Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Bencana
Oleh:
KELOMPOK 1
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya
kepada tim penyusun, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya
Adapun makalah ini telah tim penyusun usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
tim penyusun tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah
Namun tidak lepas dari semua itu, tim penyusun menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka penyusun membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberikan saran dan kritik kepada penyusun, sehingga penulis dapat memperbaiki makalah ini
dikemudian harinya.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan
Tim Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar...............................................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................38
3.2 Saran........................................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................39
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bencana adalah gangguan serius yang mengganggu fungsi komunitas atau penduduk
yang menyebabkan manusia mengalami kerugian, baik kerugian materi, ekonomi atau
kehilangan penghidupan yang mana berpengaruh terhadap kemampuan koping manusia itu
sendiri (International Strategy for Disaster Reduction [ISDR], 2009).
Negara kita Indonesia memiliki geografis dan kondisi sosial berpotensi rawan bencana,
bencana tersebut disebabkan alam maupun ulah manusia. Bencana yang disebabkan kejadian
alam seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan gunung berapi, banjir, angin
putting beliung dan kekeringan, sedangkan disebabkan oleh ulah manusia dalam pengolahan
sumber daya dan lingkungan (contohnya kebakaran hutan, pencemaran lingkungan,
kecelakaan transportasi, kecelakaan industri, dan tindakan teror bom) serta konflik antar
kelompok masyarakat (Departemen Kesehatan [DepKes], 2006).
Oleh karena menyebabkan besarnya angka kejadian dan dampak yang ditimbulkan oleh
bencana sehingga membutuhkan upaya penanggulangan. Penanggulangan bencana adalah
upaya sistematis dan terpadu untuk mengelola bencana dan mengurangi dampak bencana,
diantaranya penetapan kebijakan dalam bencana, pengelolaan resiko berupa usaha
pencegahan dan mitigasi, 3 kesiapsiagaan, tanggap darurat serta upaya pemulihan berupa
rehabilitasi dan rekontruksi. Penanggulangan bencana oleh perawat pada tahap tanggap
darurat meliputi pengkajian secara cepat dan tepat terhadap korban bencana serta pemberian
bantuan hidup dasar (Loke, 2014; Veenema, 2016).
BAB II
2
PEMBAHASAN
Menurut Emosda, Lela dan Fadzlul, bencana alam merupakan fenomena alam yang tidak
seorang manusiapun mampu memperkirakan kapan terjadinya, walaupun manusia dengan segala
pengetahuannya berusaha untuk membaca fenomena alam tersebut (Muhammad Rizal
Pahleviannur,2019:50).
Bencana alam merupakan peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi
manusia. Korban dapat berupa perorangan, keluarga atau kelompok masyarakat yang menderita
baik secara fisik, mental, maupun sosial ekonomi. Sebagai akibat dari terjadinya bencana,
menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas kehidupannya
(Murdiyanto, 2015:438).
3
bandang, angin puting beliung, kekeringan, dan kebakaran alami hutan (bukan oleh
manusia).
Gerakan tanah dalam kurung longsor termasuk juga bencana alam, walaupun pemicu
utama nya adalah faktor klimatologiis dalam kurung hujan, tetapi gejala awalnya
dimulai dari kondisi geologis ( jenis dan karakteristik tanah serta Batuan dan
jenisnya).
c. Bencana alam ekstra-terestrial
merupakan bencana alam yang terjadi di luar angkasa, contohnya hantaman atau
Impact meteor. Bila hantaman benda benda lah Ingit mengenai permukaan bumi
maka akan menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi.
A. banjir
banjir adalah bencana akibat curah hujan yang tinggi dan tidak diimbangi dengan saluran
Pembuangan air yang memadai sehingga meredam wilayah wilayah yang tidak dikehendaki.
Banjir bisa juga terjadi karena jebolnya sistem aliran air yang ada this yang ada sehingga daerah
yang rendah terkena dampak kiriman banjir.
Berdasarkan sumber air yang menjadi penampung di bumi, jenis banjir dibedakan
menjadi tiga, yaitu banjir sungai banjir danau, dan banjir laut pasang. Jenis jenis banjir
berdasarkan sumber atau asal penyebab adalah:
4
d. pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat.
e. pembuatan sungai tentang pembuatan Tanggul yang kurang baik.
f. air laut, sungai, atau danau yang meluap dan mengenang ini daratan.
Banjir dapat menimbulkan kerusakann hidup Berupa:
B. Kebakaran hutan.
Kebakaran hutan adalah kebakaran yang diakibatkan oleh faktor alam seperti akibat
sambaran petir, kekeringan yang berkepanjangan, leleran lahar, dan Dan lain sebagainya.
Kebakaran hutan menyebabkan dampak yang luas akibat asap kebakaran yang menyebar ke
banyak daerah disekitarnya. Hutan yang terbakar juga bisa sampai ke permukiman warga
sehingga bisa membakar habis bangunan bangunan yang ada.
1. sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.
2. kecerobohan manusia, antara lain membuang Puntung rokok rokok secara
sembarangan dan lupa mematikan api di Perkemahan.
3. aktivitas vulkanis, seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung
berapi.
4. tindakan yang disengaja, seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka
lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.
5. Kebakaran di bawah tanah atau ground fire pada daerah tanah Gambut yang dapat
menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.
5
C. Gempa bumi
Gempa bumi adalah guncangan yang mengguncang suatu daerah mulai dari yang tingkat
rendah sampai tingkat tinggi yang membahayakan. Gempa dengan sekalah tinggi dapat membuat
luluh lantak apa yang ada di permukaan bumi. Rumah, gedung, menara, jalan, jembatan, taman,
Landmark,, dan lain sebagainya dapat hancur rata dengan tanah jika terkena gempa bumi yang
besar.
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari Pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan
yang dilakukan oleh Lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan
akhirnya mencapai pada keadaan di mana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh
pinggiran Lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi yang terjadi di
perbatasan Lempengan kompre sional dan transisional mau mengakibatkan gempa paling parah.
Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan Litosfer yang terjepit
ke dalam mengalami transisi Fase pada kedalaman lebih dari 600km.
Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma dalam gunung
berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi.
Beberapa gempa bumi juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik
dam, seperti dam Karibia di Zambia Afrika. Sebagian lagi juga dapat terjadi karena injeksi atau
X Trasi cairan dari atau ke dalam bumi ( contohnya, pada beberapa Pembangkit listrik tenaga
panas bumi dan di Rocky Montain, Arsenal).
D. Tsunami
Tsunami adalah ombak yang sangat besar yang menyapu daratan akibat adanya gempa
bumi di laut, Tumbukan benda besar atau cepat di laut, angin ribut, dan lain sebagainya. Tsunami
sangat berbahaya karena bisa menyapu bersih permukiman warga dan menyeret segala isinya ke
laut lepas yang dalam. Tsunami yang besar bisa membunuh banyak manusia dan makhluk hidup
yang terkena dampak tsunami
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah
besar air, seperti letusan gunung api,Gempa bumi, longsor, maupun meteor yang jatuh ke bumi.
Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah, beberapa
6
tsunami adalah akibat bumi di gempa bawah laut. Dalam rekaman sejarah, beberapa tsunami di
akibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba
tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, dan ketika sampai di pantai menjadi gelombang
besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa menyebabkan
gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik atau turun secara tiba tiba sehingga
keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda
kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat
terjadi Mega tsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
e. Gunung meletus
7
Gunung meletus adalah gunung yang memuntahkan materi materi dari dalam bumi
seperti debu, awan panas, asap, kerikil, batu Batuan, lahar panas, lahar dingin, magma, dan lain
sebagainya. Gunung meletus biasanya bisa diprediksi waktunya sehingga korban jiwa dan harta
benda bisa diminimalisasi.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat
tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1000 ° Celcius. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi
disebut Larva. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700 sampai 1200 ° Celcius. Letusan
gunung berapi yang membawa batu dan Abu dapat menyembur mbur sampai sejauh beradius 18
km atau lebih, sedangkan lava nya bisa membanjiri sehingga sejauh Radius 90 km.
Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung
berapi aktif.
Angin puting beliung adalah angin dengan kecepatan tinggi yang Berhembus di suatu
daerah yang dapat merusak berbagai benda yang ada di permukaan tanah. Angin yang sangat
besar seperti badai, Tornado, dan lain lain bisa menerbangkan benda benda serta merobohkan
bangunan yang ada sehingga sangat berbahaya bagi manusia.
Puting beliung cuaca sedang sedikit merusak tetapi sangat jauh dari umumnya dan
memiliki dinamika yang sama dengan setan debu dan landspout.Mereka terbentuk saat barisan
8
awan kumulus Konstitus menjulang di perairan tropis dan semi tropis. Angin ini memiliki angin
yang secara relatif lemah, dinding berlapis lancar, dan umumnya melaju sangat pelan. Angin ini
sangat sering terjadi di Florida keys.
Puting beliung Tornado secara Harvia merupakan sebutan untuk “Tornado yang melintasi
perairan”. Angin ini dapat berbentuk melintasi perairan seperti Tornado mesoSiklon, atau
menjadi Tornado darat yang melintas keluar perairan. Sejak angin ini terbentuk dari badai petir
perusahaan dan dapat menjadi jauh lebih dahsyat, kencang, dan bertahan lebih lama daripada
puting beliung cuaca sedang, angin ini dianggap jauh lebih membahayakan.
G. Tanah longsor
Tanah longsor adalah tanah yang turun atau jatuh dari tempat yang tinggi ke tempat yang
lebih rendah. Masalahnya jika ada orang atau permukiman di atas tanah yang longsor atau di
bawah tanah yang jatuh maka sangat berbahaya. Tidak hanya tanah saja ya longsor. Batu, pohon,
pasir, dan lain sebagainya bisa ikut langsung menghancurkan apa saja yang ada dibawahnya.
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena
pergerakan asa Batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis, seperti jatuh nya bebatuan atau
gumpalan besar tanah.Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
Pendorong dan faktor pemicu. Faktor Pendorong adalah faktor faktor yang memengaruhi kondisi
material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya
material tersebut meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang Memengaruhi
suatu lereng yang curam, tetapi ada pula faktor faktor lainnya yang turut berpengaruh, yaitu:
1. Erosi yang disebabkan sungai sungai atau gelombang laut yang menciptakan lereng
lereng yang terlalu curam. Learing dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui Saturasi
yang diakibatkan oleh hujan lebat. Gempa bumi menyebabkan tekanan yang
mengakibatkan longsor nya lereng lereng yang lemah. Gunung berapi menciptakan
simpanan debu yang Lengang.
2. Hujan lebat dan aliran debu debu getaran dari mesin.
3. Lalulintas.
4. Penggunaan bahan bahan peledak.
5. Petir berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.
9
H. Pemanasan global atau global warming
Pemanasan global atau global war ming adalah adanya proses peningkatan suhu rata rata
atmosfer, laut, daratan bumi. Suhu Rata rata global sejak pertengahan abad kedua puluh
kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas
manusia “melalui efek. Rumah kaca.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh proyek IPCC menunjukkan suhu permukaan
global akan meningkat 1.1-6,4C (2.0-11.5F) antara tahun 19 90 dan 2100. Perbedaan angka
perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario skenario berbeda mengenai emisi gas gas
rumah kaca di masa mendatang, serta model model sensitif tivitas iklim yang berbeda. Walaupun
sebagai besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air
laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari 1000 tahun walaupun tingkat Amy si gas
rumah kaca telah stabil. Hal ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan perubahan yang lain,
seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas Fenomena cuaca yang ekstrim, serta
perubahan jumlah dan pola Presipitasi. Akibat akibat pemanasan Globa yang lain adalah
terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya Gletser dan punahnya berbagai jenis hewan.
I.Kekeringan
Kekeringan adalah kesenjangan antara air yang tersedia dengan air yang diperlukan,
sedangkan kondisi kering diartikan sebagai keadaan jumlah curah hujan sedikit.
Kekeringan (kemarau) dapat timbul karena gejala alam yang terjadi di bumi ini. Kekeringan
terjadi karena adanya pergantian musim. Pergantian musim merupakan dampak dari iklim Titi
pergantian musim dibedakan oleh banyaknya curah hujan.Pengetahuan tentang musim
bermanfaat bagi para petani untuk menentukan waktu tanam dari ponaan dari hasil pertanian.
Pada musim kemarau, sungai akan mengalami kekeringan. Pada saat kekeringan, sungai dan
waduh tidak dapat berfungsi dengan baik. Akibatnya, sawah sawah yang menggunakan sistem
pengakhiran dari air hujan juga mengalami kekeringan. Sawah yang kering tidak dapat
menghasilkan panen. Selain itu, pasokan air bersih juga berkurang. Air yang dibutuhkan sehari-
hari menjadi langka keberadaannya. Kekeringan pada suatu kawasan merupakan suatu kondisi
yang umum nya mengganggu keseimbangan makhluk hidup.
10
2.3 Proses mitigasi dan pra bencana alam
Tahap pencegahan dan mitigasi bencana adalah rangkaian upaya yang dilakukan dapat untuk
perbaikan dan modifikasi lingkungan fisik maupun penyadaran serta peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.
11
Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dapat dilakukan secara struktural maupun kultural
(non struktural). Secara struktural upaya yang dilakukan untuk mengurangi kerentanan
(vulnerability) terhadap bencana adalah rekayasa teknis bangunan tahan bencana. Sedangkan
secara kultural upaya untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana adalah
dengan cara mengubah paradigma, meningkatkan pengetahuan dan sikap sehingga terbangun
masyarakat yang tangguh. Mitigasi kultural termasuk di dalamnya adalah membuat masyarakat
peduli terhadap lingkungannya untuk meminimalkan terjadinya bencana.
Kegiatan yang secara umum dapat dilakukan pada tahapan ini adalah:
1. Membuat peta atau denah wilayah yang sangat rawan terhadap bencana pembuatan alarm
bencana
3. Memberi penyuluhan serta pendidikan yang mendalam terhadap masyarakat yang berada di
wilayah rawan bencana.
2. Tahap Kesiapsiagaan
12
Sumber : Noor,Djauhari.2014.Pengantar Mitigasi Bencana Geologi. Yogyakarta :
Deepublish
2. Menyusun langkah-langkah pencarian dan penyelamatan serta rencana evakuasi untuk daerah
yang mungkin menghadapi risiko dari bencana berulang.
Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan (pnyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, srta
pemulihan prasarana dan sarana).
13
Hal yang dilakukan dalam tanggap darurat :
1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya, shingga dapat
diketahui dan diperkirakan magnitude bencana, luas area yang terkena dan perkiraan tingkat
kerusakannya.
Tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi biasa dilakukan setelah terjadinya bencana. Kegiatan inti
pada tahapan ini adalah:
a. Bantuan Darurat
3. Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan dan pos koordinasi.
b. Inventarisasi kerusakan
Pada tahapan ini dilakukan pendataan terhadap berbagai kerusakan yang terjadi, baik
bangunan, fasilitas umum, lahan pertanian, dan sebagainya.
c. Evaluasi kerusakan
14
Pada tahapan ini dilakukan pembahasan mengenai kekurangan dan kelebihan dalam
penanggulangan bencana yang telah dilakukan. Perbaikan dalam penanggulangan bencana
diharapkan dapat dicapai pada tahapan ini.
d. Pemulihan (Recovery)
Pada tahapan ini dilakukan pemulihan atau mengembalikan kondisi lingkungan yang rusak
atau kacau akibat bencana seperti pada mulanya. Pemulihan ini tidak hanya dilakukan pada
lingkungan fisik saja tetapi korban yang terkena bencana juga diberikan pemulihan baik secara
fisik maupun mental.
e. Rehabilitasi (Rehabilitation)
1. Mulai dirancang tata ruang daerah (master plan) idealnya dengan memberi kepercayaan dan
melibatkan seluruh komponen masyarakat utamanya korban bencana. Termasuk dalam kegiatan
ini adalah pemetaan wilayah bencana.
2. Mulai disusun sistem pengelolaan bencana yang menjadi bagian dari sistem pengelolaan
lingkungan
6. Pada tahap ini mulai dilakukan perbaikan fisik fasilitas umum dalam jangka menengah
8. Perbaikan atau pembangunan sekolah, sarana ibadah, perkantoran, rumah sakit dan pasar
mulai dilakukan
9. Fungsi pos komando mulai dititikberatkan pada kegiatan fasilitasi atau pendampingan.
f. Rekonstruksi
15
Kegiatan rekonstruksi dilakukan dengan program jangka menengah dan jangka panjang guna
perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi
yang lebih baik dari sebelumnya
g. Melanjutkan pemantauan
Wilayah yang pernah mengalami sebuah bencana memiliki kemungkinan besar akan
mengalami kejadian yang sama kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan terus-
menerus untuk meminimalisir dampak bencana tersebut.
Dalam keseluruhan tahapan Penanggulangan Bencana tersebut, ada 3 (tiga) manajemen yang
dipakai yaitu :
a. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk
menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana
b. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana
2. Manajemen Kedaruratan
16
Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-faktor
pengurangan jumlah kerugian dan korban serta penanganan pengungsi secara terencana,
terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh pada saat terjadinya bencana dengan fase nya yaitu :
1. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana
3. Manajemen Pemulihan
Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-faktor yang
dapat mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana secara terencana, terkoordinasi,
terpadu dan menyeluruh setelah terjadinya bencana dengan fase-fasenya nya yaitu :
1. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat
sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk
normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat
pada wilayah pascabencana
2. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada
wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran
utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum
dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
17
Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi serta menanggulangi
resiko bencana. Rangkaian upaya yang dilakukan dapat berupa perbaikan dan modifikasi
lingkungan fisik maupun penyadaran serta peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana.
Contoh kegiatan :
memberi penyuluhan serta pendidikan yang mendalam terhadap masyarakat yang berada di
wilayah rawan bencana, misalnya di daerah pantai yang berpotensi terjadinya tsunami.
membuat peta wilayah yang sangat rawan terhadap bencana alam, misalnya daerah rawan
longsor.
b) Tahap Kesiapsiagaan
Tahap kesiapsiagaan dilakukan menjelang sebuah bencana akan terjadi. Pada tahap ini alam
menunjukkan tanda atau signal bahwa bencana akan segera terjadi. Pada tahap ini terdapat proses
Renkon yang merupakan singkatan dari Rencana Kontinjensi. Kontinjensi adalah suatu keadaan
atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi.
Contoh kegiatan :
menyusun langkah-langkah pencarian dan penyelamatan serta rencana evakuasi untuk daerah
yang mungkin menghadapi risiko dari bencana berulang.
melakukan langkah-langkah kesiapan tersebut dilakukan sebelum peristiwa bencana terjadi dan
ditujukan untuk meminimalkan korban jiwa, gangguan layanan, dan kerusakan saat bencana
terjadi.
18
2. Tahap Tanggap Darurat
Tahap tanggap darurat dilakukan saat kejadian bencana terjadi. Kegiatan pada tahap tanggap
darurat yang secara umum berlaku pada semua jenis bencana antara lain:
Jangan panik.
Untuk bisa menyelamatkan orang lain, anda harus dalam kondisi selamat.
Lari atau menjauh dari pusat bencana tidak perlu membawa barang-barang apa pun.
Tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi biasa dilakukan setelah terjadinya bencana. Kegiatan dari
tahapan ini yaitu :
Bantuan Darurat
Inventarisasi kerusakan yaitu : pendataan terhadap berbagai kerusakan yang terjadi, baik
bangunan, fasilitas umum, lahan pertanian, dan sebagainya.
Evaluasi kerusakan
Pemulihan (Recovery), pemulihan disini tidak hanya untuk lingkungan saja, melainkan juga
untuk mental dan fisik korba yang terkena bencana.
Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rekonstruksi. Kegiatan rekonstruksi dilakukan dengan program jangka menengah dan jangka
panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat
pada kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.
Melanjutkan pemantauan.
19
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mitigasi bencana :
1. Bencana banjir
a. Pengawasan penggunaan lahan dan perencanaan lokasiuntuk menempatkan fasilitas vital yang
rentan terhadapbanjir pada daerah yang aman.
b. Penyesuaian desain bangunan di daerah banjir harus tahan terhadap banjir dan dibuat
bertingkat.
d. Pembangunan tembok penahan dan tanggul disepanjang sungai, tembok laut sepanjang pantai
yang rawan badai atau tsunami akan sangat membantu untuk mengurangi bencana banjir.
e. Pengaturan kecepatan aliran air permukaan dan daerah hulu sangat membantu mengurangi
terjadinya bencana banjir. Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk mengatur kecepatan air
masuk kedalam sistem pengaliran diantaranya adalah dengan pembangunan bendungan/waduk,
reboisasi dan pembangunan sistem peresapan.
f. Pengerukan sungai, pembuatan sudetan sungai baik secara saluran terbuka maupun dengan
pipa atau terowongan dapat membantu mengurangi resiko banjir.
g. Pembuatan tembok penahan dan tembok pemecah ombak untuk mengurangi energi ombak
jika terjadi badai atau tsunami untuk daerah pantai.h. Memperhatikan karakteristik geografi
pantai dan bangunan pemecah gelombang untuk daerah teluk
i. Pembersihan sedimen.
l. Desain bangunan rumah tahan banjir (material tahan air, fondasi kuat).
20
n. Meningkatkan kewaspadaan terhadap penggundulan hutan.
p. Persiapan evakuasi bencana banjir seperti perahu dan alat-alat penyelamatan lainnya.
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana tanah longsor antara lain :
a. Pembangunan permukiman dan vasilitas utama lainnya menghindari daerah rawan bencana.
b. Menyarankan relokasi.
d. Menyarankan pembangunan pondasi yang menyatu, untuk menghindari penurunan yang tidak
seragam (differential settlement).
e. Menyarankan pembangunan utilitas yang ada didalam tanah harus bersifat fleksibel.
i. Pembuatan terasering.
l. Pembuatan tanggul penahan khusus untuk runtuhan batu baik berupa bangunan konstruksi,
tanaman maupun parit.
21
n. Identifikasi daerah yang aktif bergerak, dapat dikenali dengan adanya rekahan-rekahan
berbentuk ladam (tapal kuda).
q. Melakukan pemadatan tanah disekitar perumahan.r. Pembuatan terase dan penghijauan dengan
menstabilkan lereng.
s. Penutupan rekahan-rekahan diatas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat kedalam
tanah.
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana Gunung Api antara lain:
a. Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting harus jauh atau diluar dari
kawasan rawan bencana.
b. Hindari tempat-tempat yang memiliki kecenderungan untuk dialiri lava dan atau lahar
d. Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunung api
e. Membuat barak pengungsian yang permanen, terutama di sekitar gunung api yang sering
meletus, misalnya G. Merapi (DIY, Jateng), G. Semeru (Jatim), G. Karangetang (Sulawesi
Utara) dsb.
22
h. Meningkatkan kewaspadaan terhadap resiko letusan gunung api di daerahnya.i.
Mengidentifikasi daerah bahaya (dapat dilihat pada Data Dasar Gunung api Indonesia atau Peta
Kawasan Rawan Bencana Gunung api).
k. Membuat tempat penampungan yang kuat dan tahan api untuk kondisi kedaruratan.
l. Mensosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar gunung api harus mengetahui
posisi tempat tinggalnya pada Peta kawasan Rawan Bencana Gunung api (penyuluhan).
n. Mensosialisasikan kepada masyarakat agar paham arti dari peringatan dini yang diberikan oleh
aparat/Pengamat Gunung api (penyuluhan).o. Mensosialisasikan kepada masyarakat agar
bersedia melakukan koordinasi dengan aparat/Pengamat Gunung api.
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana Gempa Bumi antara lain :
j. Sumber api, barang-barang berbahaya lainnya harus ditempatkan pada tempat yang aman dan
stabil.
k. Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan dan kewaspadaan masyarakat
terhadap gempa bumi.
5. BENCANA TSUNAMI
e. Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai meredam gaya air tsunami.
24
l. Memberikan laporan sesegera mungkin jika mengetahui tanda-tanda akan terjadinya tsunami
kepada petugas yang berwenang : Kepala Desa, Polisi, Stasiun radio, SATLAK PB dan lain-
lain.m. Melengkapi diri dengan alat komunikasi.
1. Pasal 35
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a meliputi:
2. Pasal 36
(1) Perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf
a ditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
(2) Penyusunan perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikoordinasikan oleh Badan.
(3) Perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui penyusunan data tentang risiko bencana pada suatu wilayah dalam
waktu tertentu berdasarkan dokumen resmi yang berisi program kegiatan
25
penanggulangan bencana.
(4) Perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;
b. pemahaman tentang kerentanan masyarakat;
c. analisis kemungkinan dampak bencana;
d. pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;
e. penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana; dan
f. alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
(5) Pemerintah Pemerintah dan pemerintah daerah dalam waktu tertentu meninjau
dokumen perencanaan penanggulangan bencana secara berkala.
(6) Dalam usaha menyelaraskan kegiatan perencanaan penanggulangan bencana,
Pemerintah dan pemerintah daerah dapat mewajibkan pelaku penanggulangan
bencana untuk melaksanakan perencanaan penanggulangan bencana.
3. Pasal 40
(1) Rencana penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3)
ditinjau secara berkala.
(2) Penyusunan rencana penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikoordinasikan oleh Badan.
1. Pasal 5
(1) Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf a meliputi :
a. Perencanaan penanggulangan bencana
b. Pengurangan risiko bencana
26
c. Pencegahan
d. Pemaduan dalam perencanaan pembangunan
e. Persyaratan analisis risiko bencana
f. Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang
g. Pendidikan dan pelatihan
h. Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
(2) Untuk mendukung penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi
bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui penelitian dan
pengembangan dibidang kebencanaan.
2. Pasal 6
(1) Perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a
merupakan bagian dari perencanaan pembangunan.
(2) Perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
berdasarkan hasil analisis risiko bencana dan upaya penanggulangan bencana yang
dijabarkan dalam program kegiatan penanggulangan bencana dan rincian anggarannya.
(3) Perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana
b. Pemahaman tentang kerentanan masyarakat
c. Analisis kemungkinan dampak bencana
d. Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana
e. Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana
f. Alokasi tugas,kewenangan dan sumber daya yang tersedia.
(4) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh:
a. BNPB untuk tingkat nasional
b. BNPB provinsi untuk tingkat provinsi
c. BNPB kabupaten/kota untuk tingkat kabupaten/kota
(5) Rencana penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditinjau secara
berkala setiap 2 tahun atau sewaktu – waktu apabila terjadi bencana.
(6) Penyusunan rencana penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Kepala BNPB.
27
2.6 Tujuan mitigasi dari bencana alam
Mitigasi berupaya untuk mencegah peristiwa berbahaya dan, jika mungkin, mengurangi
keparahan yang terjadi, dan meminimalkan kerugian dan efek kerusakan lanjutannya
(Miller et al., 2016).
Tujuan dari strategi mitigasi adalah untuk mengurangi kerugian-kerugian pada saat
terjadinya bahaya di masa mendatang. Tujuan utama adalah untuk mengurangi resiko kematian
dan cedera terhadap penduduk. Tujuan-tujuan sekunder mencakup pengurangan kerusakan dan
kerugian-kerugian ekonomi yang ditimbulkan terhadap infrastruktur sector publik dan
mengurangi kerugian-kerugian ekonomi yang ditimbulkan terhadap infrastruktur sector publik
dan mengurangi kerugian-kerugian sector swasta sejauh hal-hal itu mungkin mempengaruhii
masyarakat secara keseluruhan. Tujuan-tujuan ini mungkin mencakup dorongan bagi orang-
orang untuk melindungi diri mereka sejauh mungkin.
Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi Bencana adalah sebagai berikut :
Strategi mitigasi bencana secara umum dapat dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu:
Terdiri atas:
28
A. Pembentukan “Kelompok Kerja” (POKJA) yang beranggotakan dinas instansi terkait
(diketuai Dinas Pengairan/Sumber Daya Air) di tingkat kabupaten/kota sebagai dari
Satuan Pelaksana (SATLAK) untuk melaksanakan dan menetapkan pembagian peran dan
kerja atas upaya‐upaya nonfisik penanganan mitigasi bencana banjir diantara anggota
POKJA dan SATLAK, diantaranya inspkesi, pengamatan dan penelusuran atas prasarana
dan sarana pengendalian banjir yang ada dan langkah yang akan diuraikan pada uraian
B. Merekomendasikan upaya perbaikan atas prasarana dan sarana pengendalian banjir
sehingga dapat berfungsi sebagaimana
C. Memonitor dan mengevaluasi data curah hujan, banjir, daerah genangan dan informasi
lain yang diperlukan untuk meramalkan kejadian banjir, daerah yang diidentifikasi
terkena banjir serta daerah yang rawan
D. Menyiapkan peta daerah rawan banjir dilengkapi dengan plotting rute pengungsian,
lokasi pengungsian sementara, lokasi POSKO, dan lokasi pos pengamat debit banjir/
ketinggian muka air banjir di sungai penyebab
E. Mengecek dan menguji sarana sistem peringatan dini yang ada dan mengambil langkah‐
langkah untuk memeliharanya dan membentuknya jika belum tersedia dengan sarana
yang paling sederhana
F. Melaksanakan perencanaan logistik dan penyediaan dana, peralatan dan material yang
diperlukan untuk kegiatan/upaya tanggap darurat, diantaranya dana persediaan tanggap
darurat; persediaan bahan pangan dan air minum; peralatan penangulangan (misalnya
movable pump, dumb truck, dll); material penanggulangan (misalnya kantong pasir,
terucuk kayu/bambu, dll); dan peralatan penyelamatan (seperti perahu karet, pelampung,
dll).
G. Perencanaan dan penyiapan SOP (Standard Operation Procedure)/Prosedur Operasi
Standar untuk kegiatan/tahap tanggap darurat yang melibatkan semua anggota
SATKORLAK, SATLAK dan POSKO diantaranya identifikasi daerah rawan banjir,
identifikasi rute evakuasi, penyediaan peralatan evekuasi (alat transportasi, perahu,dll),
identifikasi dan penyiapan tempat pengungsian sementara seperti peralatan sanitasi
mobile, penyediaan air minum, bahan pangan, peralatan daput umum, obat‐obatan dan
tenda darurat.
29
H. Pelaksanaan Sistem Informasi Banjir, dengan diseminasi langsung kepada masyarakat
dan penerbitan press release/penjelasan kepada press dan penyebar luasan informasi
tentang banjir melalui media masa cetak maupun elektronik yaitu station TV dan station
I. Melaksanakan pelatihan evakuasi untuk mengecek kesiapan masyarakat SATLAK dan
peralatan evakuasi, dan kesiapan tempat pengungsian sementara beserta
J. Mengadakan rapat‐rapat koordinasi di tingkat BAKORNAS, SATKORLAK, SATLAK,
dan POKJA Antar Dinas/instansi untuk menentukan beberapa tingkat dari resiko bencana
banjir berikut konsekuensinya dan pembagian peran diantara instansi yang terkait, serta
pengenalan/ diseminasi kepada seluruh anggota SATKORLAK, SATLAK, dan POSKO
atas SOP dalam kondisi darurat dan untuk menyepakati format dan prosedur arus
informasi/laporan.
K. Membentuk jaringan lintas instansi/sektor dan LSM yang bergerak dibidang kepedulian
terhadap bencana serta dengan media masa baik cetak maupun elektronik (stasion TV dan
radio) untuk mengadakan kempanye peduli bencana kepada masyarakat termasuk
penyaluran informasi tentang bencana banjir
L. Melaksanakan pendidikan masyarakat atas pemetaan ancaman banjir dan resiko yang
terkait serta pengunaan material bangunan yang tahan air/banjir.
Terdiri atas:
A. Pembangunan tembok penahan dan tanggul disepanjang sungai, tembok laut sepanjang
pantai yang rawan badai atau tsunami akan sangat membantu untuk mengurangi bencana
banjir pada tingkat debit banjir yang
B. Pengaturan kecepatan aliran dan debit air permukaan dari daerah hulu sangat membantu
mengurangi terjadinya bencana Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk mengatur
kecepatan air dan debit aliran air masuk kedalam sistem pengaliran diantaranya adalah
dengan reboisasi dan pembangunan sistem peresapan serta pembangunan
bendungan/waduk.
C. Pengerukan sungai, pembuatan sudetan sungai baik secara saluran terbuka maupun
tertutup atau terowongan dapat membantu mengurangi terjadinya banjir.
D. Mitigasi Bencana Gunung Berapi
30
E. Pemantauan aktivitas gunung api. Data hasil pemantauan dikirim ke Direktorat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung dengan radio
komunikasi SSB.
F. Tanggap darurat
G. Pemetaan, peta kawasan rawan bencana gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat
bahaya, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, pengungsian, dan pos
penanggulangan bencana gunung berapi.
H. Penyelidikan gunung berapi menggukanan metode geologi, geofisika, dan geokimia
I. Sosialisasi, yang dilakukan pada pemerintah daerah dan masyarakat
▫ Sebelum Gempa
▫ Ketika Gempa
- Tetap tenang
- Hindari sesuatu yang kemungkinan akan roboh, kalau bisa ke tanah lapang
- Perhatikan tempat Anda berdiri, kemungkinan ada retakan tanahT
- Turun dari kendaraan dan jauhi pantai.
▫ Setelah Gempa
Mitigasi Banjir
▫ Sebelum Banjir
▫ Saat Banjir
- Matikan listrik
- Mengungsi ke daerah aman
- Jangan berjalan dekat saluran air
- Hubungi instansi yang berhubungan dengan penanggulangan bencana
▫ Setelah Banjir
- Bersihkan rumah
- Siapkan air bersih untuk menghindari diare
- Waspada terhadap binatang berbisa atau penyebar penyakit yang mungkin ada
32
- Selalu waspada terhadap banjir susulan
Bencana Non-Alam:
- Kegagalan Teknologi
Bencana Sosial:
Kerusuhan
Aspek Peran
33
Memindahkan korban dari daerah berbahaya
ke tempat pengumpulan/penampungan.
34
melakukan CPR/RJP, mengobati shock, dan
mengendalikan perdarahan.
Peran perawat dalam fase postimpact Membantu masyarakat untuk kembali pada
kehidupan normal melalui proses konsultasi
36
atau edukasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Wilayah Indonesia dilihat dari kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis termasuk
daerah rentan bencana. Bencana menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat
menghambat pembangunan nasional.BENCANA adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
37
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.Bencana Sosial adalah Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Istilah mitigasi berasal dari Bahasa Latin, yaitu mitis (jinak) dan agare (melakukan). Singkatnya,
mitigasi dilakukan untuk menjinakan sesuatu dimana dalam pembahasan ini berarti bencana.
Oleh karena itu, mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana
sehingga dampaknya tidak besar. Mitigasi bencana menjadi bagian dari tahap awal
penanggulangan bencana (pra bencana).
3.2 SARAN
Masalah penanggulangan bencana tidak hanya menjadi beban pemerintah atau lembaga-lembaga
yang terkait. Tetapi juga diperlukan dukungan dari masyarakat umum. Diharapkan masyarakat
dari tiap lapisan dapat ikut berpartisipasi dalam upaya penanggulangan bencana.Semoga dengan
adanya makalah tentang bencana sosial ini diharapkan pembaca dapat menghindari terjadinya
bencana sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Ardia Putra,dkk. Peran Dan Kepemimpinan Perawat Dalam Manajemen Bencana Pada Fase
Tanggap Darurat. Idea Nursing Journal Vol. VI No. 1
https://bpbd.ntbprov.go.id/?q=content/penanganan-bencana
https://www.blitarkab.go.id/prosedur-darurat/mitigasi-bencana/
Murdiyanto, & Gutomo,Tri.(2015). Bencana Alam Banjir dan Tanah Longsor dan Upaya
Masyarakat dalam Penanggulangan.Jurnal PKS,14(4),437-452.
Miller, A., Yeskey, K., Garantziotis, S., Arnesen, S., Bennett, A., O’Fallon, L., ...Hughes, J.
(2016). Integrating health research into disaster response: The new NIH disaster research
response program. International Journal of Environmental Research and Public Health, 13(7),
1–12. https://doi.org/10.3390/ijerph13070676
39