LANSIA
Disusun Oleh:
KELOMPOK III
BANDAR LAMPUNG
2019
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan nikmat bagi
umat-Nya. Alhamdulillah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Bencana dengan Judul “Manajemen Keperawatan Bencana Pada Kelompok Rentan
Lansia”
Makalah ini jauh dari sempurna untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
kami harapkan. Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada kami
mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amin. Akhirnya kami selaku penulis
berharap semoga Makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.
Penulis
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
B Saran .................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap wilayah tempat tinggal manusia memiliki resiko bencana.Seringkali
resiko tersebut tidak terbaca oleh komunitas dan karenanya tidak dikelola dengan
baik.Hal ini menyebabkan terkadang, dan mungkin juga sering, bencana terjadi secara
tak terduga-duga.Dampak paling awal dari terjadinya bencana adalah kondisi darurat,
dimana terjadi penurunan drastis dalam kualitas hidup komunitas korban yang
menyebabkan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dengan
kapasitasnya sendiri.Kondisi ini harus bisa direspons secara cepat, dengan tujuan utama
pemenuhan kebutuhan dasar komunitas korban sehingga kondisi kualitas hidup tidak
makin parah atau bahkan bisa membaik.
Bencana harus ditangani secara menyeluruh setelah situasi darurat itu
direspons.Setiap akibat pasti punya sebab dan dampaknya, maka bencana sebagai
sebuah akibat pasti punya sebab dan dampaknya, agar penanganan bencana tidak
terbatas pada simpton simpton persoalan, tetapi menyentuh substansi dan akar
masalahnya.Dengan demikian kondisi darurat perlu dipahami sebagai salah satu fase
dari keseluruhan resiko bencana itu sendiri.Penanganan kondisi darurat pun perlu
diletakkan dalam sebuah perspektif penanganan terhadap keseluruhan siklus bencana.
Setelah kondisi darurat, biasanya diikuti dengan kebutuhan pemulihan (rehabilitasi),
rekonstruksi (terutama menyangkut perbaikan-perbaikan infrastruktur yang penting bagi
keberlangsungan hidup komunitas), sampai pada proses kesiapan terhadap bencana,
dalam hal ini proses preventif.
Perbedaan mendasar ditemukan antara kerja dalam kondisi darurat dengan kerja
penguatan kapasitas masyarakat secara umum.Dalam kondisi darurat, waktu kerusakan
terjadi secara sangat cepat dan skala kerusakan yang ditimbulkan pun biasanya sangat
besar.Hal ini menyebabkan perbedaan dalam karakteristik respon kondisi
darurat.Komitmen, kecekatan dan pemahaman situasi dan kondisi bencana (termasuk
konflik) dalam rangka memahami latar belakang kebiasaan, kondisi fisik maupun
mental komunitas korban dan karenanya kebutuhan mereka, sangat dibutuhkan.Selain
1
itu, sebuah kondisi darurat juga tidak bisa menjadi legitimasi kerja pemberian bantuan
yang asal-asalan. Dalam hal ini perlu dipahami bahwa sumber daya sebesar apapun
yang kita miliki tidak akan cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan komunitas
korban bencana. Di sisi lain, sekecil apapun sumber daya yang kita miliki akan
memberikan arti bila didasarkan pada pemahaman kondisi yang baik dan perencanaan
yang tepat dan cepat, mengena pada kebutuhan yang paling mendesak.
Saat dilakukan keperawatan bencana, ada beberapa kelompok masyarakat yang
harus menjadi prioritas dalam memperoleh bantuan diantaranya yaitu balita/anak-anak,
ibu hamil/menyusui, lanjut usia dan disabilitas. Alasan kelompok tersebut harus
menjadi prioritas adalah karena masyarakat tersebut mempunyai keperluan yang harus
didahulukan dan memiliki keterbatasan dalam berbagai aspek.oleh karena itu dalam
makalah ini akan membahas manajemen bencana yang akan dilakukan pada salah satu
kelompok rentan bencana yaitu lansia.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu memahami tentang berbagai hal yang berhubungan dengan bencana
dan mengetahui cara melakukan manajemen keperawatan bencana pada lansia
Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang jenis bencana, fase-fase bencana
b. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang pertolongan bencana pada kelompok
rentan khususnya lansia.
c. Mahasiswa mengetahui dan memahami permasalahan bencana dibidang kesehatan
2
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi Bencana
Bencana adalah suatu fenomena alam yang terjadi yang menyebabkan kerugian
baik materiil dan spiritual pada pemerintah dan masyarakat (Urata, 2008). Fenomena
atau kondisi yang menjadi penyebab bencana disebut hazard ( Urata, 2008).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia bencana adalah peristiwa
pada suatu wilayah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian ekologi,
kerugian hidup bagi manusia serta menurunnya derajat kesehatan sehingga
memerlukan bantuan dari pihak luar (Effendy & Mahfudli, 2009). Disaster menurut
WHO adalah setiap kejadian, situasi, kondisi yang terjadi dalam kehidupan (
Effendy& Mahfudli, 2009).
3
akitivitas gunung api atau runtuhan batuan. Gempa bumi menyebabkan
kerusakan fisik sarana dan prasarana dan menyebabkan banyak korban.
Masalah kesehatan yang sering muncul cacat karena patah tulang dan
masalah sanitasi.
b. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang
dikenal dengan istilah "erupsi". Bahaya letusan gunung api dapat berupa
awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun,
tsunami dan banjir lahar. Masalah kesehatan yang di hasilkan adalah
kematian, luka bakar, gangguan pernafasan akibat gas. Letusan gunung
merapi dapat menyebabkan masalah gizi karena menyebabkan rusaknya
tanaman, pohon serta hewan ternak.
c. Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak
lautan ("tsu" berarti lautan, "nami" berarti gelombang ombak). Tsunami
adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena
adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi. Tsunami
menyebabkan kerusakan bangunan, tanah, sarana dan prasarana umum,
kerusakan sumber air bersih.
d. Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng
akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.
e. Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah
atau daratan karena volume air yang meningkat.
Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit
air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur
sungai.
4
3. Bencana khusus
Bencana khusus dibedakan menjadi empat kategori yaitu:
a. Tipe menyebar ke wilayah yang luas contohnya radio aktif dan nuklir
b. Tipe komplek jika terjadi bencana pertama di susul bencana kedua dank
ke tiga serta di susul penyebarannya.
c. Tipe gabungan atau campuran, bencana ini terjadi campuran antara
bencana alam dengan bencana akibat ulah manusia.
d. Tipe jangka panjang, tipe ini memerlukan waktu pengecekan lokasi
kejadian dan penyelamatan korban.
D. Kelompok Rentan
Memahami akibat dari bencana adalah manusia potensial menjadi korban,
sehingga perlu kita perlu memahami dua hal yang perlu mendapatkan fokus
utama adalah mengenali kelompok rentan dan meningkatkan kapasitas dan
kemampuan masyarakat dalam menanggulangi bencana.Kerentanan adalah
keadaan atau sifat manusia yang menyebaabkan ketidakmampuan menghadapi
bencana yang berfokus pada pencegahan, menjinakkan, mencapai kesiapan, dan
dalam menghadapi dampak tertentu.
Masyarakat yang rentan adalah masyarakat yang membutuhkan bantuan
yang harus diprioritaskan diantaranya bayi, balita, anak-anak, ibu hamil, ibu
menyusui, lansia dan disabilitas. Kerentanan dalam masyarakat dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Kerentanan fisik
Adalah resiko yang dihadapimasyarakat dalam menghadapi ancaman bahaya
tertentu, misalnya kekuatan rekonstruksi bangunan rumah pada daerah rawan
banjir dan gempa.
2. Kerentanan ekonomi
Adalah kemampuan ekonomi individu atau masyarakat dalam
mengalokasikan dana utuk mencegas dan penanggulangan bencana.
5
3. Kerentanan social
Kerentanan social dilihat dari aspek pendidikan, pengetahuan tentang
ancaman dan penanggulangan bencana, serta ingkat kesehatan yang rendah.
4. Kerentanan lingkungan
Kerentanan yang melihat aspek tempat tinggal masyarakat dan lingkungan
sekitarnya.
6
Jika melihat sisi ekonomi, penyokong nafkah lansia adalah lansia itu
sendiri, dan banyak yang hidup dari uang pensiunan. Kehilangan rumah dan
harta akan mengakibatkan kehilangan harapan untuk membangkitkan kehidupan
dan harapan untuk masa depan.
7
Setelah fase akut bencana dilalui, maka lansia akan melanjutkan
kehidupannyaditempat pengungsian. Perubahan lingkungan hidup di tempat
pengungsian membawa berbagai efek pada orang lansia.Di bagian ini akan
membahas permasalahan yang mungkin terjadi pada orang lansia yang hidup di
tempat pengungsian dan metode perawatannya.
8
tersebut bisa memunculkan perasaan yang negatif. Model tekanan dan daya
adaptasi yang berkaitan dengan tindakan menunjukkan bahwa jika daya
adaptasi seseorang menurun, maka tindakannya mudah dikuasai oleh unsur
lingkungan. Perubahan lingkungan pasca bencana bisa membawa beban
perasaan, gangguan tidur, dan gangguan ingatan sebagai gangguan fungsi
otak sementara yang sering salah dianggap demensia, dan bahkan demensia
potensial menjadi nyata.Yang penting adalah mengidentifikasi demensia dan
penanganan yang tepat melalui asesmen fungsi kognitif dan perilaku.
9
perlu atau tidaknya pengobatan berdasarkan keadaan pengobatan dan
manajemen penyakit kronis dan mengkoordinasikan metode pengobatan.
3. Mental Care
Seperti digambarkan sebelumnya, lansia mengalami penurunan daya
kesiapan maupun daya adaptasi, sehingga mudah terkena dampak secara
fisik oleh stresor. Namun demikian, orang lansia itu berkecenderungan sabar
dengan diam walaupun sudah terkena dampak dan tidak mengekspresikan
perasaan dan keluhan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh dari kemampuan
coping (menghadap) tinggi yang diperoleh dari sejumlah pengalaman
tekanan/stress sebelumnya. Maka diperlukan upaya untuk memahami ciri
khas orang lansia yang tampaknya kontradiksi, mendengarkan apa yang
orang lansia ceritakan dengan baik-baik, membantu supaya orang lansia bisa
mengekspresikan perasaannya, sehingga meringankan stres sebelum
gejalanya muncul pada tubuh mereka.
10
b. Lanjut Usia dan Perawatan di Pemukiman Sementara
1) Perubahan Lingkungan dan Adaptasi Lansia yang masuk ke
pemukiman sementara terpaksa mengadaptasikan/ menyesuaikan diri
lagi terhadap lingkungan baru dalam waktu yang singkat. Lansia
kehilangan bantuan dari orang dekat/kenal, dan sulit menciptakan
hubungan manusia yang baru, maka mudah terjadi pergaulan yang
dangkal, menyendiri, dan terisolasi. Fasilitas yang nampaknya sudah
lengkap dengan alat elektronik pun susah bagi lansia karena bagi
mereka sulit untuk memahami cara penggunaannya. Ada satu hal
yang harus diperhatikan, yakni kematian karena kecelakaan yang
disebabkan oleh pemukiman sementara itu sendiri dan kematian
tanpa diketahui orang di dalam pemukiman sementara. Contoh kasus
seorang lansia yang pergi keluar dan mau kembali ke rumahnya,
namun terpaksa berjalan kaki sepanjang malam karena kebingungan
mencari posisi pemukiman diri sendiri, dan akhirnya tidur di luar dan
meninggal dunia. Kasus ini terjadi karena pemukiman sementara
berbentuk sama, dan nomor kompleks tertulis di tempat yang tinggi
dengan huruf yang kecil. Oleh karena itu, Lansia perlu dibantu
beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan/ tempat
pengungsian yang baru, baik bantuan fisik atau psikologis.Lansia
harus ada yang mendampingi bila akan pergi/berjalan ke suatu
tempat.Lansia perlu berkali-kali dijelaskan mengenai situasi dan
lingkungan yang baru. Perawat harus mempunyai kesabaran yang
tinggi dalam mendampingi lansia menjalani aktifitas sehari-harinya.
11
membantu untuk membangun hubungan dengan dokter baru supaya
mereka mau mengikuti pemeriksaan dari dokter tersebut.
c. Mental Care
Pada saat kembali ke kehidupan pada hanya diri sendiri saja,
kesenjangan kehidupan semakin membesar karena berbagai penyebab.
Selanjutnya kegelisahan nyata seperti kehilangan fondasi kehidupan dan
masalah ekonomi serta masalah rumah untuk masa depan akan muncul
sebagai masalah realistis.Kelelahan fisik dan mental karena kehidupan di
tempat pengungsian yang berlanjut lama, dan perubahan lingkungan
dengan pindah rumah, maka bisa bertambah orang lansia yang
mengeluhkan gejala depresi. Pada masa/fase ini, diperlukan upaya
berkelanjutan untuk mendengarkan pengalaman dan perasaan dari orang
lansia sebagai bantuan supaya fisik dan mental orang lansia tersebut bisa
beristirahat dengan baik. Selain itu, jika perlu pengobatan, menghubungi
dokter spesialis.
12
2. Mental Care
Stres terbesar bagi orang lansia pada saat bencana adalah ‘kematian keluarga dan
saudara. Dukungan pengganti bagi orang lansia adalah tetangga. Di pemukiman
rekonstruksi, dimulai hubungan manusia yang baru, dan dokter keluarga pun
dianggap pemberi sokongan yang penting. Menurut Ikeda dkk, peranan yang
dimainkan oleh keluarga sangat penting bagi orang lansia karena masalah
kesehatan paling banyak adalah stres seputar kehidupan. Pada fase ini dengan
jelas SDM untuk rekonstruksi berkurang dan sistem pemberian pelayanan
individu pun melemah, namun diperlukan memberikan bantuan dari berbagai
orang di sekeliling orang lansia supaya mereka bisa memiliki tujuan dan harapan
untuk masa depan.Selain itu, sangat efektif jika dilaksanakan upaya untuk
memberikan makna hidup kepada orang lansia, memperbesar lingkup dan ruang
aktivitas dalam kehidupan, dan melaksanakan kegiatan bantuan untuk mencegah
orang lansia menyendiri di rumah. Misalnya dengan melibatkan lansia dalam
kegiatan sehari-hari seperti membersihkan rumah, merawat tanaman dan lain
sebagainya
13
keperawatan lansia supaya sarana-sarana tersebut segera bisa dimanfaatkan
jika terjadi bencana.Selain itu, diperlukan upaya untuk menyusun
perencanaan pelaksanaan pelatihan praktek dan pelatihan keperawatan
supaya pemanfaatan yang realistis dan bermanfaat akan tercapai. Lansia
yang berhasil mengatasi dampak bencana didorong untuk mewarisi
pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari bencana kepada generasi
berikutnya. Kita dapat memfasilitasi lansia untuk berbagi pengalaman
mengenai betapa bagusnya hidup bersama di pengungsian dan betapa tinggi
nilai nyawa kita.Misalnya beberapa orang lansia bertugas sebagai pencerita
relawan menjelaskan fenomena yang terjadi pada saat gempa bumi dengan
memperagakan alat-alat kepada anak anakTK atau SD. Diharapkan anak
tidak memiliki efek psikologis dan lansia dapat merasa lebih bermanfaat
secara psikologis (Ns.Rudi Hamarno, 2016)
14
dan dapat mempertahankan status gizinya, sementara penanganan kegiatan gizi pada
tahap tanggap darurat lanjut adalah untuk menanggulangi masalah gizi melalui
intervensi sesuai masalah gizi yang ada.
Kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana perlu dikoordinasikan agar efektif
dan efisien, antara lain sebagai berikut:
Lansia merupakan salah satu kelompok rentan yang masih seringkali terabaikan.
Padahal faktor–faktor risiko gizi yang mengurangi akses lansia ke makanan karena
proses menua termasuk penyakit dan kecacatan, stress psikologis, serta keadaan
darurat justru membutuhkan perhatian khusus dalam pemberian makanannya.
Dengan demikian, angka rata-rata dalam pemberian jatah umum perlu
mempertimbangkan kebutuhan gizi bagi lansia ditambah perhatian khusus dalam
perawatan mereka. Secara lebih rinci, prinsip dalam pemberian makan bagi lansia
dalam keadaan darurat adalah sebagai berikut:
15
b. Makanan disesuaikan dengan kondisi lansia serta mudah disiapkan dan
dikonsumsi/ makanan dalam porsi kecil tetapi padat gizi dan mudah dicerna.
c. Makanan yang diberikan pada lansia harus memenuhi kebutuhan protein
tambahan serta vitamin dan mineral.
d. Dalam pemberian makanan pada usia lanjut harus memperhatikan faktor
psikologis dan fisiologis agar makanan yang disajikan dapat dihabiskan.
e. Dalam kondisi tertentu, kelompok usia lanjut dapat diberikan bubur atau biskuit.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di beberapa daerah di Indonesia merupakan daerah yang rawan bencana.
Dengan banyaknya bencana, kesiagaan dan pelaksanaan tanggap bencana harus
dilakukan dengan baik. Karena dampak yang ditimbulkan bencana tidaklah
sederhana, maka penanganan korban bencana harus dilakukan dengan
terkoordinasi dengan baik sehingga korban yang mengalami berbagai sakit baik
fisik, sosial, dan emosional dapat ditangani dengan baik dan manusiawi.
Hal ini juga terjadi pada penanggulangan bencana pada kelompok rentan
bencana salah satunya yaitu lansia. Lansia perlu diprioritaskan dalam
penanggulangan bencana karena memiliki keperluan yang harus disegeakan dan
keterbatasan dalam berbagai aspek.
B. Saran
Perawat adalah tenaga kesehatan yang sangat berkompeten untuk
melakukan pelayanan kesehatan di daerah yang sedang mengalami bencana,
oleh karena itu diharapkan bagi mahasiswa keperawatan maupun perawat yang
sudah berpengalaman dalam praktik pelayanan kesehatan untuk dapat berperan
aktif dalam penanggulangan bencana serta dapat melakukan asuhan keperawatan
yang tepat pada kelompok rentan lansia jika terjadi bencana.
17
DAFTAR PUSTAKA
18