Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENGENDALIAN DAN PENANGANAN PENYAKIT SARS

OLEH

MARIA KRISTINA TEMBE DURA


MIRANTI RESTIANA HAMID A. LAPE
ODELBERTA NATALIA WALE

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN ENDE
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karna Atas rahmat-nya
Kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini . Didalam Makalah yang berjudul “
PENANGANAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SARS “ kami juga mengucapkan kepada
bapak/ibu dosen karena telah mengarahkan Kami dalam penyusunan makalah melalui penyampaian
tentang PENGENDALIAN DAN PENANGANAN PENYAKIT SARS.

Dalam penyusunan Makalah ini tak luput dari kesalahan, untuk itu Kami mohon maaf atas
kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Dan demi menghasilkan makalah lebih baik, Kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca . semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua .

Ende, 02 Oktober 2022

Anggota Kelompok
DAFTAR ISI

JUDUL...........................................................................................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................

A. Latar Belakang ...........................................................................................................


B. Rumusan Masalah.......................................................................................................
C. Tujuan.........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................

A. Pengertian SARS...............................................................................................................
B. Epideomologi penyakit SARS...........................................................................................
C. Penyebab penyakit SARS..................................................................................................
D. Tanda dan gejala penyakit SARS.......................................................................................
E. Pemeriksaan penunjang SARS...........................................................................................
F. Penatalaksanaan SARS........................................................................................................
G. Komplikasi penyakit SARS................................................................................................

BAB III PENUTUP........................................................................................................................

A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Corona virus atau yang dikenal dengan Covid-19 merupakan kasus pneumonia baru yang
pertama kali dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei. Dalam waktu satu bulan,penyakit ini telah
menyebar di berbagai provinsi lain di China, Thailand, Jepang, danKorea Selatan. Dalam waktu
beberapa bulan, sudah menyebar ke seluruh dunia.Kemenkes RI, 2020).
Corona Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe
Acute Respiratory Syndrome CoronaVirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus
jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis
coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Tanda dan gejala umum infeksi Covid-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti
demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14
hari. Pada kasus Covid-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia,sindrom pernapasan akut,
gagal ginjal, dan bahkan kematian. (Kemenkes RI, 2020)
Transmisi SARS-CoV-2 dapat terjadi melalui kontak langsung, kontak tidak langsung, atau
kontak erat dengan orang yang terinfeksi melalui sekresi seperti air liur dan sekresi saluran
pernapasan atau droplet saluran napas yang ke luar saat orang yang terinfeksi batuk, bersin,
berbicara, atau menyanyi. (WHO, 2020). Penularan Covid-19 dapat terjadi dimana saja terutama
tempat yang terdapat banyak orang berinteraksi sosial,seperti ditempat kerja, tempat ibadah, pusat
perbelanjaan dan tempat wisata juga lingkungan sekolah yang banyak terdapat anak-anak.
(Morawska & Cao, 2020). Anak-anak merupakan kelompok berisiko tinggi atau rentan terserang
penyakit. Selain itu,anak-anak juga sering melakukan bermain dan berkumpul bersama serta belum
mendapatkan informasi tentang protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19.(Erlin et al.,
2020). Pada anak-anak yang terinfeksi Covid-19 hanya menunjukkan gejala infeksi virus musiman
seperti flu, batuk, dan demam hingga sering diabaikan oleh orangtua. Namun gejala tersebut
merupakan ancaman, jika sampai terjadi infeksi pada anak-anak maka peluang paparan virus akan
lebih besar ke komunitas yang lebih luas. (Yang et al., 2020)
Cara terbaik untuk penanggulangan dan pencegah penyakit ini adalah dengan memutus mata
rantai penyebaran Covid-19. Pemutusan rantai penularan bisa dilaksanakan dengan menerapkan
protokol kesehatan secara disiplin. WHO memberikan petunjuk untuk menerapkan 3M yaitu mencuci
tangan dengan benar, menjaga jarak dengan benar dan memakai masker dengan benar menjadi hal
yang harus dilakukan sebagai wujud tindakan pencegahan dini dari penyebaran virus Covid-19.
Namun kurangnya pengetahuan masyarakat dalam mentaati protokol kesehatan tentang pencegahan
Covid-19 yang sudah di rekomendasikan WHO menjadi pemicu semakin cepatnya virus ini menular
ke segala kalangan masyarakat. (Duan et al., 2020).
Dalam proses keperawatan, penilaian tingkat pengetahuan merupakan bagian dari pengkajian
dalam proses keperawatan. Pengkajian dalam proses keperawatan adalah tahap dasar dari seluruh
proses keperawatan dengan tujuan mengumpulkan informasi dan data-data pasien. Pengkajian yang
sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap kegiatan, meliputi pengumpulan data, analisis
data, sistematika data, penentuan masalah, dan dokumentasi data. Pengkajian keperawatan
merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
dalam hal 3 ini status tingkat pengetahuan protokol kesehatan Covid-19. (Potter et al., 2013).
Pengetahuan tentang protokol kesehatan Covid-19 pada anak sejak usia dini dapat diartikan sebagai
usaha untuk membentuk komitmen dasar dalam menjaga diri dan lingkungan sekitar dari penyebaran
virus Covid-19. (Wardhani et al., 2020). Pengetahuan cara pencegahan Covid-19 adalah faktor utama
seseorang untuk bersikap dan berperilaku yang benar dalam penerapan hidup sehat. (Putra & Hasana,
2020).
Berdasarkan data terbaru per tanggal 18 Januari 2021 sudah tercatat 93,194,922 penduduk
dunia terkonfirmasi positif virus Covid-19. Untuk Indonesia sendiri sudah tercatat 896,642 kasus
terkonfirmasi positif virus Covid-19. Untuk di Bali, data terkonfirmasi Covid-19 tercatat 21,292
kasus. Untuk di Kabupaten Badung tercatat 4,085 kasus dan Kecamatan Kuta Utara tercatat 698
kasus terkonfirmasi. Tingkat mortalitas Covid-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan
yang tertinggi di Asia Tenggara. (WHO, 2020). Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) menyatakan 11,3 persen dari total jumlah kasus Covid-19 di Indonesia adalah anak-anak.
Untuk di Bali per tanggal 1 januari 2021, kasus kasus terkonfirmasi pada anak berdasarkan rentan
usia 0-5 tahun total 387 kasus dan usia 6-18 tahun total 1.310 kasus terkonfirmasi positif Covid-19.
Transmisi virus Covid-19 masih tergolong tinggi bila indeks usia pasien ada dalam rentang 10-19
tahun. Dalam strategi mitigasi atau pencegahan terhadap penyebaran virus corona saat ini yang
mencakup memakai masker dengan benar, mencuci tangan dengan benar dan menjaga jarak, harus
dioptimalkan agar virus tidak menyebar kepada individu, keluarga, dan masyarakat. (Park et al.,
2020)
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh UNICEF terhadap 4000 anak dan remaja usia
sekolah terkait Covid-19 menunjukkan masih ada anak usia sekolah (25%) yang tidak tahu sama
sekali tentang Covid-19. Ada yang tahu gejala penyakit ini, namun belum tahu cara pencegahan.
Terjadi peningkatan pengetahuan setelah difasilitasi dengan 4 informasi kepada anak usia sekolah.
Namun sebagian besar masih belum melakukan physical distancing. (UNICEF, 2020). Namun,
berdasarkan penelitian terbaru dari Survey Cepat Kesiapan Belajar Tatap Muka oleh Pusat Penelitian
Kebijakan Balitbang dan Perbukuan (2020) mengatakan bahwa kesiapan siswa sekolah dasar dalam
pengetahuan penerapan protokol kesehatan Covid-19 secara nasional sudah mencapai angka 94%.
Namun hal ini masih belum memenuhi kriteria karena kesiapan dalam pengetahuan protokol
kesehatan Covid-19 harus memenuhi kriteria 100%.
Pada masa pandemi Covid-19, anak usia sekolah dan remaja memiliki risiko tertular Covid-19
karena aktivitasnya yang tinggi dan kecenderungan berkelompok. Namun, karena daya tahan tubuh
yang baik sering kali Covid-19 pada kelompok tersebut tidak memperlihatkan gejala atau hanya
gejala ringan sehingga sering diabaikan dan berpotensi menular kepada orang sekitar. (Kemenkes RI,
2020).
Sekolah merupakan salah satu tempat yang berisiko pemicu adanya pelanggaran protokol
kesehatan. Hal ini dikarenakan sekolah merupakan tempat berisiko tingginya terjadi berkumpulnya
banyak orang, sehingga besar kemungkinan akan terjadinya pelanggaran protokol kesehatan dalam
menjaga jarak. Selain itu, kurangnya pengetahuan terhadap protokol kesehatan pada siswa juga bisa
memicu pelanggaran protokol kesehatan lainya seperti tidak menggunakan dengan masker dengan
benar dan tidak mencuci tangan dengan benar. (Pajarianto et al., 2020). Berdasarkan hal tersebutlah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menerbitkan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 35952/MPK.A/HK/2020, Tahun 2020 untuk melakukan
pembelajaran secara daring dari rumah dalam rangka pencegahan penularan Covid-19 di lingkungan
sekolah.
Indonesia telah menetapkan Keputusan Presiden No. 11 Tahun 2020 tentang Penetapan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat sebagai pedoman untuk menangani Covid-19. Keputusan
Presiden ini menjadi rujukan bagi lembaga-lembaga pemerintahan, dari tingkat propinsi sampai
kabupaten dalam menangani Covid-19. Semangat dasar dari undang-undang ini dalah upaya
mengatasi dan mencegah penyebaran Covid-19 dengan menjalankan protokol kesehatan bagi semua
warga negara dalam aktivitas kesehariaannya. Tiga kewajiban utama warga negara dalam protokol
kesehatan tersebut adalah dengan menggunakan masker dengan benar, mencuci tangan dengan benar
dan menjaga jarak dengan benar.
Merujuk sebuah hasil riset, Organisasi kesehatan Dunia, WHO (Word Health Organization)
menyimpulkan bahwa penerapan protokol kesehatan seperti menggunakan masker dengan benar,
mencuci tangan dengan benar dan menjaga jarak dapat mengurangi risiko penularan Covid-19 hingga
85 % (WHO, 2020). Berdasarkan, sejarah, keberhasilan efektivitas menggunakan masker, mencuci
tangan benar dan menjaga jarak dalam mencegah penyebaran Covid-19 ini sudah dicatat dalam
sejarah pandemi dunia. Mengkampanyekan penggunaan masker dengan benar, mencuci tangan dan
menjaga jarak menjadi semangat perjuangan masyarakat di seluruh dunia kala itu. Kampanye yang
terus disebar luaskan ini mampu menekan pandemi flu Spanyol 1918 dan 1919 yang kala itu melanda
dunia (Crosby, 2003). Dengan cara sederhana yang dapat dicerna oleh segala kalangan usia, tindakan
preventif dapat dilakukan dan disosialisasikan untuk menjaga anak-anak dari penularan Covid-19.
(Wardhani et al., 2020).
Mulai Januari 2021, kebijakan pembelajaran tatap muka dimulai dan pemberian ijin oleh
pemerintahan daerah/kamnwil/kemenag dan tetap dilanjutkan berjenjang oleh satuan pendidikan dan
izin orangtua. Selain tingkat resiko penyebaran Covid-19 di wilayahnya, faktor yang menjadi
pertimbangan dalam pemberian izin pembelajaran tatap muka yaitu kesiapan peserta didik dalam
pengetahuan tentang protokol kesehatan Covid-19 penerapan 3M diantaranya memakai masker
dengan benar, menjaga jarak dengan 6 benar dan mencuci tangan dengan benar. Hal ini tentu wajib
dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat. (Kemendikbud RI, 2020).

B.Rumusan Masalah

1. Apa pengertian SARS?


2. Jelaskan Epidemiologi penyakit SARS?
3. Jelaskan penyebab dari penyakit SARS ?
4. Apa saja tanda dan gejala Penyakit SARS?
5. bagaimana pemeriksaan penunjang SARS?
6. Bagaimana penatalaksanaan Penyakit SARS?
7. Apa saja komplikasi dari penyakit SARS?

C. Tujuan

1. Menjelaskan pengrtian SARS


2. Menjelaskan epidemiologi penyakit SARS
3. Menjelaskan bagaimana penyebab dari peyakit SARS
4. Menjelaskan apa saja tanda dan grjala penyakit SARS
5. Menjelaskan pemeriksaan penujang SARS
6. Bagaimana penatalaksanaan penyakit SARS
7. Menjelaskan apa saja komplikasi dari penyakit SARS
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian SARS

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah penyakit infeksi saluran nafas
yang disebakan oleh virus corona dengan sekumpulan gejala klinis yang sangat berat (Chen
& Rumende, 2006). SARS adalah sindrom pernapasan akut berat yang merupakan penyakit
infeksi pada jaringan paru manusia yang penyebabnya adalah Coronavirus. (Poutanen et
al.,2003).
Menurut literatur lain, SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) adalah
sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit
infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus
(Zhang et al.,2006). SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis
kegagalan paru- paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan
terjadinya pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru). (Svoboda. 2006).

B. Epidemiologi Penyakit SARS

Secara epidemiologi, Savere acute respiratory syndrom (SARS) bermula di China


Selatan pada November 2002 kemudian menyebar ke Hongkong pada Februari 2003.
Setelah itu SARS menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, terutama negara-negara di
Asia. World Health organization (WHO) kemudian mengumumkan SARS sebagai
ancaman global tanggal 15 Maret 2003.

Satu bulan setelah WHO mengumumkan SARS sebagai ancaman global, 8 negara
melaporkan Comunity transmission SARS yaitu Kanada, China, Hong Kong, Taiwan,
Inggris, Amerika Serikat, Vietnam dan Singapura. Padahal data WHO tanggal 17
Maret 2003 baru mencatat 4 negara yang kemudian meningkat menjadi 5 negara pada
19 Maret 2003 dan 6 negara pada 26 Maret 2003. Pada akhir epidemi di Juni 2003,
total kumulatif global untuk SARS adalah 8422 kasus dengan 911 kematian (case
fatality rate 11%). Data epidemiologi SARS di Indonesia periode 1 Maret sampai 9
Juli 2003 mencatat 2 kasus probable dan 7 kasus suspect SARS. Tidak ada lagi kasus
SARS yang dilaporkan sejak saat itu sampai saat ini.
C. Penyebab SARS

SARS merupakan penyakit yang awalnya berasal dari hewan, tapi menular pada
manusia (zoonotik). Sebagian besar penyakit zoonotik berasal dari hewan liar. Salah satu strain
atau jenis virus yang dikenal sebagai Coronavirus terkait SARS (SARS-CoV) yang menyerang
mamalia, diduga kuat menjadi penyebab terjadinya penyakit ini.

Coronavirus umumnya menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas dengan gejala


ringan hingga sedang pada manusia, tetapi dapat menyebabkan penyakit pernapasan,
pencernaan, hati, dan neurologis pada hewan. Meski begitu, ketika menularkan virus pada
manusia, hewan yang terinfeksi dapat terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala. Virus ini
dapat menyebar melalui partikel kecil yang terdapat di udara ketika penderita batuk, bersin,
atau berbicara. SARS juga dapat ditularkan melalui kontak dekat, misalnya ketika Anda
merawat penderita atau tinggal serumah dengan penderita.

Infeksi virus ini juga dapat menyebar lewat benda-benda yang sudah terkontaminasi
oleh virus. Misalnya, gagang pintu, telepon, atau tombol lift. Bahkan di beberapa kasus,
penularan terjadi apabila seseorang terpapar kotoran dari penderita dan tidak mencuci tangan
dengan benar. Ketika virus menyerang manusia untuk pertama kali, manusia belum memiliki
pertahanan tubuh terhadap virus tersebut. Hal ini menyebabkan munculnya gejala SARS.
Kemudian, tubuh secara alami akan membentuk antibodi untuk melawan virus. Wabah akan
terhenti ketika manusia sudah memiliki antibodi terhadap virus dan vaksin telah
ditemukan.Walau demikian, virus dapat berubah dan berkembang menjadi strain yang lain.
Pada tahun 2019, ditemukan SARS akibat virus corona tipe terbaru yang disebut SARS-CoV-2.
Virus ini pertama kali ditemukan di Cina dan menyebabkan pandemi Covid-19. Meski begitu,
SARS dan Covid-19 adalah dua kondisi yang berbeda.

D. Tanda dan gejala

Gejala awal SARS mirip seperti influenza, dan biasanya muncul 2-7 hari setelah
infeksi virus, meliputi:

 Demam tinggi (38 oC atau lebih)


 Menggigil
 Sakit kepala
 Nyeri otot
 Mencret atau diare
 Mual
 Muntah
 Mudah lelah
 Nafsu makan menurun

Namun, pada pasien SARS dengan kondisi imunitas yang menurun seperti penderita diabetes
melitus atau gagal ginjal, gejala demam bisa tidak terjadi di minggu pertama. Setelah gejala-gejala
awal, infeksi virus akan mulai menyebar ke paru-paru serta saluran pernapasan, kemudian
menyebabkan keluhan gangguan pernapasan berupa:

 Batuk kering
 Sesak napas atau kesulitan bernapas
 Kadar oksigen dalam darah menurun drastis.

Pada kasus yang parah, kondisi ini bahkan dapat menyebabkan kematian.

E. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
2) Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernapasan
abnormal ( seperti ronki dan wheezing ). Tekanan darah sering kali rendah dan kulit,
bibir, serta kuku penderita tampak kebiruan ( sianosis, karena kekurangan oksigen ).
3) Pemeriksaan yang biasa di lakukan untuk mendiagnosis SARS :
a. Rontgen dada ( menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang
seharusnya terisi udara )
b. Gas darah arteri
c. Hitung jenis darah dan kimia darah
d. Bronkoskopi
4) Pemeriksaan laboratorium : leukosi
5) Pemeriksaan bakteriologis : sputu, darah, aspirasi nasotrakeal atau transkeal, aspirasi
jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy
6) Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat di peroleh hasilnya dalam 8 jam dan
sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody

F. Penatalaksanaan
1. Terapi supportif umum : meningkatkan aya tahan tubuh berupa asupan nutrisi yang
adekuat, pemberian multivitamin dan lain-lain.
 Terapi oksigen
 Humidifikasi dengan nebulizer
 Fisioterapi dada
 Pengaturan cairan
 Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat
 Obat inotropik
 Ventilasi mekanis
 Drainase empiema
 Bila terdapat gagal nafas nutrisi dengan kalori cukup
2. Terapi antibiotik
Agen bakteri secara rutin diresepkan untuk SARS karena menyajikan fitur non spesifik
dan cepaat tes laboratorium yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis SARS covid
virus dalam beberapa hari pertama infeksi belum tersedia. Antibiotik empiris yang
sesuai demgam demikian diperlukan untuk menutupi terhadap patogen pernapasan
Common pernasioal atau pedoman pengobatan lokal bagi masyarakat diperoleh atau
nosokomial pneumonia
Setelah mengesampingkan patogen lain, terapi antibiotik dapat di tarik. Selain efek
antibakteri mereka, beberapa antibiotik immunomodulatory di kenal memiliki sifat,
khususnya quinoloness dan makrolid. Efeknya pada kursus SARS adalah belum
ditentukan.
SARS dapat hadir dengan spektrum keparahan penyakit. Sebagai kecil pasien dengan
penyakit ringan baik bentuk khusus tanpa pengobatan atau terapi antibiotik saja.

G. Komplikasi
1. Abses paru
2. Efusi pleura
3. Empisema
4. Gagal nafas
5. Perikarditis
6. Meningitis
7. Alektasis
8. Hipotensi
9. Delirium
10. Asidosis metabolik
11. Dehidrasi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit SARS merupakan penyakit yang menyerang sistem pernafasan. Penyakit


SARS disebabkan oleh virus. Gejalanya mirip dengan flu seperti demam, batuk dan
tenggorokan kering. Penularan penyakit SARS ditularkan melalui udara dengan kontak
langsung dengan penderita. Penyakit ini dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan
lingkungan dan meningkatkan kepedulian terhadap diri dengan selalu menjaga kesehatan.
Hingga kini belum ada obat antivirus yang berhasil mengobati SARS atau vaksin untuk
mencegahnya.

B. Saran
Sebagai mahasiswa perawat di harapkan mengerti dan memahami tentang Asuhan
Keperawatan pada klien SARS, dam kami mohon kritikannya bagi pembaca. Agar makalah
yang kami buat ini lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2003. Kasus Probable SARS Di Indonesia.


http://www.depkes.go.id/article/view/508/menurut-who-11-wilayah-merupakan- daerah-
terjangkit-sars.html. Diakses 17 Januari 2019.
Poutanen SM, Low DE, Henry B, Finkelkstein S, Rose D, Green K, et al. 2003. Identification
of severe acute respiratory syndrome in Canada. N Engl J Med
348. Terdapat pada URL: http:// www.nejm.org. Diakses 17 Januari 2019. Surjawidjaja,
J. E. (2003). Sindrom Pernafasan Akut Parah (Severe Acute
Respiratory Syndrome/SARS): Suatu Epidemi Baru yang Sangat Virulen.
Kedokter Trisakti, 2(22), 76–82.
Svoboda T, Henry B, Shulman L, Kennedy E, Rea E, Wil Ng, Wallington T, Yaffe B, Gournis
E, Vicencio E, Basrur S, Richard H. Glazier. 2006. Public Health Measures to Control
the Spread of the Severe Acute Respiratory Syndrome during the Outbreak in Toronto.
N Engl J Med 350;23.
Tsang, K. W. (2016). Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). International
Encyclopedia of Public Health, 9, 1–13. https://doi.org/10.1016/B978-0-12- 803678-
5.00401-X
World Health Organization. Severe acute respiratory syndrome (SARS). Wkly Epidemiol Rec
2003; 78: 81-3.
World Health Organization. 2003. WHO issues global alert about cases of atypical
pneumonia: cases of severity respiratory ilness may spread to hospital staff. Geneva:
World Health Organization; Terdapat pada URL: http://www.who.int/
mediacentre/release/2003/pr22/en/print.html. Diakses pada tanggal 17 Januari 2019

Anda mungkin juga menyukai