Disusun Oleh
Kelompok 3 :
Patia Andari 131911015
Syifa Novi Ayuni 131911022
Dosen Pengampu:
Yusnaini Siagian, S.Kep, Ns, M.Kep
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami mampu menyusun sebuah makalah dengan judul
“Perencanaan dan pengembangan kebijakan pandemi Covid-19”. Makalah ini
ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam mata kuliah keperawatan
Bencana di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjung Pinang.
Dalam Penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Wiwiek Liestyaningrum, S.Kep., Ns, M.Kep selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.
2. Zakiah Rahman, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ka.Prodi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang
3. Yusnaini Siagian, S.Kep, Ns, M.Kep dosen pengampu mata kuliah
keperawatan Bencana.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar................................................................................................i
Daftar isi...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan Penulisan...............................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Penyebaran dan Peningkatan Covid-19 di Indonesia......................... 3
B. Bahaya Covid-19 Terhadap Sistem Sosial Indonesia......................... 4
C. Pernyataan Pemerintah Terkait Covid Sebagai Bencana Nasional.... 5
D. Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Covid-19....................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................11
B. Saran.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fenomena yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2020 yaitu
munculnya virus baru yang menjangkit dunia saat ini yang disebut
Coronaviruses (CoV). Corona Virus Disease atau lebih dikenal dengan
Covid-19 adalah nama virus yang berasal dari kasus pneumonia yang
muncul untuk pertama kali di Wuhan China. Virus yang dilaporkan pertama
kali pada organisasi Kesehatan dunia World Health Organization (WHO).
WHO mendeklarasikan wabah corona virus 2019- 2022 sebagai Kesehatan
Masyarakat Darurat Internasional (PHEIC) pada 30 Januari 2020. WHO
menyatakan bahwa Coronaviruses (CoV) dapat menjangkit saluran nafas
pada manusia. Virus tersebut memiliki nama ilmiah SARS CoV 2, dan
menimbulkan penyakit yang disebut Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19). COVID-19 dapat memberikan efek mulai dari flu yang sangat ringan
sampai yang sangat serius atau bahkan lebih parah dari MERS-CoV dan
SARS-CoV (Kirigia & Muthuri, 2020). Selain itu juga COVID-19 disebut
sebagai zoonotic dengan cara penularan melalui manusia/dan hewan.
Terhitung sudah 2 tahun lebih lamanya sejak Pemerintah Indonesia
menginformasikan infeksi virus COVID-19 pertamakali pada tanggal 2
Maret 2020. Tidak hanya krisis akan kesehatan masyarakat, pandemi
COVID-19 secara nyata juga mengganggu pereknomian masyarakat. Hal ini
mulai terlihat dari sejumlah indikator perekonomian, seperti pertumbuhan
ekonomi, Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Indeks Manufaktur
(PMI), Retail Sales Index, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan jasa
keuangan (kompas.id, 29 Juli 2021)
Berdasarkan data dari BNBP dilaporkan bahwa jumlah orang yang
positif terinfeksi virus Covid-19 meningkat terus setiap hari nya.
Menyebarluasnya virus covid-19 di Indonesia membuat masyarakat panik
dan saat ini pemerintah berupaya meminimalisir peningkatan virus covid-19
dengan membuat kebijakan. Beberapa kebijakan telah dilakukan pemerintah
1
semenjak virus ini mulai masuk ke Indonesia, diantaranya dengan
menetapkan kebijakan protokol kesehatan sesuai himbauan dari WHO.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang didapatkan
pada makalah ini adalah :
1. Berapa banyak kasus penyebaran dan peningkatan Covid-19?
2. Apa saja bahaya yang ditimbulkan dari Covid-19?
3. Kapan pernyataan pemerintah terkait covid-19 sebagai rencana
nasional ?
4. Bagaimana perencanaan dan pengembangan kebijakan covid-19 ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan ini yaitu :
1. mengetahui dan memahami penyebaran dan peningkatan covid-19 di
Indonesia
2. mengetahui dan memahami bahaya covid-19 terhadap sistem di
Indonesia
3. mengetahui dan memahami pernyataan pemerintah terkait covid-19
sebagai bencana nasional
4. mengetahui dan memahami perencanaan dan pengembangan kebijakan
covid 19
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Sumber: KemenkesRI
3
Penderita Covid-19 dengan gejala berat bisa mengalami demam
tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, atau nyeri dada.
Keluhan tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona.
Secara umum, ada tiga gejala umum yang bisa menandakan seseorang
terinfeksi virus Corona seperti demam (suhu tubuh di atas 38 derajat
celsius, batuk kering, sesak napas. Ada beberapa gejala lain yang juga bisa
muncul pada infeksi virus Corona meskipun lebih jarang seperti diare,
sakit kepala, konjungtivitis, hilangnya kemampuan mengecap rasa,
hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia), ruam di kulit.
Gejala-gejala Covid-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari
sampai 2 minggu setelah penderita terpapar virus Corona. Sebagian pasien
yang terinfeksi virus Corona bisa mengalami penurunan oksigen tanpa
adanya gejala apa pun. Kondisi ini disebut happy hypoxia. Guna
memastikan apakah gejala-gejala tersebut merupakan gejala dari virus
Corona, diperlukan rapid test atau PCR.
7
ditetapkannya PSBB transisi dengan acuan perlambatan kenaikan kasus
penularan COVID-19. Kasus positif COVID-19 dan kasus aktif harian
terpantau stabil. Dalam kembalinya PSBB transisi ini, sejumlah
pembatasan dilonggarkan kembali, diantaranya makan di restoran
diizinkan dengan protokol kesehatan ketat, kemudian akan diikuti
pembelajaran tatap muka.
11 Januari - 25 Januari, Di Jakarta pada periode ini PSBB diatur
dalam Keputusan Gubernur DKI Nomor 19 Tahun 2021 tentang
pemberlakuan, jangka waktu, dan pembatasan aktivasi luar rumah PSBB.
26 Januari - 8 Februari 2021, Pemerintah menerapkan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masayarakat (PPKM) secara serentak
untuk wilayah Jawa dan Bali. Di semua daerah yang harus menjalankan
PPKM ketentuan yang diterapkan adalah sistem kerja WFH (Work From
Home) bagi 75% pekerja, pusat belanja dan cafe hanya beroperasi sampai
pukul 19.00. Terdapat sanksi bagi masyarakat yang tidak menggunakan
masker di tempat umum dengan membersihkan fasilitas umum atau
membayar denda Rp 250.000.
9 Februari - 28 Juni, PPKM berskala mikro diterapkan dengan
mencakup sampai level unit terkecil yaitu tingkat desa/kelurahan dengan
membentuk pos komando penanganan COVID-19. Ketentuan tersebut
mencakup jam operasional mall dan pusat perbelanjaan lain beroperasi
sampai pukul 21.00, fasilitas umum masih ditutup, dan kegiatan sosial
budaya dihentikan.
3 Juli - 25 Juli 2021, Diberlakukan PPKM darurat di Jawa dan Bali
oleh Presiden Joko Widodo. Cakupan area PPKM darurat meliputi 48
kabupaten/kota. PPKM darurat meliputi pembatasan ketat aktivitas
masyarakat seperti penyekatan di pintu masuk antar kota dan antar
provinsi.
26 Juli - 2 Agustus 2021, Presiden Jokowi memperpanjang PPKM
level 3 dan 4 hingga 2 Agustus 2021. Keputusan ini dikeluarkan dengan
mempertimbangkan tingginya angka kasus COVID-19 di tingkat desa.
Menindaklanjuti keputusan presiden tersebut, Mendagri menerbitkan tiga
8
instruksi yaitu Inmendagri Nomor 24 Tahun 2021 tentang PPKM Level 4
dan Level 3 COVID-19 di Wilayah Jawa dan Bali, Inmendagri Nomor 25
Tahun 2021 tentang PPKM Level 4 COVID-19 di Wilayah Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua, serta
Inmendagri Nomor 26 Tahun 2021 tentang PPKM level 3, level 2 dan
level 1 serta mengoptimalkan posko penanganan COVID-19 di tingkat
desa dan kelurahan.
Pada tatanan kebijakan, sudah barang tentu, Pemerintah baik pusat
maupun daerah merupakan duty bearers atau pihak yang mengemban
tanggung jawab dan memiliki kewenangan dalam mengupayakan segala
bentuk kebijakan dan anggaran dalam melaksanakan jaminan mengenai
perlindungan (to protect), penghormatan (to respect), dan pemenuhan (to
fulfill) terhadap hak asasi manusia yang mendasar khususnya hak untuk
hidup dan hak atas kesehatan yang melekat pada warga negaranya
sebagaimana yang diamanatkan oleh Universal Declaration of Human
Rights tahun 1948, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, serta UndangUndang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Dalam penanganan pandemi Covid-19 Pemerintah Indonesia telah
menerbitkan beberapa instrumen hukum sebagai langkah kebijakan
terhadap pencegahan penyebaran wabah Covid-19 antara lain:
1. Keputusan Presiden RI No. 11 Tahun 2020 tentang Penetapan
Darurat Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19);
2. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019, dan;
3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) No. 1
Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas
Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
9
Keuangan.
Di Indonesia, pemerintah telah melakukan berbagai strategi dalam
menangani penambahan kasus positif COVID-19. Adapun strategi yang
diberlakukan oleh Pemerintah Indonesia terbagi menjadi empat hal yang
secara konsisten dilakukan, yaitu:
1. Kewajiban memakai masker saat berada di ruang publik.
2. penelusuran kontak (tracing) dari kasus positif yang dirawat dengan
menggunakan rapid test.
3. edukasi dan penyiapan isolasi secara mandiri pada sebagian hasil
tracing yang menunjukan hasil tes positif dari rapid tes atau negatif
dengan gejala untuk melakukan isolasi mandiri
4. strategi selajutnya adalah isolasi rumah sakit yang dilakukan ketika
saat isolasi mandiri tidak dapat dijalankan. Sedangkan physical
distancing merupakan strategi dasar untuk mengatasi pandemi
COVID-19. Selain itu, dalam bidang ekonomi pemerintah juga
memberlakukan Jaring Pengaman Sosial untuk membantu
masyarakat dalam melewati masa pandemi COVID-19.
10
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemerintah Indonesia memiliki kebijakan sekuritisasi terkait isu
covid-19 yang terjadi diberbagai negara saat ini. Kebijakan sekuritisasi
tersebut berawal dari pernyataan Presiden Joko Widodo tentang bahayanya
virus covid-19 dengan target masyarakat Indonesia. Penyataan Presiden
berdasarkan kepada Pernyataan WHO tentang bahaya kasus covid19 secara
global sehingga pemerintah Indonesia perlu dengan cepat merespon
penyebaran virus ini. Kebijakan Sekuritisasi seperti menjadikan virus
corona sebagai kasus yang biasa menjadi luar biasa dengan melalui
beberapsa proses terutama spech act yang dilakukan oleh seorang Kepala
Negara akan memberikan dampak bahwa kasus virus corona harus memiliki
kebijakan yang luar biasa untuk menanggulanginya.
B. Saran
Sebagai mahasiswa kesehatan seharusnya taat akan peraturan yang
telah dibuat agar kita bisa menjadi contoh atau bagian dari masyarakat yang
patuh akan kebijakan atau peraturan yang diberlakukan guna meminimalisir
bertambahnya angka kejadian covid-19.
11
DAFTAR PUSTAKA
12