Anda di halaman 1dari 15

PENCEGAHAN PRIMER SEKUNDER DAN TERSIER PADA

KASUS COVID-19
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis
Dosen Pengampu Ns. Harmilah, S.Pd, S.Kep, M.Kep,Sp.MB

Oleh Kelompok i9:

Apriliani P07120521029
Dewi Pustpitasari P07120521014
Luther King James P07120521007
Therevina Iaprilia P07120521038

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmatnya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara
moral maupun materil dan Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
pada karya makalah ini. Oleh sebab itu Penulis menantikan adanya kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca yang budiman demi perbaikan untuk
penulisan yang akan datang.
Dan harapan kami semoga makalah dengan tema “Pencegahan primer,
Sekunder, Tersier dalam Kasus Covid” ini dapat memberikan manfaat yang besar
bagi para pembaca khususnya mahasiswa.

Yogyakarta, 23 Mei 2021 i


iiiiiiiii

Penyusun i

i
DAFTAR ISI

PENCEGAHAN PRIMER SEKUNDER DAN TERSIER PADA KASUS COVID-19....1


KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................7
PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER................................................7
A. Pencegahan Primer.................................................................................................7
B. Pencegahan Sekunder.............................................................................................8
C. Pencegahan Tersier..............................................................................................11
BAB III............................................................................................................................12
KESIMPULAN................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia dikejutkan dengan wabah Corona virus disease (COVID-19)
di awal tahun 2020. WHO telah menetapkan dunia berada dalam darurat
global. COVID-19 menimbulkan keresahan dunia karena penyebaran yang
cepat dan menyebabkan kematian. COVID-19 merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus baru, yaitu virus korona novel (SARS-CoV-2).
Virus ini dapat menular pada manusia dan menggangu sistem pernafasan,
hingga menyebabkan kematian. Gejala dan tanda umum yang ditemukan
pada orang terinfeksi virus korona adalah demam tinggi di atas 38C,
batuk, dan sesak. COVID-19 memiliki masa inkubasi sekitar 14 hari.
COVID-19 memiliki virulensi atau kemampuan yang tinggi sehingga
menyebabkan kerusakan paru-paru dan cairan lendir yang banyak. Cairan
lendir ini yang menyebabkan sumbatan jalan nafas. Sampai saat ini, belum
ada obat yang memiliki kemampuan membunuh virus tersebut. COVID-19
ditemukan pertama kali di kota Wuhan Cina. Virus ini diduga ditularkan
dari hewan kepada manusia. Virus ini menyebar sangat cepat hingga ke
Indonesia. Kasus pertama COVID-19 di Indonesia ditemukan di Depok
pada tanggal 1 Maret 2020. Dua pasien dari Depok tertular setelah
berinteraksi dengan warga Jepang. Virus ini cepat menyebar ke seluruh
nusantara dan tercatat kasus COVID-19 pada tanggal 16 April 2020
sebanyak 6.760 kasus. Jumlah kasus COVID-19 terdiri dari 5.423 kasus
masih dalam perawatan, 590 kasus meninggal, dan 747 kasus dinyatakan
sembuh.
Hasil perhitungan Fajar (2020) menunjukkan pola pergerakan
jumlah akumulatif individu terkonfirmasi positif COVID-19 meningkat
secara eksponensial. Hal ini menunjukkan bahwa penularan COVID-19
sangat cepat. Jumlah kasus positif akan terus meningkat sampai pada titik
dimana pergerakan jumlah kumulatif individu stabil. Melihat situasi
pertumbuhan kasus COVID-19 yang cepat dan mematikan, upaya

1
pencegahan harus dilakukan secara cepat dan tepat. Pencegahan dapat
dilakukan melalui pencegahan primer, pencegahan sekunder dan
pencegahan tersier. Pencegahan primer adalah tindakan yang diambil
sebelum terjadi masalah kesehatan. Pencegahan primer dapat dilakukan
dengan promosi kesehatan serta perlindungan diri. Pencegahan sekunder
adalah tindakan yang diambil setelah terjadi masalah kesehatan.
Pencegahan sekunder menekankan pada upaya penemuan masalah
kesehatan dan pengobatan sejak dini. Pencegahan tersier adalah tindakan
yang diambil setelah masalah kesehatan teratasi dengan mencegah
kekambuhan dan kecacatan. Mengingat belum ada obat untuk membunuh
virus korona, maka pencegahan primer yang paling tepat untuk dilakukan.
Pencegahan primer sebagai salah satu cara membentuk masyarakat sehat.
Masyarakat sehat adalah masyarakat yang memiliki pengetahuan untuk
melalukan upaya pencegahan, peningkatan derajat kesehatan melalui
usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Usaha-usaha pengorganisasian
dapat dilakkan dengan perbaikan sanitasi ligkungan, pemberantasan
penyakit menular, pendidikan kebersihan perorangan, dan pengembangaan
rekayasa sosial. Pengetahuan yang benar tentang pencegahan primer pada
kasus COVID-19 perlu disosialisasikan kepada masyarakat. Saat ini,
banyak sekali beredar informasi-informasi tidak benar (hoax) tentang cara-
cara mencegah COVID-19 di msayarakat, yang justru membuat
masyarakat bingung dan melakukan cara-cara yang kurang benar dan tidak
rasional.
B. Rumusan Masalah
Apa pencegahan primer, sekunder dan tersier dalam kasus covid-19?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mengetahui pencegahan primer, sekunder dan tersier dalam kasus


covid-19

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan pencegahan primer dalam kasus covid-19

2
b. Menjelaskan pencegahan sekunder dalam kasus covid-19
c. Menjelaskan pencegahan tersier dalam kasus covid-19

3
BAB II
PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

A. Pencegahan Primer
Pencegahan Primer Pencegahan utama COVID-19 harus bertujuan untuk
menghindari perkembangan penyakit atau kecacatan pada individu yang
sehat. Sebagian besar kegiatan promosi kesehatan berbasis populasi,
seperti mendorong jarak sosial, mengadopsi praktik cuci tangan dan
pemakaian yang benar. masker untuk mengurangi risiko tertular infeksi
COVID-19. Contoh lain dari pencegahan utama COVID-19 termasuk
pengendalian orang yang memasuki perbatasan Zambia. Mereka yang
masuk ke negara tersebut harus dikarantina selama perkiraan masa
inkubasi COVID-19 yang dalam hal ini adalah 14 hari. Namun, bukti
telah menunjukkan bahwa ada kasus inkubasi yang lebih awal hingga 28
hari sebelum kasus dapat terwujud dengan tanda dan gejala.
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan promosi kesehatan dan
perlindungan diri. Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan intervensi
pada individu, misalnya makan makanan bergizi seimbang, berperilaku
sehat, meningkatkan kualitas lingkungan untuk mencegah terjadinya
penyakit. Perlindungan diri dilakukan melalui tindakan tertentu, misalnya
imunisasi, proteksi pada bahan industri berbahaya dan kebisingan,
mencuci tangan dengan larutan antiseptik, mencuci tangan dengan sabun
sebelum makan, dan lain-lain. Pencegahan primer dengan promosi
kesehatan pada kasus COVID-19 dapat dilakukan dengan cara:
1. Menyaring informasi dari media sosial
2. Menerapkan etika batuk
3. Konsumsi makanan bergizi
4. Olah raga.
Pencegahan primer dengan perlindungan diri pada kasus COVID-19 dapat
dilakukan dengan cara Resignasi :
1. Membersihkan tangan secara rutin
2. Menggunakan masker

4
3. Social distancing dan isolasi diri
4. Menghindari kontak tanpa pelindung dengan hewan liar.
Pencegahan primer sebagai salah satu cara membentuk masyarakat sehat.
Masyarakat sehat adalah masyarakat yang memiliki pengetahuan untuk
melalukan upaya pencegahan, peningkatan derajat kesehatan melalui
usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Usaha-usaha pengorganisasian
dapat dilakkan dengan perbaikan sanitasi ligkungan, pemberantasan
penyakit menular, pendidikan kebersihan perorangan, dan pengembangaan
rekayasa sosial. Pengetahuan yang benar tentang pencegahan primer pada
kasus COVID-19 perlu disosialisasikan kepada masyarakat. Saat ini,
banyak sekali beredar informasi-informasi tidak benar (hoax) tentang cara-
cara mencegah COVID-19 di masayarakat, yang justru membuat
masyarakat bingung dan melakukan cara-cara yang kurang benar dan tidak
rasional. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengkaji lebih jauh
tentang pencegahan primer yang tepat dan rasional yang dapat dilakukan
oleh masyarakat sebagai upaya pencegahan penularan kasus COVID-19.

B. Pencegahan Sekunder
Secondary prevention (pencegahan sekunder) yaitu pencegahan terhadap
masyarakat yang masih atau sedang sakit, dengan dua kelompok kegiatan:
1. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis awal dan pengobatan
segera atau adekuat), antara lain melalui: pemeriksaan kasus dini (early
case finding), pemeriksaan umum lengkap (general check up),
pemeriksaan missal (mass screening), survey terhadap kontak, sekolah
dan rumah (contactsurvey, school survey, household survey), kasus
(case holding), pengobatan adekuat (adekuat tretment).
2. Disability limitation (pambatasan kecacatan) Penyempurnaan dan
intensifikasi terhadap terapi lanjutan, pencegahan komplikasi,
perbaikan fasilitas kesehatan, penurunan beban sosial penderita, dan
lain-lain.
Pada pencegahan level ini menekankan pada upaya penemuan kasus secara
dini atau awal dan pengobatan tepat atau “early diagnosis and prompt

5
treatment”. Pencegahan sekunder ini dilakukan mulai saat fase patogenesis
(masa inkubasi) yang dimulai saat bibit penyakit masuk kedalam tubuh
manusia sampai saat timbulnya gejala penyakit atau gangguan kesehatan.
Diagnosis dini dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses
patologik (proses perjalanan penyakit) sehingga akan dapat
memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan atau keseriusan
penyakit.
Pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan pada fase penyakit
asimtomatis, tepatnya pada tahap preklinis, terhadap timbulnya gejala-
gejala penyakit secara klinis melalui deteksi dini (early detection). Jika
deteksi tidak dilakukan dini dan terapi tidak diberikan segera maka akan
terjadi gejala klinis yang merugikan. Deteksi dini penyakit sering disebut
“skrining”. Skrining adalah identifikasi yang menduga adanya penyakit
atau kecacatan yang belum diketahui dengan menerapkan suatu tes,
pemeriksaan, atau prosedur lainnya, yang dapat dilakukan dengan cepat.
Tes skrining memilah orang-orang yang tampaknya mengalami penyakit
dari orang orang yang tampaknya tidak mengalami penyakit. Tes skrining
tidak dimaksudkan sebagai diagnostik. Skrining yang dilakukan pada
subpopulasi berisiko tinggi dapat mendeteksi dini penyakit dengan lebih
efisien daripada populasi umum. Tetapi skrining yang diterapkan pada
populasi yang lebih luas (populasi umum) tidak hanya tidak efisien tetapi
sering kali juga tidak etis. Skrining tidak etis dilakukan jika tidak tersedia
obat yang efektif untuk mengatasi penyakit yang bersangkutan, atau
menimbulkan trauma, stigma, dan diskriminasi bagi individu yang
menjalani skrining. Deteksi dini pada tahap preklinis memungkinkan
dilakukan pengobatan segera (prompt treatment) yang diharapkan
memberikan prognosis yang lebih baik tentang kesudahan penyakit
daripada diberikan terlambat. Deteksi dini dilakukan dengan 2 cara yang
pertama yaitu Anamnesis atau pemeriksaan yang dilakukan dengan
wawancara baik langsung pada pasien (Auto anamnese) atau pada orang
tua atau sumber lain (Allo anamneses) untuk menegakkan diagnosa. Yang
kedua dengan Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis.

6
Pengkajian Awal (initial Assesment)
1. Pengkajian Airway
a. Pastikan jalan nafas paten saat berbicara dengan pasien
b. Kaji apakah ada dyspnea, nafas abnormal, suara nafas abnormal,
batuk dan pengeluaran sputum.
2. Pengkajian Breathing
a. Kaji apakah ada tachypnea (>20/ min), dyspnea
b. Ukur saturasi oksigen (SpO2>96%)
c. Auskultasi untuk mendengarkan apakah ada suara tambahan
(ronkhi atau wheezing)
d. Lakukan pemeriksaan diagnostic terkait paru-paru (ro thorax, CT
Scan thorax)
3. Pengkajian Circulation
a. Kaji apakah ada cyanosis, capillary refill time (100 beats/min)
b. Kaji Tekanan Darah, MAP dan Pulse Pressure
c. Kaji apakah ada tanda-tanda shock (hypotension)
4. Pengkajian Disability
a. Kaji level kesadaran menggunakan AVPU, GCS dan pupillary
reflex
b. Kaji apakah ada komorbid, kaji riwayat pengobatan, kaji kapan
terakhir kali minum obat penurun panas dan anti nyeri
c. Kaji apakah mengalami lemah otot
d. Ukur GDS pasien
5. Pengkajian Exposure
a. Kaji Riwayat kontak erat sesuai pedoman WHO atau Kemenkes
Revisi 5
b. Lakukan pemeriksaan sekunder juga pemeriksaan Head to Toe
6. Pengkajian Extra
a. Hasil Laboratorium
b. EKG 12 Lead
c. CT scan Thoraks
d. Ro Thoraks

7
e. PCR
7. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium: Darah lengkap/Darah rutin, LED, Gula Darah,
Ureum, Creatinin, SGOT, SGPT, Natrium, Kalium, Chlorida,
Analisa Gas Darah, Procalcitonin, PT, APTT, Waktu perdarahan,
Bilirubin Direct, Bilirubin Indirect, Bilirubin Total, pemeriksaan
laboratorium RT-PCR, dan/atau semua jenis kultur MO (aerob)
dengan resistensi Anti HIV.
b. Radiologi: Thorax AP/PA

C. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan progresi penyakit ke arah
berbagai akibat penyakit yang lebih buruk, dengan tujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien. Pencegahan tersier biasanya dilakukan oleh para
dokter dan sejumlah profesi kesehatan lainnya (misalnya, fisioterapis).
Pencegahan tersier dibedakan dengan pengobatan (cure), meskipun batas
perbedaan itu tidak selalu jelas. Jenis intervensi yang dilakukan sebagai
pencegahan tersier bisa saja merupakan pengobatan. Tetapi dalam
pencegahan tersier, target yang ingin dicapai lebih kepada mengurangi
atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan dan organ, mengurangi
sekulae, disfungsi, dan keparahan akibat penyakit, mengurangi komplikasi
penyakit, mencegah serangan ulang penyakit, dan memperpanjang hidup.
Sebagai contoh, menurut CDC (dikutip Library Index, 2008), perbaikan
yang sedang sedang saja dalam pengendalian glukose darah dapat
membantu mencegah retinopati, neuropati, dan penyakit ginjal pada orang
dengan diabetes.
Pencegahan tersier untuk mengurangi dampak negatif dari penyakit yang
sudah ada dengan memulihkan fungsi dan mengurangi komplikasi terkait
penyakit. Pencegahan tersier juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup penderita penyakit COVID-19. Dalam situasi COVID-19 ini dapat
melibatkan penggunaan obat antiretroviral untuk mencegah penggandaan
dan efek merusak dari virus di paru-paru menjadi lebih khusus.

8
Pneumonia terkait COVID-19 bisa sangat parah sehingga pasien mungkin
memerlukan ventilasi mekanis. Penggunaan ventilator untuk melestarikan
kehidupan tersebut.
BAB III
KESIMPULAN

COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus baru, yaitu virus
korona novel (SARS-CoV-2). Virus ini dapat menular pada manusia dan
menggangu sistem pernafasan, hingga menyebabkan kematian. Meningkatnya
kasus Covid-19 memerlukan pencegahan primer, sekunder dan tersier untuk
menghindari virus tersebut menyerang manusia.

Pencegahan primer bertujuan untuk menghindari perkembangan penyakit atau


kecacatan pada individu yang sehat dengan melakukan perlindungan khusus yang
dilakukan secara resignas yaitu membersihkan tangan secara rutin, menggunakan
masker, social distancing dan isolasi diri, serta menghindari kontak tanpa
pelindung dengan hewan liar.

Dalam pencegahan sekunder menekankan pada upaya penemuan masalah


kesehatan dan pengobatan sejak dini pencegahan pada fase penyakit asimtomatis,
tepatnya pada tahap preklinis, terhadap timbulnya gejala-gejala penyakit secara
klinis melalui deteksi dini (early detection). Deteksi dini yang pertama yaitu
Anamnesis atau pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung
pada pasien (Auto anamnese) atau pada orang tua atau sumber lain (Allo
anamneses) untuk menegakkan diagnosa. Yang kedua Pemeriksaan fisik atau
pemeriksaan klinis.

Pencegahan tersier mengurangi dampak negatif dari penyakit yang sudah ada
dengan memulihkan fungsi dan mengurangi komplikasi terkait penyakit.
Pencegahan ini melibatkan penggunaan obat antiretroviral untuk mencegah
penggandaan dan efek merusak dari virus di paru-paru menjadi lebih khusus dan
penggunaan ventilasi mekanis atau ventilator untuk membantu melestarikan
kehidupan.

9
10
DAFTAR PUSTAKA

Bogoch I.I, Watts A., Thomas-Bachli A. (2020). Potential for global spread of a
novel coronavirus from China. J Travel Med. [PMID: 31985790]
doi:10.1093/jtm/taaa011

CDC, (2019). Best Practices for Environmental Cleaning in Healthcare Facilities


in ResourceLimited Settings. Atlanta, GA: US Department of Health and
Human Services, CDC; Cape Town, South Africa: Infection Control
Africa Network;
(https://www.cdc.gov/hai/prevent/resourcelimited/environmental-
cleaning.html and http://www.icanetwork.co.za/icanguideline2019/.

Heart Association Task Force on Practice Guidelines (Committee on.


Management of Patients With Valvular Heart Disease), J Am Coll.
Cardiol;32:1486-588.

Last, John M. (Ed.). (2001). A Dictionary of Epidemiology 4th edition. Oxford:


Oxforf Press

Notoatmodjo S. 2010ª. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

Tran K., Cimon K., Severn M., Pessoa-Silva C.L., Conly J., (2012). Aerosol
generating procedures and risk of transmission of acute respiratory
infections to healthcare workers: a systematic review. PLoS
One;7:e35797. doi: 10.1371/journal.pone.0035797

Wallace, Meredith. (2007). Essentials of Gerontological Nursing. New York:


Springer Publishing Company.

Wayne W., LaMorte MD., (2016). Boston University School of Public Health,
Health Belief Model, Boston, USA.
http://sphweb.bumc.bu.edu/otlt/MPHmodules/SB/BehavioralChangeTheor
ies/BehavioralCha ngeTheories-TOC.html (accessed 29th March, 2020)

11
WHO, (2020). Home care for patients with COVID-19 presenting with mild
symptoms and management of contacts: interim guidance (accessed 27th
March, 2020).

WHO, (2020). Infection prevention and control during health care when COVID-
19 is suspected: interim guidance, (accessed 27th March, 2020).

WHO, (2009). Guidelines on hand hygiene in health care: first global patient
safety challenge –clean care is safer care. Geneva
(https://apps.who.int/iris/handle/10665/44102, accessed 27 March 2020).

WHO. (2008). How to put on and take off personal protective equipment (PPE).
Geneva. (http://www.who.int/csr/resources/publications/putonta
keoffPPE/en/. accessed 26th March 2020).

12

Anda mungkin juga menyukai