Disusun Oleh :
Dosen Pengampu:
Dr. Nur Meity Sulistia Ayu, S. Kep, Ns, M. Kep
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami mampu menyusun sebuah makalah dengan judul “prosedur aman dalam
pertolongan bencanadan dan penanggulangan bencana 4c (command, control, coordination
dan comunication)”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Keperawatan bencana alam di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjung
Pinang.
Dalam Penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Wiwiek Liestyaningrum, S.Kep., Ns, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.
2. Zakiah Rahman, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ka.Prodi S-1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang
3. Dr. Nur Meity Sulistia Ayu, S. Kep, Ns, M. Kep, selaku Pembimbing mata kuliah
Keperawatan bencana alam
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan baik pada penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu penulis mengharapkan,
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................
C. Tujuan.........................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
A. Konsep................................................................................................................
1. Definisi Bencana…………………………………………………………………..................
2. Jenis Bencana……………………………………………………………………………………..
3. Klasifikasi Bencana………………………………………………………………………………
4. Manifstasi klinis………………………………………………………………………………….
5. Penatalaksanaan…………………………………………………………………………………
B. PRA BENCANA……………………………………………………………………………………………
BAB III. PENUTUP………………………………………………………………………………………………
A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam,
Wilayah negara Indonesia adalah rawan terjadi bencana alam terutama bencana
gempa bumi dan erupsi gunung berapi. Hal ini diakibatkan letak posisi Indonesia
terletak pada lempengan tektonik yaitu Indo-Australian, Eurasia dan Pacific yang
menghasilkan tumpukan energi dalam batas ambang tertentu. Posisi inilah yang pada
akhirnya menyebabkan Indonesia sering terjadi bencana seperti gempa bumi dan
tim siap siaga bencana untuk membimbing , memberikan penyuluhan dan motivator
Bencana dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar dan berdampak pada segala
aspek. (Center for Research on the Epidemiology of Disaster (CRED), 2016) mencatat
padatahun 2016terjadi 342 bencana alam yang mengakibatkan 8.733 korban meninggal
dunia dan 569,4 juta jiwa mengalami dampak dari bencana dimana korban yang
2017 terjadi 4.606 gempa bumi dengan rentang 3 skala richter hingga 9,5 skala
richter, meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 3.034 kejadian gempa bumi.
Provinsi Bali mencatat 210 kali kejadian gempa bumi pada tahun 2017 dengan
rentang kekuatan 3 SR sampai 9,5 SR. pada tahun 1917 gempa bumi dahsyat
mengguncang seluruh daratan Bali. Akibat gempa bumi ini tercatat korban tewas
1500 orang gempa bumi dahsyat yang kedua adalah gempa bumi seririt yang terjadi
pada tanggal 14 Juli 1976. Gempa bumi ini berkekuatan 6.2 Skala Richter dan
menelan korban jiwa sebanyak 559 orang, luka berat 850 orang dan luka ringan 3.200
orang. Dilaporkan juga, hampir 75% dari seluruh bangunan rumah di Tabanan dan
tanggal 17 Desember 1979 dengan kekuatan 6.0 Skala Richter yang menelan korban
jiwa sebanyak 25 orang, 47 luka berat. Dampak gempa bumi telah menimbulkan
puluhan rumah roboh dan ditemukan retakan tanah sepanjang 500 meter. Gempa
bumi Karangasem kedua terjadi pada tanggal 2 januari 2004 dengan kekuatan 6.2
Skala Richter yang menelan seorang korban jiwa dan 33 orang luka-luka (InaTEWS-
BMKG, 2017). Gempa terbesar yang pernah terjadi di Bali dan menimbulkan tsunami
terjadi pada 12 November 1815, 13 Mei 1857, dan 21 Januari 1917 (Lembaga Ilmu
mengenali berbagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan saat itu. Hal ini
bertujuan agar masyarakat memiliki persiapan yang baik saat menghadapi bencana.
bencana. Faktor utama yang menjadi kunci untuk kesiapsiagaan adalah pengetahuan.
Dengan pengetahuan yang dimiliki dapat mempengaruhi sikap dan kepedulian untuk
Peran perawat dalam manajemen bencana yaitu pada saat fase pra, saat dan
pasca bencana. Salah satu peran perawat dalam fase pra bencana adalah perawat
dalam setiap tahap bencana masyarakat akan kehilangan bagian penting dalam
B. Rumusan Masalah
a. Tujuan Umum
Evakuasi Diri.
b. Tujuan Khusus
erjadinya Bencana
AncamanBahaya Pemicu
Kerentanan
Kerentanan (vulnerability)
Sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan (faktor fisik, sosial, ekonomi
dan lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap upaya-upaya pencegahan dan
penanggulangan bencana.
Faktor Kerentanan
o Fisik:
Kekuatan bangunan struktur (rumah, jalan, jembatan) terhadap ancaman
bencana
o Sosial:
Kondisi demografi (jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi, perilaku masyarakat)
terhadap ancaman bencana
o Ekonomi:
Kemampuan finansial masyarakat dalam menghadapi ancaman di wilayahnya
o Lingkungan:
Tingkat ketersediaan / kelangkaan sumberdaya (lahan, air, udara) serta
kerusakan lingkungan yan terjadi.
Jenis Bencana
1. Geologi
Gempabumi, tsunami, longsor, gerakan tanah
2. Hidro-meteorologi
Banjir, topan, banjir bandang,kekeringan
3. Biologi
4. Teknologi
5. Lingkungan
6. Sosial
Konflik, terrorisme
MANAJEMEN BENCANA
Tanggap
Kesiapsiagaan
Dar ur at
BENCANA
A. Pencegahan (prevention)
B. Mitigasi (mitigation)
C. Kesiapan (preparedness)
G. Pemulihan (recovery)
H. Rehablitasi (rehabilitation)
I. Rekonstruksi (reconstruction)
PRA BENCANA
a. Gempa bumi
b. Tanah longsor
c. Letusan Gunung Api
d. Tsunami
e. Banjir
f. dll
A. KESIAPSIAGAAN
Adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian
serta melalui langkah yang tepat
guna dan berdaya guna.
Pelaksanaan dilakukan oleh
instansi/lembaga yang berwenang
dan dikoordinasikan oleh BNPB/BPBD
• Tahapan kegiatan kesiapsiagaan :
- Penyusunan & uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana
- Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini
- penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar
- pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme
tanggap darurat
- penyiapan lokasi evakuasi
- penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap
tanggap darurat bencana
- penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan
pemulihan prasarana dan sarana.
• Kesiapsiagaan merupakan tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah dan
dilaksanakan bersama-sama masyarakat dan lembaga usaha. Rencana
penanggulangan kedaruratan bencana disusun secara terkoordinasi oleh BNPB
dan/atau BPBD serta pemerintah daerah. Rencana penanggulangan kedaruratan
bencana dapat dilengkapi dengan penyusunan rencana kontinjensi.
B. PERINGATAN DINI
Adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada
masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang. Tujuannya untuk mengambil tindakan cepat dan tepat
dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan
tanggap darurat.
• Tahapan peringatan dini :
a. mengamati gejala bencana;
b. menganalisa data hasil pengamatan;
c. mengambil keputusan berdasarkan hasil analisa;
d. menyebarluaskan hasil keputusan; dan
e. mengambil tindakan oleh masyarakat.
• Pengamatan gejala bencana sebagaimana dilakukan oleh instansi/lembaga yang
berwenang sesuai dengan jenis ancaman bencananya, dan masyarakat untuk
memperoleh data mengenai gejala bencana yang kemungkinan akan terjadi,
dengan memperhatikan kearifan lokal.
C. MITIGASI
Adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana
Tujuannya untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana
terhadap masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana.
• Tahapan mitigasi :
a. perencanaan dan pelaksanaan penataan ruang yang berdasarkan pada
analisis risiko bencana;
b. pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, dan tata bangunan;
dan
c. penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan, baik secara
konvensional maupun modern.
• Penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan, wajib menerapkan
aturan standar teknis pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan yang ditetapkan oleh
instansi/lembaga berwenang.
Gambar: Mekanisme Penanggulangan Bencana
POS KOMANDO
1. Pos Komando (POSKO) Kesiapsiagaan.POSKO kesiapsiagaan adalah salah satu jenis
POSKO yang diaktifkan guna mengantisipasi kejadian bencana yang menurut perhitungan
diperkirakan akan terjadi. POSKO kesiapsiagaan bisa dibentuk di tingkat Desa/kelurahan,
Kecamatan, bahkan ditingkat kabupaten atau propinsi. Di masing-masing tingkat, fungsi
POSKO kesiapsiagaan berbeda-beda sesuai dengan fungsi POSKO tersebut terhadap
kepentingannya yang dikaitkan dengan bencana yang akan terjadi. Sebagai contoh POSKO
kesiapsiagaan tingkat Desa/kelurahan, lebih berfungsi sebagai POSKO yang berperan aktif
dalam persiapan kemungkinan adanya bencana yang akan menimpa wilayah tersebut,
sehingga segala kegiatan yang ada selalu terkait langsung dengan kemungkinan bahaya yang
akan menimpa wilayah tersebut.Berbeda dengan Posko kesiapsiagaan di tingkat
Desa/kelurahan, POSKO kesiapsiagaan yang berada di tingkat Kecamatan atau Kabupaten
lebih berfungsi sebagai pusat informasi,
koordinasi dan kemungkinan bantuan bila diperlukan, sedangkan POSKO kesiapsiagaan di
tingkat Propinsi berfungsi sebagai pusat informasi dan koordinasi. Posko kesiapsiagaan
diaktifkan pada siklus kesiapsiagaan.2. POSKO Kesiapsiagaan di tingkat
Desa/Kelurahan
Seperti diuraikan diatas, fungsi POSKO di tingkat Desa/Kelurahan mempunyai nilai dan
fungsi strategis di garis paling depan yang akan menghadapi langsung bahaya akibat bencana
yang diperkirakan akan terjadi, sehingga POSKO di tingkat ini harus memiliki fungsi dan
peran utama terkait dengan keselamatan masyarakat di wilayah tersebut.
Untuk menentukan tempat atau lokasi POSKO harus memiliki persyaratan dasar tertentu,
antara lain :
* Pilih lokasi yang paling aman dari kemungkinan bahaya bencana yang diperkirakan akan
terjadi.
* Lokasi yang mudah di jangkau oleh kendaraan, baik sepeda motor atau mobil.
* Ada fasilitas ruang yang cukup luas untuk tempat koordinasi dan rapat
* Ada aliran listrik sebagai penerangan dan tenaga penggerak alat komunikasi
* Bila perlu, ada fasilitas dapur untuk menyiapkan logistik petugas
* Tersedia ruang untuk menyimpan dengan aman perlengkapan, data dan arsip secara aman
apabila POSKO ditutup
* Peta topografi atau peta rupa bumi sesuai wilayah kerja
* Daftar instansi, lembaga, dinas dan organisasi terkait beserta alamat, nomor telepon,
frekuensi kerja (bila memiliki fasilitas radio komunikasi)
* Ada perangkat komunikasi yang berupa radio komunikasi beserta kelengkapannya,
telepon, radio biasa yang bisa digunakan sebagai sumber informasi tambahan
* Alat komunikasi alternatif yang bisa digunakan sebagai alat peringatan dini dan tanda
bahaya lokal, misalnya kentongan
* Perlu adanya kendaraan siaga yang sewaktu – waktu dapat digunakan untuk berbagai
kegiatan POSKO
* Atur dan kelola fasilitas transport yang tersedia di wilayah tersebut untuk disiagakan
* Fasilitas logistik sangat penting, karena logistik adalah faktor pendukung utama dalam
kegiatan, sehingga pengadan logistik tidak bisa diabaikan
2. POSKO Operasi
POSKO Operasi adalah perkembangan dan pengalihan fungsi dan status dari POSKO
kesiapsiagaan, sehingga POSKO operasi sebetulnya merupakan alih fungsi dari POSKO
kesiapsiagaan, bukan mendirikan POSKO baru sehingga terdapat dua POSKO. POSKO
operasi diaktifkan pada saat kejadian bencana dan wilayah bersangkutan dilanda bahaya dari
bencana yang terjadi.
POSKO operasi diaktifkan apabila musibah yang diperkirakan betul-betul terjadi dan
menimpa wilayah bersangkutan.
Fungsi POSKO juga beralih dari POSKO kesiapsiagaan yang bersifat koordinasi dan
kesiapsiagaan menjadi POSKO operasi yang bersifat aktif.
Fasilitas POSKO operasi hampir sama dengan POSKO kesiapsiagaan. Yang membedakan
selain fungsi POSKO yang beralih juga fasilitas sumber daya manusia akan meningkat disini,
sehingga otomatis dukungan logistikpun akan mengalami peningkatan. Selain itu, diperlukan
juga penyiapan peralatan pertolongan, PPPK, peralatan navigasi, dll.
Bila POSKO operasi diaktifkan, maka lakukan pengelolaan sesuai dengan status POSKO,
sehingga fungsi utama POSKO adalah sebagai POSKO operasi, yaitu antara lainsebagai pusat
kordinasi, informasi dan pengendalian operasi penyelamatan di lapangan.
- Bertugas mengendalikan, membuat jadwal piket rutin 24 jam yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan sumberdaya manusia yang tersedia.
Petugas Piket
- Petugas piket terdiri dari unsure masyarakat setempat yang ditugaskan secara bergilir
untuk pemantauan perkembangan bencana yang diperkirakan akan terjadi.
- Piket POSKO dilaksanakan secara bergilir selama 24 jam dalam 1 hari, sehingga
selama 24 jam tersebut POSKO selalu dijaga oleh petugas yang ditentukan, terutama pada
malam hari.
- Petugas piket menyusun dan melaporkan kegiatan piket dan situasi selama giliran
piketnya kepada koordinator POSKO.
Koordinator POSKO
- Koordinator POSKO merupakan pengendali dan penanggung jawab penuh fungsi
POSKO. Biasanya Koordinator POSKO dijabat oleh Perangkat Desa yang ditunjuk oleh
Kepala Desa setempat.
- Berkonsultasi kepada pemerintah Desa tentang bentuk dan kegiatan POSKO.
Sekretaris
- Melaksanakan fungsi surat menyurat baik yang bersifat intern maupun ekstern.
Bendahara
- Berkonsultasi dengan coordinator terkait dengan pengeluaran dana diluar rencana
yang telah dibuat.
Bidang Operasi
- Mengatur system pengungsiap, bila dirasa perlu diadakan pengungsian ke tempat yang
lebih aman.
- Mengkoordinir operasi pencarian dan pertolongan (Rescue atau SAR) bila terjadi
kasus warga yang hilang atau mengalami musibah terkait bencana yang terjadi.
- Mengkoordinir tenaga bantuan yang ada sesuai dengan fungsi bantuannya.
Bidang Logistik
- Menyediakan fasilitas d an kelengkapan POSKO, termasuk makan dan minum petugas
POSKO.
- Membuat laporan kepada coordinator terkait dengan kegiatan bidang logistic.
Bidang Humas
Bertugas sebagai penghubung antara wilayah dimana POSKO berada dengan pihak luar.
Bidang ini bertugas antara lain :
- Menyediakan data terkini terkait dengan bencana yang terjadi kepada masyarakat,
wartawan maupun pihak-pihak lain termasuk pemerintah.
Bidang Bantuan
- Menerima dan mencatat semua bantuan yang ada, baik berupa barang, uang maupun
tenaga.
Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan
pengurusanpengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Adalah suatu sistem penanganan darurat bencana yang digunakan oleh semua
instansi/lembaga dengan mengintegrasikan pemanfaatan sumberdaya manusia, peralatan dan
anggaran.
Adalah tim yang ditugaskan oleh Kepala BNPB/BPBD sesuai dengan kewenangannya
untuk melakukan kegiatan kaji cepat bencana dan dampak bencana, serta memberikan
dukungan pendampingan dalam rangka penanganan darurat bencana
Adalah organisasi penanganan tanggap darurat bencana yang dipimpin oleh seorang
Komandan Tanggap Darurat Bencana dan dibantu oleh Staf Komando dan Staf Umum,
memiliki struktur organisasi standar yang menganut satu komando dengan mata rantai
dangaris komando yang jelas dan memiliki satu kesatuan komando dalam mengkoordinasikan
instansi/lembaga/organisasi terkait untuk pengerahan sumberdaya.
Staf Komando
Staf Umum
• Informasi awal kejadian bencana diperoleh melalui berbagai sumber antara lain
pelaporan, media massa, instansi/lembaga terkait, masyarakat, internet, dan informasi
lain yang dapat dipercaya.
Format pertanyaan
setempat
prasarana
• Dari informasi kejadian awal yang diperoleh, BNPB dan/atau BPBD menugaskan
Tim Reaksi Cepat (TRC) tanggap darurat bencana, untuk melaksanakan tugas
pengkajian secara cepat, tepat, dan dampak bencana, serta serta memberikan
dukungan pendampingan dalam rangka penanganan darurat bencana.
• Hasil pelaksanaan tugas TRC tanggap darurat dan masukan dari berbagai
instansi/lembaga terkait merupakan bahan pertimbangan bagi :
b. Kepala BPBD Provinsi untuk mengusulkan kepada Gubernur dalam rangka menetapkan
status/tingkat bencana skala provinsi.
Berdasarkan usul sesuai butir B.2 di atas dan berbagai masukan yang dapat dipertanggung
jawabkan dalam forum rapat dengan instansi/lembaga terkait, maka :
• Struktur organisasi komando tanggap darurat terdiri atas Komandan yang dibantu oleh
staf komando dan staf umum, secara lengkap terdiri dari:
c. Staf Komando:
1) Sekretariat
2) Hubungan Masyarakat
4) Perwakilan instansi/lembaga
d. Staf Umum:
1) Bidang Operasi
2) Bidang Perencanaan
• Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana diselenggarakan dengan pola yang terdiri
atas
– rencana operasi
– permintaan
Pengakhiran
2. Pada hari dan tanggal waktu berakhirnya operasi tanggap darurat bencana, Kepala
BNPB/BPBD membubarkan Komando Tanggap Darurat Bencana dengan
menerbitkan Surat Keputusan Pembubaran.
PASCA BENCANA
1. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
2. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baikpada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya
peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah
pascabencana.
Kegiatan paska bencana
a) Pengamatan terhadap dampak bencana (Misalnya sumur yg rusak, pipa air putus atau
jamban hancur)
b) Membantu memulihkan kondisi emosi warga (menghibur, menenangkan warga dg cara
berdoa/ berzikir bersama atau mendampingi korban)
5. Apa saja yang dicatat dan dilaporkan
a) Nama korban
b) Umur dan jenis kelamin
c) Tempat dan waktu kejadian
d) Penolong
e) Tindakan yang dilakukan
f) Tempat rujukan selanjutnya
III. PENYAKIT PASCA BENCANA
Bencana alam yang terjadi selalu menyisakan kepedihan yang mendalam. Baik berupa
gempa bumi, tanah longsor, banjir, gunung meletus, ataupun tsunami. Banyak korban
nyawa, fisik, dan harta akibat bencana yang terjadi. Bencana menyebabkan korban yang
selamat, kehilangan keluarga, sahabat, harta, bahkan tempat tinggal. Bencana ini
selanjutnya menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Menurut Ketua Umum PB IDI
Fachmi Idris, secara umum, masalah kesehatan utama setelah bencana adalah trauma fisik
seperti luka dan patah tulang. Kemudian, selama dan sesudah masa itu korban bencana
yang selamat dan tinggal di pengungsian juga terancam penyakit jika upaya antisipasinya
tidak memadai. Berbagai penyakit yang muncul pascabencana alam antara lain malaria,
ISPA, diare, leptospirosis, kolera, dan infeksi kulit.
Pada umumnya masalah kesehatan pasca gempa dapat dibagi dalam 3 fase:
a) Penyakit akut pasca bencana.
Yaitu penyakit yang berhubungan langsung dengan bencana yang terjadi. Misalnya, kasus
gempa bumi di Padang tanggal 30 September 2009, penyakit yang berhubungan langsung
dengan gempa adalah cedera akibat reruntuhan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
cedera utama akibat gempa adalah cedera kepala dan patah tulang.
b) Penyakit ikutan pada beberapa hari-minggu pasca bencana
1) Malaria
Penyakit malaria dapat timbul misalnya saat masyarakat berada di pengungsian ( tenda-
tenda darurat ), nyamuk anopheles bisa menginfeksi korban-korban bencana.
2) DBD
Misalnya banjir, air yang tergenang dapat menyebabkan bersarangnya nyamuk aides
aigypti. Kemudian menginfeksi korban-korban bencana.
3) Diare dan penyakit kulit
Penyakit ini bisa menginfeksi korban bencana karena sanitasi yang jelek. Misalnya
kuman-kuman penyebab diare seperti ; Vibrio kolera, Salmonella dysentriae pada
genangan banjir, diare akibat kurangnya asupan air bersih karena saluran air bersih dan
sanitari yang rusak.
Seseorang menderita diare bila frekuensi buang air besar telah melampaui kebiasaannya
dengan kotoran encer dan banyak cairan. Diare yang terus menerus mungkin merupakan
gejala penyakit berat seperti tipus, kolera dan kanker usus. Diare yang berat bisa
menyebabkan dehidrasi dan bisa membahayakan jiwa.
Gejala-gejalanya seperti frekuensi buang air besar melebihi normal, kotoran encer/cair,
sakit/kejang perut, demam dan muntah. Penyebabnya bisa dari Anxietas (rasa cemas),
keracunan makanan, infeksi virus dari usus, alergi terhadap makanan tertentu.
Penanggulangannya adalah dengan minum banyak cairan, hindari makanan padat atau
yang tidak berperasa selama 1-2 hari, minum cairan rehidrasi oral-oralit.
4) ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Atas )
ISPA terjadi karena masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
Istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris acute respiratory infections (ARI).
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan
pengertian sebagai berikut:
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli. Secara anatomis
mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernpasan bagian bawah (termasuk
jaringan saluran pernapasan).
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari, Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Selain ISPA sering juga ditemukan pnemonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan
dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia).
Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara
mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit
atau lebih pada anak usia dua bulan sampai kurang dari satu tahun, dan 40 kali permenit
atau lebih pada anak usia satu tajun sampai kurang dari lima tahun. Pada anak di bawah
usia dua bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia.
Pencegahannya dengan pengadaan rumah dengan ventilasi yang memadai, perilaku hidup
bersih dan sehat, peningkatan gizi balita.
5) Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri leptospira berbentuk
spiral dan hidup di air tawar. Penyakit ini timbul karena terkontaminasinya air oleh air
seni hewan yang menderita leptospirosis. Biasanya penyakit ini terdapat pada korban
banjir.
6) Tipes
Penyakit tipes sebenarnya juga berkaitan erat dengan faktor daya tahan tubuh seseorang.
Oleh sebab itu, untuk mencegah terkena penyakit tipes, masyarakat harus menjaga
kondisi tubuh dengan makan makanan bergizi dan jangan sampai kelelahan.
c) Masalah kesehatan mental akibat gempa.
Penyakit psikologis / Trauma berkepanjangan akibat reaksi stres akut saat bencana bisa
menetap menjadi kecemasan yang berlebihan. Akibat kehilangan rumah, kehilangan
anggota keluarga atau bisa juga trauma karena ketakutan yang mendalam
Stres emosional besar yang akan menyebabkan traumatik akibat trauma peperangan,
bencana alam, penyerangan, pemerkosaan, dan kecelakaan yang serius.
Epidemiologi
Etiologi
• Stresor
Stresor adalah faktor penyebab utama dalam perkembangan gangguan stres pasca
trauma.
• Gangguan kepribadian
• Pengguna alkohol
• Faktor psikodinamika
• Faktor biologis
Gambaran klinis
• Kekakuan emosional
• Berkembang pada suatu waktu setela trauma, dgn keterlambatan minimal 1minggu
• Gejala berfluktuasi dengan berjalannya waktu dan paling kuat selama periode stres
• Efek trauma dieksaserbasi oleh kecacatan fisik yang karakteristik untuk kehidupan
lanjut yang mempengaruhi kecacatan psikiatri
Terapi
• Farmakoterapi
• Psikoterapi
– Dukungan sosial
– Terapi prilaku
– Terapi kognitif
– Hipnosis
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU
24/2007)
B. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa/I yang membaca makalah ini dapat memahami isi serta
bisa mempraktikannya sewaktu di lapangan kerja nanti.
DAFTAR PUSTAKA