Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

PROSEDUR AMAN DALAM PERTOLONGAN BENCANADAN


DAN PENANGGULANGAN BENCANA 4C (COMMAND, CONTROL,
COORDINATION DAN COMUNICATION)

Disusun Oleh :

Elsi Oktavia NIM : 131911003

Rawendy Lubis NIM : 131911018

Dosen Pengampu:
Dr. Nur Meity Sulistia Ayu, S. Kep, Ns, M. Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami mampu menyusun sebuah makalah dengan judul “prosedur aman dalam
pertolongan bencanadan dan penanggulangan bencana 4c (command, control, coordination
dan comunication)”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Keperawatan bencana alam di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjung
Pinang.
Dalam Penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Wiwiek Liestyaningrum, S.Kep., Ns, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.
2. Zakiah Rahman, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ka.Prodi S-1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang
3. Dr. Nur Meity Sulistia Ayu, S. Kep, Ns, M. Kep, selaku Pembimbing mata kuliah
Keperawatan bencana alam
            Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan baik pada penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu penulis mengharapkan,
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Tanjungpinang,  22 Oktober 2022

                                                                                                          
     Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................
C. Tujuan.........................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN

A. Konsep................................................................................................................
1. Definisi Bencana…………………………………………………………………..................
2. Jenis Bencana……………………………………………………………………………………..
3. Klasifikasi Bencana………………………………………………………………………………
4. Manifstasi klinis………………………………………………………………………………….
5. Penatalaksanaan…………………………………………………………………………………
B. PRA BENCANA……………………………………………………………………………………………
BAB III. PENUTUP………………………………………………………………………………………………

A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

dampak psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh

faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam,

dan bencana sosial. (Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 2012).

Wilayah negara Indonesia adalah rawan terjadi bencana alam terutama bencana

gempa bumi dan erupsi gunung berapi. Hal ini diakibatkan letak posisi Indonesia

terletak pada lempengan tektonik yaitu Indo-Australian, Eurasia dan Pacific yang

menghasilkan tumpukan energi dalam batas ambang tertentu. Posisi inilah yang pada

akhirnya menyebabkan Indonesia sering terjadi bencana seperti gempa bumi dan

tsunami. Berdasarkan kondisi tersebut, maka beberapa daerah di Indonesia dibentuk

tim siap siaga bencana untuk membimbing , memberikan penyuluhan dan motivator

kepada masyarakat dalam kegiatan kesiapsiagaan bencana (Safety Sign, 2018).

Bencana dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar dan berdampak pada segala

aspek. (Center for Research on the Epidemiology of Disaster (CRED), 2016) mencatat

padatahun 2016terjadi 342 bencana alam yang mengakibatkan 8.733 korban meninggal

dunia dan 569,4 juta jiwa mengalami dampak dari bencana dimana korban yang

terdampak bencana mengalami peningkatan dari tahun sebelumnyayaitu sebanyak 98,5


juta jiwa. Indonesia yang dilalui oleh pertemuan 3 lempeng menyebabkan sering

terjadinya gempa bumi.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, pada tahun

2017 terjadi 4.606 gempa bumi dengan rentang 3 skala richter hingga 9,5 skala

richter, meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 3.034 kejadian gempa bumi.

Provinsi Bali mencatat 210 kali kejadian gempa bumi pada tahun 2017 dengan

rentang kekuatan 3 SR sampai 9,5 SR. pada tahun 1917 gempa bumi dahsyat

mengguncang seluruh daratan Bali. Akibat gempa bumi ini tercatat korban tewas

1500 orang gempa bumi dahsyat yang kedua adalah gempa bumi seririt yang terjadi

pada tanggal 14 Juli 1976. Gempa bumi ini berkekuatan 6.2 Skala Richter dan

menelan korban jiwa sebanyak 559 orang, luka berat 850 orang dan luka ringan 3.200

orang. Dilaporkan juga, hampir 75% dari seluruh bangunan rumah di Tabanan dan

Jembrana mengalami kerusakan. Gempa bumi Karangasem pertama terjadi pada

tanggal 17 Desember 1979 dengan kekuatan 6.0 Skala Richter yang menelan korban

jiwa sebanyak 25 orang, 47 luka berat. Dampak gempa bumi telah menimbulkan

puluhan rumah roboh dan ditemukan retakan tanah sepanjang 500 meter. Gempa

bumi Karangasem kedua terjadi pada tanggal 2 januari 2004 dengan kekuatan 6.2

Skala Richter yang menelan seorang korban jiwa dan 33 orang luka-luka (InaTEWS-

BMKG, 2017). Gempa terbesar yang pernah terjadi di Bali dan menimbulkan tsunami

terjadi pada 12 November 1815, 13 Mei 1857, dan 21 Januari 1917 (Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI),2011).

Pelatihan merupakan suatu proses (kegiatan) Pendidikan jangka pendek

dengan menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir yang dirancang untuk

meningkatkan berbagi keahlian, pengetahuan, pengalaman, yang berarti perubahan

sikap (Siagian,2014). Menurut (International Federation Red Cross, 2012)


kesiapsiagaan adalah Segala upaya untuk menghadapi situasi darurat serta

mengenali berbagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan saat itu. Hal ini

bertujuan agar masyarakat memiliki persiapan yang baik saat menghadapi bencana.

Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang digunakan untuk mengantisipasi

bencana. Faktor utama yang menjadi kunci untuk kesiapsiagaan adalah pengetahuan.

Dengan pengetahuan yang dimiliki dapat mempengaruhi sikap dan kepedulian untuk

siap siaga dalam mengantisipasi bencana. Kesiapsiagaan merupakan salah satu

proses manajemen bencana, pentingnya kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen

penting dari kegiatan pencegahan pengurangan resiko bencana (Sinsiana, 2015).

Peran perawat dalam manajemen bencana yaitu pada saat fase pra, saat dan

pasca bencana. Salah satu peran perawat dalam fase pra bencana adalah perawat

terlibat dalam promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam

menghadapi bencana. Perawat memiliki peran kunci dalam kesiapsiagaan

masyarakat terhadap bencana. Perawat sebagai profesi tunggal terbesar dalam

layanan kesehatan harus memahami siklus bencana, tanpa integrasi keperawatan

dalam setiap tahap bencana masyarakat akan kehilangan bagian penting dalam

pencegahan bencana karena perawatan merupakan respon terdepan dalam

penanganan bencana (Efendi & Makhfudli, 2009).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah ”

Apakah ada Pengaruh Pemberian Pelatihan Bencana Gempa Bumi Terhadap

Kesiapsiagaan Dalam Evakuasi Diri?”.


C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Secara umum literature review ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh

Pemberian Pelatihan Bencana Gempa Bumi Terhadap Kesiapsiagaan Dalam

Evakuasi Diri.

b. Tujuan Khusus

i. Mengidentifikasi kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempa bumi.

ii. Mengidentifikasi pengaruh pemberian pelatihan dalam menghadapi

bencana gempa bumi terhadap kesiapsiagaan dalam evakuasi diri.


BAB II
TINAJAUAN PUSTAKA

Konsep bencana alam


Definisi Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (UU 24/2007)

Bencana alam merupakan Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu


masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia
dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan
masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya
mereka sendiri. (ISDR, 2004)

Jenis Bencana (UU 24/2007)


Terdiri dari 3 yaitu
 Alam
 Non Alam
 Sosial

Klasifikasi bencana alam


1. Bencana Alam :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempabumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor
2. Bencana non-Alam :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam
yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan
wabah penyakit.
3. Bencana Sosial :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan teror.

erjadinya Bencana

AncamanBahaya Pemicu

Risiko Bencana BENCANA

Kerentanan

Kerentanan (vulnerability)
Sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan (faktor fisik, sosial, ekonomi
dan lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap upaya-upaya pencegahan dan
penanggulangan bencana.
 Faktor Kerentanan
o Fisik:
Kekuatan bangunan struktur (rumah, jalan, jembatan) terhadap ancaman
bencana
o Sosial:
Kondisi demografi (jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi, perilaku masyarakat)
terhadap ancaman bencana
o Ekonomi:
Kemampuan finansial masyarakat dalam menghadapi ancaman di wilayahnya
o Lingkungan:
Tingkat ketersediaan / kelangkaan sumberdaya (lahan, air, udara) serta
kerusakan lingkungan yan terjadi.

Jenis Bencana
1. Geologi
Gempabumi, tsunami, longsor, gerakan tanah
2. Hidro-meteorologi
Banjir, topan, banjir bandang,kekeringan

3. Biologi

Epidemi, penyakit tanaman, hewan

4. Teknologi

Kecelakaan transportasi, industri

5. Lingkungan

Kebakaran,kebakaran hutan, penggundulan hutan.

6. Sosial

Konflik, terrorisme

WILAYAH RAWAN BENCANA GEMPABUMI

SEBARAN GUNUNGAPI DI INDONESIA


PETA PERKIRAAN DAERAH RAWAN BANJIR

MANAJEMEN BENCANA

Penanggulangan Bencana (Disaster Management)

Serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko


timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan
rekonstruksi (UU 24/2007).
Pencegahan
Pem ulihan dan Mitigasi

Tanggap
Kesiapsiagaan
Dar ur at

BENCANA

Pra Bencana Tanggap Darurat Pasca Bencana

Kegiatan-kegiatan Manajemen Bencana

A. Pencegahan (prevention)

B. Mitigasi (mitigation)

C. Kesiapan (preparedness)

D. Peringatan Dini (early warning)


E. Tanggap Darurat (response)

F. Bantuan Darurat (relief)

G. Pemulihan (recovery)

H. Rehablitasi (rehabilitation)

I. Rekonstruksi (reconstruction)
PRA BENCANA

Menurut PP Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana,


pada Pasal 4 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, manajemen Pra Bencana
meliputi :

A. Dalam Situasi Tidak Terjadi Bencana

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana meliputi:

a. Dalam situasi tidak terjadi bencana; meliputi:


1. Perencanaan penanggulangan bencana; yang terdiri atas :
 Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;
 Pemahaman tentang kerentanan masyarakat;
 Analisis kemungkinan dampak bencana;
 Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;
 Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana;
 Alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
2. Pengurangan risiko bencana; yang terdiri atas :
 Pengenalan dan pemantauan risikobencana; 
 Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;
 Pengembangan budaya sadar bencana;
 Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana;
 Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan
bencana
3. Pencegahan; yang terdiri atas :
 Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau
ancaman bencana;
 Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang
secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya
bencana;
 Pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau
berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana;
 Penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup;
 Penguatan ketahanan sosial masyarakat
4. Pemaduan dalam perencanaan pembangunan yang dilakukan dengan cara
mencantumkan unsur-unsur rencana penanggulangan bencana ke dalam
rencana pembangunan pusat dan daerah, dilakukan secara berkala
dikoordinasikan oleh suatu Badan.
5. Analisis resiko bencana
6. Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang dilakukan untuk mengurangi
resiko bencana yang mencakup pemberlakuan peraturan tentang penataan
ruang, standar keselamatan, dan penerapan sanksi terhadap pelanggar.
7. Pendidikan dan pelatihan; dan
8. Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
b. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana, meliputi kesiapsiagaan, peringatan
dini, dan mitigasi bencana

B. Dalam Situasi Terdapat Potensi Terjadinya Bencana

– Potensi Bahaya Utama (Main Hazard)

a. Gempa bumi
b. Tanah longsor
c. Letusan Gunung Api
d. Tsunami
e. Banjir
f. dll

– Potensi Bahaya Ikutan (Collateral Hazard)


Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator misalnya, persentase bangunan yang
terbuat dari kayu, kepadatan bangunan, dan kepadatan industri berbahaya. Potensi
yang tinggi terutama didaerah perkotaan yang memiliki kepadatan, persentase
bangunan kayu (terutama didaerah pemukiman kumuh perkotaan) dan jumlah industri
berbahaya.
1. Situasi Terdapat Potensi Terjadi
Bencana

A. KESIAPSIAGAAN
Adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian
serta melalui langkah yang tepat
guna dan berdaya guna.
Pelaksanaan dilakukan oleh
instansi/lembaga yang berwenang
dan dikoordinasikan oleh BNPB/BPBD
• Tahapan kegiatan kesiapsiagaan :
- Penyusunan & uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana
- Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini
- penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar
- pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme
tanggap darurat
- penyiapan lokasi evakuasi
- penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap
tanggap darurat bencana
- penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan
pemulihan prasarana dan sarana.
• Kesiapsiagaan merupakan tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah dan
dilaksanakan bersama-sama masyarakat dan lembaga usaha. Rencana
penanggulangan kedaruratan bencana disusun secara terkoordinasi oleh BNPB
dan/atau BPBD serta pemerintah daerah. Rencana penanggulangan kedaruratan
bencana dapat dilengkapi dengan penyusunan rencana kontinjensi.

B. PERINGATAN DINI
Adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada
masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang. Tujuannya untuk mengambil tindakan cepat dan tepat
dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan
tanggap darurat.
• Tahapan peringatan dini :
a. mengamati gejala bencana;
b. menganalisa data hasil pengamatan;
c. mengambil keputusan berdasarkan hasil analisa;
d. menyebarluaskan hasil keputusan; dan
e. mengambil tindakan oleh masyarakat.
• Pengamatan gejala bencana sebagaimana dilakukan oleh instansi/lembaga yang
berwenang sesuai dengan jenis ancaman bencananya, dan masyarakat untuk
memperoleh data mengenai gejala bencana yang kemungkinan akan terjadi,
dengan memperhatikan kearifan lokal.

C. MITIGASI
Adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana
Tujuannya untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana
terhadap masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana.
• Tahapan mitigasi :
a. perencanaan dan pelaksanaan penataan ruang yang berdasarkan pada
analisis risiko bencana;
b. pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, dan tata bangunan;
dan
c. penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan, baik secara
konvensional maupun modern.
• Penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan, wajib menerapkan
aturan standar teknis pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan yang ditetapkan oleh
instansi/lembaga berwenang.
Gambar: Mekanisme Penanggulangan Bencana
POS KOMANDO

Manajemen berarti pengelolaan dan POSKO berarti suatu tempat sebagai pusat kegiatan


yang dilaksanakan bisa bersi
fat tetap atau sementara. Bila pengertian tersebut digunakan, maka pengertianManajemen
POSKO adalah pengelolaan suatu tempat sebagai pusat kegiatan yang sedang berlangsung.
Macam dan Sifat POSKO

1.   Pos Komando (POSKO) Kesiapsiagaan.POSKO kesiapsiagaan adalah salah satu jenis
POSKO yang diaktifkan guna mengantisipasi kejadian bencana yang menurut perhitungan
diperkirakan akan terjadi. POSKO kesiapsiagaan bisa dibentuk di tingkat Desa/kelurahan,
Kecamatan, bahkan ditingkat kabupaten atau propinsi. Di masing-masing tingkat, fungsi
POSKO kesiapsiagaan berbeda-beda sesuai dengan fungsi POSKO tersebut terhadap
kepentingannya yang dikaitkan dengan bencana yang akan terjadi. Sebagai contoh POSKO
kesiapsiagaan tingkat Desa/kelurahan, lebih berfungsi sebagai POSKO yang berperan aktif
dalam persiapan kemungkinan adanya bencana yang akan menimpa wilayah tersebut,
sehingga segala kegiatan yang ada selalu terkait langsung dengan kemungkinan bahaya yang
akan menimpa wilayah tersebut.Berbeda dengan Posko kesiapsiagaan di tingkat
Desa/kelurahan, POSKO kesiapsiagaan yang berada di tingkat Kecamatan atau Kabupaten
lebih berfungsi sebagai pusat informasi,
koordinasi dan kemungkinan bantuan bila diperlukan, sedangkan POSKO kesiapsiagaan di
tingkat Propinsi berfungsi sebagai pusat informasi dan koordinasi. Posko kesiapsiagaan
diaktifkan pada siklus kesiapsiagaan.2.   POSKO Kesiapsiagaan di tingkat
Desa/Kelurahan

Seperti diuraikan diatas, fungsi POSKO di tingkat Desa/Kelurahan mempunyai nilai dan
fungsi strategis di garis paling depan yang akan menghadapi langsung bahaya akibat bencana
yang diperkirakan akan terjadi, sehingga POSKO di tingkat ini harus memiliki fungsi dan
peran utama terkait dengan keselamatan masyarakat di wilayah tersebut.

Pemilihan Lokasi Sebagai POSKO Kesiapsiagaan

Untuk menentukan tempat atau lokasi POSKO harus memiliki persyaratan dasar tertentu,
antara lain :
*  Pilih lokasi yang paling aman dari kemungkinan bahaya bencana yang diperkirakan akan
terjadi.

*  Lokasi yang mudah di jangkau oleh kendaraan, baik sepeda motor atau mobil.

*  Pilih lokasi yang mudah dikenali, misal Balai Desa.

*  Lokasi masih berada di wilayah desa yang bersangkutan.

Fasilitas Standard POSKO kesiapsiagaan


a.     Fasilitas Umum

*   Ada fasilitas ruang yang cukup luas untuk tempat koordinasi dan rapat

*   Ada aliran listrik sebagai penerangan dan tenaga penggerak alat komunikasi

*   Ada fasilitas kamar mandi dan WC

*   Bila perlu, ada fasilitas dapur untuk menyiapkan logistik petugas

*   Tersedia ruang untuk menyimpan dengan aman perlengkapan, data dan arsip secara aman
apabila POSKO ditutup

b.     Fasilitas Sumber Daya Manusia

*   Petugas POSKO

*   Struktur organisasi dan penjadwalan petugas POSKO

*   Penanggung jawab POSKO

c.     Fasilitas Administrasi

*   Buku tamu

*   Buku jurnal kegiatan

*   Buku catatan komunikasi

*   Catatan – catatan lain

d.    Fasilitas Publikasi, Data dan Operasi


*   Peta wilayah rawan bencana daerah yang bersangkutan

*   Peta situasi

*   Peta topografi atau peta rupa bumi sesuai wilayah kerja

*   Papan papan pengumuman

*   Papan tulis

*   Daftar instansi, lembaga, dinas dan organisasi terkait beserta alamat, nomor telepon,
frekuensi kerja (bila memiliki fasilitas radio komunikasi)

*   Data – data yang diperlukan

e.     Fasilitas Komunikasi

*   Ada perangkat komunikasi yang berupa radio komunikasi beserta kelengkapannya,
telepon, radio biasa yang bisa digunakan sebagai sumber informasi tambahan

*   Alat komunikasi alternatif yang bisa digunakan sebagai alat peringatan dini dan tanda
bahaya lokal, misalnya kentongan

f.     Fasilitas Transport

*   Perlu adanya kendaraan siaga yang sewaktu – waktu dapat digunakan untuk berbagai
kegiatan POSKO

*   Atur dan kelola fasilitas transport yang tersedia di wilayah tersebut untuk disiagakan

g.     Fasilitas Logistik

*   Fasilitas logistik sangat penting, karena logistik adalah faktor pendukung utama dalam
kegiatan, sehingga pengadan logistik tidak bisa diabaikan

h.     Fasilitas Pendukung

*   Peralatan navigasi

*   Peralatan pertolongan pertama (P3K)


*   Peralatan penerangan jinjing (senter) dan kelengkapannya

i.      Fasilitas Lain – lain

adalah fasilitas tambahan yang disesuaikan dengan kebutuhan, perkembangan dan


kemampuan pada suau kegiatan.

2. POSKO Operasi

POSKO Operasi adalah perkembangan dan pengalihan fungsi dan status dari POSKO
kesiapsiagaan, sehingga POSKO operasi sebetulnya merupakan alih fungsi dari POSKO
kesiapsiagaan, bukan mendirikan POSKO baru sehingga terdapat dua POSKO. POSKO
operasi diaktifkan pada saat kejadian bencana dan wilayah bersangkutan dilanda bahaya dari
bencana yang terjadi.

POSKO operasi diaktifkan apabila musibah yang diperkirakan betul-betul terjadi dan
menimpa wilayah bersangkutan.

Fungsi POSKO juga beralih dari POSKO kesiapsiagaan yang bersifat koordinasi dan
kesiapsiagaan menjadi POSKO operasi yang bersifat aktif.

Fasilitas POSKO Operasi

Fasilitas POSKO operasi hampir sama dengan POSKO kesiapsiagaan. Yang membedakan
selain fungsi POSKO yang beralih juga fasilitas sumber daya manusia akan meningkat disini,
sehingga otomatis dukungan logistikpun akan mengalami peningkatan. Selain itu, diperlukan
juga penyiapan peralatan pertolongan, PPPK, peralatan navigasi, dll.

Bila POSKO operasi diaktifkan, maka lakukan pengelolaan sesuai dengan status POSKO,
sehingga fungsi utama POSKO adalah sebagai POSKO operasi, yaitu antara lainsebagai pusat
kordinasi, informasi dan pengendalian operasi penyelamatan di lapangan.

Fungsi Petugas Dalam POSKO KESIAPSIAGAAN


Koordinator POSKO

-          Bertugas mengendalikan, membuat jadwal piket rutin 24 jam yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan sumberdaya manusia yang tersedia.

-          Berkoordinasi dengan unsure Pemerintahan Desa setempat.


-          Membuat laporan berkala, bias harian atau mingguan kepada Pemerintah Desa.

-          Mempersiapkan kelengkapan POSKO, termasuk logistic petugas POSKO bila


dianggap perlu.

Petugas Piket

-          Petugas piket terdiri dari unsure masyarakat setempat yang ditugaskan secara bergilir
untuk pemantauan perkembangan bencana yang diperkirakan akan terjadi.

-          Piket POSKO dilaksanakan secara bergilir selama 24 jam dalam 1 hari, sehingga
selama 24 jam tersebut POSKO selalu dijaga oleh petugas yang ditentukan, terutama pada
malam hari.

-          Petugas piket menyusun dan melaporkan kegiatan piket dan situasi selama giliran
piketnya kepada koordinator POSKO.

Fungsi Petugas POSKO OPERASI

Petugas POSKO OPERASI tidak sesederhana petugas POSKO Kesiapsiagaan. Ada


penambahan fungsi posko, sehingga POSKO OPERASI merupakan manajemen yang lebih
kompleks.

Koordinator POSKO

-          Koordinator POSKO merupakan pengendali dan penanggung jawab penuh fungsi
POSKO. Biasanya Koordinator POSKO dijabat oleh Perangkat Desa yang ditunjuk oleh
Kepala Desa setempat.

-          Berkonsultasi kepada pemerintah Desa tentang bentuk dan kegiatan POSKO.

-          Menyusun dan melaporkan kegiatan POSKO kepada Pemerintah Desa.

Sekretaris

-          Bertugas mengumpulkan dan mencatat semua kegiatan POSKO.

-          Melaksanakan fungsi surat menyurat baik yang bersifat intern maupun ekstern.

-          Mewakili Koordinator POSKO bila Koordinator POSKO berhalangan.


-          Mewakili Koordinator untuk berhubungan dengan pihak lain.

-          Menyusun laporan kegiatan dan dilaporkan kepada coordinator.

Bendahara

-          Mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan pendanaan dan keuangan.

-          Merencanakan anggaran kegiatan.

-          Berkonsultasi dengan coordinator terkait dengan pengeluaran dana diluar rencana
yang telah dibuat.

-          Membuat laporan keuangan kepada Koordinator.

Bidang Operasi

-          Berkonsultasi dengan coordinator terkait rencana kegiatan operasi.

-          Mengatur system pengungsiap, bila dirasa perlu diadakan pengungsian ke tempat yang
lebih aman.

-          Mengkoordinir operasi pencarian dan pertolongan (Rescue atau SAR) bila terjadi
kasus warga yang hilang atau mengalami musibah terkait bencana yang terjadi.

-          Mengkoordinir tenaga bantuan yang ada sesuai dengan fungsi bantuannya.

-          Membuat laporan kegiatan kepada coordinator.

Bidang Logistik

-          Berkoordinasi dengan coordinator untuk membuat perencanaan logistic.

-          Menyediakan fasilitas d an kelengkapan POSKO, termasuk makan dan minum petugas
POSKO.

-          Menyiapkan dan mengatur transportasi setempat untuk pengungsian.

-          Membuat laporan kepada coordinator terkait dengan kegiatan bidang logistic.

Bidang Humas
Bertugas sebagai penghubung antara wilayah dimana POSKO berada dengan pihak luar.
Bidang ini bertugas antara lain :

-          Menyediakan data terkini terkait dengan bencana yang terjadi kepada masyarakat,
wartawan maupun pihak-pihak lain termasuk pemerintah.

-          Mengumumkan atau memasyarakatkan kebijakan pemerintah desa terkait dengan


bencana yang terjadi.

-          Menyusun dan melaporkan kegiatan bidang humas kepada coordinator.

Bidang Bantuan

-          Menerima dan mencatat semua bantuan yang ada, baik berupa barang, uang maupun
tenaga.

-          Bersama-sama dengan coordinator merencanakan distribusi (pembagian) bantuan


untuk masyarakat setempat.

-          Mendistribusikan (membagi) bantuan sesuai rencana yang dibuat.

-          Menyusun dan melaporkan pendistribusian (pembagian) bantuan yang dilakukan


kepada coordinator.
TANGGAP DARURAT BENCANA

Tanggap darurat bencana

Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan
pengurusanpengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana

Adalah suatu sistem penanganan darurat bencana yang digunakan oleh semua
instansi/lembaga dengan mengintegrasikan pemanfaatan sumberdaya manusia, peralatan dan
anggaran.

Tim Reaksi Cepat BNPB/BPBD

Adalah tim yang ditugaskan oleh Kepala BNPB/BPBD sesuai dengan kewenangannya
untuk melakukan kegiatan kaji cepat bencana dan dampak bencana, serta memberikan
dukungan pendampingan dalam rangka penanganan darurat bencana

Komando Tanggap Darurat Bencana

Adalah organisasi penanganan tanggap darurat bencana yang dipimpin oleh seorang
Komandan Tanggap Darurat Bencana dan dibantu oleh Staf Komando dan Staf Umum,
memiliki struktur organisasi standar yang menganut satu komando dengan mata rantai
dangaris komando yang jelas dan memiliki satu kesatuan komando dalam mengkoordinasikan
instansi/lembaga/organisasi terkait untuk pengerahan sumberdaya.

Staf Komando

Adalah pembantu Komandan Tanggap Darurat Bencana dalam menjalankan urusan


sekretariat, hubungan masyarakat, perwakilan instansi/lembaga serta keselamatan dan
keamanan.

Staf Umum

Adalah pembantu Komandan Tanggap Darurat Bencana dalam menjalankan fungsi


utama komando untuk bidang operasi, bidang perencanaan, bidang logistik dan peralatan
serta bidang administrasi keuangan untuk penanganan tanggap darurat bencana yang terjadi.
Fasilitas Komando Tanggap Darurat Bencana

Adalah personil, sarana dan prasarana pendukung penyelenggaraan penanganan


tanggap darurat bencana yang dapat terdiri dari Pusat Komando, Personil Komando, gudang,
sarana dan prasarana transportasi, peralatan, sarana dan prasarana komunikasi serta
informasi.

Tahapan Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana

• Informasi Kejadian Awal

• Penugasan Tim Reaksi Cepat (TRC)

• Penetapan Status/Tingkat Bencana

• Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana

Informasi Kejadian Awal Bencana

• Informasi awal kejadian bencana diperoleh melalui berbagai sumber antara lain
pelaporan, media massa, instansi/lembaga terkait, masyarakat, internet, dan informasi
lain yang dapat dipercaya.

• BNPB dan/atau BPBD melakukan klarifikasi kepada instansi/lembaga/masyarakat di


lokasi bencana.

 Format pertanyaan

a. Apa : jenis bencana

b. Bilamana : hari, tanggal, bulan, tahun, jam, waktu

setempat

c. Dimana : tempat/lokasi/daerah bencana

d. Berapa : jumlah korban, kerusakan sarana dan

prasarana

e. Penyebab : penyebab terjadinya bencana

f. Bagaimana : upaya yang telah dilakukan


Penugasan Tim Reaksi Cepat (TRC)

• Dari informasi kejadian awal yang diperoleh, BNPB dan/atau BPBD menugaskan
Tim Reaksi Cepat (TRC) tanggap darurat bencana, untuk melaksanakan tugas
pengkajian secara cepat, tepat, dan dampak bencana, serta serta memberikan
dukungan pendampingan dalam rangka penanganan darurat bencana.

• Hasil pelaksanaan tugas TRC tanggap darurat dan masukan dari berbagai
instansi/lembaga terkait merupakan bahan pertimbangan bagi :

a. Kepala BPBD Kabupaten/Kota untuk mengusulkan kepada Bupati/Walikota dalam rangka


menetapkan status/tingkat bencana skala kabupaten/kota.

b. Kepala BPBD Provinsi untuk mengusulkan kepada Gubernur dalam rangka menetapkan
status/tingkat bencana skala provinsi.

c. Kepala BNPB untuk mengusulkan kepada Presiden RI dalam rangka menetapkan


status/tingkat bencana skala nasional.

Penetapan Status / Tingkat Bencana

Berdasarkan usul sesuai butir B.2 di atas dan berbagai masukan yang dapat dipertanggung
jawabkan dalam forum rapat dengan instansi/lembaga terkait, maka :

a. Bupati/Walikota menetapkan status/tingkat bencana skala kabupaten/kota.

b. Gubernur menetapkan status/tingkat bencana skala provinsi.

c. Presiden RI menetapkan status/tingkat bencana skala nasional.

Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana

Kepala BNPB/BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota sesuai status/tingkat bencana dan


tingkat kewenangannya :

a. Mengeluarkan Surat Keputusan pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana.

b. Melaksanakan mobilisasi sumberdaya manusia, peralatan dan logistik serta dana


dari instansi/lembaga terkait dan/atau masyarakat.

c. Meresmikan pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana.


Organisasi

• Organisasi Komando Tanggap Darurat Bencana merupakan organisasi satu komando,


dengan mata rantai dan garis komando serta tanggung jawab yang jelas.
Instansi/lembaga dapat dikoordinasikan dalam satu organisasi berdasarkan satu
kesatuan komando. Organisasi ini dapat dibentuk di semua tingkatan wilayah bencana
baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun tingkat nasional.

• Struktur organisasi komando tanggap darurat terdiri atas Komandan yang dibantu oleh
staf komando dan staf umum, secara lengkap terdiri dari:

a. Komandan Tanggap Darurat Bencana

b. Wakil Komandan Tanggap Darurat Bencana

c. Staf Komando:

1) Sekretariat

2) Hubungan Masyarakat

3) Keselamatan dan Keamanan

4) Perwakilan instansi/lembaga

d. Staf Umum:

1) Bidang Operasi

2) Bidang Perencanaan

3) Bidang Logistik dan Peralatan

4) Bidang Administrasi Keuangan

Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

1. Komando Tanggap Darurat Bencana memiliki tugas pokok untuk:

a. Merencanakan operasi penanganan tanggap darurat bencana.

b. Mengajukan permintaan kebutuhan bantuan.


c. Melaksanakan dan mengkoordinasikan pengerahan sumber daya untuk penanganan
tanggap darurat bencana secara cepat tepat, efisien dan efektif.

d. Melaksanakan pengumpulan informasi dengan menggunakan rumusan pertanyaan,


sebagai dasar perencanaan Komando Tanggap Darurat Bencana tingkat
kabupaten/kota/provinsi/nasional.

e. Menyebarluaskan informasi mengenai kejadian bencana dan pananganannya


kepada media massa dan masyarakat luas.

2. Fungsi Komando Tanggap Darurat Bencana adalah mengkoordinasikan,


mengintegrasikan dan mensinkronisasikan seluruh unsur dalam organisasi komando tanggap
darurat untuk penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan serta pemulihan sarana dan prasarana
dengan segera pada saat kejadian bencana.

Pola Penyelenggaraan Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana

• Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana diselenggarakan dengan pola yang terdiri
atas

– rencana operasi

– permintaan

– pengerahan/mobilisasi sumberdaya yang didukung dengan fasilitas komando


yang diselenggarakan sesuai dengan jenis, lokasi dan tingkatan bencana
Pola Penyelenggaraan di Tingkat Nasional

• Pendistribusian logistik kepada masyarakat dilaksanakan oleh Komando Tanggap


Darurat Bencana sesuai dengan dinamika yang terjadi, terutama untuk pemenuhan
kebutuhan dasar hidup meliputi pangan, sandang, air bersih, sanitasi, hunian
sementara, pelayanan kesehatan dan lain-lain.

Pengakhiran

1. Menjelang berakhirnya waktu pelaksanaan operasi tanggap darurat bencana,


Kepala BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi atau Kepala BNPB membuat rencana
pengakhiran operasi tanggap darurat bencana dengan mengeluarkan Surat Perintah
Pengakhiran Operasi Tanggap Darurat Bencana kepada Komandan Tanggap Darurat
Bencana sesuai dengan kewenangannya.

2. Pada hari dan tanggal waktu berakhirnya operasi tanggap darurat bencana, Kepala
BNPB/BPBD membubarkan Komando Tanggap Darurat Bencana dengan
menerbitkan Surat Keputusan Pembubaran.
PASCA BENCANA

Manajemen Pemulihan adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan


pada faktor-faktor yang dapat mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidupyang
terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana secara
terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh setelah terjadinya bencana dengan fase-
fasenya nya yaitu :

1. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
2. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baikpada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya
peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah
pascabencana.
Kegiatan paska bencana
a)    Pengamatan terhadap dampak bencana (Misalnya sumur yg rusak, pipa air putus atau
jamban hancur)
b)    Membantu memulihkan kondisi emosi warga (menghibur, menenangkan warga dg cara
berdoa/ berzikir bersama atau mendampingi korban)
5.    Apa saja yang dicatat dan dilaporkan
a)    Nama korban
b)    Umur dan jenis kelamin  
c)    Tempat dan waktu kejadian
d)    Penolong
e)    Tindakan yang dilakukan
f)     Tempat rujukan selanjutnya
III. PENYAKIT PASCA BENCANA

Bencana alam yang terjadi selalu menyisakan kepedihan yang mendalam. Baik berupa
gempa bumi, tanah longsor, banjir, gunung meletus, ataupun tsunami. Banyak korban
nyawa, fisik, dan harta akibat bencana yang terjadi. Bencana menyebabkan korban yang
selamat, kehilangan keluarga, sahabat, harta, bahkan tempat tinggal. Bencana ini
selanjutnya menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Menurut Ketua Umum PB IDI
Fachmi Idris, secara umum, masalah kesehatan utama setelah bencana adalah trauma fisik
seperti luka dan patah tulang. Kemudian, selama dan sesudah masa itu korban bencana
yang selamat dan tinggal di pengungsian juga terancam penyakit jika upaya antisipasinya
tidak memadai. Berbagai penyakit yang muncul pascabencana alam antara lain malaria,
ISPA, diare, leptospirosis, kolera, dan infeksi kulit.
Pada umumnya masalah kesehatan pasca gempa dapat dibagi dalam 3 fase:
a)    Penyakit akut pasca bencana.
Yaitu penyakit yang berhubungan langsung dengan bencana yang terjadi. Misalnya, kasus
gempa bumi di Padang tanggal 30 September 2009, penyakit yang berhubungan langsung
dengan gempa adalah cedera akibat reruntuhan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
cedera utama akibat gempa adalah cedera kepala dan patah tulang.
b)     Penyakit ikutan pada beberapa hari-minggu pasca bencana
1)   Malaria
Penyakit malaria dapat timbul misalnya saat masyarakat berada di pengungsian ( tenda-
tenda darurat ), nyamuk anopheles bisa menginfeksi korban-korban bencana.
2)   DBD
Misalnya banjir, air yang tergenang dapat menyebabkan bersarangnya nyamuk aides
aigypti. Kemudian menginfeksi korban-korban bencana.
3)    Diare dan penyakit kulit
Penyakit ini bisa menginfeksi korban bencana karena sanitasi yang jelek. Misalnya
kuman-kuman penyebab diare seperti ; Vibrio kolera, Salmonella dysentriae pada
genangan banjir, diare akibat kurangnya asupan air bersih karena saluran air bersih dan
sanitari yang rusak.
Seseorang menderita diare bila frekuensi buang air besar telah melampaui kebiasaannya
dengan kotoran encer dan banyak cairan. Diare yang terus menerus mungkin merupakan
gejala penyakit berat seperti tipus, kolera dan kanker usus. Diare yang berat bisa
menyebabkan dehidrasi dan bisa membahayakan jiwa.
Gejala-gejalanya seperti frekuensi buang air besar melebihi normal, kotoran encer/cair,
sakit/kejang perut, demam dan muntah. Penyebabnya bisa dari Anxietas (rasa cemas),
keracunan makanan, infeksi virus dari usus, alergi terhadap makanan tertentu.
Penanggulangannya adalah dengan minum banyak cairan, hindari makanan padat atau
yang tidak berperasa selama 1-2 hari, minum cairan rehidrasi oral-oralit.
4)    ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Atas )
ISPA terjadi karena masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
Istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris acute respiratory infections (ARI).
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan
pengertian sebagai berikut:
a.       Infeksi adalah masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b.      Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli. Secara anatomis
mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernpasan bagian bawah (termasuk
jaringan saluran pernapasan).
c.       Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari, Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Selain ISPA sering juga ditemukan pnemonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan
dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia).
Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara
mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit
atau lebih pada anak usia dua bulan sampai kurang dari satu tahun, dan 40 kali permenit
atau lebih pada anak usia satu tajun sampai kurang dari lima tahun. Pada anak di bawah
usia dua bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia.
Pencegahannya dengan pengadaan rumah dengan ventilasi yang memadai, perilaku hidup
bersih dan sehat, peningkatan gizi balita.
5)   Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri leptospira berbentuk
spiral dan hidup di air tawar. Penyakit ini timbul karena terkontaminasinya air oleh air
seni hewan yang menderita leptospirosis. Biasanya penyakit ini terdapat pada korban
banjir.
6)   Tipes
Penyakit tipes sebenarnya juga berkaitan erat dengan faktor daya tahan tubuh seseorang.
Oleh sebab itu, untuk mencegah terkena penyakit tipes, masyarakat harus menjaga
kondisi tubuh dengan makan makanan bergizi dan jangan sampai kelelahan.
c)    Masalah kesehatan mental akibat gempa.
Penyakit psikologis / Trauma berkepanjangan akibat reaksi stres akut saat bencana bisa
menetap menjadi kecemasan yang berlebihan. Akibat kehilangan rumah, kehilangan
anggota keluarga atau bisa juga trauma karena ketakutan yang mendalam

IV. PENANGGULANGAN PASCA BENCANA

a. Tatakelola lingkungan pasca bencana


b. Ketersediaan fasilitas sanitasi
c. Suplay makanan dan air bersih
d. Pengiriman relawan-relawan ke lokasi bencana
GANGGUAN STRESS PASCATRAUMA DAN GANGGUAN STRESS AKUT

Stres emosional besar yang akan menyebabkan traumatik akibat trauma peperangan,
bencana alam, penyerangan, pemerkosaan, dan kecelakaan yang serius.

Epidemiologi

• 1-3% populasi umum

• Meningkat pada dewasa muda pria/wanita

Etiologi

• Stresor

Stresor adalah faktor penyebab utama dalam perkembangan gangguan stres pasca
trauma.

Faktor kerentanan timbulnya stresor :

• Trauma masa anak-anak

• Gangguan kepribadian

• Sistem pendukung yang tidak adekuat

• Genetik penyakit psikiatri

• Perubahan hidup yang baru

• Pengguna alkohol

• Faktor psikodinamika

• Faktor biologis

Gambaran klinis

• Pola menghindar (menutup diri)

• Kekakuan emosional

• Kesadaran yang berlebihan

• Agresi, kekrasan, depresi, gangguan berhubungan zat, pengendalian impuls yang


buruk
Perjalanan penyakit

• Berkembang pada suatu waktu setela trauma, dgn keterlambatan minimal 1minggu

• Gejala berfluktuasi dengan berjalannya waktu dan paling kuat selama periode stres

• Efek trauma dieksaserbasi oleh kecacatan fisik yang karakteristik untuk kehidupan
lanjut yang mempengaruhi kecacatan psikiatri

Terapi

• Farmakoterapi

– SSRI (serotonin-spesific reuptake inhibitor)

– MAOI ( monoamine oxidase inhibitor)

– Antikonvulsan : carbamazepine, valproate

• Psikoterapi

– Dukungan sosial

– Terapi prilaku

– Terapi kognitif

– Hipnosis
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU
24/2007)

B. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa/I yang membaca makalah ini dapat memahami isi serta
bisa mempraktikannya sewaktu di lapangan kerja nanti.
DAFTAR PUSTAKA

• Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana


• Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana
• Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana
• Keputusan Menteri Kesehatan Tentang Pedoman Penanganan Bencana Bidang
Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai