Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KELOMPOK KEPERAWATAN BENCANA

“Bencana Non Alam”

Dosen Pengampu :
Ns. Elvi Oktarina., M.Kep., Sp.Kep.MB

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Prillisia Deazri (2011316022)
Tesa Sedana (2011316023)
Miftahul Jannah (2011316024)
Zita Inka Putri Mahira (2011316025)
Laras Hayuning Astuti (2011316026)
Septria Rossa (2011316027)
Putri Prihandini (2011316028)
Lili Resta Septiana (2011316029)
Aulia Tri Ananda (2011316030)
Oktaghina Jennisya (2011316032)
Muhammad Rezkyalfian (2011316012)
Raisatul Mahmudah (2011316033)
Al Hanifah Armes (2011316031)
Dera Rahmi Gusti Fauzia (2011316035)
Fitriatul Munawarroh (2011316036)
Teguh Wiradharma (2011316034)
Vivi Ramadhani (2011316037)
Anggi Putri Nurpha (2011316039)
Andini Delly Putri (2011316040)
Khory Handayani (211131606)

PROGRAM B STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul: “Bencana Non Alam”
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kesalahan,
berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak maka makalah ini dapat diselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masihjauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, tim penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan
baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.

Padang, 7 September 2021

Penulis

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………….………………………….1
B. Rumusan Masalah,,,,,,,………………………………………………………………..2
C. Tujuan Penulisan…….………………………………..………………………………2
D. Manfaat Penulisan …………………………………..……………………………2

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Pengertian Bencana Non Alam ………………………..………………………3
B. Jenis-Jenis Bencana Non Alam ………………………………………………. 3
C. Proses mitigasi dan pra bencana Non Alam ………………………………………..4
D. Tahapan mitigasi dari Bencana Non Alam ………………………………………..9
E. Dasar Hukum Pelaksanaan Mitigasi/Prabencana Non Alam ………………………12
F. Tujuan Mitigasi Bencana Non Alam ………………………………………………13
G. Strategi Mitigasi Bencana Non Alam ………………………………………………14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ……………………………………………………………………...20
B. Saran ……………………………………………………………………………...20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………....21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan
oleh faktor alam, non alam, dan manusia.
Bencana sering dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu (1) bencana alam
yaitu bencana yang disebabkan oleh faktor alam seperti gempa bumi, tsunami,
gunung, meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. (2) bencana
nonalam yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan
wabah penyakit, serta (3) bencana sosial yaitu yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan terror.
Oleh karena itu, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Badan
Nasional Penanggulangan Bencana tersebut juga mendefinisikan mengenai
bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial. Sejarah Lembaga Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terbentuk tidak terlepas dari
perkembangan penanggulangan bencana pada masa kemerdekaan hingga
bencana alam berupa gempa bumi dahsyat di Samudera Hindia pada abad 20.
Sementara itu, perkembangan tersebut sangat dipengaruhi pada konteks situasi,
cakupan dan paradigma penanggulangan bencana (Bundjamin, 2014).
Tidak berbeda halnya dengan negara-negara lain, Indonesiapun rawan
terhadap berbagai bahaya yang ditimbulkan oleh teknologi, transportasi, gangguan
ekologis, biologis serta kesehatan. Serangan teroris juga merupakan ancaman yang
sudah terbukti menimbulkan bencana nasional. Sementara itu penanganan bencana di
Indonesia cenderung kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain
paradigma penanganan bencana yang parsial, sektoral dan kurang terpadu, yang masih

1
memusatkan tanggapan pada upaya pemerintah, sebatas pemberian bantuan fisik, dan
dilakukan hanya pada fase kedaruratan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumudkan masalah
sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Bencana Non Alam ?
2. Apa saja Jenis-Jenis Bencana Non Alam?
3. Bagaimana Proses mitigasi dan pra bencana Non Alam?
4. Apa saja Tahapan mitigasi dari bencana Non Alam?
5. Apa Dasar Hukum Pelaksanaan Mitigasi/Prabencana Non Alam
6. Apa Tujuan Mitigas Bencana Non Alam?
7. Bagaimana Strategi Mitigasi Bencana Non Alam?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami tentang Konsep Bencana Non Alam
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui Pengertian Bencana Non Alam
b. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Bencana Non Alam
c. Untuk mengetahui Proses mitigasi dan pra bencana Non Alam
d. Untuk mengetahui Tahapan mitigasi dari bencana Non Alam
e. Untuk mengetahui Dasar Hukum Pelaksanaan Mitigasi/Prabencana Non Alam
f. Untuk mengetahui Tujuan Mitigas Bencana Non Alam
g. Untuk mengetahui Bagaimana Strategi Mitigasi Bencana Non Alam

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan
pengalaman penulis tentang konsep Bencana Non Alam
2. Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Hasil makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi civitas
akademik dalam meningkatkan kualitas pendidikan serta dapat dijadikan sebagai
bahan untuk kelengkapan perpustakaan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. Pengertian
Bencana merupakan peristiwa yang penuh ketidakpastian. Tidak pasti karena
bencana bisa terjadi dan bisa juga tidak terjadi. Jika terjadi, dampak yang ditimbulkan
juga tidak pasti, yakni berdampak sepele atau mengerikan hingga mampu menelan
ratusan ribu jiwa (Tamitiadini Dian, 2019).
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggguu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor
alam dan atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (Idris Baiq Nurainun,2020).
Bencana adalah peristiwa yang terjadi secara mendadak atau perlahan yang
menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal sehingga diperlukan tindakan
darurat untuk menyelamatkan korban manusia berserta lingkungannya (Mahawati
Eni,2020).
Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemic, dan wabah penyakit (Idris Baiq Nurainun,2020).

2. Jenis-Jenis Bencana

Bencana terdiri dari berbagai bentuk. UU No. 24 tahun 2007 mengelompokan


bencana ke dalam tiga kategori yaitu:

a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
b. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.
3
a. Jenis-Jenis Bencana Non Alam :

1) Kebakaran

Kebakaran adalah situasi di mana bangunan pada suatu tempat seperti


rumah atau pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang
menimbulkan korban dan atau kerugian.

2) Kebakaran hutan dan lahan

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) adalah keadaan di mana hutan


dan lahan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan
yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran
hutan dan lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat
mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar.

3) Kecelakaan transportasi

Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi yang


terjadi di darat, laut dan udara.

4) Kecelakaan industry

Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan dua faktor


yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang
berbahaya (unsafe conditions).

Jenis kecelakaan industri yang terjadi bergantung pada macam industrinya,


Misal bahan dan peralatan kerja yang digunakan, proses kerja, kondisi tempat
kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya.

5) Kejadian Luar Biasa

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya


kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

4
3. Proses Mitigasi Bencana Non Alam
Mitigasi pada umumnya dilakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat
kemungkinan terjadinya bencana, baik itu korban jiwa atau kerugian harta benda yang
mungkin berpengaruh pada kehidupan dan kegiatan manusia. (Wekke, 2021).
Proses Dari Mitigasi Bencana Alam :
1. Mempersiapkan strategi yang akan diberikan
2. Melakukan pemetaan
3. Melakukan Pemantauan
4. Menyebarkan infromasi yang akurat
5. Sosialisasi dan pemberian pendidikan tentang bencana yang dihadapi kepada para
masyarakat
6. Menghindari bahaya
7. Memberikan peringatan
8. Melakukan evakuasi

Mitigasi Bencana non-alam :


a. Wabah Penyakit
1) Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat pemerintah khususnya di
jajaran kesehatan dan lintas sektor terkait untuk memahami risiko bila wabah
terjadi serta bagaimana cara-cara menghadapinya bila suatu wabah terjadi
melalui kegiatan sosialisasi yang berkesinambungan
2) Menyiapkan produk hukum yang memadai untuk mendukung upaya-upaya
pencegahan, respon cepat serta penanganan bila wabah terjadi.\
3) Menyiapkan infrastruktur untuk upaya penanganan seperti sumberdaya
manusia yang profesional, sarana pelayanan kesehatan, sarana komunikasi,
transportasi, logistik serta pembiayaan operasional.
4) Upaya penguatan surveilans epidemiologi untuk identifikasi faktor risiko dan
menentukan strategi intervensi dan penanganan maupun respon dini di semua
jajaran.
b. Kecelakaan Transportasi
1) Hati - hati dalam berkendara, baik di darat, laut maupun udara.

5
2) Cek kondisi mesin saat akan melakukan perjalanan, agar dapat terhindar dari
kecelakaan transportasi yang disebabkan oleh kondisi mesin kendaraan yang
tidak layak jalan.
3) Patuhi peraturan lalu lintas yang berlaku di jalan, baik di darat, laut maupun
udara.
4) Jaga kondisi tubuh dan mental pengemudi agar dapat mengemudi dengan
benar.
5) Persiapkan perjalanan sebaik mungkin, sehingga dapat meminimalisir
terjadinya kecelakaan transportasi.
c. Kecelakaan Industri
1) Membatasi jumlah investasi pada sektor industri tersebut, atau bahkan
menghentikan pembangunan industri
2) Mempertimbangkan dampak dari polusi udara yang ditimbulkan
3) Melihat seberapa banyak pemukiman penduduk pada kawasan industri
tersebut
4) Melakukan identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya, seperti asap
dan limbah pada sungai
5) Melakukan kontrol terhadap pengelolaan sumber daya alam
6) Pemantauan penggunaan teknologi yang berpotensi menjadi ancaman dengan
mengecek kelayakan alat tersebut
7) Pada kawasan industri pemerintah melarang untuk ijin pembangunan
perumahan
8) Melakukan pemantauan secara berkala dan melihat pemenuhan standar
keselamatan pada area industri tersebut
d. Kejadian Luar Biasa
1) Melihat pencemaran lingkungan tersebut atau kebersihan daerah tersebut
2) Memantau jumlah pengungsi, seberapa banyak yang menempati ruangan
sempit
3) Memberikan tempat penampungan pengungsian yang memenuhi syarat
kesehatan
4) Menyediakan air bersih
5) Mengutamakan pemberian keselamatan pada masyarakat yang berisiko tinggi
seperti ibu hamul dan berusia lanjut
6
6) Lakukan pengusian yang jauh dari sumber pencemaran penyakit menular
7) Melakukan edukasi kesehatan seperti mencuci tangan setiap saat
8) Pantau makanan yang bergizi dan sehat
9) Contoh penyakit luar biasa : penyakit campak, diare, phemonia, malaria, dan
yang terbaru sekarang Covid-19.
Pelaksanaan kegiatan Pra Bencana, dapat dilaksanakan kegitan berdasarkan
tingkatnya:
a. Tingkat pusat
 Membuat, menyebarluaskan dan memutakhirkan pedoman penanggulangan
bencana
 Membuat standard-standard penanggulangan bencana,
 Membuat peta geomedik
 Mengadakan pelatihan setiap unit dan petugas yang terlibat dalam
penanggulanganbencana, termasuk di dalamnya gladi posko dan gladi lapang.
 Inventarisasi sumber daya kesehatan pemerintah dan swasta termasuk LSM.
 Membuat standard dan mekanisme penerimaan bantuan dari dalam dan luar
negeri.
 Inventarisasi jenis dan lokasi kemungkinan terjadinya bencana di wilayahnya
dengan mengupayakan informasi "early warning" atau peringatan dini.
 Membentuk tim reaksi cepat penanggulangan bencana.
 Mengembangkan mitigasi dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana (sarana
dan prasarana).
 Mengadakan monitoring dan evaluasi. terhadap pelaksanaan kesiapsiagaan
penanggulangan bencana
 Mengembangkan sistem komunikasi dan informasi
 Koordinasi lintas program dan lintas sektor meliputi sinkronisasi kegiatan
penanggulangan bencana dari Pusat sampai Daerah
b. Tingkat Provinsi
 Membuat peta geomedik daerah rawan bencana.
 Membuat rencana kontinjensi Contingeney Plan
 Menyusun dan menyebarluaskan Pedoman/Protap Penanggulangan Bencana
 Inventarisi sumber daya kesehatan pemerintah dan swasta termasuk LSM
7
 Membentuk dan mengernbangkan tim reaksi cepat.
 Menyelenggarakan pelatihan termasuk di dalamnya gladi posko dan gladi
lapang dengan melibatkan semua unit terkait
 Membentuk Pusdalop penanggulangan bencana.
 Melengkapi sarana/fasilitas yang diperlukan termasuk mengembangkan sistem
komunikasi dan informasi di daerah tersebut
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan penanggulangan
 kesiapsiagaan bencana.
 Mengadakan koordinasi lintas program dan lintas sektor meliputi sinkronisasi
kegiatan penanggulangan bencana dengan Pasat dan Kabupaten/ Kota.

c. Tingkat Kabupaten / Kota


 Membuat rencana kegiatan upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan
penanggulangan bencana
 Membuat peta geomedik daerah rawan bencana
 Membuat rencana kontinjensi ("Contingency Plan")
 Menyelenggarakan pelatihan termasuk di dalamnya gladi posko dan gladi
lapang dengan melibatkan semua unit terkait
 Membentuk dan mengembangkan tim reaksi cepat.
 Membentuk Pusdalop penanggulangan bencana.
 Inventarisasi sumber daya sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin terjadi:
1) Jumlah dan lokasi Puskesmas
2) Jumlah ambulans
3) Jumlah tenaga kesehatan
4) Jumlah RS termasuk fasilitas kesehatan lainnya.
5) Obat dan perbekalan kesehatan
6) Unit transfusi darah
 Mengadakan koordinasi lintas program dan lintas sektor meliputi sinkronisasi
kegiatan penanggulangan bencana dengan Provinsi dan Kecamatan.
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan penanggulangan
kesiapsiagaan bencana.
d. Tingkat Kecamatan
8
 Membuat peta geomedik daerah rawan bencana Membuat jalur evakuasi.
 Mengadakan pelatihan
 Inventarisasi sumber daya sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin terjadi
 Menerima dan menindaklanjuti informasi peringatan dini (Early Warning
Syslem) untuk kesiapsiagaan bidang kesehatan
 Membentuk tim kesehatan lapangan yang tergabung dalam Satgas.
 Mengadakan koordinasi lintas sector

4. Tahapan Mitigasi Bencana Non Alam


1) Kecelakaan Industri
Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu karena unsafe action dan unsafecondition. Penyebab terbesar kecelakaan
kerja yaitu 88% karena unsafe action, 10% unsafecondition, dan 2% tidak
diketahui penyebabnya. Dalam proses produksi, setiap peralatan atau mesin dan
tempat kerja yang digunakandalam menghasilkan suatu produk, selalu
mengandung potensi risiko bahaya tertentu yang bilatidak mendapat perhatian
khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Potensi risikobahaya yang
dapat menyebabkan kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagi kegiatan
atauaktifitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari proses produksi.
Sumber-sumber bahaya perlu dikendalikan untuk mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibatkerja (PAK). Untuk mengendalikan sumber-sumber bahaya, maka
sumber-sumber bahayatersebut harus ditemukan dengan melakukan identifikasi
sumber bahaya potensial yang ada dilingkungan kerja.
Keberadaan manajemen risiko dalamoperasional perusahaan erat kaitannya
dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Munculnyaaspek dalam keselamatan
dan kesehatan kerja disebabkan karena adanya risiko yang
mengancamkeselamatan pekerja, sarana, dan lingkungan kerja sehingga harus
dikelola dengan baik. Adanyamanajemen risiko dalam proses industri mendorong
upaya keselamatan dalam mengendalikansemua resiko yang ada, sehingga
keberadaan manajemen risiko tidak dapat dipisahkan denganmanajemen K3.
Dalam berbagai sistem manajemen K3 selalu menempatkan aspek

9
manajemenrisiko dalam landasan utama penerapan K3 di lingkungan industri
(Wicaksono,2011).
a. Penyebab dari adanya kecelakaan industri diantaranya:
 Unsafe condition yaitu kondisi yang tidak aman pada tempat kerja seperti
jalan yang licin karena ada ceceran oli, suara kebisingan yang dihasilkan
mesin-mesin, area yang banyak serbuk dan asap mesin hotpress.
 Unsafe action yaitutindakan yang tidak aman yang berpotensi
membahayakan pekerja tersebut seperti tindakan kecerobohan atau kurang
hati-hati saat melakukan pekerjaan. Pekerja melaksanakan pekerjaan tidak
sesuai Standart Operasional Prosedur (SOP) denganbenar.
 Pekerja tidak memakai APD yang sesuai standart serta penggunaannya yang
tidakbenar.
b. Tahapan mitigasi atau tindakan pencegahan untuk kecelakaan
industridiantaranya:

 Hilangkan unsafe condition dan unsafe action. Dalam hal ini peran
perusahaan dan pekerja sangat dibutuhkan. Perusahaan harus memberikan
fasilitas sarana dan prasarana pekerjaan yang aman sedangkan pekerja harus
mempunyai kesadaran dan menghilangkan tindakan kecerobohan atau
kelalaian saat bekerja yang bisa berakibatkecelakaan.

 Sosialisasi atau pelatihan K3 secara berkala harus selalu dilakukan minimal


1 bulan sekali sedangkan meeting K3 harus selalu dilakukan sebelum
pekerja memulai bekerja untuk selalu mengingatkan pentingnya
keselamatan (Safetyfirst).

 Gunakan APD dengan benar dan tepat sesuaistandart.

2) Kejadian Luar Biasa (KLB)


Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentudan merupakan keadaan yang dapat
menjurus pada terjadinya wabah.
Penanggulangan KLB meliputi :

10
a. Penyelidikan epidemiologi
b. Penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan,
pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina
c. Pencegahan dan pengobatan
d. Pemusnahan penyebab penyakit
e. Penyuluhan kepada masyarakat
f. Upaya penggulangan lainnya

Tahapan penyelidikan dan penanggulangan KLB meliputi :


a. Menegakkan atau memastikan diagnosis
b. Memastikan terjadinya KLB
c. Menghitung jumlah kasus atau angka insiden yang tengah berjalan
d. Menggambarkan karakteristik KLB
e. Mengidentifikasi sumber dari penyebab penyakit dan cara penularannya
f. Mengidentifikasi populasi yang mempunyai peningkatan resiko infeksi.

3) Kebakaran hutan
a. Pastikan semua peralatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan telah
tersedia dan siap digunakan.
b. Jangan tinggalkan anak-anak bermain sendiri di rumah tanpa pengawasan.
c. Larang anak-anak bermain ke arah hutan atau lahan yang mungkin terbakar.
d. Pangkas semua cabang pohon yang mati mengenai rumah.
e. Lapor ke petugas kehutanan bila terlihat ada hutan dan lahan yang mulai
terbakar.
f. Bersihkan sekitar rumah dari sampah kerta, plastik atau sumpun kering.
g. Jauhkan BBM dari rumah.
h. Persiapkan masker untuk melindungi dan mengurangi gangguan pernapasan
dari asap hutan yang terbakar.
i. Persiapkan kacamata untuk melindungi mata dari asap yang pekat
j. Memperingatkan warga sekitar hutan untuk tidak membakar rumput atau
puing-puing
k. Memeriksa peraturan setempat tentang perijinan dan pembatasan larangan
pembakaran.

11
l. Melakukan aktivitas pembakaran minimal dengan jarak yang telah
ditentukan.
m. Memastikan api tersebut mati setelah melakukan pembakaran terhadap
rumput dan puing-puing sebelum warga meninggalkan tempat pembakaran.
n. Jangan melakukan aktifitas pembakaran ketika cuaca berangin.
o. Menyiapkan peralatan pemadam kebakaran seperti sebuah pipa air yang
terhubung dengan air atau setidaknya tersedia 5 galon air dan sebuah
sekop.
p. Jangan merokok ketika melakukan kerjaan atau kegiatan yang
dilakukan di hutan.
q. Mobil, truk, dan mesin harus memiliki sistem tempat pembuangan uap
ketika beroperasi di dekat hutan.
r. Menghubungi departemen perhutanan setempat atau penjaga hutan
setempat ketika tampak tanda-tanda kebakaran.
s. Warga dan petugas kehutanan harus saling bekerja sama untuk menjaga
hutan di sekitar tempat kediaman mereka.

5. Dasar hukum pelaksanaan mitigasi/prabencana non alam


Dasar Hukum PraBencana :
Berbicara tentang konsep negara hukum saat ini, secara praktiknya cenderung
lebih berorientasi kepada prinsip-prinsip yang mengutamakan kesejahteraan
rakyatnya. Hal ini merupakan ciri pemahaman dari negara hukum modern yang
terkenal dengan nama Welfare State.
Indonesia adalah negara yang menganut konsep tersebut, Indonesia juga
negara yang berlandaskan hukum menurut Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Pasal ini
menghendaki bahwa penyelenggaraan pemerintahan didasarkan atas prinsip-prinsip
hukum untuk membatasi kekuasaan pemerintah dan ini artinya kekuasaan negara
melalui aparatnya dibatasi oleh hukum (rechsstaat), bukan didasarkan atas kekuasaan
(machsstaat).
Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(UndangUndang Penanggulangan Bencana) merupakan dasar hukum utama dalam
konteks pembuatan kebijakan terkait pegaturan penanggulangan bencana oleh
pemerintah. Lahirnya UndangUndang Penanggulangan Bencana di latarbelakangi
12
oleh amanat dari alinea ke-IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) yang menyebutkan bahwa:
“…Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…”
Pengaturan terkait tanggung jawab negara dalam proses penyelenggaraan
penanggulangan bencana dapat ditemukan di dalam Pasal 5 Undang-Undang
Penanggulangan bencana. Disebutkan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah
menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Lahirnya Undang-Undang Penanggulangan Bencana juga berimplikasi
terhadap perubahan orientasi paradigma pengelolaan bencana di Indonesia. Paradigma
yang dahulunya bersifat responsif atau tanggap darurat dalam menangani bencana,
diubah menjadi kegiatan yang bertitik fokus pada aksi preventif (sebelum terjadi),
sehingga risikonya dapat diminimalisir atau biasa disebut dengan mitigasi.
Aksi preventif tersebut diaktualisasikan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada tahap pra-bencana yang diterapkan dalam situasi tidak
terjadi bencana atau dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana. Kegiatan
preventif dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana tersebut diklasifikasikan
dalam bentuk: (a) Kesiapsiagaan; (b) Peringatan dini; dan (c) Mitigasi bencana.

6. Tujuan Mitigasi Bencana


Tujuan dari strategi mitigasi adalah untuk mengurangi kerugian pada saat
terjadinya bahaya dimasa mendatang. Tujuan utama adalah untuk mengurangi resiko
kematian dan cedera terhadap penduduk. Tujuan-tujuan sekunder mencakup
pengurangan kerusakan dan kerugian ekonomi yang ditimbulkan terhadap
infrastruktur sektor publik dan mengurangi kerugian sektor swasta sejauh hal itu
mungkin mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Tujuan ini mencakup
dorongan bagi orang-orang untuk melindungi diri mereka sejau mungkin.

Strategi mitigasi harus dirancang untuk aplikasi yang diusulkan. Program


mitigasi bencana dilaksanakan di philipina tidak mungkin dapat diterapkan secara

13
langsung di peru. Ada beberapa solusi baku. Beberapa elemen individu dan teknik-
teknik mitigasi akan diterapkan

Tujuan utama (ultimate goal) dari mitigasi bencana adalah sebagai berikut :

1. Mengurangi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi
penduduk, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi (economy costs) dan
kerusakan sumber daya alam.
2. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam menghadapi
serta mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan
bekerja dengan aman.

7. Strategi Mitigasi Bencana Non Alam


a. Kebijakan
Menurut Kuncoro (2018), Berbagai kebijakan yang perlu di tempuh dalam mitigasi
bencana antara lain:
1) Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang sama bagi
semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap unsur masyarakat
yang ketentuan langkahnya diatur dalam pedoman umum, petunjuk pelaksanaan
dan prosedur tetap yang dikeluarkan oleh instansi yang bersangkutan sesuai
dengan bidang tugas unit masing-masing.
2) Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir yang
melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.
3) Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat
diminimalkan.
4) Penggalangan kekuatan melalui kerja sama dengan semua pihak, melalui
pemberdayaan masyarakat serta kampanye.

b. Strategi
1) Strategi Bencana
Menurut Kuncoro (2018), Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan
beberapa strategi sebagai berikut :
a) Pemetaan
14
Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan daerah
rawan bencana. Pada saat ini berbagai sector telah mengembangkan peta
rawan bencana. Peta rawan bencana tersebut sangat berguna bagi pengambil
keputusan terutama dalam antisipasi kejadian bencana alam. Meskipun
demikian sampai saat ini penggunaan peta ini belum dioptimalkan. Hal ini
disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah :
(1) Belum seluruh wilayah diIndonesia telah dipetakan
(2) Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik
(3) Peta bencana belum terintegrasi
(4) Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda beda
sehingga menyulitkan dalam proses integrasinya.
b) Pemantauan
Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat dilakukan
antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga akan dengan mudah
melakukan penyelamatan. Pemantauan didaerah vital dan strategis secara jasa
dan ekonomi dilakukan dibeberapa kawasan rawan bencana.
c) Penyebaran informasi
Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara: memberikan poster
dan leaflet kepada Pemerintah Kabupaten/ Kota dan Propinsi seluruh
Indonesia yang rawan bencana, tentang tata cara mengenali, mencegah dan
penanganan bencana. Memberikan informasi kemediacetak dan etektronik
tentang kebencanaan adalah salah satu cara penyebaran informasi dengan
tujuan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi disuatu kawasan
tertentu.Koordinasi pemerintah daerah dalam hal penyebaran informasi
diperlukan mengingat Indonesia sangat luas.
d) Sosialisasi dan Penyuluhan
Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan kepada
SATKOR-LAKPB, SATLAKPB, dan masyarakat bertujuan meningkatkan
kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana jika sewaktu-waktu terjadi.
Hal penting yang perlu diketahui masyarakat dan Pemerintah Daerah ialah
mengenai hidup harmonis dengan alam didaerah bencana, apa yang perlu
dilakukan dan dihindarkan didaerah rawan bencana, dan mengetahui cara
menyelamatkan diri jika terjadi bencana.
15
e) Pelatihan/ Pendidikan
Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan jika
terjadi bencana. Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur informasi dari
petugas lapangan, pejabat teknis, SATKORLAK PB, SATLAK PB dan
masyarakat sampai ketingkat pengungsian dan penyelamatan korban bencana.
f) Peringatan Dini
Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat kegiatan hasil
pengamatan secara kontinyu di suatu daerah rawan dengan tujuan agar
persiapan secara dini dapat dilakukan guna mengantisipasi jika sewaktu-waktu
terjadi bencana. Peringatan dini tersebut disosialisasikan kepada masyarakat
melalui pemerintah daerah dengan tujuan memberikan kesadaran masyarakat
dalam menghindarkan diri dari bencana.

2) Strategi Bencana Non Alam


a) Kebakaran
Menurut BNPB (2012) adapun mitigasi bencana yang dapat dilakukan pada
bencana kebakaran adalah sebagai berikut :
1) Bagi Warga
(a) Bila melihat kebakaran lahan dan hutan, segera laporkan kepada
Ketua RT dan/atau pemuka masyarakat supaya mengusahakan
pemadaman api.
(b) Bila api terus menjalar, segera laporkan kepada Posko Kebakaran
Terdekat.
(c) Bila terjadi kebakaran gunakan peralatan yang dapat mematikan api
secara cepat dan tepat.
(d) Tidak membuang puntung rokok sembarangan.
(e) Matikan api setelah kegiatan berkemah selesai.
(f) Gunakan masker bila udara telah berasap, berikan bantuan kepada
saudara-saudara kita yang menderita.
2) Bagi Peladang
(a) Hindari sejauh mungkin praktek penyiapan lahan pertanian dengan
pembakaran. Apabila pembakaran terpaksa harus dilakukan,
usahakan bergiliran dan harus dipantau.
16
(b) Bahan yang dibakar harus sekering mungkin dan minta pimpinan
masyarakat untuk mengatur giliran pembakaran tersebut.
b) Kecelakaan transportasi
Menurut BNPB (2012) adapun mitigasi bencana yang dapat dilakukan pada
bencana kecelakaan transportasi adalah sebagai berikut :
(1) Hati - hati dalam berkendara, baik di darat, laut maupun udara.
(2) Cek kondisi mesin saat akan melakukan perjalanan, agar dapat terhindar
dari kecelakaan transportasi yang disebabkan oleh kondisi mesin
kendaraan yang tidak layak jalan.
(3) Patuhi peraturan lalu lintas yang berlaku di jalan, baik di darat, laut
maupun udara.
(4) Jaga kondisi tubuh dan mental pengemudi agar dapat mengemudi dengan
benar.
(5) Persiapkan perjalanan sebaik mungkin, sehingga dapat meminimalisir
terjadinya kecelakaan transportasi.
c) Kegagalan Teknologi
Menurut BNPB (2012) adapun mitigasi bencana yang dapat dilakukan pada
bencana kegagalan teknologi adalah sebagai berikut :
(1) Kurangi pemakaian bahan-bahan kimia yang berbahaya mudah terbakar.
(2) Tingkatkan ketahanan terhadap kebakaran dengan menggunakan material
bangunan ataupun peralatan yang tahan api.
(3) Bangun daerah penyangga atau penghalang api serta penyebaran
asap/pengurai asap.
(4) Tingkatkan fungsi sistem deteksi dan peringatan dini.
(5) Perencanaan kesiapsiagaan dalam peningkatan kemampuan pemadaman
kebakaran dan penanggulangan asap, tanggap darurat dan evakuasi bagi
pegawai serta penduduk di sekitar.
(6) Sosialisasikan rencana penyelamatan kepada pegawai dan masyarakat
sekitarnya bekerjasama dengan instansi terkait.
(7) Tingkatkan kemampuan pertahanan sipil dan otoritas kedaruratan.
(8) Batasi dan kurangi kapasitas penampungan bahan bahan kimia yang
berbahaya dan mudah terbakar.
(9) Tingkatkan standar keselamatan di pabrik dan desain peralatan.
17
(10)Antisipasi kemungkinan bahaya dalam desain pabrik.
(11)Buat prosedur operasi penyelamatan jika terjadi kecelakaan teknologi.
(12)Pindahkan bahan/material yang berbahaya dan beracun.
d) Bencana Sosial (Kerusuhan)
Menurut BNPB (2012) adapun mitigasi bencana yang dapat dilakukan dalam
bencana sosial adalah sebagai berikut :
(1) Hindari kumpulan kelompok yang sedang melakukan kegiatan demo,
karena kegiatan tersebut akan memicu terjadinya kerusuhan.
(2) Apabila melihat terjadinya kerusuhan sosial atau tindak kekerasan antar
kelompok segera hubungi pihak yang berwajib (Kepolisian).
(3) Saling menghargai antara demonstran dan aparat keamanan, agar tercipta
situasi yang kondusif dan menghindari terjadinya kerusuhan sosial.
e) Kecelakaan Industri
Menurut BNPB (2012) adapun mitigasi bencana yang dapat dilakukan dalam
Kecelakaan industri adalah sebagai berikut :
(1) Penyelamatan awal saat kegiatan mulai, informasi tentang macam
kecelakaan dan jumlah korban harus segera diketahui.
(2) Tim medis di lapangan harus melaporkan pada pimpinan penanggulangan
kecelakaan. Harus berhati-hati ketika memasuki daerah berbahaya
(hazaedous area) meskipun sudah dibersihkan.
(3) Evakuasi korban yang sulit dari lokasi rawan merupakan tanggung jawab
petugas khusus yang berpengalaman atau terlatih misalnya dari kepolisian,
Tim SAR
(4) Kecepatan bertindak sangat penting, tetapi harus tetap berhati-hati agar
tidak terjadi kecelakaan tambahan sewaktu melakukan penyelamatan.
(5) Pemeriksaan awal untuk menentukan prioritas korban (Triage).
(6) Misalnya digunakan 4 kategori (Singapore) :
(a) Prioritas I : Korban cedera serius/berat (label merah: memerlukan
perhatian segera. Jangan dipindahkan).
(b) Prioritas II : Korban cedera sedang (label kuning: membutuhkan
pertolongan segera. Jangan dipindahkan).
(c) Prioritas III : Korban ringan (label hijau: Cedera ringan saja).
(d) Prioritas IV : Korban meninggal (label hitam).
18
(7) Evakuasi Korban Keselamatan pasien dan kecepatan transportasi hal yang
harus dijaga.
f) Teroris
Menurut BNPB (2012) adapun mitigasi bencana yang dapat dilakukan dalam
bencana teroris adalah sebagai berikut :
(1) Bila melihat seseorang/banyak orang dengan perilaku sangat
mencurigakan, segera laporkan pada pihak berwenang.
(2) Jika mendengar seseorang merencanakan suatu rencana yang
membahayakan jiwa seseorang/orang banyak, segera laporkan kepada
pihak berwenang.
(3) Selalu berhati-hati dimana pun anda berada.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.

Hakekat manajemen bencana merupakan salah satu wujud dari upaya untuk
melindungi manusia dan lingkungannya. Manajemen bencana adalah tugas dan
kewajiban bersama pemerintah dan masyarakat yang didasarkan pada partisipasi dan
prakarsa masyarakat. Manajemen bencana dititik beratkan pada kegiatan pencegahan,
mitigasi, kesiapsiagaan dan kewaspadaan untuk memperkecil, mengurangi dan
memperlunak dampak yang ditimbulkan oleh bencana non alami. Fokus mitigasi pada
bencana non alam yaitu :
1. Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat pemerintah khususnya di jajaran
kesehatan dan lintas sektor terkait untuk memahami risiko bila wabah terjadi serta bagaimana
cara-cara menghadapinya bila suatu wabah terjadi melalui kegiatan sosialisasi yang
berkesinambungan
2. Menyiapkan produk hukum yang memadai untuk mendukung upaya-upaya
pencegahan, respon cepat serta penanganan bila wabah terjadi.
3. Menyiapkan infrastruktur untuk upaya penanganan seperti sumberdaya manusia yang
profesional, sarana pelayanan kesehatan, sarana komunikasi, transportasi, logistik serta
pembiayaan operasional.
4. Upaya penguatan surveilans epidemiologi untuk identifikasi faktor risiko dan
menentukan strategi intervensi dan penanganan maupun respon dini di semua jajaran.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami mengenai bencana
non alam dan mampu mengimplementsikan mitigasi bencana di lapangan
sebagaimana mestinya.

20
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. (2012). Buku Saku: Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana.

Fadillah Muhammad, dkk. 2020. Peranan Pemerintah Dalam Pelaksanaan Mitigasi Bencana.
Program Studi Hukum Program Magister Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus
1945 Semarang Indonesia, 1 (2): 138-139

Hiswara, Bundjamin. (2014). Perkembangan Hukum & Lembaga Negara,Cet ke-1,Jilid II.
Yogyakarta : FH UII Press.
Idris Baiq Nurainun& Hadi Irwan(2020).Aplikasi Pencegahan Resiko Insiden.(APRI).Media
Sains Indonesia.Bandung-Jawa Barat

Kemenkes RI. (2007). Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan. Diambil dari:
https://dinkes.kolakakab.go.id/wp-content/uploads/2018/06/KMK-145-2007.pdf

Kusumasari, Bevaola,2014. Manajemen Bencana dan Kapabilitas Pemerintah Lokal,


Yogyakarta, Gava Media.

Mahawati Eni, dkk(2020).Surveilans Kesehatan dalam Kondisi Bencana.Yayasan Kita


Menulis.

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana/Nomor 4/2008 tentang Pedoman


Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana

S Priatmoko., Yitno Purwoko., & Anwai (2019). Tourism Destinations Disaster Mitigation
Case Studies. https://journal.univpancasila.ac.id
Tamitiadini Dian& Adila Isma(2019).Komunikasi Bencana: Teori dan Pendekatan Praktis
Studi Kebencanaan di Indonesia.UB Press.Malang

Wekke. I. S. (2021). Mitigasi Bencana. Penerbit Adab: Indramayu.

2015 (diperbaharui). Persiapan Bencana : Wikipedia Bahasa Indonesia File:///C:/metigasi


%20bencana/Menyunting%20Persiapan%20Bencana%20-%20Wikipedia.html. di akses tanggal
26 september 2015, di www.google.com

Setiawan,. D. 2013. Mitigasi Bencana Alam. file///D:/kesmas/MITIGASI%20BENCANA


%20ALAM%20~%20DS%20Self%20Development.html. di akses tanggal 26 september
2015, di www.google.com

21
BNPB. 2012. Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. Tersedia pada :
https://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/478.pdf. Di akses pada tanggal 7 September
2021.

Kuncoro, Danny Anjar. Perlunya Pendidikan Mitigasi Untuk Masyarakat. Tersedia pada :
http://bbrvbd.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=195. Di akses
pada tanggal 7 September 2021.

22

Anda mungkin juga menyukai