Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN BENCANA

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PANDEMI


COVID-19

Disusun Oleh
Kelompok 3 :
Patia Andari 131911015
Syifa Novi Ayuni 131911022

Dosen Pengampu:
Yusnaini Siagian, S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
TAHUN AJARAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami mampu menyusun sebuah makalah dengan judul
“Perencanaan dan pengembangan kebijakan pandemi Covid-19”. Makalah ini
ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam mata kuliah keperawatan
Bencana di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjung Pinang.
Dalam Penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Wiwiek Liestyaningrum, S.Kep., Ns, M.Kep selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.
2. Zakiah Rahman, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ka.Prodi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang
3. Yusnaini Siagian, S.Kep, Ns, M.Kep dosen pengampu mata kuliah
keperawatan Bencana.

Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan baik pada


penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk
itu penulis mengharapkan saran dari semua pihak demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Tanjungpinang, 07 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar................................................................................................i
Daftar isi...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan Penulisan...............................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Penyebaran dan Peningkatan Covid-19 di Indonesia......................... 3
B. Bahaya Covid-19 Terhadap Sistem Sosial Indonesia......................... 4
C. Pernyataan Pemerintah Terkait Covid Sebagai Bencana Nasional.... 5
D. Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Covid-19....................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................11
B. Saran.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2020 yaitu
munculnya virus baru yang menjangkit dunia saat ini yang disebut
Coronaviruses (CoV). Corona Virus Disease atau lebih dikenal dengan
Covid-19 adalah nama virus yang berasal dari kasus pneumonia yang
muncul untuk pertama kali di Wuhan China. Virus yang dilaporkan pertama
kali pada organisasi Kesehatan dunia World Health Organization (WHO).
WHO mendeklarasikan wabah corona virus 2019- 2022 sebagai Kesehatan
Masyarakat Darurat Internasional (PHEIC) pada 30 Januari 2020. WHO
menyatakan bahwa Coronaviruses (CoV) dapat menjangkit saluran nafas
pada manusia. Virus tersebut memiliki nama ilmiah SARS CoV 2, dan
menimbulkan penyakit yang disebut Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19). COVID-19 dapat memberikan efek mulai dari flu yang sangat ringan
sampai yang sangat serius atau bahkan lebih parah dari MERS-CoV dan
SARS-CoV (Kirigia & Muthuri, 2020). Selain itu juga COVID-19 disebut
sebagai zoonotic dengan cara penularan melalui manusia/dan hewan.
Terhitung sudah 2 tahun lebih lamanya sejak Pemerintah Indonesia
menginformasikan infeksi virus COVID-19 pertamakali pada tanggal 2
Maret 2020. Tidak hanya krisis akan kesehatan masyarakat, pandemi
COVID-19 secara nyata juga mengganggu pereknomian masyarakat. Hal ini
mulai terlihat dari sejumlah indikator perekonomian, seperti pertumbuhan
ekonomi, Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Indeks Manufaktur
(PMI), Retail Sales Index, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan jasa
keuangan (kompas.id, 29 Juli 2021)
Berdasarkan data dari BNBP dilaporkan bahwa jumlah orang yang
positif terinfeksi virus Covid-19 meningkat terus setiap hari nya.
Menyebarluasnya virus covid-19 di Indonesia membuat masyarakat panik
dan saat ini pemerintah berupaya meminimalisir peningkatan virus covid-19
dengan membuat kebijakan. Beberapa kebijakan telah dilakukan pemerintah

1
semenjak virus ini mulai masuk ke Indonesia, diantaranya dengan
menetapkan kebijakan protokol kesehatan sesuai himbauan dari WHO.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang didapatkan
pada makalah ini adalah :
1. Berapa banyak kasus penyebaran dan peningkatan Covid-19?
2. Apa saja bahaya yang ditimbulkan dari Covid-19?
3. Kapan pernyataan pemerintah terkait covid-19 sebagai rencana
nasional ?
4. Bagaimana perencanaan dan pengembangan kebijakan covid-19 ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan ini yaitu :
1. mengetahui dan memahami penyebaran dan peningkatan covid-19 di
Indonesia
2. mengetahui dan memahami bahaya covid-19 terhadap sistem di
Indonesia
3. mengetahui dan memahami pernyataan pemerintah terkait covid-19
sebagai bencana nasional
4. mengetahui dan memahami perencanaan dan pengembangan kebijakan
covid 19

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Penyebaran dan Peningkatan Covid-19 di Indonesia


Tingkat kematian akibat virus corona Menurut data yang dirilis
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, jumlah kasus
terkonfirmasi positif hingga 8 Agustus 2022 adalah 6.249.403 orang
dengan jumlah kematian 157.113 jiwa. Dari angka tersebut, diketahui
tingkat kematian (case fatality rate) akibat Covid-19 adalah sekitar 2,51% .
Jika dilihat berdasarkan usia, kelompok usia >60 tahun memiliki
persentase angka kematian yang lebih tinggi dibandingkan kelompok usia
lainnya.
Meski jumlah kematian akibat COVID-19 tergolong tinggi, angka
kesembuhan dari COVID-19 juga terus bertambah. Data pada pada tanggal
8 Agustus 2022 menyebutkan, jumlah penyintas atau orang yang pernah
terinfeksi virus Corona kemudian sembuh adalah 6.042.657 jiwa. Gejala
Virus Corona awal infeksi virus Corona atau Covid-19 bisa menyerupai
gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit
kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat.

Sumber: KemenkesRI
3
Penderita Covid-19 dengan gejala berat bisa mengalami demam
tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, atau nyeri dada.
Keluhan tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona.
Secara umum, ada tiga gejala umum yang bisa menandakan seseorang
terinfeksi virus Corona seperti demam (suhu tubuh di atas 38 derajat
celsius, batuk kering, sesak napas. Ada beberapa gejala lain yang juga bisa
muncul pada infeksi virus Corona meskipun lebih jarang seperti diare,
sakit kepala, konjungtivitis, hilangnya kemampuan mengecap rasa,
hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia), ruam di kulit.
Gejala-gejala Covid-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari
sampai 2 minggu setelah penderita terpapar virus Corona. Sebagian pasien
yang terinfeksi virus Corona bisa mengalami penurunan oksigen tanpa
adanya gejala apa pun. Kondisi ini disebut happy hypoxia. Guna
memastikan apakah gejala-gejala tersebut merupakan gejala dari virus
Corona, diperlukan rapid test atau PCR.

B. Bahaya Covid-19 Terhadap Sistem Sosial Indonesia


Bahaya yang pertama adalah dampak pada masyarakat awal mula
kasus Covid-19 di Indonesia membuat banyak warga takut sekaligus was-
was karena virus ini sangat menular. Dampaknya terhadap masyarakat,
pembatasan sosial ini dilakukan oleh pemerintah, ketika keluar rumah
harus selalu memakai masker, menjaga jarak 1 meter dari satu sama lain,
dan juga sering mencuci tangan pakai sabun selama 20 detik. Kebiasaan
baru ini harus kita terapkan untuk mengurangi penularan virus covid-19.
Kedua, bahaya ini juga berdampak terhadap ekonomi, Keuntungan
yang diperoleh pelaku usaha mengalami penurunan akibat wabah Covid-
19, baik dari sektor pariwisata maupun sektor penerbangan sepi
penumpang akibat kebijakan social distancing. Di sektor industri pabrik,
produksi juga mengalami penurunan akibat banyaknya karyawan yang
diPHK serta dipulangkan oleh perusahaan sehingga mengakibatkan
banyak orang menganggur. Waralaba atau warung kecil juga diberikan
kebijakan pemerintah yang biasanya buka dari jam 08.00 – 20.00
dikurangi jam buka sampai jam 08.00 – 15.00 WIB. Penggunaan uang
4
digital untuk membeli barang, karena uang kertas merupakan perantara
penyebaran virus covid-19 yang mudah menular sehingga banyak orang
menggunakan uang digital untuk menghindari penularan virus covid-19.
Baya ketiga adalah dampak pada pendidikan Ketika wabah covid-19
menyerang Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) menyatakan bahwa sekolah atau bidang pendidikan
lainnya menyelenggarakan sistem pembelajaran jarak jauh atau online,
yang kini biasa disebut School From Home (SFH). Melalui sistem ini,
semua materi dan tugas dibagikan secara online. Hampir semua sekolah
dan universitas tutup sementara agar kegiatan belajar langsung (tatap
muka) tidak memperburuk infeksi virus covid-19.
Bahaya ketiga adalah dampak pada pekerjaan, Tidak hanya sekolah
yang dilakukan secara online, namun di tempat kerja sistem Work From
Home (WFH) juga diterapkan. Hal ini berdampak pada orang yang bekerja
di area perkantoran. Terkadang pekerja kantoran memiliki jadwal piket
sehingga saat di area kerja tidak banyak orang yang berkerumun dan juga
dapat memutus mata rantai penyebaran virus.
Bahaya virus corona juga memberikan dampak pada politik dalam
sistem pemerintahan, banyak terjadi perubahan selama pandemi akibat
Covid-19. Pandemi Covid-19 telah memengaruhi sistem politik beberapa
negara, yang menyebabkan penangguhan kegiatan legislatif, isolasi atau
kematian beberapa politisi, dan penjadwalan ulang pemilihan karena
kekhawatiran penyebaran virus. Di Indonesia, Pemilu 2020 yang
rencananya digelar pada 23 September ditunda, sehingga Komisi
Pemilihan Umum (KPU) mengajukan penundaan, dan bakal digelar pada 9
Desember 2020.

C. Pernyataan Pemerintah Terkait Covid-19 Sebagai Bencana Nasional


Presiden Joko Widodo secara resmi menetapkan Covid-19 sebagai
bencana nasional. Penetapan itu dinyatakan melalui Keputusan Presiden
(Keppres) Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana Non-Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
Sebagai Bencana Nasional. Dalam Keppres tersebut, setidaknya terdapat
5
empat poin yang menyatakan perihal tentang penetapan Covid-19 sebagai
bencana nasional.
Pada poin pertama menyatakan bahwa bencana nonalam yang
diakibatkan oleh penyebaran Corona Virus Disease 2019 sebagai bencana
nasional, itu merupakan bunyi poin pertama dalam Keppres tersebut.
Kemudian dalam Keppres, Presiden juga menetapkan bahwa
penanggulangan bencana nasional yang diakibatkan oleh penyebaran
Corona Virus Disease 2019 dilaksanakan oleh Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 sesuai dengan Keputusan
Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 melalui sinergi
antar kementerian atau lembaga dan pemerintah daerah. Hal tersebut
disebutkan pada poin kedua dalam Keppres.
Kemudian selanjutnya isi poin ke tiga adalah perintah kepada
Gubernur, bupati dan walikota sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 di daerah, dalam menetapkan
kebijakan di daerah masing-masing harus memperhatikan kebijakan
Pemerintah Pusat. Selanjutnya poin terakhir, Presiden menyatakan bahwa
keputusan tersebut mulai berlaku pada tanggal penetapan, yakni hari Senin
tanggal 13 April 2020.

D. Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Pandemi Covid-19


Upaya pemerintah untuk menekan angka penyebaran COVID-19
masih terus dilakukan. Kronologi kebijakan lain yang diterapkan oleh
pemerintah selama masa pandemi COVID-19 terhitung ketika Indonesia
mengkonfirmasi bahwa wabah COVID-19 masuk ke Indonesia yaitu:
02 April 2020, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengirimkan
surat ke Menteri Kesehatan untuk persetujuan PSBB (Pembatasan Sosial
Berskala Besar) di Jabodetabek. Berdasarkan data per tanggal 2 April
2020, sebanyak 885 kasus pasien terkonfirmasi positif COVID-19 di
6
Jakarta.
07 April 2020, Terbit peraturan Menkes tentang Pedoman PSBB
dalam rangka percepatan penanganan COVID-19 yang harus diterapkan di
berbagai daerah.
10 April - 23 April 2020, Penerapan PSBB di Jakarta ditetapkan
mulai 10 April hingga 23 April 2020. Selain Jakarta, beberapa daerah yang
juga menerapkan PSBB yaitu Provinsi Jawa Barat dan Banten juga
mengajukan PSBB kepada Menkes. Pembatasan sosial berskala besar juga
meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan
keagamaan, pembatasan kegiatan di tempat umum, pembatasan kegiatan
sosial budaya, pembatsan moda transportasi.
24 April - 4 Juni 2020, PSBB yang semula hanya 14 hari
diperpanjang hingga 4 Juni 2020 karena persebaran COVID-19 yang
belum mereda. Salah satu dampak PSBB bagi pengguna jalan adalah
adanya check point di beberapa jalan di kota besar.
05 Juni - 10 September 2020, Pada periode ini muncul masa
transisi bagi masyarakat untuk berlatih pada kehidupan New Normal. Hal
ini ditandai dengan pelonggaran aktivitas ekonomi di tempat usaha dan
gedung, rumah ibadah, serta perkantoran dengan syarat mematuhi protokol
kesehatan. Penetapan PSBB transisi ini dilaksanakan karena tingkat
penularan COVID-19 per 3 Juni 2020 berada dibawah 0,99 yang artinya
dapat dikendalikan. Pada PSBB periode ini juga melonggrakan izin buka
untuk tempat umum seperti taman rekreasi.
14 September - 11 Oktober 2020, Pemprov DKI Jakarta kembali
menerapkan PSBB Ketat setelah mempertimbangkan tiga hal yakni angka
kematian, jumlah pasien di ruang isolasi dan ICU, serta ruang perawatan
intensif di rumah sakit. Beberapa sektor usaha yang diperbolehkan untuk
beroperasi adalah sektor kesehatan, bahan pangan, makanan dan minuman
akan tetapi pengunjung hanya bisa memesan untuk dibawa pulang.
Kemudian sektor yang lain yaitu seperti sektor energi, komunikasi dan
teknologi informasi, keuangan, logistik, perhotelan, dan konstruksi.
12 Oktober - 11 Januari 2021, Pada periode ini kembali

7
ditetapkannya PSBB transisi dengan acuan perlambatan kenaikan kasus
penularan COVID-19. Kasus positif COVID-19 dan kasus aktif harian
terpantau stabil. Dalam kembalinya PSBB transisi ini, sejumlah
pembatasan dilonggarkan kembali, diantaranya makan di restoran
diizinkan dengan protokol kesehatan ketat, kemudian akan diikuti
pembelajaran tatap muka.
11 Januari - 25 Januari, Di Jakarta pada periode ini PSBB diatur
dalam Keputusan Gubernur DKI Nomor 19 Tahun 2021 tentang
pemberlakuan, jangka waktu, dan pembatasan aktivasi luar rumah PSBB.
26 Januari - 8 Februari 2021, Pemerintah menerapkan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masayarakat (PPKM) secara serentak
untuk wilayah Jawa dan Bali. Di semua daerah yang harus menjalankan
PPKM ketentuan yang diterapkan adalah sistem kerja WFH (Work From
Home) bagi 75% pekerja, pusat belanja dan cafe hanya beroperasi sampai
pukul 19.00. Terdapat sanksi bagi masyarakat yang tidak menggunakan
masker di tempat umum dengan membersihkan fasilitas umum atau
membayar denda Rp 250.000.
9 Februari - 28 Juni, PPKM berskala mikro diterapkan dengan
mencakup sampai level unit terkecil yaitu tingkat desa/kelurahan dengan
membentuk pos komando penanganan COVID-19. Ketentuan tersebut
mencakup jam operasional mall dan pusat perbelanjaan lain beroperasi
sampai pukul 21.00, fasilitas umum masih ditutup, dan kegiatan sosial
budaya dihentikan.
3 Juli - 25 Juli 2021, Diberlakukan PPKM darurat di Jawa dan Bali
oleh Presiden Joko Widodo. Cakupan area PPKM darurat meliputi 48
kabupaten/kota. PPKM darurat meliputi pembatasan ketat aktivitas
masyarakat seperti penyekatan di pintu masuk antar kota dan antar
provinsi.
26 Juli - 2 Agustus 2021, Presiden Jokowi memperpanjang PPKM
level 3 dan 4 hingga 2 Agustus 2021. Keputusan ini dikeluarkan dengan
mempertimbangkan tingginya angka kasus COVID-19 di tingkat desa.
Menindaklanjuti keputusan presiden tersebut, Mendagri menerbitkan tiga

8
instruksi yaitu Inmendagri Nomor 24 Tahun 2021 tentang PPKM Level 4
dan Level 3 COVID-19 di Wilayah Jawa dan Bali, Inmendagri Nomor 25
Tahun 2021 tentang PPKM Level 4 COVID-19 di Wilayah Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua, serta
Inmendagri Nomor 26 Tahun 2021 tentang PPKM level 3, level 2 dan
level 1 serta mengoptimalkan posko penanganan COVID-19 di tingkat
desa dan kelurahan.
Pada tatanan kebijakan, sudah barang tentu, Pemerintah baik pusat
maupun daerah merupakan duty bearers atau pihak yang mengemban
tanggung jawab dan memiliki kewenangan dalam mengupayakan segala
bentuk kebijakan dan anggaran dalam melaksanakan jaminan mengenai
perlindungan (to protect), penghormatan (to respect), dan pemenuhan (to
fulfill) terhadap hak asasi manusia yang mendasar khususnya hak untuk
hidup dan hak atas kesehatan yang melekat pada warga negaranya
sebagaimana yang diamanatkan oleh Universal Declaration of Human
Rights tahun 1948, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, serta UndangUndang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Dalam penanganan pandemi Covid-19 Pemerintah Indonesia telah
menerbitkan beberapa instrumen hukum sebagai langkah kebijakan
terhadap pencegahan penyebaran wabah Covid-19 antara lain:
1. Keputusan Presiden RI No. 11 Tahun 2020 tentang Penetapan
Darurat Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19);
2. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019, dan;
3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) No. 1
Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas
Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem

9
Keuangan.
Di Indonesia, pemerintah telah melakukan berbagai strategi dalam
menangani penambahan kasus positif COVID-19. Adapun strategi yang
diberlakukan oleh Pemerintah Indonesia terbagi menjadi empat hal yang
secara konsisten dilakukan, yaitu:
1. Kewajiban memakai masker saat berada di ruang publik.
2. penelusuran kontak (tracing) dari kasus positif yang dirawat dengan
menggunakan rapid test.
3. edukasi dan penyiapan isolasi secara mandiri pada sebagian hasil
tracing yang menunjukan hasil tes positif dari rapid tes atau negatif
dengan gejala untuk melakukan isolasi mandiri
4. strategi selajutnya adalah isolasi rumah sakit yang dilakukan ketika
saat isolasi mandiri tidak dapat dijalankan. Sedangkan physical
distancing merupakan strategi dasar untuk mengatasi pandemi
COVID-19. Selain itu, dalam bidang ekonomi pemerintah juga
memberlakukan Jaring Pengaman Sosial untuk membantu
masyarakat dalam melewati masa pandemi COVID-19.

10
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemerintah Indonesia memiliki kebijakan sekuritisasi terkait isu
covid-19 yang terjadi diberbagai negara saat ini. Kebijakan sekuritisasi
tersebut berawal dari pernyataan Presiden Joko Widodo tentang bahayanya
virus covid-19 dengan target masyarakat Indonesia. Penyataan Presiden
berdasarkan kepada Pernyataan WHO tentang bahaya kasus covid19 secara
global sehingga pemerintah Indonesia perlu dengan cepat merespon
penyebaran virus ini. Kebijakan Sekuritisasi seperti menjadikan virus
corona sebagai kasus yang biasa menjadi luar biasa dengan melalui
beberapsa proses terutama spech act yang dilakukan oleh seorang Kepala
Negara akan memberikan dampak bahwa kasus virus corona harus memiliki
kebijakan yang luar biasa untuk menanggulanginya.

B. Saran
Sebagai mahasiswa kesehatan seharusnya taat akan peraturan yang
telah dibuat agar kita bisa menjadi contoh atau bagian dari masyarakat yang
patuh akan kebijakan atau peraturan yang diberlakukan guna meminimalisir
bertambahnya angka kejadian covid-19.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes, 2022. Situasi Terkini Perkembangan Coronavirus Disease (Covid-19)


08 Agustus 2022. Jakarta : https://covid19.kemkes.go.id

Maulidan, Novita & Machdian. 2021. Kebijakan Pemerintah Indonesia Dalam


Penanganan Covid-19. Jawa Tengah : Jurnal Litbang.

Saudi, Ahmad dkk. 2022. Kebijakan Sekuritisasi Pemerintah Indonesia Dalam


Menanggulagi Kasus Covid-19. Pekan Baru : Jurnal Purnama Berazam.

12

Anda mungkin juga menyukai