Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KEPERAWATAN BENCANA
“HEALTH MAINTENENCE OF THE EVACUEES”
Dosen Pembimbing : Aulia Siska,S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
1. Ana Iriani (163210005)
2. Danang Ardiansyah (163210009)
3. Fatati Ulfatus S (163210014)
4. Fatimah Tul Jannah (163210015)
5. Munshin I’is Elfine (163210027)
6. Ndindik Krisdiana (163210028)
7. Nur Faizah (163210121)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “HEALTH MAINTENENCE OF THE EVACUEES”
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan
dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Iva Millia Hani. R,S.Kep.Ns.,M.Kep Selaku Pembimbing akademik
kelas S1 Keperawatan semester 5A
2. Aulia Siska,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah
Keperawatan Bencana yang telah memberikan bimbingan berupa moral
maupun moril.
3. Orang Tua kami yang senantiasa mendukung dan mendoakan kami.
4. Dan Teman-teman yang telah memberi saran.

“HEALTH MAINTENENCE OF THE EVACUEES” ini saya buat dari


tanggal 21 Oktober 2019. Saya sebagai penyusun sekaligus mahasiswa STIKES
ICME JOMBANG mengharap kritik dan saran untuk membangun perbaikan
makalah ini, karena penyusun makalah ini masih jauh dari sempurna.

Jombang, 21 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................
Daftar is ...................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................................................
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Bencana ........................................................................
2.2 Macam-macam Bencana ............................................................
2.3 Konsep Dasar Manajemen Penanganan Bencana ......................
2.4 Prinsip-prinsip dalam Penanganan Bencana ..............................
2.5 Masalah-masalah Kesehatan Akibat Bencana alam...................
2.6 Pengaruh Umum Bencana Alam terhadap Kesehatan ...............
2.7 Persiapan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan
Menuju Lokasi Bencana Alam ..................................................
2.8 Perawatan di Lapangan ..............................................................
2.9 TRIASE ......................................................................................
2.10 Pertolongan Pertama ................................................................
2.11 Pos Medis Lanjutan ..................................................................
2.12 Arus Pemindahan Korban ........................................................
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...............................................................................
3.2 Saran .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan
demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan
oleh faktor alam, faktor nonalam maupun faktor manusia yang menyebabkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat
pembangunan nasional.
Sepanjang tahun 2018, terjadi lebih dari 2564 bencana alam di
Indonesia. Dampaknya lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut
laporan yang diliris Badan Nasional Penanggulangan Bencana-BNPB trend
bencana 2018 masih didominasi oleh angin puting beliung (799 kasus), banjir
(677 kasus), dan longsor (472 kasus).
Menurut analisis Aqueduct Global Flood Analyzer, Indonesia
adalah negara dengan jumlah populasi terdampak bencana banjir terbesar ke-6
di dunia, yakni sekitar 640.000 orang setiap tahunnya. Berdasarkan data
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir merupakan bencana
yang paling sering terjadi di Indonesia dengan 464 kejadian banjir setiap
tahunnya. Banjir yang disertai longsor menjadi bencana ke-6 yang paling
sering terjadi di Indonesia dengan 32 kejadian setiap tahunnya.
Musim hujan di Indonesia biasanya menyebabkan curah hujan yang
tinggi. Dikombinasikan dengan pengundulan hutan dan saluran-saluran air
yang tersumbat oleh sampah, ini bisa menyebabkan sungai-sungai meluap dan
terjadi banjir. Banjir dan tanah longsor terjadi di banyak wilayah di Indonesia
dan bisa menyebabkan jatuhnya ratusan korban, hancurnya rumah-rumah dan
infrastruktur lain, dan kerugian bagi bisnis-bisnis lokal.
Untuk mencegah banjir dan berbagai dampak negatif yang dapat
terjadi sebaiknya kita mulai melakukan pencegahan sedini mungkin.
Diharapkan dengan keseriusan berbagai pihak dalam pelaksanaan pencegahan
banjir ini, kita bukan hanya dapat meminimalisir banjir yang terjadi namun
juga bisa menghindarinya. Berikut adalah ulasan beberapa cara mencegah
banjir, yaitu :
1. Membuang Sampah Pada Tempatnya
2. Membuat Saluran Air atau Terowongan Air Bawah Tanah
3. Mendirikan Bangunan/Konstruksi Pencegah Banjir
4. Membersihkan dan Merawat Fasilitas Penyaluran Air
5. Menanam Pohon Berbatang Besar di Sekitar Rumah
6. Penciptaan Green Open Space (kawasan terbuka hijau)
7. Melestarikan Hutan
8. Membuat Lubang Biopori

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa definisi dari bencana?
b. Apa saja macam-macam bencana?
c. Bagaimana konsep dasar manajemen penanganan bencana?
d. Apa saja prinsip-prinsip dalam penanganan bencana?
e. Apa saja masalah-masalah kesehatan masayarakat akibat bencana alam?
f. Apa pengaruh umum bencana alam terhadap kesehatan?
g. Bagaimana persiapan sumber daya manusia (SDM) kesehatan menuju
lokasi bencana alam?
h. Bagaimana perawatan di lapangan (lokasi bencana alam)?
i. Bagaimana triase saat di lokasi bencana alam?
j. Bagaiman pertolongan pertama saat dilokasi bencana alam?
k. Bagaimana pos medis lanjutan di lokasi bencana alam?
l. Bagaimana arus pemindahan korban bencana alam?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan tambahan wawasan serta pengetahuan bagi
pembaca khususnya bagi calon perawatn agar dapat lebih memahami
mengenai pemeliharaan kesehatan pada korban bencana alam.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi bencana
b. Untuk mengetahui macam-macam bencana
c. Untuk mengetahui konsep dasar manjemen penanganan bencana
d. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam penanganan bencana
e. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan masyarakat
akibat bencana alam
f. Untuk mengetahui pengaruh umum bencana alam terhadap
kesehatan
g. Untuk mengetahui persiapan SDM kesehatan ke lokasi bencana
h. Untuk mengetahui perawatan di lapangan (lokasi bencana alam)
i. Untuk mengetahui triase yang benar saat bencana alam
j. Untuk mengetahui pertolongan pertama saat dilokasi bencana
alam
k. Untuk mengetahui pos modis lanjutan di lokasi bencana alam
l. Untuk mengetahui arus pemindahan korban bencana alam
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bencana


Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2001)
definisi bencana adalah peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang
mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia, serta
memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga
memerlukan bantun luar biasa dari pihak luar.
Sedangkan, definisi bencana (disaster) menurut WHO (2002)
adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis,
hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau
pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respons dari luar
masyarakat atau wilayah yang terkena.
Bencana dapat juga didefinisikan sebagai situasi dan kondisi yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat. Tergantung pada cakupannya, bencana
ini bisa mengubah pola kehidupan dari kondisi kehidupan masyarakat yang
normal menjadi rusak, menghilangkan harta benda dan jiwa manusia,
merusak struktur sosial masyarakat, serta menimbulkan lonjakan kebutuhan
dasar (Bakornas PBP)

2.2 Macam-macam Bencana


1. Bencana alam
a) Bencana meterologik
 Angin topan (Cyclon, Thypoon, Tornado)
 Badai salju
b) Bencana topologik
 Tanah longsor
 Banjir
 Gelombang tsunami
c) Bencana vulkanologik
 Gempa bumi
 Letusan gunung berapi
d) Bencana biologik
 Wabah penyakit
 Serangan hama (wereng, belalang, tikus)
2. Bencana karena perbuatan manusia
a) Kecelakaan
 Industri (mesin, bahan kimia, polusi)
 Kecelakaan lalu lintas (darat, laut, udara)
 Kebakaran
 Pembuangan limbah beracun
 Nuklir (radiasi, kontaminasi)
 Ledakan (tambang, gas, amunisi)
b) Yang direncanakan
 Peperangan
 Gangguan kerusuhan
 Teroris

2.3 Konsep Dasar Manajemen Penanggulangan Bencana


Manajemen penanggulangan bencana memiliki kemiripan dengan sifat-
sifat manajemen lainnya secara umum. Meski demikian terdapat beberapa
perbedaan, yaitu:
a. Nyawa dan kesehatan masyarakat merupakan masalah utama
b. Waktu untuk bereaksi yang sangat singkat
c. Risiko dan konsekuensi kesalahan atau penundaan keputusan dapat
berakibat fatal
d. Situasi dan kondisi yang tidak pasti;
e. Petugas mengalami stres yang tinggi
f. Informasi yang selalu berubah.
Manajemen penanggulangan bencana adalah pengelolaan penggunaan
sumber daya yang ada untuk menghadapi ancaman bencana dengan
melakukan perencanaan, penyiapan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
di setiap tahap penanggulangan bencana yaitu pra, saat dan pasca bencana.
a. Tahap prabencana, terdiri atas:
1. Situasi tidak terjadi bencana, kegiatannya adalah pencegahan dan
mitigasi
2. Situasi potensi terjadi bencana, kegiatannya berupa kesiapsiagaan
3. Tahap saat bencana, kegiatan adalah tanggap darurat dan pemulihan
darurat
4. Tahap pasca bencana, kegiatannya adalah rehabilitasi dan
rekonstruksi
Setiap tahap penanggulangan tersebut tidak dapat dibatasi secara tegas.
Dalam pengertian bahwa upaya prabencana harus terlebih dahulu diselesaikan
sebelum melangkah pada tahap tanggap darurat dan dilanjutkan ke tahap
berikutnya, yakni pemulihan. Siklus ini harus dipahami bahwa pada setiap
waktu, semua tahapan dapat dilaksanakan secara bersama‐sama pada satu
tahapan tertentu dengan porsi yang berbeda. Misalnya, tahap pemulihan
kegiatan utamanya adalah pemulihan tetapi kegiatan pencegahan dan mitigasi
dapat juga dilakukan untuk mengantisipasi bencana yang akan datang.

Gambar 2.1. Siklus Penanggulangan Bencana

Tanggap
Kesiapsiagaan Darurat

Mitigas
Pra Bencana Saat Bencana

Pencegahan

Pasca Bencana

Rekonstruksi Pemulihan
Berbagai upaya penanggulangan bencana yang dapat dilakukan
pada setiap tahap dalam siklus bencana antara lain:
a. Pencegahan dan mitigasi:
Upaya ini bertujuan menghindari terjadinya bencana dan mengurangi
risiko dampak bencana. Upaya‐upaya yang dilakukan antara lain:
1. Penyusunan kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan standar
2. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan
3. Pembuatan brosur/leaflet/poster
4. Analisis risiko bencana
5. Pembentukan tim penanggulangan bencana
6. Pelatihan dasar kebencanaan
7. Membangun sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis
masyarakat.
b. Kesiapsiagaan
Upaya kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya bencana. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana
mulai teridentifikasi akan terjadi. Upaya‐upaya yang dapat dilakukan
antara lain:
1. Penyusunan rencana kontinjensi
2. Simulasi/gladi/pelatihan siaga
3. Penyiapan dukungan sumber daya
4. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi
c. Tanggap darurat
Upaya tanggap darurat bidang kesehatan dilakukan untuk
menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan. Upaya yang dilakukan
antara lain:
1. Penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment)
2. Pertolongan pertama korban bencana dan evakuasi ke sarana
kesehatan
3. Pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan
4. Perlindungan terhadap kelompok risiko tinggi kesehatan.
d. Pemulihan
Upaya pemulihan meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya
rehabilitasi bertujuan mengembalikan kondisi daerah yang terkena
bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik.
Upaya rekonstruksi bertujuan membangun kembali sarana dan prasarana
yang rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna. Upaya-
upaya yang dilakukan antara lain:
1. Perbaikan lingkungan dan sanitasi
2. Perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan
3. Pemulihan psikososial
4. Peningkatan fungsi pelayanan kesehatan

2.4 Prinsip-prinsip dalam Penanggulangan Bencana


1. Belajar dari penanggulangan bencana-bencana sebelumnya
2. Jangan menolong korban secara acak-acakan
3. Pergunakan sistem triage
4. Buat perencanaan yang baik untuk penanggulangan bencana
5. Buat kategori bencana
A. Kategori I jumlah korban dibawah 50 orang
B. Kategori II jumlah korban antara 51 – 100 orang
C. Kategori III jumlah korban antara 101 – 300 orang
D. Kategori IV jumlah korban di atas 300 orang
6. Tentukan kategori rumah sakit yang mampu menampung korban
7. Harus ada sistem komunikasi sentral untuk satu kota atau daerah dengan
nomor telepon khusus seperti 118
8. Sistem ambulance dengan petugas dinas 24 jam dan mampu melakukan
resusirasi dan life support seperti ambulan 118 yang dapat dimanfaatkan
untuk menolong penderita gawat dan korban kecelakaan
9. Dari segi medis melaksanakan tindakan-tindakan yang mudah cepat dan
menyelamatkan jiwa
10. Lebih mencurahkan perhatian pada penderita yang mempunyai harapan
yang lebih baik, seperti perdarahan luar, traumatic, amputasi, gangguan
jalan napas, dan lain-lain
11. Kerjasama yang baik di bawah seorang pimpinan yang disebut dengan
petugas triage
12. Menggunakan buku pedoman bagi petugas polisi, dinas kebakaran, dan
medis / para medis, satuan SAR dalam penanggulangan bencana

2.5 Masalah-masalah Kesehatan Masyarakat Akibat Bencana Alam


a. Peningkatan Morbiditas
Tingginya angka kesakitan dalam keadaan terjadinya bencana dibagi
dalam 2 kategori, yaitu:
1. Kesakitan Primer; adalah kesakitan yang terjadi sebagai akibat
langsung dari kejadian bencana tersebut, kesakitan ini dapat
disebabkan karena trauma fisik, termis, kimiawi, psikis, dan
sebagainya.
2. Kesakitan Sekunder; kesakitan sekunder terjadi sebagai akibat
sampingan usaha penyelamatan terhadap korban bencana, yang dapat
disebabkan karena sanitasi lingkungan yang buruk, kekurangan
makanan, dan sebagainya.
b. Tingginya Angka Kematian
Kematian akibat terjadinya bencana alam dibagi dalam dua kategori, yaitu:
1. Kematian Primer adalah kematian langsung akibat terjadi bencana,
misalnya tertimbun tanah longsor, terbawa arus gelombang pasang,
tertimpa benda keras dan sebagainya.
2. Kematian Sekunder adalah kematian yang tidak langsung disebabkan
oleh bencana, melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor penyelamatan
terhadap penderita cedera berat, seperti kurangnya persediaan darah,
obat-obatan, tenaga medis dan para medis yang bertindak cepat untuk
mengurangi kematian tersebut.
c. Masalah Kesehatan Lingkungan
Mencakup masalah-masalah yang berkaitan erat dengan sanitasi
lingkungan, tempat penampungan yang tidak memenuhi syarat, seperti
penyediaan air bersih, tempat pembuangan tinja dan air bekas, tempat
pembungan sampah, tenda penampungan dan kelengkapannya, kepadatan
dari tempat penampungan, dsb.
d. Suplai Bahan Makanan dan Obat-obatan
Apabila kekurangan suplai makanan dan obat-obatan untuk membantu
korban bencana, maka kemungkinannya akan menimbulkan berbgaai
masalah diantaranya:
1. Kekurangan gizi dari berbagai lapisan umur
2. Penyakit infeksi dan wabah, diantaranya infeksi pencernaan (GED),
infeksi pencernaan akut seperti influenza, penyakit kulit
e. Keterbatasan Tenaga Medis dan Paramedis serta Transportasi ke Pusat
Rujukan
2.1 Tabel kemungkinan akibat bencana menurut jenis bencana
Macam Kematian Kesakitan Penyakit Penyakit
bencana primer primer primer sekunder
Gempa + ++ + Trauma GED, defisiensi
bumi fisik, psikis gizi, penyakit
kulit, infeksi
pernafasan
Letusan ++ +++ Trauma Idem
gunung fisik, psikis,
merapi dan termis
Banjir + + Infeksi Idem
saluran
cerna,
saluran
pernafasan
Gerakan ++ + Idem Idem, tidak terlalu
tanah - (Gempa) mengkhawatirkan
Angin topan + + Idem Idem + malaria
-
Gelombang ++ + Idem Idem
pasang -
Keterangan = + + + : Intensitas tinggi
++ : Intensitas sedang
+ : Intensitas kecil

2.6 Pengaruh Umum Bencana Alam terhadap Kesehatan


Pengaruh bencana yang terjadi tiba-tiba tidak hanya menyebabkan
banyak kematian, tetapi juga gangguan sosial besar-besaran dan kejadian luar
biasa (KLB) penyakit epidemi, serta kelangkaan bahan pangan sehingga orang
yang selamat sepenuhnya bergantung pada bantuan luar. Pengamatan
sistematis yang dilakukan terhadap pengaruh bencana alam pada kesehatan
manusia menghasilkan berbagai kesimpulan, baik tentang pengaruh bencana
pada kesehatan maupun tentang cara yang paling efektif untuk menyediakan
bantuan kemanusiaan.
Istilah "bencana" biasanya mengacu pada kejadian alami (mis,
angin ribut atau gempa bumi) yang dikaitkan dengan efek kerusakan yang
ditimbulkannya (mis, hilangnya kehidupan atau kerusakan bangunan).
"Bahaya"mengacu pada kejadian alami dan "kerentanan" mengacu pada
kelemahan suatu populasi atau system (misalnya rumah sakit, system
penyediaan air dan pembuangan air kotor, atau aspek infrastruktur) terhadap
pengaruh dari bahaya tersebut. Probabilitas terpengaruhinya suatu system atau
populasi tertentu oleh suatu bahaya disebut sebagai "risiko". Dengan demikian
risiko merupakan gabungan antara kerentanan dan bahaya, dan dinyatakan
sebagai berikut :
“Resiko = Kerentanan x Bahaya”
Walau semua bencana memang memiliki ciri khasnya sendiri,
bencana memberikan pengaruh dalam tingkat kerentanan yang berbeda pada
daerah dengan kondisi sosial, kesehatan dan ekonomi tertentu – masih ada
kesamaan di antara bencana-bencana tersebut. Jika disadari, faktor-faktor
umum itu dapat digunakan untuk mengoptimalkan pengelolaan bantuan
kemanusiaan bidang kesehatan dan mengoptimalkan sumber daya yang ada.
Poin-poin berikut harus diperhatikan :
a. Terdapat hubungan antara tipe bencana dan pengaruhnya terhadap
kesehatan. Pernyataan itukhususnya benar berkaitandengan dampak
iangsungnya dalam menyebabkan cedera. Contoh, gempa bumi dapat
menyebabkan banyak kasus cedera yang memerlukan perawatan medis,
sedangkan kasus cedera akibat banjir dan gelombang pasang relatif sedikit.
b. Sebagian pengaruh bencana merupakan ancaman yang potensial, bukan
ancamanyang dapat dihindari, terhadap kesehatan. Contoh, perpindahan
penduduk dan perubahan lingkungan yang lain dapat menyebabkan
peningkatan risiko penularan penyakit, walau kasus epidemik umumnya
bukan merupakan akibatbencanaalam.
c. Tidak semua risiko kesehatan yang potensial dan actual pascabencana
akanterjadi diwaktu yang bersamaan. Risiko itucenderung muncul di
waktu yang berbeda dan cenderung berbeda tingkat kepentingannya
diwilayah yang terkena bencana. Dengan demikian, jatuhnya korban
biasanya terjadi di waktu dan tempat terjadinya dampak dan korban itu
membutuhkan perawatan medis segera, sedangkan waktu yang lebih
panjanguntuk berkembang danrisikotersebut memuncak di tempat yang
berpenduduk padat dan standar sanitasinya memburuk.
d. Kebutuhan makanan, tempat tinggal sementara, dan layanan kesehatan
dasar saat bencana biasanya tidak menyeluruh. Bahkan orang yang selamat
sering kali dapat menyelamatkan beberapa keperluan dasar untuk hidup.
Lagipula, orang pada umumnya segera pulih dari keterkejutan mereka dan
secara spontan terlibat dalam pencarian dan penyelamatan korban,
pemindahan orang yang cedera, dan kegiatan pemulihan swadaya lainnya.
e. Perang sipil dan konflik menimbulkan kumpulan masalah kesehatan
masyarakat tersendiri dan kendala-kendala operasional.
Pengelolaan bantuan kemanusiaan sektor kesehatan secara efektif
akan bergantung pada upaya antisipasi dan identifikasi masalah saat
kemunculannya, dan pada penyampaian bahan-bahan khusus diwaktu dan
tempat yang memang membutuhkan. Kemampuan logistic untuk mengangkut
jumlah maksimum suplai/ persediaan dan tenaga kemanusiaan dari luar negeri
kedaerah bencana di Amerika Latin dan Karibia tidak begitu penting. Uang
tunai merupakan bantuan yang paling efektif, khususnya karena uang dapat
digunakan untuk membeli suplai di daerah setempat.

2.7 Persiapan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan Menuju Lokasi


Bencana
Pada saat terjadi bencana perlu adanya mobilisasi SDM kesehatan
yang tergabung dalam suatu Tim Penanggulangan Krisis yang meliputi:
1. Tim Reaksi Cepat
2. Tim Penilaian Cepat (Tim RHA)
3. Tim Bantuan Kesehatan
Sebagai koordinator Tim adalah Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota (mengacu Surat Kepmenkes nomor 066 tahun
2006).
a. Tim Reaksi Cepat
Tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalam waktu 0-24 jam
setelah ada informasi kejadian bencana, terdiri dari :
1. Pelayanan Medik
a. Dokter Umum/BSB
b. Dokter Sp. Bedah
c. Dokter Sp. Anestesi
d. Perawat Mahir (Perawat bedah, gadar)
e. Tenaga Disaster Victims Identification (DVI)
f. Apoteker/Ass. Apoteker
g. Sopir Ambulans
h. Surveilans Epidemiolog/Sanitarian : 1 org
i. Petugas Komunikasi : 1 org
2. Tim RHA
Tim yang bisa diberangkatkan bersamaan dengan Tim Reaksi Cepat atau
menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam, terdiri dari:
a. Dokter Umum : 1 org
b. Epidemiolog : 1 org
c. Sanitarian : 1 org
3. Tim Bantuan Kesehatan
Tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah Tim Reaksi
Cepat dan Tim RHA kembali dengan laporan hasil kegiatan mereka
dilapangan, terdiri dari :
a. Dokter Umum
b. Apoteker dan Asisten Apoteker
c. Perawat (D3/S1Keperawatan)
d. Perawat Mahir
e. Bidan (D3 Kebidanan)
f. Sanitarian (D3 Kesling/S1 Kesmas)
g. Ahli Gizi (D3/D4 Kesehatan/SI Kesmas)
h. Tenaga Surveilans (D3/D4 Kes/ SI Kesmas)
i. Entomolog(D3/D4 Kes/S1 Kesmas/S1 Biologi)

Kebutuhan tenaga kesehatan selain yang tercantum di atas,


disesuaikan dengan jenis bencana dan kasus yang ada, misalnya :
1. Gempa bumi
2. Banjir Bandang/tanah longsor
3. Gunung meletus
4. Tsunami
5. Ledakan bom/kecelakaan industry
6. Kerusuhan missal
7. Kecelakaan transportasi
8. Kebakaran hutan
A. Perhitungan Kebutuhan SDM Kesehatan
Kebutuhan jumlah minimal SDM kesehatan untuk penanganan korban
bencana berdasarkan :
1. Untuk jumlah penduduk/pengungsi antara 10.000- 20.000 orang :
a. Dokter Umum : 4 org
b. Perawat : 10-20 org
c. Bidan : 8-16 org
d. Apoteker : 2 org
e. Asisten Apoteker : 4 org
f. Pranata Laboratorium : 2 org
g. Epidemiologi : 2 org
h. Entomolog : 2 org
i. Sanitarian : 4-8 org
j. Ahli Gizi : 2-4 org
2. Untuk jumlah penduduk/pengungsi 5000 orang dibutuhkan :
a. Bagi pelayanan kesehatan 24 jam dibutuhkan : dokter 2 orang,
perawat 6 orang, bidan 2 orang, sanitarian 1 orang, gizi 1 orang,
asisten apoteker 2 orang dan administrasi2 orang.
b. Bagi pelayanan kesehatan 8 jam dibutuhkan : dokter 1 orang,
perawat 2 orang, bidan 1 orang, sanitarian 1 orang dan gizi 1orang.

B. Pendayagunaan Tenaga SDM Kesehatan


Pendayagunaan tenaga SDM Kesehatan mencakup pendistribusian
dan mobilisasi dilapangan. Penanggung jawab dalam pendistribusian SDM
kesehatan untuk tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah Dinas
Kesehatan. Pada saat bencana, bantuan kesehatan yang berasal dari
dalam/luar negeri diterima oleh kantor kesehatan pelabuhan (KKP) yang
akan didistribusikan kepada instansi yang berwenang, dalam hal ini Dinas
Kesehatan. Mobilisasi SDM kesehatan dilakukan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan SDM kesehatanpada saat dan pasca bencana bila :
1. Masalah kesehatan yang timbul akibat bencana tidak dapat
diselesaikan oleh daerah tersebut sehingga memerlukan bantuandari
daerah atau regional.
2. Masalah kesehatan yang timbul akibat bencana seluruhnya tidak dapat
diselesaikan oleh daerah tersebut sehingga memerlukan bantuan dari
regional, nasional dan internasional.

C. Persiapan Obat Kesehatan Menuju Lokasi Bencana Alam


Tabel 2.2 Jenis obat dan jenis penyakit sesuai dengan jenis bencana
No Obat & Pembekalan
Jenis Bencana Jenis Penyakit
. Kesehatan
1. Banjir Diare/Amebiasis Oralit, Infos R/L, NaCI 0,9%,
Metronidazol, Infos set,
Abocath, Wing Needle

Dermatitis: CTM Tablet, Prednison,


Kontak jamur, Salep 2-4, Hidrokortison
bakteri, skabies alep, Antifongi salep,
Deksametason Tab,
Prednison Tab, Anti bakteri
DOEN salep, Oksi
Tetrasiklin salep 3%,
skabisid salep

ISPA (Pnemonia Kotrimoksazol 480 mg, 120


dan Non mg Tab Suspensi,
Penemonia) Amoxylcilin, OBH,
Parasetamol,
DekstrometrofanTab, CTM
ASMA Salbutamol, Efedrin HCL
Tab, Aminopilin Tab

Leptospirosis Amoxycilin 1000mg,


Ampisilin 1000mg

Konjungtivis Sulfasetamid t.m,


(Bakteri, Virus) Chlorampenicol, salep mata,
Oksitetrasiklin salep mata

Gastritis Antasida DOENTab &


Suspensi, Simetidin tab,
ExtrakBelladon

Trauma/Memar Kapas Absorben, Kassa steril


40/40 Pov Iodine,
Fenilbutazon, Metampiron
Tab, Parasetamol Tab
2. Tanah Longsor Fraktur Tulang, Kantong mayat,
Luka Memar, Stretcher/tandu, spalk, kasa,
Luka sayatan dan elastic perban, kasa elastis,
Hipoksia alkohol 70%, Pov.lodine
10%, H202 Sol, Ethyl
Chlorida Spray, Jarum Jahit,
CatGut Chromic, Tabung
Oksigen
3. Gempa/Tsunami Luka Memar Idem
Luka Sayatan Idem
ISPA Idem
Gastritis Idem
Malaria Artesunat, Amodiakuin,
Primakuin
Asma Idem
Penyakit Mata Idem
Penyakit Kulit Idem
4. Konflik/Huruhara Luka Memar Idem
Luka Sayatan Idem
Luka Bacok Idem
Patah Tulang Idem
Diare Idem
ISPA Idem
Gastritis Idem
Penyakit Kulit Idem
Campak Vaksin Campak (bila ada
kasus baru), Vitamin A
Hipertensi ReserpinTablet, HCT tablet
Gangguan Jiwa Diazepam2 mg, 5 mgtab,
LuminalTab 30 m
5. Gunung Meletus ISPA Idem
Diare Idem
Konjunctivis Idem
Luka Bakar Aquadest steril, kasa steril
40/40, Betadin salep,
Sofratule, Abocath, Cairan
Infos (RL, NaCl), Vit. C Tab,
Amoxycilin/Ampicilin tab,
Kapas, Handschoen,
Wingneedle, Alkohol 70%
6. Bom Luka Bakar Idem
Trauma Idem
Gangguan Jiwa Idem
Mialgia Metampiron,Vit Bl,B6,B12
oral
2.8 Perawatan Di Lapangan
Jika di daerah dimana terjadi bencana tidak tersedia fasilitas
kesehatan yang cukup untuk menampung dan merawat korban bencana massal
(misalnya hanya tersedia satu Rumah Sakit tipe C/tipe B), memindahkan
korban ke sarana tersebut hanya akan menimbulkan hambatan bagi perawatan
yang harus segera diberikan kepada korban dengan cedera serius. Lebih jauh,
hal ini juga akan sangat mengganggu aktivitas Rumah Sakit tersebut dan
membahayakan kondisi para penderita yang dirawat disana.
Dalam keadaan dimana dijumpai keterbatasan sumber daya,
utamanya keterbatasan daya tampung dan kemampuan perawatan,
pemindahan korban ke Rumah Sakit dapat ditunda sementara. Dengan ini
harus dilakukan perawatan di lapangan yang adekuat bagi korban dapat lebih
mentoleransi penundaan ini. Jika diperlukan dapat didirikan rumah sakit
lapangan (Rumkitlap). Dalam mengoperasikan rumkitlap, diperlukan tenaga
medis, paramedic, dan non medis (coordinator, dokter, dokter spesialis bedah,
dokter spesialis anestesi, tiga perawat mahir, radiolog, farmasis, ahli gizi,
laboran, teknisi medis, teknisi nonmedis, dan pembantu umum).

2.9 TRIASE
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang
mebutuhkan stabilisasi segera (perawatan di lapangan) mengidentifikasi
korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat (life-
savingsurgery). Dalam aktivitasnya, digunakan kartu merah, hijau dan hitam
sebagai kode identifikasi korban, seperti berikut :
a. Merah, sebagai penanda korban yang membutuhkan stabilisasi segera
dan korban yang mengalami :
1. Syok oleh berbagai kausa
2. Gangguan pernapasan
3. Trauma kepala dengan pupil anisokor
4. Pendarahan eksternal massif
Pemberian perawatan lapangan intensif ditujukan bagi korban yang
mempunyai kemungkinan hidup lebih besar, sehingga setelah perawatan
dilapangan ini penderita lebih dapat mentoleransi proses pemindahan ke
Rumah Sakit, dan lebih siap untuk menerima perawatan yang lebih invasif.
Triase ini korban dapat dikategorisasikan kembali dari status "merah" menjadi
"kuning", misalnya korban dengan tensionpneumothorax yang telah dipasang
drain thoraks (WSD).
b. Kuning, sebagai penanda korban yang memerlukan pengawasan ketat,
tetapi perawatan dapat ditunda sementara. Termasuk dalam kategori ini :
1. Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma
abdomen)
2. Fraktur multipel
3. Fraktur femur/pelvis
4. Luka bakar luas
5. Gangguan kesadaran/trauma kepala
6. Korban dengan status yang tidak jelas
Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus,
pengawasan ketat terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi, dan
diberikan perawatan sesegera mungkin.
c. Hijau, sebagai penanda kelompok korban yang tidak memerlukan
pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda, mencakup korban
yang mengalami :
1. Fraktur minor
2. Luka minor, luka bakar minor
3. Korban dalam kategori ini, setelah pembalutan luka dan atau
pemasangan bidai dapat dipindahkan pada akhir operasi lapangan.
4. Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada akhir operasi
lapangan, juga akan dipindahkan ke fasilitas kesehatan.
d. Hitam, sebagai penanda korban yang telah meninggal dunia. Triase
lapangan dilakukan pada tiga kondisi:
1. Triase ditempat (triase satu)’
Triase di tempat dilakukan di "tempat korban ditemukan" atau pada
tempat penampungan yang dilakukan oleh tim Pertolongan Pertama
atau Tenaga Medis Gawat Darurat. Triase di tempat mencakup
pemeriksaan, klasifikasi, pemberian tanda dan pemindahan korban ke
pos media lanjutan.
2. Triase medik (triase dua)
Triase ini dilakukan saat korban memasuki pos medis lanjutan oleh
tenaga medis yang berpengalaman (sebaiknya dipilih dari dokter
yang bekerja di Unit Gawat Darurat, kemudian ahli anestesi dan
terakhir oleh dokter bedah). Tujuan triase medik adalah menentukan
tingkat perawatanyang dibutuhkan oleh korban.
3. Triase evakuasi (triase tiga)
Triase ini ditujukan pada korban yang dapat dipindahkan ke Rumah
Sakit yang telah siap menerima korban bencana massal. Jika pos
medis lanjutan dapat berfungsi efektif, jumlah korban dalam status
"merah" akan berkurang, dan akan diperlukan pengelompokan
korban kembali sebelum evakuasi dilaksanakan. Tenaga medis di pos
medis lanjutan dengan berkonsultasi dengan Pos Komando dan
Rumah Sakit tujuan berdasarkan kondisi korban akan membuat
keputusan korban mana yang harus dipindahkan terlebih dahulu,
Rumah Sakit tujuan, jenis kendaraan dan pengawalan yang akan
dipergunakan.

2.10 Pertolongan Pertama


Pertolongan pertama dilakukan oleh para sukarelawan, Petugas
Pemadam Kebakaran, Polisi, Tenaga dari unit khusus, Tim Medis Gawat
Darurat dan Tenaga Perawat Gawat Darurat Terlatih. Pertolongan pertama
dapat diberikan di lokasi seperti berikut :
a. Lokasi bencana, sebelum korban dipindahkan.
b. Tempat penampungan sementara
c. Pada"tempat hijau''' dari pos medis lanjutan
d. Dalam ambulans saat korban dipindahkan ke fasilitas kesehatan
Pertolongan pertama yang diberikan pada korban dapat berupa
kontrol jalan napas, fungsi penapasan dan jantung, pengawasan posisi
korban, kontrol pendarahan, imobilisasi fraktur, pembalutan dan usaha-
usaha untuk membuat korban merasa lebih nyaman. Harus selalu diingat
bahwa, bila korban masih berada di lokasi yang paling penting adalah
memindahkan korban sesegera mungkin, membawa korban gawat darurat
ke pos medis lanjutan sambil melakukan usaha pertolongan pertama
utama, seperti mempertahankan jalan napas, dan kontrol pendarahan.
Resusitasi kardiopulmoner tidak boleh dilakukan dilokasi kecelakaan pada
bencana massal karena membutuhkan waktu dan tenaga.

2.11 Pos Medis Lanjutan


Posmedis lanjutan didirikan sebagai upaya untuk menurunkan
jumlah kematian dengan memberikan perawatan efektif (stabilisasi)
terhadap korban secepat mungkin. Upaya stabilisasi korban mencakup
intubasi, trakeostomi, pemasangan drain thoraks, pemasangan ventilator,
penatalaksanaan syok secara medikamentosa, analgesia, pemberian infus,
fasiotomi, imobilisasi fraktur, pembalutan luka, pencucian luka bakar.
Fungsi pos medis lanjutan ini dapat disingkat menjadi "Three "T" rule"
(Tag, Treat, Transfer) atau hukum tiga (label, rawat, evakuasi). Lokasi
pendirian pos medis lanjutan sebaiknya di cukup dekat untuk ditempuh
dengan berjalan kaki dari lokasi bencana (50-100 meter) dan daerah
tersebut harus :
a. Termasuk daerah yang aman
b. Memiliki akses langsung ke jalan raya tempat evakuasi dilakukan
c. Berada di dekat dengan pos komando
d. Berada dalam jangkauan komunikasi radio
Pada beberapa keadaan tertentu, misalnya adanya paparan material
berbahaya, pos medis lanjutan dapat didirikan di tempat yang lebihjauh.
Sekalipun demikian tetap harus diusahakan untuk didirikan sedekat
mungkin dengan daerah bencana.
A. Tenaga Pelaksanaan
Tenaga medis yang akan dipekerjakan di pos ini adalah dokter dari
Unit Gawat Darurat, ahli anestesi, ahli bedah dan tenaga perawat.
Dapat pula dibantu tenaga perawat, Tenaga Medis Gawat Darurat,dan
paratenaga pelaksana Pertolongan Pertama akan turut pula bergabung
dengan tim yang berasal dari Rumah Sakit.

B. Organisasi Pos Medis Lanjutan


Struktur internal pos medis lanjutan dasar, terdiri atas :
1. Satu pintu masuk yang mudah ditemukan atau diidentifikasi.
2. Satu tempat penerimaan korban/tempat triase yang dapat
menampung paling banyak dua orang korban secara bersamaan.
3. Satu tempat perawatan yang dapat menampung 25 orang korban
secara bersamaan.
Gambar 2.2 Pos Pelayan Medis Lanjutan Dasar

Hijau Hitam
E
AREA V
A
K
U
TRIASE A
S
I
Merah Kuning

Tempat perawatan ini dibagi lagi menjadi :


1. Tempat perawatan korban gawat darurat (korban yang diberi
tanda dengan label merah dan kuning). Lokasi ini merupakan
proporsi terbesar dari seluruh tempat perawatan.
2. Ternpat perawatan bagi korban non-gawat darurat (korban yang
diberi tanda dengan label hijau dan hitam).
Pos medis lanjutan standar, terdiri atas :
1. Pintu keluar
2. Dua buah pintu masuk (Gawat Darurat dan Non- Gawat Darurat).
Untuk memudahkan identifikasi, kedua pintu ini diberi tanda
dengan bendera merah (untuk korban gawat darurat) dan bendera
hijau (untuk korban non gawat darurat).
3. Dua tempat penerimaan korban/triase yang saling berhubungan
untuk memudahkan pertukaran/ pemindahan korban bila
diperlukan.
4. Tempat perawatan Gawat Darurat yang berhubungan dengan
tempat triase Gawat Darurat, tempat ini dibagi menjadi :
a. Tempat perawatan korban dengan tanda merah (berhubungan
langsung dengan tempat triase)
b. Tempat perawatan korban dengan tanda kuning (setelah
tempat perawatan merah)
Gambar 2.3 Pos Pelayanan Medis Lanjutan Standar

Hijau Hitam
E
NON V
AKUT
A
K
U
A
S
AKUT I
Merah Kuning

5. Tempat perawatan Non Gawat Darurat, berhubungan dengan


tempat triase Non Gawat Darurat, dibagi menjadi :
a. Tempat korban meninggal (langsung berhubungan dengan
tempat triase)
b. Tempat perawatan korban dengan tanda hijau (setelah tempat
korban meninggal)
c. Setiap tempat perawatan ini ditandai dengan bendera sesuai
dengan kategori korban yang akan dirawat ditempat tersebut.
6. Sebuah tempat evakuasi yang merupakan tempat korban yang
kondisinya telah stabil untuk rnenunggu pemindahan ke Rumah
Sakit.
2.12 Arus Pemindahan Korban
Korban yang telah diberi tanda dengan kartu berwarna merah,
kuning, hijau atau hitam sesuai dengan kondisi mereka, dilakukan registrasi
secara bersamaan dan korban langsung dipindahkan ke tempat perawatan
yang sesuai dengan kartu yang diberikan hingga keadaannya stabil. Setelah
stabil korban akan dipindahkan ke tempat evakuasi dimana registrasi
mereka akan dilengkapi sebelum dipindahkan kefasilitas lain.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan
demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan
oleh faktor alam, faktor nonalam maupun faktor manusia yang menyebabkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat
pembangunan nasional.
Pengaruh bencana yang terjadi tiba-tiba tidak hanya menyebabkan
banyak kematian, tetapi juga gangguan sosial besar-besaran dan kejadian luar
biasa (KLB) penyakit epidemi, serta kelangkaan bahan pangan sehingga orang
yang selamat sepenuhnya bergantung pada bantuan luar. Pengamatan
sistematis yang dilakukan terhadap pengaruh bencana alam pada kesehatan
manusia menghasilkan berbagai kesimpulan, baik tentang pengaruh bencana
pada kesehatan maupun tentang cara yang paling efektif untuk menyediakan
bantuan kemanusiaan.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyarankan kepada para
pembaca agar memahami secara mendalam materi yang telah dipaparkan
dalam makalah ini, karena dalam kehidupan sehari-hari hal tersebut sangat
bermanfaat untuk meningkatkan taraf hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Ferry Effendi dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Effendy, Nasrul. 2005. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC
Sulistyowati, Lily. 2011. Promosi Kesehatan Di Daerah Bermasalah Kesehatan.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan
PanAmerican Health Organization, 2006 ;Bencana Alam Perlindungan Kesehatan
Masyarakat (Natural Disaster :ProtectingThe Public'sHealth) alihbahasa
MunayaFauziahSKM,MKM, Jakarta : Penerbit EGC 2006
Departemen Kesehatan RI, 2007; Pedoman Tekhnis Penanggulangan Krisis
Kesehatan Akibat bencana (mengacu pada standar interasional) Panduan
bagi Petugas kesehatan yang bekerja dalam penanganan krisis kesehatan
akibat bencana di indonesia.
Proyek Sphere, 2000; Piagam Kemanusiaan dan standar-standar minimum dalam
penanggulangan bencan

Anda mungkin juga menyukai