19 adalah peradangan pada parenkim paru yang
diduga disebabkan oleh SARS-CoV-2 (PDPI, 2020).
2. Penularan melalui kontak langsung yakni droplet maupun melalui benda
dan permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang
yang terinfeksi.
3. Pencegahan penularan COVID 19 dimasyarakat diharapkan
harus disiplin dalam melaksanakan protocol kesehatan yakni:
mencuci tangan, menggunkana masker, menjaga jarak, menjauhi
kerumunan mengurangi mobiliitas.
4. Adapun kegiatan penanggulangan COVID 19 yang dilakukan oleh
puskesmas adalah penyelidikan epidemiologi yang meliputi TTTI
(Testting, Traccer,Treatment dan Isolate).
5. Puskesmas penimbung juga memberikan pelayanan kesehatan yang telah
disesuaikan dengan tatanan baru (new normal) .
6. Puskesmas penimbung juga memberdayakan masyarakat dengan
membentuk satgas COVID 19 di desa, dengan harapan dapat memberikan
edukasi dimasyarakat tentang COVID 19, juga melakukan pemantauan
terhadap warga yg sedang melakukan isolasi mandiri.
7. Kegiatan vaksinasi covid 19 juga telah dilakukan oleh tim vaksinasi covid
19 di puskesmas dengan dengan sasaran seluruh komponen masyarakat.
B. Saran
1. Diharapkan kegiatan ini berjalan lebih optimal, berkesinambungan dan
berkelanjutan.
2. Penulis berharap adanya komitmen bersama dalam kerjasama lintas sektor
guna mencegah penyebaran kasus COVID 19.
DAFTAR PUSTAKA

COVID 19.go.id.2021. Penyebaran Data COVID 19. Diakses 26 Juli 2021.


COVID-19 NTB (ntbprov.go.id).2021. List Data COVID 19. Diakses 26 Juli 2021.
COVID-19 NTB (ntbprov.go.id).2021. penyebaran Data COVID 19. Diakses 26 Juli
2021.
Fehr, A.R., Perlman, S. (2015). Coronavirus: An Overview of Their Replication and
Pathogenesis. Methods Mol Biol. 2015 ; 1282: 1–5
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. NOMOR
HK.01.07/MENKES/328/2020 Tentang Panduan Pencegahan Dan Pengendalian
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di Tempat Kerja Perkantoran Dan
Industri Dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha. Jakarta: Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. HK.01.07/MENKES/382/2020
Tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat Di Tempat Dan Fasilitas Umum
Dalam Rangka Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) Jakarta: Kemenkes RI.
Kementrian kesehatan Republik Indonesia. 2020. HK. 01.07/MENKES/413/2020
Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID 19. Jakarta: Kemenkes
RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. HK.01.07/MENKES/446/2021
Tentang Penggunaan Rapid Diagnostic Test Antigen Dalam Pemeriksaan Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) Jakarta: Kemenkes RI.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, et al (2020). Buku Pedoman Tatalaksana Covid
19. Jakarta: PDPI, et al
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2020). Jurnal Respirologi Indonesia vol 40 no
2 April. Jakarta: PDPI
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2020). Panduan Praktik Klinis: Pneumonia
2019-nCoV.
Sulistiadi, Wahyu. 2020. Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Penanggulangan Covid
19. Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat UI.
Wang, Z., Qiang, W., Ke, H. (2020). A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control
and Prevention. Hubei Science and Technologi Press. China
WHO. (2020). WHO Director-General’s remarks at the media briefing on 2019-nCov
on 11 February 2020. Cited Feb 13rd 2020. Available on:
https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-generals- remarks-at-the-
media-briefing-on-2019-ncov-on-11-february- 2020. (Feb 12th 2020).

Anda mungkin juga menyukai