Dosen Pengampu :
Ns. Elvi Oktarina., M.Kep., Sp.Kep.MB
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul: “Bencana Non Alam”
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kesalahan,
berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak maka makalah ini dapat diselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masihjauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, tim penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan
baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Penulis
i
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan
oleh faktor alam, non alam, dan manusia.
Bencana sering dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu (1) bencana alam
yaitu bencana yang disebabkan oleh faktor alam seperti gempa bumi, tsunami,
gunung, meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. (2) bencana
nonalam yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan
wabah penyakit, serta (3) bencana sosial yaitu yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan terror.
Oleh karena itu, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Badan
Nasional Penanggulangan Bencana tersebut juga mendefinisikan mengenai
bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial. Sejarah Lembaga Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terbentuk tidak terlepas dari
perkembangan penanggulangan bencana pada masa kemerdekaan hingga
bencana alam berupa gempa bumi dahsyat di Samudera Hindia pada abad 20.
Sementara itu, perkembangan tersebut sangat dipengaruhi pada konteks situasi,
cakupan dan paradigma penanggulangan bencana (Bundjamin, 2014).
Tidak berbeda halnya dengan negara-negara lain, Indonesiapun rawan
terhadap berbagai bahaya yang ditimbulkan oleh teknologi, transportasi, gangguan
ekologis, biologis serta kesehatan. Serangan teroris juga merupakan ancaman yang
sudah terbukti menimbulkan bencana nasional. Sementara itu penanganan bencana di
Indonesia cenderung kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain
paradigma penanganan bencana yang parsial, sektoral dan kurang terpadu, yang masih
1
memusatkan tanggapan pada upaya pemerintah, sebatas pemberian bantuan fisik, dan
dilakukan hanya pada fase kedaruratan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumudkan masalah
sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Bencana Non Alam ?
2. Apa saja Jenis-Jenis Bencana Non Alam?
3. Bagaimana Proses mitigasi dan pra bencana Non Alam?
4. Apa saja Tahapan mitigasi dari bencana Non Alam?
5. Apa Dasar Hukum Pelaksanaan Mitigasi/Prabencana Non Alam
6. Apa Tujuan Mitigas Bencana Non Alam?
7. Bagaimana Strategi Mitigasi Bencana Non Alam?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami tentang Konsep Bencana Non Alam
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui Pengertian Bencana Non Alam
b. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Bencana Non Alam
c. Untuk mengetahui Proses mitigasi dan pra bencana Non Alam
d. Untuk mengetahui Tahapan mitigasi dari bencana Non Alam
e. Untuk mengetahui Dasar Hukum Pelaksanaan Mitigasi/Prabencana Non Alam
f. Untuk mengetahui Tujuan Mitigas Bencana Non Alam
g. Untuk mengetahui Bagaimana Strategi Mitigasi Bencana Non Alam
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan
pengalaman penulis tentang konsep Bencana Non Alam
2. Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Hasil makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi civitas
akademik dalam meningkatkan kualitas pendidikan serta dapat dijadikan sebagai
bahan untuk kelengkapan perpustakaan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian
Bencana merupakan peristiwa yang penuh ketidakpastian. Tidak pasti karena
bencana bisa terjadi dan bisa juga tidak terjadi. Jika terjadi, dampak yang ditimbulkan
juga tidak pasti, yakni berdampak sepele atau mengerikan hingga mampu menelan
ratusan ribu jiwa (Tamitiadini Dian, 2019).
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggguu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor
alam dan atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (Idris Baiq Nurainun,2020).
Bencana adalah peristiwa yang terjadi secara mendadak atau perlahan yang
menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal sehingga diperlukan tindakan
darurat untuk menyelamatkan korban manusia berserta lingkungannya (Mahawati
Eni,2020).
Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemic, dan wabah penyakit (Idris Baiq Nurainun,2020).
2. Jenis-Jenis Bencana
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
b. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.
3
a. Jenis-Jenis Bencana Non Alam :
1) Kebakaran
3) Kecelakaan transportasi
4) Kecelakaan industry
4
3. Proses Mitigasi Bencana Non Alam
Mitigasi pada umumnya dilakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat
kemungkinan terjadinya bencana, baik itu korban jiwa atau kerugian harta benda yang
mungkin berpengaruh pada kehidupan dan kegiatan manusia. (Wekke, 2021).
Proses Dari Mitigasi Bencana Alam :
1. Mempersiapkan strategi yang akan diberikan
2. Melakukan pemetaan
3. Melakukan Pemantauan
4. Menyebarkan infromasi yang akurat
5. Sosialisasi dan pemberian pendidikan tentang bencana yang dihadapi kepada para
masyarakat
6. Menghindari bahaya
7. Memberikan peringatan
8. Melakukan evakuasi
5
2) Cek kondisi mesin saat akan melakukan perjalanan, agar dapat terhindar dari
kecelakaan transportasi yang disebabkan oleh kondisi mesin kendaraan yang
tidak layak jalan.
3) Patuhi peraturan lalu lintas yang berlaku di jalan, baik di darat, laut maupun
udara.
4) Jaga kondisi tubuh dan mental pengemudi agar dapat mengemudi dengan
benar.
5) Persiapkan perjalanan sebaik mungkin, sehingga dapat meminimalisir
terjadinya kecelakaan transportasi.
c. Kecelakaan Industri
1) Membatasi jumlah investasi pada sektor industri tersebut, atau bahkan
menghentikan pembangunan industri
2) Mempertimbangkan dampak dari polusi udara yang ditimbulkan
3) Melihat seberapa banyak pemukiman penduduk pada kawasan industri
tersebut
4) Melakukan identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya, seperti asap
dan limbah pada sungai
5) Melakukan kontrol terhadap pengelolaan sumber daya alam
6) Pemantauan penggunaan teknologi yang berpotensi menjadi ancaman dengan
mengecek kelayakan alat tersebut
7) Pada kawasan industri pemerintah melarang untuk ijin pembangunan
perumahan
8) Melakukan pemantauan secara berkala dan melihat pemenuhan standar
keselamatan pada area industri tersebut
d. Kejadian Luar Biasa
1) Melihat pencemaran lingkungan tersebut atau kebersihan daerah tersebut
2) Memantau jumlah pengungsi, seberapa banyak yang menempati ruangan
sempit
3) Memberikan tempat penampungan pengungsian yang memenuhi syarat
kesehatan
4) Menyediakan air bersih
5) Mengutamakan pemberian keselamatan pada masyarakat yang berisiko tinggi
seperti ibu hamul dan berusia lanjut
6
6) Lakukan pengusian yang jauh dari sumber pencemaran penyakit menular
7) Melakukan edukasi kesehatan seperti mencuci tangan setiap saat
8) Pantau makanan yang bergizi dan sehat
9) Contoh penyakit luar biasa : penyakit campak, diare, phemonia, malaria, dan
yang terbaru sekarang Covid-19.
Pelaksanaan kegiatan Pra Bencana, dapat dilaksanakan kegitan berdasarkan
tingkatnya:
a. Tingkat pusat
Membuat, menyebarluaskan dan memutakhirkan pedoman penanggulangan
bencana
Membuat standard-standard penanggulangan bencana,
Membuat peta geomedik
Mengadakan pelatihan setiap unit dan petugas yang terlibat dalam
penanggulanganbencana, termasuk di dalamnya gladi posko dan gladi lapang.
Inventarisasi sumber daya kesehatan pemerintah dan swasta termasuk LSM.
Membuat standard dan mekanisme penerimaan bantuan dari dalam dan luar
negeri.
Inventarisasi jenis dan lokasi kemungkinan terjadinya bencana di wilayahnya
dengan mengupayakan informasi "early warning" atau peringatan dini.
Membentuk tim reaksi cepat penanggulangan bencana.
Mengembangkan mitigasi dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana (sarana
dan prasarana).
Mengadakan monitoring dan evaluasi. terhadap pelaksanaan kesiapsiagaan
penanggulangan bencana
Mengembangkan sistem komunikasi dan informasi
Koordinasi lintas program dan lintas sektor meliputi sinkronisasi kegiatan
penanggulangan bencana dari Pusat sampai Daerah
b. Tingkat Provinsi
Membuat peta geomedik daerah rawan bencana.
Membuat rencana kontinjensi Contingeney Plan
Menyusun dan menyebarluaskan Pedoman/Protap Penanggulangan Bencana
Inventarisi sumber daya kesehatan pemerintah dan swasta termasuk LSM
7
Membentuk dan mengernbangkan tim reaksi cepat.
Menyelenggarakan pelatihan termasuk di dalamnya gladi posko dan gladi
lapang dengan melibatkan semua unit terkait
Membentuk Pusdalop penanggulangan bencana.
Melengkapi sarana/fasilitas yang diperlukan termasuk mengembangkan sistem
komunikasi dan informasi di daerah tersebut
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan penanggulangan
kesiapsiagaan bencana.
Mengadakan koordinasi lintas program dan lintas sektor meliputi sinkronisasi
kegiatan penanggulangan bencana dengan Pasat dan Kabupaten/ Kota.
9
manajemenrisiko dalam landasan utama penerapan K3 di lingkungan industri
(Wicaksono,2011).
a. Penyebab dari adanya kecelakaan industri diantaranya:
Unsafe condition yaitu kondisi yang tidak aman pada tempat kerja seperti
jalan yang licin karena ada ceceran oli, suara kebisingan yang dihasilkan
mesin-mesin, area yang banyak serbuk dan asap mesin hotpress.
Unsafe action yaitutindakan yang tidak aman yang berpotensi
membahayakan pekerja tersebut seperti tindakan kecerobohan atau kurang
hati-hati saat melakukan pekerjaan. Pekerja melaksanakan pekerjaan tidak
sesuai Standart Operasional Prosedur (SOP) denganbenar.
Pekerja tidak memakai APD yang sesuai standart serta penggunaannya yang
tidakbenar.
b. Tahapan mitigasi atau tindakan pencegahan untuk kecelakaan
industridiantaranya:
Hilangkan unsafe condition dan unsafe action. Dalam hal ini peran
perusahaan dan pekerja sangat dibutuhkan. Perusahaan harus memberikan
fasilitas sarana dan prasarana pekerjaan yang aman sedangkan pekerja harus
mempunyai kesadaran dan menghilangkan tindakan kecerobohan atau
kelalaian saat bekerja yang bisa berakibatkecelakaan.
10
a. Penyelidikan epidemiologi
b. Penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan,
pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina
c. Pencegahan dan pengobatan
d. Pemusnahan penyebab penyakit
e. Penyuluhan kepada masyarakat
f. Upaya penggulangan lainnya
3) Kebakaran hutan
a. Pastikan semua peralatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan telah
tersedia dan siap digunakan.
b. Jangan tinggalkan anak-anak bermain sendiri di rumah tanpa pengawasan.
c. Larang anak-anak bermain ke arah hutan atau lahan yang mungkin terbakar.
d. Pangkas semua cabang pohon yang mati mengenai rumah.
e. Lapor ke petugas kehutanan bila terlihat ada hutan dan lahan yang mulai
terbakar.
f. Bersihkan sekitar rumah dari sampah kerta, plastik atau sumpun kering.
g. Jauhkan BBM dari rumah.
h. Persiapkan masker untuk melindungi dan mengurangi gangguan pernapasan
dari asap hutan yang terbakar.
i. Persiapkan kacamata untuk melindungi mata dari asap yang pekat
j. Memperingatkan warga sekitar hutan untuk tidak membakar rumput atau
puing-puing
k. Memeriksa peraturan setempat tentang perijinan dan pembatasan larangan
pembakaran.
11
l. Melakukan aktivitas pembakaran minimal dengan jarak yang telah
ditentukan.
m. Memastikan api tersebut mati setelah melakukan pembakaran terhadap
rumput dan puing-puing sebelum warga meninggalkan tempat pembakaran.
n. Jangan melakukan aktifitas pembakaran ketika cuaca berangin.
o. Menyiapkan peralatan pemadam kebakaran seperti sebuah pipa air yang
terhubung dengan air atau setidaknya tersedia 5 galon air dan sebuah
sekop.
p. Jangan merokok ketika melakukan kerjaan atau kegiatan yang
dilakukan di hutan.
q. Mobil, truk, dan mesin harus memiliki sistem tempat pembuangan uap
ketika beroperasi di dekat hutan.
r. Menghubungi departemen perhutanan setempat atau penjaga hutan
setempat ketika tampak tanda-tanda kebakaran.
s. Warga dan petugas kehutanan harus saling bekerja sama untuk menjaga
hutan di sekitar tempat kediaman mereka.
13
langsung di peru. Ada beberapa solusi baku. Beberapa elemen individu dan teknik-
teknik mitigasi akan diterapkan
Tujuan utama (ultimate goal) dari mitigasi bencana adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi
penduduk, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi (economy costs) dan
kerusakan sumber daya alam.
2. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam menghadapi
serta mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan
bekerja dengan aman.
b. Strategi
1) Strategi Bencana
Menurut Kuncoro (2018), Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan
beberapa strategi sebagai berikut :
a) Pemetaan
14
Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan daerah
rawan bencana. Pada saat ini berbagai sector telah mengembangkan peta
rawan bencana. Peta rawan bencana tersebut sangat berguna bagi pengambil
keputusan terutama dalam antisipasi kejadian bencana alam. Meskipun
demikian sampai saat ini penggunaan peta ini belum dioptimalkan. Hal ini
disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah :
(1) Belum seluruh wilayah diIndonesia telah dipetakan
(2) Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik
(3) Peta bencana belum terintegrasi
(4) Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda beda
sehingga menyulitkan dalam proses integrasinya.
b) Pemantauan
Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat dilakukan
antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga akan dengan mudah
melakukan penyelamatan. Pemantauan didaerah vital dan strategis secara jasa
dan ekonomi dilakukan dibeberapa kawasan rawan bencana.
c) Penyebaran informasi
Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara: memberikan poster
dan leaflet kepada Pemerintah Kabupaten/ Kota dan Propinsi seluruh
Indonesia yang rawan bencana, tentang tata cara mengenali, mencegah dan
penanganan bencana. Memberikan informasi kemediacetak dan etektronik
tentang kebencanaan adalah salah satu cara penyebaran informasi dengan
tujuan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi disuatu kawasan
tertentu.Koordinasi pemerintah daerah dalam hal penyebaran informasi
diperlukan mengingat Indonesia sangat luas.
d) Sosialisasi dan Penyuluhan
Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan kepada
SATKOR-LAKPB, SATLAKPB, dan masyarakat bertujuan meningkatkan
kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana jika sewaktu-waktu terjadi.
Hal penting yang perlu diketahui masyarakat dan Pemerintah Daerah ialah
mengenai hidup harmonis dengan alam didaerah bencana, apa yang perlu
dilakukan dan dihindarkan didaerah rawan bencana, dan mengetahui cara
menyelamatkan diri jika terjadi bencana.
15
e) Pelatihan/ Pendidikan
Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan jika
terjadi bencana. Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur informasi dari
petugas lapangan, pejabat teknis, SATKORLAK PB, SATLAK PB dan
masyarakat sampai ketingkat pengungsian dan penyelamatan korban bencana.
f) Peringatan Dini
Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat kegiatan hasil
pengamatan secara kontinyu di suatu daerah rawan dengan tujuan agar
persiapan secara dini dapat dilakukan guna mengantisipasi jika sewaktu-waktu
terjadi bencana. Peringatan dini tersebut disosialisasikan kepada masyarakat
melalui pemerintah daerah dengan tujuan memberikan kesadaran masyarakat
dalam menghindarkan diri dari bencana.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
Hakekat manajemen bencana merupakan salah satu wujud dari upaya untuk
melindungi manusia dan lingkungannya. Manajemen bencana adalah tugas dan
kewajiban bersama pemerintah dan masyarakat yang didasarkan pada partisipasi dan
prakarsa masyarakat. Manajemen bencana dititik beratkan pada kegiatan pencegahan,
mitigasi, kesiapsiagaan dan kewaspadaan untuk memperkecil, mengurangi dan
memperlunak dampak yang ditimbulkan oleh bencana non alami. Fokus mitigasi pada
bencana non alam yaitu :
1. Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat pemerintah khususnya di jajaran
kesehatan dan lintas sektor terkait untuk memahami risiko bila wabah terjadi serta bagaimana
cara-cara menghadapinya bila suatu wabah terjadi melalui kegiatan sosialisasi yang
berkesinambungan
2. Menyiapkan produk hukum yang memadai untuk mendukung upaya-upaya
pencegahan, respon cepat serta penanganan bila wabah terjadi.
3. Menyiapkan infrastruktur untuk upaya penanganan seperti sumberdaya manusia yang
profesional, sarana pelayanan kesehatan, sarana komunikasi, transportasi, logistik serta
pembiayaan operasional.
4. Upaya penguatan surveilans epidemiologi untuk identifikasi faktor risiko dan
menentukan strategi intervensi dan penanganan maupun respon dini di semua jajaran.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami mengenai bencana
non alam dan mampu mengimplementsikan mitigasi bencana di lapangan
sebagaimana mestinya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Fadillah Muhammad, dkk. 2020. Peranan Pemerintah Dalam Pelaksanaan Mitigasi Bencana.
Program Studi Hukum Program Magister Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus
1945 Semarang Indonesia, 1 (2): 138-139
Hiswara, Bundjamin. (2014). Perkembangan Hukum & Lembaga Negara,Cet ke-1,Jilid II.
Yogyakarta : FH UII Press.
Idris Baiq Nurainun& Hadi Irwan(2020).Aplikasi Pencegahan Resiko Insiden.(APRI).Media
Sains Indonesia.Bandung-Jawa Barat
Kemenkes RI. (2007). Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan. Diambil dari:
https://dinkes.kolakakab.go.id/wp-content/uploads/2018/06/KMK-145-2007.pdf
S Priatmoko., Yitno Purwoko., & Anwai (2019). Tourism Destinations Disaster Mitigation
Case Studies. https://journal.univpancasila.ac.id
Tamitiadini Dian& Adila Isma(2019).Komunikasi Bencana: Teori dan Pendekatan Praktis
Studi Kebencanaan di Indonesia.UB Press.Malang
21
BNPB. 2012. Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. Tersedia pada :
https://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/478.pdf. Di akses pada tanggal 7 September
2021.
Kuncoro, Danny Anjar. Perlunya Pendidikan Mitigasi Untuk Masyarakat. Tersedia pada :
http://bbrvbd.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=195. Di akses
pada tanggal 7 September 2021.
22