Oleh
dr. Dian Rosmala Dewi
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah dan
karunia-Nya kami dapat diberi kesempatan dan kesehatan sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik. Makalah yang berjudul “Peran Tenaga Kesehatan
(Dokter) sebagai Penggerak Pelayanan Kesehatan dalam upaya penanggulangan
COVID-19 untuk Mewujudkan Tatanan hidup baru (New Normal) di UPT
Puskesmas Penimbung Kab Lombok Barat”
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas sebagai peserta seleksi
tenaga kesehatan teladan kategori dokter umum tahun 2021. Makalah ini sebagai
bentuk inovasi dari program puskesmas dalam hal integrasi antara Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) di Puskesmas
Penimbung. Dengan adanya makalah ini kami berharap tingkat kesadaran dan
pengetahuan masyarakat tentang COVID-19 meningkat serta meningkatnya
kesadaran masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan sehingga penyebaran
kasus di wilayah kerja Puskesmas penimbung dapat ditekan yang akan berdampak
pada peningkatan kesehatan dan penurunan kasus COVID-19 pada masyarakat.
Kami ucapkan terimakasih banyak kepada Kepala Bidang SDK Dinas
Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, Pemimpin UPT Puskesmas Penimbung yakni
Ns. Akhmad Juaini, S.Kep atas dukungan dan kepercayaan selama ini. Kepada teman
sejawat dokter, paramedis, non medis dan semua pihak yang telah berperan aktif di
UPT Puskesmas Penimbung yang kompak dan penuh dedikasi. Kami harapkan
makalah ini dapat bermanfaat untuk seluruh masyarakat. Masih banyak kekurangan
didalam penyusunan makalah ini, kami harapkan masukan dan saran dalam perbaikan
kedepan.
A. Latar Belakang
Virus merupakan salah satu penyebab penyakit menular yang perlu diwaspadai.
Dalam 20 tahun terakhir, beberapa penyakit virus menyebabkan epidemi seperti
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus (SARS-CoV) pada tahun 2002-
2003, Influenza H1N1 pada tahun 2009 dan Middle East Respiratory Syndrome
(MERS-CoV) yang pertama kali teridentifikasi di Saudi Arabia pada tahun 2012
(Burhan et al, 2020).
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
SARS-CoV-2 merupakan Coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis Coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
(Kemenkes RI, 2020).
Pada tanggal 31 Desember 2019, Tiongkok melaporkan kasus pneumonia
misterius yang tidak diketahui penyebabnya. Dalam 3 hari, pasien berjumlah 44
pasien dan terus bertambah. Sampel isolat dari pasien diteliti dengan hasil
menunjukkan adanya infeksi corona virus, jenis beta corona virus tipe baru, diberi
nama 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV). Pada tanggal 11 Februari 2020, World
Health Organization (WHO) memberi nama virus baru tersebut SARS-CoV-2 dan
nama penyakitnya sebagai Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Virus corona ini
menjadi patogen penyebab utama outbreak penyakit pernapasan. Akhirnya
dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia
(PDPI, 2020).
Kasus COVID-19 pertama di Indonesia diumumkan pada tanggal 2 Maret 2020,
sebanyak 2 kasus dan hingga kini terus bertambah hingga menjadi ribuan. Sejak 2020
hingga 25 juli 2021 kasus terkonfirmasi di Indonesia 3.166.505 kasus positif,
2.509.318 kasus sembuh, 83.279 kasus meninggal dunia. Kasus di Nusa tenggara
Barat 18.019 terkonfirmasi (covid19.go.id).
Kasus di lombok barat terakhir tanggal 25 juli 2021 yaitu 2352 kasus yang
terkonfirmasi. Angka kasus COVID-19 di Puskesmas Penimbung sebanyak 63
Orang (corona.ntbprov.go.id)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit COVID-19
di wilayah kerja UPT Puskesmas Penimbung.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit COVID-19
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melaksanakan protokol
kesehatan
c. Mengurangi penyebaran kasus COVID-19 atau menekan kasus COVID-
19 di wilayah kerja UPT Puskesmas Penimbung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. COVID-19
1. Definisi COVID-19
Pneumonia COVID-19 adalah peradangan pada parenkim paru yang diduga
disebabkan oleh SARS-CoV-2 (PDPI, 2020).
2. Etiologi
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family Coronavirus.
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu: protein N
(nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), protein E
(selubung). Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae.
Coronavirus ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4
genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus, dan
deltacoronavirus. Sebelum adanya COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat
menginfeksi manusia, yaitu HCoV-229E (alphacoronavirus), HCoV-OC43
(betacoronavirus), HCoVNL63 (alphacoronavirus) HCoV-HKU1 (betacoronavirus),
SARS-CoV (betacoronavirus), dan MERS-CoV (betacoronavirus) (Kemenkes RI,
2020).
3. Definisi Operasional
Berdasarkan pedoman tatalaksana PDPI edisi ketiga tahun 2020, Definisi
operasional kasus COVID-19 yaitu kasus suspek, kasus probable, kasus konfirmasi,
kontak erat.
a. Kasus suspek
seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
1) seseorang yang memenuhi salah satu kriteria klinis dan salah satu kriteria
epidemiologis:
Kriteria Klinis:
a) Demam akut (≥ 380C)/riwayat demam* dan batuk.
b) Terdapat 3 atau lebih gejala/tanda akut berikut: demam/riwayat demam,
batuk, kelelahan (fatigue), sakit kepala, myalgia, nyeri tenggorokan,
coryza/ pilek/ hidung tersumbat, sesak nafas, anoreksia/ mual/
muntah, diare, penurunan kesadaran.
Kriteria Epidemiologis:
a) Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat tinggal
atau bekerja di tempat berisiko tinggi penularan
b) Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat tinggal
atau bepergian di negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi
lokal.
c) Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan, baik melakukan pelayanan medis, dan non-medis,
serta petugas yang melaksanakan kegiatan investigasi, pemantauan
kasus dan kontak.
2) Seseorang dengan ISPA Berat
3) Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) yang tidak memenuhi kriteria
epidemiologis dengan hasil rapid antigen SARS- CoV-2 positif
b. Kasus Probable
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut
1) Seseorang yang memenuhi kriteria klinis dan memiliki riwayat kontak erat
dengan kasus probable, atau terkonfirmasi, atau berkaitan dengan cluster
covid- 19.
2) Kasus suspek dengan gambaran radiologis sugestif ke arah COVID-19.
3) Seseorang dengan gejala akut anosmia (hilangnya kemampuan indra
penciuman) atau ageusia (hilangnya kemampuan indra perasa) dengan
tidak ada penyebab lain yang dapat diidentifikasi.
4) Orang dewasa yang meninggal dengan distres pernapasan Dan memiliki
riwayat kontak erat dengan kasus probable atau terkonfirmasi, atau
berkaitan dengan cluster COVID-19.
c. Kasus Konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 dengan
kriteria sebagai berikut:
1) Seseorang dengan hasil RT-PCR positif
2) Seseorang dengan hasil rapid antigen SARS-CoV-2 positif dan memenuhi
kriteria definisi kasus probable atau kasus suspek (kriteria A atau B)
3) Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) dengan hasil rapid antigen SARS-
CoV-2 positif DAN Memiliki riwayat kontak erat dengan kasus probable
atau terkonfirmasi.
Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:
a) Kasus konfirmasi dengan gejala (simtomatik)
b) Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimtomatik)
d. Kontak Erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau
konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:
1) Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus
konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15
menit atau lebih.
2) Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi
(seperti bersalaman, berpegangan tangan, dan lain-lain).
3) Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus
probable atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai
standar.
4) Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan
penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan
epidemiologi setempat
4. Patogenesis
Patogenesis dan Patofisiologi kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan
bersirkulasi di hewan. Coronavirus menyebabkan menyebabkan penyakit berat pada
hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus
zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar
yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular
tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa
ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama
untuk kejadian severe acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle East
respiratory syndrome (MERS) (PDPI, 2020).
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak bisa
hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host
sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai
oleh Protein S yang ada dipermukaan virus. Protein S penentu utama dalam
menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya (Wang, 2020). Pada studi
SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2
(angiotensin-converting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan
nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang,
limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel
arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi
gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis
virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap
selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus (Fehr, 2015).
Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian bereplikasi
di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke
saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan
virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah
penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari (PDPI,
2020).
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan
bahwa COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala
(simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet.
Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5-10 µm.
Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat (dalam
1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan (misalnya,
batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan
hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi melalui
benda dan permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang
terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus COVID-19 dapat terjadi
melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak
langsung dengan permukaan atau benda yang digunakan pada orang
yang terinfeksi (misalnya, stetoskop atau termometer) (Kemenkes,
2021).
Gambar 4. Penularan COVID 19
5. Gejala Klinis
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala
klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38C), batuk dan kesulitan bernapas.
Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala
gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien
timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan
progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan
perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa
pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan
pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan
meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi. (PDPI, 2020).
Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi. (PDPI, 2020)
a. Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala yang
tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai
dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot.
Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien
immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain
itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif
ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya
dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak ada
tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai
dengan batuk atau susah bernapas.
c. Pneumonia berat.
Pada pasien dewasa:
1) Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran
napas
2) Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit),
distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara
luar.
6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Anamnesis terutama gambaran riwayat perjalanan atau riwayat kontak
erat dengan kasus terkonfirmasi atau bekerja di fasyankes yang merawat pasien
infeksi COVID-19 atau berada dalam satu rumah atau lingkungan dengan pasien
terkonfirmasi COVID-19 disertai gejala klinis dan komorbid. Gejala klinis bervariasi
tergantung derajat penyakit tetapi gejala yang utama adalah demam, batuk, mialgia,
sesak, sakit kepala, diare, mual dan nyeri abdomen. Gejala yang paling sering ditemui
hingga saat ini adalah demam (98%), batuk dan mialgia. Pemeriksaan penunjangyang
dapat digunakan untuk diagnosis COVID-19 yakni pemeriksaan darah lengkap, swab
antigen, swab pcr, radiologi maupun ct-scan thorax
Ket: A= Foto toraks pada pasien 69 tahun, opasitas meningkat sedikit pada lobus
bawah, B=Foto toraks normal pada pasien perempuan 32 tahun
C=CT scan perempuan 49 tahun, dengan gambaran ground glass opacity bilateral,
D=Pasien laki-laki 34 tahun dengan hasil CT scan toraks normal.
Gambar 5. Hasil radiologi pasien positif COVID-19 di luar kota Wuhan dengan
berbagai kondisi
Ket: atas = CT scan pada hari ke-5 perawatan, bawah = gambaran CT scan toraks
pada hari ke-19 sejak onset dan diberikan terapi menggunakan extra corporeal
membrane oxygenation (ECMO).
Gambar 6. Hasil CT scan toraks pasien di Kota Wuhan dengan COVID-19
Untuk kasus berat dan kritis, bila setelah klinis membaik, bebas demam selama
tiga hari namun pada follow-up PCR menunjukkan hasil yang positif, kemungkinan
terjadi kondisi positif persisten yang disebabkan oleh terdeteksinya fragmen atau
partikel virus yang sudah tidak aktif. Pertimbangkan nilai Cycle Threshold (CT)
value untuk menilai infeksius atau tidaknya dengan berdiskusi antara DPJP dan
laboratorium pemeriksa PCR karena nilai cutt off berbeda-beda sesuai dengan
reagen dan alat yang digunakan (PDPI, 2021)
7. Tata Laksana
a. Isolasi dan Pemantauan
1) Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak pengambilan spesimen
diagnosis konfirmasi, baik isolasi mandiri di rumah maupun di fasilitas
publik yang dipersiapkan pemerintah.
2) Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP)
3) Kontrol di FKTP terdekat setelah 10 hari karantina untuk pemantauan
klinis
b. Non-farmakologis
Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan (leaflet untuk
dibawa ke rumah):
1) Pasien :
a) Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat
berinteraksi dengan anggota keluarga
b) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin.
c) Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)
d) Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah
e) Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh tenaga medis)
f) Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun
g) Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya
(sebelum jam 9 pagi dan setelah jam 3 sore).
h) Pakaian yg telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam kantong
plastik / wadah tertutup yang terpisah dengan pakaian kotor
keluarga yang lainnya sebelum dicuci dan segera dimasukkan
mesin cuci
i) Ukur dan catat suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malam hari)
j) Segera beri informasi ke petugas pemantau/FKTP atau keluarga
jika terjadi peningkatan suhu tubuh > 38oC
2) Lingkungan Kamar:
a) Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara
b) Membuka jendela kamar secara berkala
c) Bila memungkinkan menggunakan APD saat
membersihkan kamar (setidaknya masker, dan bila
memungkinkan sarung tangan dan goggle).
d) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand
sanitizer sesering mungkin.
e) Bersihkan kamar setiap hari, bisa dengan bahan
desinfektan lainnya
3) Keluarga :
a) Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien
sebaiknya memeriksakan diri ke FKTP/Rumah Sakit.
b) Anggota keluarga senanitasa pakai masker
c) Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien
f) Senantiasa mencuci tangan dengan sabun atau hand
sanitizer sesering mungkin.
d) Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar
sirkulasi udara tertukar
e) Bersihkan sesering mungkin daerah yg mungkin tersentuh
pasien misalnya gagang pintu dll
c. Farmakologi.
1) Bila terdapat penyakit penyerta / komorbid, dianjurkan untuk tetap
melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi. Apabila pasien
rutin meminum terapi obat antihipertensi dengan golongan obat
ACE-inhibitor dan Angiotensin Reseptor Blocker perlu
berkonsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau Dokter
Spesialis Jantung
2) Vitamin C (untuk 14 hari)
a) Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14
hari)
b) Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
c) Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam
(selama 30 hari),
d) Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E,
Zink
3) Vitamin D
a) Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk, sirup)
b) Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU
dan tablet kunyah 5000 IU)
d. Vaksinasi
Vaksinasi merupakan salah satu cara paling efektif dalam mencegah
penyakit akibat infeksi. Akibat pandemi COVID-19, terdapat risiko
berkurangnya pelaksanaan vaksinasi sehingga meningkatnya beban
sistem kesehatan terhadap COVID-19 ataupun berkurangnya minat dari
masyarakat akibat pelaksanaan social distancing. Hal ini dikhawatirkan
dapat menyebabkan timbulnya outbreak baru dari vaccine preventable
diseases, seperti hepatitis A. Oleh sebab itu, pelaksanaan vaksinasi
harus diatur sedemikian rupa sehingga dijalankan dalam kondisi yang
aman, tanpa menyebabkan risiko penyebaran COVID- 19 terhadap
petugas kesehatan dan masyarakat.
World Health Organization (WHO) merekomendasikan vaksinasi
influenza rutin setiap tahun khususnya untuk individu risiko tinggi
seperti lanjut usia, wanita hamil, anak-anak, orang-orang dengan
penyakit kronis tertentu dan petugas kesehatan. Vaksinasi influenza
memang tidak secara spesifik dapat melindungi dari infeksi COVID-19.
Namun, ada beberapa alasan WHO merekomendasikan vaksinasi
influenza di masa pandemi COVID-19. Pertama, untuk mengontrol
infeksi influenza pada individu risiko tinggi yang rentan mengalami
infeksi COVID-19 berat sehingga dapat mengurangi angka rawat inap
dan paparan dari virus SARS CoV-2 selama perawatan. Kedua,
mengurangi beban sistem pelayanan kesehatan dari pasien-pasien yang
mengalami infeksi influenza. Ketiga, mengurangi angka ketidakhadiran
dari petugas medis yang penting dalam penanganan COVID-19.
American College of Cardiology (ACC) merekomendasikan vaksinasi
influenza dan pneumonia diberikan kepada individu dengan komorbid
penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler. Tujuan vaksinasi
influenza dari rekomendasi ACC sama seperti penjelasan WHO yaitu
untuk mengurangi komplikasi dan beban pelayanan kesehatan akibat
influenza. Vaksinasi pneumonia bermanfaat untuk mencegah infeksi
sekunder akibat bakteri dari penderita COVID-19.
Saat ini terdapat 38 kandidat vaksin COVID-19 sedang dalam uji
klinis fase 1, 17 dalam uji klinis fase 2, 13 dalam uji klinis fase 3, dan 6
telah mendapatkan early/limited use. Salah satu dari 6 vaksin tersebut
(Sinovac) sedang dalam tahap finalisasi uji klinis fase 3 di Indonesia.
Target awal tahun 2021 sudah bisa mendapatkan persetujuan emergency
use authorization dari BPOM (Kemenkes, 2020).
B. New Normal
Tujuan pemerintah dalam penanggulangan COVID 19 yakni Perilaku
masyarakat yang menerapkan hidup lebih bersih, lebih sehat, lebih terlindungi, dan
lebih taat dan disiplin terhadap protokol kesehatan pada seluruh sektor kehidupan,
sehingga aman dari ancaman penularan virus Corona dan lebih siap untuk kembali
beraktifitas dan produktif. Pedoman kementrian kesehatan 413 tahun 2020
menyebutkan, dalam rangka menanggulangi pandemi COVID-19,
Indonesia telah menerapkan berbagai langkah kesehatan masyarakat
termasuk Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sesuai Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam Rangka Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) seperti penutupan sekolah dan
bisnis, pembatasan perpindahan atau mobilisasi penduduk, dan
pembatasan perjalanan internasional.
Dalam perkembangan pandemi selanjutnya, WHO sudah
menerbitkan panduan sementara yang memberikan rekomedasi indikator
dikembangkan untuk membantu negara melalui penyesuaian berbagai
intervensi kesehatan masyarakat berdasarkan kriteria kesehatan
masyarakat. Selain indikator tersebut, faktor ekonomi, keamanan, hak
asasi manusia, keamanan pangan, dan sentimen publik juga harus
dipertimbangkan. Keberhasilan pencapaian indikator dapat mengarahkan
suatu wilayah untuk melakukan persiapan menuju tatanan normal baru
produktif dan aman dengan mengadopsi adaptasi kebiasaan baru (new
normal) (Kemenkes, 2020).
Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai penularan
COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan baru/cluster pada tempat-
tempat dimana terjadinya pergerakan orang, interaksi antar manusia dan
berkumpulnya banyak orang. Masyarakat harus dapat beraktivitas kembali dalam
situasi pandemi COVID-19 dengan beradaptasi pada kebiasaan baru yang lebih
sehat, lebih bersih, dan lebih taat, yang dilaksanakan oleh seluruh komponen yang
ada di masyarakat serta memberdayakan semua sumber daya yang ada. Peran
masyarakat untuk dapat memutus mata rantai penularan COVID-19 (risiko tertular
dan menularkan) harus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan.
Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang dapat menginfeksi manusia
dengan masuknya droplet yang mengandung virus SARS-CoV-2 ke dalam tubuh
melalui hidung, mulut, dan mata. Prinsip pencegahan penularan COVID-19 pada
individu dilakukan dengan menghindari masuknya virus melalui ketiga pintu masuk
tersebut dengan beberapa tindakan, seperti:
a. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung
dan mulut hingga dagu, jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan
orang lain yang tidak diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat
menularkan COVID-19).
b. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun
dengan air mengalir atau menggunakan cairan antiseptik berbasis
alkohol/handsanitizer. Selalu menghindari menyentuh mata, hidung, dan
mulut dengan tangan yang tidak bersih (yang mungkin terkontaminasi
droplet yang mengandung virus).
c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari
terkena droplet dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta
menghindari kerumunan, keramaian, dan berdesakan. Jika tidak
memungkinkan melakukan jaga jarak maka dapat dilakukan berbagai
rekayasa administrasi dan teknis lainnya.
d. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) seperti mengkonsumsi gizi seimbang, aktivitas
fisik minimal 30 menit sehari dan istirahat yang cukup (minimal 7 jam),
serta menghindari faktor risiko penyakit. Orang yang memiliki
komorbiditas/ penyakit penyerta/ kondisi rentan seperti diabetes,
hipertensi, gangguan paru, gangguan jantung, gangguan ginjal, kondisi
immunocompromised/ penyakit autoimun, kehamilan, lanjut usia, anak-
anak, dan lain lain, harus lebih berhati-hati dalam beraktifitas di tempat
dan fasilitas umum.
Kegiatan vaksinasi covid 19 juga telah dilakukan oleh tim vaksinasi covid 19
di puskesmas dengan tujuan melakukan pencegahan terhadap penyakit covid 19
dengan sasaran seluruh komponen masyarakat yang ada di wilayah kerja puskesmas
penimbung dan seiiring perkembangannya sasaran vaksinasi tidak hanya masyarakat
khususnya yang ada di wilayah kerja puskesmas penimbung tetapi juga masyarakat
dari luar wilayah dengan menunjukkan identitas ktp ataupun kartu keluarga. Dalam
kegiatan vaksinasi ini ditemukan beberapa kendala yaitu pendaftaran yang masih
menggunakan metode manual menyebabkan antrian yang panjang dan cenderung
tidak menerapkan protocol kesehatan, sehingga puskesmas penimbung membuat
sebuah inovasi atau gagasan untuk melakukan pendaftaran secara online agar tidak
terjadi penumpukan antrian pada saat melakukan vaksinasi sesuai misi UPT
Puskesmas Penimbung yakni Menyelenggarakan sistem informasi dan manajemen
puskesmas yang transparan dan akuntabel. Pendaftaran dilakukan secara online
dengan sasaran 100 orang per hari, dimana yang termasuk sasaran 1-100 orang akan
dikirimkan pemberitahuan ke masing-masing sasaran melalui sms/email ke masing-
masing pendaftar. Tidak ada batasan wilayah dalam hal ini dengan syarat mengisi
NIK Sesuai ktp/kk dan mengisi formulir yang disediakan melalui Formulir
Pendaftaran Vaksinasi Covid-19 Puskesmas Penimbung (google.com).
Gambar 28. Dukungan Kepala Dinas Kesehatan Lombok Barat dan Kepala
Puskesmas Penimbung dalam kegiatan Satgas COVID di Desa Penimbung
Gambar 27. Kegiatan Satgas Covid 19 di Desa Penimbung
A. Kesimpulan
1. Pneumonia COVID-19 adalah peradangan pada parenkim paru yang
diduga disebabkan oleh SARS-CoV-2 (PDPI, 2020).
2. Penularan melalui kontak langsung yakni droplet maupun melalui benda
dan permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang
yang terinfeksi.
3. Pencegahan penularan COVID 19 dimasyarakat diharapkan
harus disiplin dalam melaksanakan protocol kesehatan yakni:
mencuci tangan, menggunkana masker, menjaga jarak, menjauhi
kerumunan mengurangi mobiliitas.
4. Adapun kegiatan penanggulangan COVID 19 yang dilakukan oleh
puskesmas adalah penyelidikan epidemiologi yang meliputi TTTI
(Testting, Traccer,Treatment dan Isolate).
5. Puskesmas penimbung juga memberikan pelayanan kesehatan yang telah
disesuaikan dengan tatanan baru (new normal) .
6. Puskesmas penimbung juga memberdayakan masyarakat dengan
membentuk satgas COVID 19 di desa, dengan harapan dapat memberikan
edukasi dimasyarakat tentang COVID 19, juga melakukan pemantauan
terhadap warga yg sedang melakukan isolasi mandiri.
7. Kegiatan vaksinasi covid 19 juga telah dilakukan oleh tim vaksinasi covid
19 di puskesmas dengan dengan sasaran seluruh komponen masyarakat.
B. Saran
1. Diharapkan kegiatan ini berjalan lebih optimal, berkesinambungan dan
berkelanjutan.
2. Penulis berharap adanya komitmen bersama dalam kerjasama lintas sektor
guna mencegah penyebaran kasus COVID 19.
DAFTAR PUSTAKA