Anda di halaman 1dari 15

PENCEGAHAN (PRIMER, SEKUNDER, DAN TERSIER)

PADA KASUS KRITIS PENCERNAAN GASTROENTERITIS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis


Dosen Pengampu: Ns, Harmilah, S.Pd, S.Kep, M. Kep, Sp.MB

Disusun Oleh Kelompok 4 :


Fiqri Muhamad Hijrah P07120521016
Fivi Simarmata P07120521004
Lilis Meliana P P07120521015
Meivi Pransisca Anggraini P07120521026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah
dan Rahmat-Nya penulis telah menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan
Kritis tepat pada waktunya. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit
hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan
rekan-rekan kami, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi bisa teratasi.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan, untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada rekan-rekan yang
telah membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat dipahami bagi siapapun yang menbacanya, sekiranya makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi diri kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
C. Manfaat Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
A. Pencegahan Primer (Primary Prevetion).......................................................4
B. Pencegahan Sekunder (Secundary Prevention).............................................7
C. Pencegahan Tertier (Tertiary Prevention).....................................................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
A. KESIMPULAN...........................................................................................10
B. SARAN.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan pada sistem pencernaan dapat disebabkan oleh pola
makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan yang
memberikan gejala seperti gastroenteritis, konstipasi, obstipasi maupun
ulkus. Gangguan pencernaan ini banyak disebabkan oleh sebagian besar
Enterobacteriaceae, namun tidak semua Enterobacteriaceae dapat
menyebabkan gangguan pencernaan, seperti Proteus mirabilis yang
merupakan flora normal usus manusia dapat menjadi patogen bila berada
di luar usus manusia dan mengenai saluran kemih (Jawetz, Melnick,
Adelberg, 2010).
Pada tahun 1995-2002, Enterobacteriaceae menginfeksi 24.179
saluran cerna pasien di Amerika. Enterobacateriaceae adalah bakteri gram
negatif kedua dalam menginfeksi saluran cerna manusia di rumah sakit
setelah Pseudomonadaceae khususnya spesies Pseudomonas aeruginosa
yang paling banyak ditemukan, kedua bakteri ini ditemukan dalam 4,7 %
dalam darah pasien yang berada di ICU, dan 3,1 % dalam darah pasien
yang dirawat di luar ICU. Pada tahun 1993-2004, dilakukan penelitian di
Amerika pada kurang lebih 75.000 orang, ditemukan 13,5%
Enterobacateriaceae dari seluruh subyek penelitian (Fraser, 2012).
Indonesia mempunyai angka kejadian yang tinggi untuk infeksi
saluran pencernaan, contoh gastroenteritis diare yang disebabkan oleh
infeksi Escherichia coli yang termasuk keluarga Enterobacteriaceae,
merupakan penyakit yang morbiditasnya cukup tinggi di Indonesia,
walaupun pada tahun 2010 sudah mengalami sedikit penurunan yaitu dari
423 per 1000 penduduk pada tahun 2006 menurun menjadi 411 per 1000
penduduk pada tahun 2010 (Dinkes, 2010). Manusia terinfeksi
Enterobacteriaceae secara fecal-oral, biasanya melalui makanan dan

1
minuman yang kurang terjaga kebersihannya, kurang masak, dan atau
individu lainnya (Todar, 2012).
Upaya pencegahan terhadap suatu penyakit tersebut terdapat tiga
tingkatan yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan
tersier. Pencegahan primer terdiri dari promosi kesehatan dan
perlindungan spesifik baik terhadap individu maupun lingkungan. Masalah
kesehatan yang perlu dicegah bukan hanya penyakit infeksi yang menular
tetapi juga masalah kesehatan lainnya seperti kecelakaan, kesehatan jiwa,
kesehatan kerja, dan lain sebagainya. Pencegahan primer dilaksanakan
selama fase prepatogenesis suatu kejadian penyakit atau masalah
kesehatan. Pencegahan sekunder terdiri dari diagnosis dini dan terapi
adekuat. Pencegahan sekunder dilakukan saat fase patogenesis (masa
inkubasi) yang dimulai saat bibit penyakit masuk ke dalam tubuh manusia
sampai saat timbulnya gejala penyakit atau gangguan kesehatan.
Pencegahan tersier dilaksanakan melalui program rehabilitasi untuk
mengurangi ketidakmampuan dan meningkatkan efisiensi hidup penderita.
Upaya pencegahan dimana meliputi pencegahan primer,
pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier sangat diperlukan terutama
pada kasus keperawatan kritis dalam sistem pencernaan. Pada makalah ini
kami akan membahas upaya-upaya pencegahan tersebut pada berbaagai
kasus sistem pencernaan (gastroenteritis).

B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah yaitu:
a. Bagaimana Pencegahan Primer pada Kasus Kritis Gastroenteritis?
b. Bagaimana Pencegahan Sekunder pada Kasus Kritis Gastroenteritis?
c. Bagaimana Pencegahan Tersier pada Kasus Kritis Gastroenteritis?

C. Manfaat Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa tujuan,
sebagai berikut:

2
a. Untuk Mengetahui Bagaimana Pencegahan Primer pada Kasus Kritis
Gastroenteritis
b. Untuk Mengetahui Bagaimana Pencegahan Sekunder pada Kasus
Kritis Gastroenteritis
c. Untuk Mengetahui Bagaimana Pencegahan Tersier pada Kasus Kritis
Gastroenteritis

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pencegahan Primer (Primary Prevetion)


Pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama ini dilakukan
pada masa prepatogenesis dengan tujuan untuk menghilangkan faktor risiko
terhadap diare. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan dalam pencegahan
primer yaitu :
1. Pemberian ASI
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan
adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya.ASI turut
memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir.
Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar
terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol.
Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri
penyebab diare (Kemenkes RI, 2011). Pada bayi yang tidak diberi ASI
secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan resiko terkena diare
adalah 30 kali lebih besar.Pemberian susu formula merupakan cara lain
dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya
menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan
terjadinya gizi buruk (Kemenkes RI, 2011)

2. Pemberian Makanan Pendamping ASI


Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara
bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa
tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku
pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya
resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan
kematian (Kemenkes RI, 2011)
Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian
makanan pendamping ASI yang lebih baik yaitu :

4
a. Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan
tetapi masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam
makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan
makanan lebih sering (4 kali sehari) setelah anak berumur 1 tahun,
memberikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4-6 kali
sehari dan meneruskan pemberian ASI bila mungkin.
b. Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan
biji-bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan,
daging, kacang–kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau
ke dalam makanannya. Mencuci tangan sebelum menyiapkan
makanan dan menyuapi anak, serta menyuapi anak dengan sendok
yang bersih.
c. Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa
makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar
sebelum diberikan kepada anak (Kemenkes RI, 2011)

3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup


Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui
jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam
mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum,
jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan
air tercemar (Kemenkes RI, 2011). Masyarakat yang terjangkau oleh
penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita
diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak
mendapatkan air bersih (Kemenkes RI, 2011). Masyarakat dapat
mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan
air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari
sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Kemenkes RI, 2011). Yang
harus diperhatikan oleh keluarga adalah:
a. Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.

5
b. Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan,
membuat lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber
yang digunakan serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas
sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber.
c. Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan
gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.
d. Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan. (Kemenkes
RI, 2011)

4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.Mencuci
tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi
makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian
diare (Kemenkes RI, 2011).

5. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan
resiko terhadap penyakit diare.Keluarga yang tidak mempunyai jamban
harus membuat jamban, dan keluarga harus buang air besar di jamban
(Kemenkes RI, 2011). Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur.
c. Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat
buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah,
jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10
meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki.
(Kemenkes RI, 2011).

6
6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak
berbahaya.Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan
penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang
secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan
daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.
b. Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang
bersih dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan
bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar diatas suatu
permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam
kakus.
c. Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci
tangannya. (Kemenkes RI, 2011).

7. Pemberian Imunisasi Campak


Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk
mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak.Anak yang sakit
campak sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga
dapat mencegah diare.Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera
setelah bayi berumur 9 bulan.

B. Pencegahan Sekunder (Secundary Prevention)


Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Pada pencegahan sekunder, sasarannya adalah mereka yang terkena penyakit
diare. Upaya yang dilakukan adalah:
1. Segera setelah diare, berikan penderita lebih banyak cairan dari pada
biasanya untuk mencegah dehidrasi. Gunakan cairan yang dianjurkan,
seperti larutan oralit, makanan yang cair (sup, air tajin) dan kalau tidak
ada berikan air matang.

7
2. Jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan makanan padat
lebih baik diberi oralit dan air matang daripada makanan cair.
3. Beri makanan sedikitnya 6 kali sehari untuk mencegah kurang gizi.
Teruskan pemberian ASI bagi anak yang masih menyusui dan bila anak
tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan
4. Segera bawa anak kepada petugas kesehatan bila tidak membaik dalam 3
hari atau menderita hal berikut yaitu buang air besar cair lebih sering,
muntah berulang-ulang, rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit,
dengan atau tinja berdarah.
5. Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka
berikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan
rehidrasi

D. Pencegahan Tertier (Tertiary Prevention)


Sasaran pencegahan tertier adalah penderita penyakit diare dengan
maksud jangan sampai bertambah berat penyakitnya atau terjadi komplikasi.
Bahaya yang dapat diakibatkan oleh diare adalah kurang gizi dan kematian.
Kematian akibat diare disebabkan oleh dehidrasi, yaitu kehilangan banyak
cairan dan garam dari tubuh. Diare dapat mengakibatkan kurang gizi dan
memperburuk keadaan gizi yang telah ada sebelumnya. Hal ini terjadi karena
selama diare biasanya penderita susah makan dan tidak merasa lapar sehingga
masukan zat gizi berkurang atau tidak ada sama sekali. Upaya yang dilakukan
dalam pencegahan tertier ini adalah:
1. Pengobatan dan perawatan diare dilakukan sesuai dengan derajat
dehidrasi. Penilaian derajat dehidrasi dilakukan oleh petugas kesehatan
dengan menggunakan tabel penilaian derajat dehidrasi. Bagi penderita
diare dengan dehidrasi berat segera diberikan cairan intarvena dengan
Ringer Laktat.
2. Berikan makanan secukupnya selama serangan diare untuk memberikan
gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan.

8
3. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama dua
minggu untuk membnatu pemulihan penderita. (Erlan. 1999)

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit gastroenteritis adalah penyakit radang selaput lendir saluran
pencernaan yang ditandai dengan diare atau muntah yang disebabkan oleh
infeksi, alergi, tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin.
Penyakit ini tergolong penyakit yang sering terjadi. Pencegahan primer ini
dilakukan pada kelompok - kelompok yang berisiko tinggi terhadap penyakit
gastroenteritis seperti bayi, anak-anak, remaja, dan ibu hamil karena penyakit
ini mudah menyebar. Penyakit ini masih banyak ditemukan pada lingkungan
disekitar kita. Pencegahan primer ditujukan untuk kelompok beresiko yang
dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang pola hidup sehat melalui program
pemberian ASI, pemberian makanan pendamping ASI, menggunakan air
bersih, mencuci tangan, menggunakan jamban, membuat tinja bayi dengan
benar, pemberian imunisasi campak. Pencegahan sekunder adalah upaya
mencegah atau menghambat timbulnya penyakit gastroentritis pada pasien
yang telah terdiagnosis diare. Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok
penderita diare yang telah mengalami kompikasi lebih lanjut dalam upaya
mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut serta meningkatkan kualitas
hidup. Setelah mendapatkan kasus gastroenteritis perlunya support dari segala
pihak untuk melakukan penanganan diare sejak awal agar tidak terjadi
komplikasi. Sehingga terjadinya kasus diare bisa mulai diminimalisir mulai
dari diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar.

B. SARAN
1. Bagi pembaca diharapkan makalah ini dapat memberi informasi dan
pengetahuan tentang upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier pada
pasien dengan kasus Gastroenteritis

10
2. Bagi petugas perawatan diharapkan makalah ini dapat menjadi informasi
tambahan mengenai upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier pada
pasien dengan kasus Gastroenteritis
3. Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat ikut serta untuk melakukan
promosi kesehatan atau penyuluhan tentang upaya pencegahan primer,
sekunder dan tersier pada pasien dengan kasus Gastroenteritis

11
DAFTAR PUSTAKA

Erlan. 2009.Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Fraser S. L. 2012. Enterobacter Infections.


http://emedicine.medscape.com/article/216845-overview. diakses pada 23
Mei 2021

Jawetz, M. A. (2010). Mikrobiologi Kedokteran (25 ed.). (G. F. Brooks, K. C.


Carroll, J. S. Butel, S. A. Morse, T. A. Mietzner, Penyunt., A. W. Nugroho,
D. Ramadhani, H. Santasa, N. Yasdelita, & K. W. Nimala, Penerj.) New
York: Mc Graw Hill.

Haryono,R., 2012. Keperawatan Medical Bedah Sistem Pencernaan. Gosyen


Publishing: Yogyakarta.

Kemenkes RI. 2011.Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita.Direktorat


Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.

Olyfta, A. 2010.Gambara Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Diare Pada Anak


Balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun
2010.Skripsi FKM USU. Medan.

Todar K. 2012. Pathogenic E. coli. http://textbookofbacteriology.net/e.coli.html,


diakses pada 23 maret 2021.

Suraatmaja, S., 2014.Gastroenterologi Anak. Sagung Seto: Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai