Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN BENCANA DAN KESIAP SIAGAAN

KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT

Di susun oleh

Nama : Muhammad Ikhsanudin


NIM : 11430120036
Prodi : Div Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN SORONG
PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Bencana Dan Kesiap Siagaan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat “

Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa


bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak laporan ini tidak akan terwujud.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada teman-
teman yang membantu kelancaran penulisan laporan ini, baik berupa dorongan
moril maupun material. Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna
dan banyak kekurangan, sehingga saran dan kritik pembaca yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Rabu 4 januari 2023


Penulis
DAFTAR ISI

ASUHAN KEPERAWATAN BENCANA DAN KESIAP SIAGAAN KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT....1


KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
1.1 latar belakang....................................................................................................................................4
1.2 rumusan masalah..............................................................................................................................4
1.3 tujuan................................................................................................................................................4
1.4 manfaat.............................................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................6
A. Definisi.............................................................................................................................................6
B. Macam – macam bencana...............................................................................................................6
C. SIKLUS BENCANA DAN PENANGGULANGAN BENCANA...................................................................7
D. Dampak............................................................................................................................................9
E. Peran perawat...............................................................................................................................10
BAB II.........................................................................................................................................................13
PENUTUP...................................................................................................................................................13
A. KESIMPULAN..................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Dunia dihadapkan dengan banyak bencana yang terjadi beberapa tahun terakhir dan
terjadi secara acak di seluruh dunia (Turale, 2015). Kategori utama bencana meliputi alam
(tanah longsor, gempa bumi, tsunami), biologis (penyakit epidemi, serangan hama),
teknologi (bahan kimia, agen radiologis, kecelakaan transportasi) dan kemasyarakatan
(konflik, kerusuhan, tindakan terorisme) (Alfred et al., 2015).
Bencana sering kali mengakibatkan kerusakan infrastruktur kesehatan masyarakat yang
penting. Kondisi ini dapat mengganggu pengobatan dan perawatan bagi orang dengan kondisi
kronis. Kurangnya pengobatan dan perawatan bahkan untuk waktu yang singkat bagi orang-
orang dengan kondisi kronis dapat mengakibatkan kondisi yang semakin memburuk serta
kematian (Burns et al., 2016).

Peran keperawatan dan pemahaman tentang kesiapsiagaan darurat belum didefinisikan dengan
baik (Alfred et al., 2015). Masih banyak perawat yang belum memahami peran dan fungsinya
pada fase bencana alam. Organisasi ICN (International Council of Nurses) menggunakan
kontinum manajemen bencana (Pencegahan/Mitigasi, Kesiapsiagaan, Respon,
Pemulihan/Rehabilitasi) sebagai kerangka kerja pengorganisasian untuk mengembangkan
kompetensi keperawatan. Tetapi kerangka kerja manajemen bencana dari ICN masih belum
banyak diketahui dan dilaksanakan oleh perawat (Stangeland, 2010)

1.2 rumusan masalah


 apa itu bencana?
 Apa dampaknya bagi kesehatan dan masyarakat
 Bagaimana siklus bencana bisa terjadi?
 Apa saja peran perawat dalam menghadapi bencana

1.3 tujuan
 untuk memenuhi tugas dari dosen
 supaya kita lebih mengetahui tentang apa yang sebenarnya dimaksud dengan
bencana,bagaimana siklusnya,dampaknya serta peran perawat di dalammnya

1.4 manfaat
 agar kita lebih mengatuhi apa yang sebenarnya dimaksud dengan bencana,bagaimana
siklusnya,dampaknya serta peran perawat di dalammnya
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi
Menurut ARC (American Red Cross) mendefinisikan bencana sebagai berikut:
“Peristiwa yang terjadi dengan kekuatan yang destruktif sedemikian besar untuk
memindahkan orang, memisahkan anggota keluarga, merusak atau menghancurkan
rumah, dan melukai atau membuhun orang. Sebuah bencana menghasilkan tingkatan
penderitaan secara langsung dan terganggunya kebutuhan dasar manusia yang tidak
dapat dipenuhi oleh orang-orang yang terkena dampak, dan menghambat mereka untuk
memulai dan melanjutkan upaya pemulihan. Bencana alam meliputi banjir, tornado,
angin topan, badai musim dingin, tsunami, badai hujan es, kebakaran hutan, badai
angin, epidemi, dan gempa bumi. Bencana yang disebankan manusia baik sengaja
maupun tidak sengaja termasuk kebakaran tempat tinggal, runtuhnya bangunan,
kecelakaan transportasi, kebocoran bahan berbahaya, ledakan dan aksi terorisme”
(Stangeland, 2010).

B. Macam – macam bencana


1. Bencana Alam
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Di bawah ini akan
diperlihatkan gambar tentang bencana alam yang telah terjadi di Indonesia.

2. Bencana non-Alam
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang
antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Bencana non-alam termasuk terorisme biologi dan biokimia, tumpahan bahan kimia,
radiasi nuklir, kebakaran, ledakan, kecelakaan transportasi, konflik bersenjata, dan
tindakan perang. Sebagai contoh gambar 3 adalah gambaran bencana karena kegagalan
teknologi di Jepang, yaitu ledakan reaktor nuklir.

3. Bencana Sosial
Bencana karena peristiwa atau rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang
meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas. Misalnya konflik sosial antar
suku dan agama di Poso seperti terlihat pada gambar berikut
C. SIKLUS BENCANA DAN PENANGGULANGAN BENCANA
Siklus bencana dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase pra bencana, fase bencana dan
fase pasca bencana. Fase pra bencana adalah masa sebelum terjadi bencana. Fase
bencana adalah waktu/saat bencana terjadi. Fase pasca bencana adalah tahapan setelah
terjadi bencana. Semua fase ini saling mempengaruhi dan berjalan terus sepanjang
masa.
Penanganan bencana bukan hanya dimulai setelah terjadi bencana. Kegiatan sebelum
terjadi bencana (pra-bencana) berupa kegiatan pencegahan, mitigasi (pengurangan
dampak), dan kesiapsiagaan merupakan hal yang sangat penting untuk mengurangi
dampak bencana. Saat terjadinya bencana diadakan tanggap darurat dan setelah terjadi
bencana (pasca-bencana) dilakukan usaha rehabilitasi dan rekonstruksi.Berikut rincian
tentang kegiatan penanggulangan bencana sesuai siklus bencana.
a. Pra Bencana
Pencegahan ialah langkah-langkah yang dilakukan untuk menghilangkan sama
sekali atau mengurangi secara drastis akibat dari ancaman melalui pengendalian
dan pengubahsuaian fisik dan lingkungan. Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk
menekan penyebab ancaman dengan cara mengurangi tekanan, mengatur dan
menyebarkan energi atau material ke wilayah yang lebih luas atau melalui waktu
yang lebih panjang (Smith, 1992). Cuny (1983) menyatakan bahwa pencegahan
bencana pada masa lalu cenderung didorong oleh kepercayaan diri yang
berlebihan pada ilmu dan teknologi pada tahun enam puluhan; dan oleh
karenanya cenderung menuntut ketersediaan modal dan teknologi. Pendekatan
ini semakin berkurang peminatnya dan kalaupun masih dilakukan, maka kegiatan
pencegahan ini diserap pada kegiatan pembangunan pada arus utama.

1. Mitigasi
Mitigasi ialah tindakan-tindakan yang memfokuskan perhatian pada
pengurangan dampak dari ancaman, sehingga dengan demikian mengurangi
kemungkinan dampak negatif pencegahan ialah langkah-langkah yang dilakukan
untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi secara drastis akibat dari
ancaman melalui pengendalian dan pengubahsuaian fisik dan lingkungan.
Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk menekan penyebab ancaman dengan cara
mengurangi tekanan, mengatur dan menyebarkan energi atau material ke
wilayah yang lebih luas atau melalui waktu yang lebih panjang (Smith, 1992).

2. Kesiapsiagaan
Fase Kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang baik dengan
memikirkan berbagai tindakan untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan
akibat terjadinya bencana dan menyusun perencanaan agar dapat melakukan
kegiatan pertolongan serta perawatan yang efektif pada saat terjadi bencana.
Tindakan terhadap bencana menurut PBB ada 9 kerangka, yaitu :
1. pengkajian terhadap kerentanan,
2. membuat perencanaan (pencegahan bencana),
3. pengorganisasian,
4. sistem informasi,
5. pengumpulan sumber daya,
6. sistem alarm,
7. mekanisme tindakan,
8. pendidikan dan pelatihan penduduk,
9. gladi resik

b. Saat Bencana
Saat bencana disebut juga sebagai tanggap darurat. Fase tanggap darurat atau
tindakan adalah fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat yang nyata untuk
menjaga diri sendiri atau harta kekayaan. Aktivitas yang dilakukan secara
kongkret yaitu:
1. instruksi pengungsian,
2. pencarian dan penyelamatan korban,
3. menjamin keamanan di lokasi bencana,
4. pengkajian terhadap kerugian akibat bencana,
5. pembagian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi darurat,
6. pengiriman dan penyerahan barang material, dan
7. menyediakan tempat pengungsian, dan lain-lain. Dari sudut pandang
pelayanan medis, bencana lebih dipersempit lagi dengan membaginya menjadi
“Fase Akut” dan “Fase Sub Akut”. Dalam Fase Akut, 48 jam pertama sejak
bencana terjadi disebut “fase penyelamatan dan pertolongan/pelayanan medis
darurat”. Pada fase ini dilakukan penyelamatan dan pertolongan serta tindakan
medis darurat terhadap orang-orang yang terluka akibat bencana. Kira-kira satu
minggu sejak terjadinya bencana disebut dengan “Fase Akut”. Dalam fase ini,
selain tindakan “penyelamatan dan pertolongan/pelayanan medis darurat”,
dilakukan juga perawatan terhadap orang-orang yang terluka pada saat
mengungsi atau dievakuasi, serta dilakukan tindakan-tindakan terhadap
munculnya permasalahan kesehatan selama dalam pengungsian.
c. Setelah Bencana
1. Fase Pemulihan
Fase Pemulihan sulit dibedakan secara akurat dari dan sampai kapan, tetapi fase
ini merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan kemampuannya
sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti sedia kala (sebelum terjadi
bencana). Orang-orang melakukan perbaikan darurat tempat tinggalnya, pindah
ke rumah sementara, mulai masuk sekolah ataupun bekerja kembali sambil
memulihkan lingkungan tempat tinggalnya. Kemudian mulai dilakukan
rehabilitasi lifeline dan aktivitas untuk membuka kembali usahanya. Institusi
pemerintah juga mulai memberikan kembali pelayanan secara normal serta
mulai menyusun rencana-rencana untuk rekonstruksi sambil terus memberikan
bantuan kepada para korban. Fase ini bagaimanapun juga hanya merupakan fase
pemulihan dan tidak sampai mengembalikan fungsi-fungsi normal seperti
sebelum bencana terjadi. Dengan kata lain, fase ini merupakan masa peralihan
dari kondisi darurat ke kondisi tenang.

2. Fase Rekonstruksi/Rehabilitasi
Jangka waktu Fase Rekonstruksi/Rehabilitasi juga tidak dapat ditentukan,
namun ini merupakan fase dimana individu atau masyarakat berusaha
mengembalikan fungsifungsinya seperti sebelum bencana dan merencanakan
rehabilitasi terhadap seluruh komunitas. Tetapi, seseorang atau masyarakat
tidak dapat kembali pada keadaan yang sama seperti sebelum mengalami
bencana, sehingga dengan menggunakan pengalamannya tersebut diharapkan
kehidupan individu serta keadaan komunitas pun dapat dikembangkan secara
progresif.

D. Dampak
Efek bencana terhadap penyakit kronis Tantangan semakin meningkat untuk
mempertahankan perawatan dan pengobatan pada orang-orang dengan kondisi kronis
sesaat dan setelah bencana. Bencana sering kali mengakibatkan berkurangnya akses
obat-obatan, layanan, perumahan, air bersih, dan makanan bergizi, serta daya/listrik
yang dibutuhkan untuk menjalankan peralatan penting yang membantu kehidupan
(Fonseca et al., 2009).
E. Peran perawat
Peran Perawat (Sebelum, Sesaat, dan Setelah Bencana) ICN dan beberapa referensi
menjabarkan kompetensi yang dimiliki perawat pada saat bencana
1) Pencegahan/mitigasi,
2) Kesiapsiagaan,
3) Respon dan
4) Rehabilitasi/Pemulihan (Alfred et al., 2015).

a. Kompetensi Pencegahan/Mitigasi
Mitigasi digambarkan sebagai landasan manajemen darurat. Mitigasi didefinisikan
merupakan tindakan berkelanjutan yang mengurangi atau menghilangkan risiko jangka
panjang bagi manusia dan harta benda dari bencana alam atau buatan manusia dan
dampaknya, mitigasi terjadi sebelum bencana. Mitigasi meliputi kegiatan masyarakat
untuk mencegah bencana, mengurangi kemungkinan terjadinya bencana, dan
mengurangi kerusakan akibat bencana (Mistric & Sparling, 2010). Peran yang dilakukan
perawat yaitu pengurangan risiko, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan dan
pengembangan dan perencanaan kebijakan. Dalam hal ini perawat melakukan
kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain seperti organisasi masyarakat,
pemerintah, dan tokoh masyarakat untuk melakukan pendidikan dan simulasi bencana
dalam skala besar (Alfred et al., 2015). Perawat juga memiliki peran dalam mempelajari
bencana berdasarkan pengalaman sebelumnya, perlu mencari tau kebijakan bencana
regional yang sudah ada/berlaku (Arrieta et al., 2008).

b. Kompetensi Kesiapsiagaan
Tahap kedua dari manajemen darurat adalah kesiapan. Kesiapan yang dimaksud
mengambil bentuk rencana atau prosedur yang dirancang untuk menyelamatkan nyawa
dan meminimalkan kerusakan ketika terjadi keadaan darurat. Perencanaan, pelatihan,
dan latihan bencana adalah elemen penting dari kesiapsiagaan. Meskipun dasar
kesiapsiagaan adalah merencanakan jenis-jenis kegiatan yang akan terjadi sebelum,
selama, dan segera setelah bencana terjadi (Mistric & Sparling, 2010).
Hal-hal yang dilakukan perawat selama fase ini yaitu mengidentifikasi praktik etis,
praktik hukum, dan akuntabilitas, kemampuan komunikasi dan berbagi informasi, serta
memperisapkan rencana untuk penanganan bencana dilapangan (Alfred et al., 2015).
Perawat dapat mengenali tugas dan fungsinya selama merespon masa bencana serta
risiko terhadap diri dan keluarga. Perawat juga berperan dalam melakukan komunikasi
komando terhadap perawat yang lain. Perawat utama ditunjuk berdasarkan
pengalaman dan kemampuan berfikir kritis. Perawat utama memberikan instruksi
penentuan lokasi evakuasi dan pertolongan sedangkan perawat pelaksana lapangan
memberikan informasi terkait kondisi dan situasi di lapangan. Perawat harus berkerja
dalam tim menentukan kebutuhan dalam melakukan pertolongan pertama (kesiapan
tim, alat-alat medis). Perawat dituntut mampu menyiapkan diri dalam menghadapi
situasi bencana. Terlepas dari kondisi psikologis yang dialami perawat selama bencana,
perawat harus mampu bersikap profesional pada kondisi tersebut (Arrieta et al., 2008).

c. Kompetensi Respons
Fase ketiga manajemen bencana adalah fase respons. Tahap respons meliputi tindakan
yang diambil untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kerusakan lebih lanjut selama
dan segera setelah bencana atau situasi darurat. Fase respons melibatkan penerapan
rencana kesiapsiagaan ke dalam tindakan (Mistric & Sparling, 2010). Peran yang
dilakukan perawat pada fase ini yaitu perawat berpartisipasi dalam penyaluran dan
pembagian distribusi bantuan yang tersedia kepada pengungsi, merawat individu dan
keluarga, perawatan psikologis dan melakukan perawatan khusus pada populasi rentan
(Alfred et al., 2015). Perawat juga dituntut mampu mengidentifikasi pengungsi dengan
kebutuhan-kebutuhan khusus dikarenakan pemberian perawatan akan berbeda
daripada pengungsi biasa (Arrieta et al., 2008). Contohnya pasien dengan penyakit
kronis seperti diabetes perlu diperhatikan dari aspek pemenuhan nutrisi dan
pengontrolan gula darah. Kompetensi pemulihan/rehabilitasi Fase keempat dari
manajemen bencana adalah fase pemulihan. Fase pemulihan dibagi menjadi kegiatan
jangka pendek dan jangka panjang. Kegiatan jangka pendek didefinisikan sebagai
kegiatan yang menawarkan bantuan dan rehabilitasi segera. Untuk penyedia layanan
kesehatan, kegiatan jangka pendek meliputi bantuan kehidupan yang vital dan
penyediaan layanan yang diperlukan untuk kesejahteraan langsung pasien dan
kenyamanan dasar. Kegiatan jangka panjang bertujuan untuk memulihkan kesehatan
pasien sebanyak mungkin sehingga mereka dapat kembali ke rutinitas kehidupan
seharihari (Mistric & Sparling, 2010).
Pada fase ini peranan perawat meliputi pemulihan individu, keluarga, dan komunitas
jangka pendek dan panjang (Alfred et al., 2015). Hal yang dilakukan perawat yaitu dapat
melakukan inventarisasi persedian tempat penampungan dan logistik darurat. Dengan
melakukan hal tersebut dapat mempersiapkan kondisi penampungan jangka panjang
(Arrieta et al., 2008).
Selain kompetensi yang di jabarkan diatas menurut Satoh et al. (2019) ada beberapa
kompetensi yang dilakukan saat perawat menghadapi bencana khusus pada penderita
diabetes. Peranan perawat terbagi atas tiga fase mulai dari fase akut, fase sub-akut dan
fase pemulihan.
1. Fase akut (dari setelah bencana sampai minggu ke 1 pascabencana) Pada fase ini
perawat harus memeriksa jenis penyakit yang dimiliki masing-masing pengungsi
(tipe 1, tipe 2 atau bentuk lainnya). Perawat juga memastikan apakah mereka
menggunakan insulin suntik (jenis dan berapa unit yang digunakan) dan apakan
pasien juga melakukan SMBG (self monitoring blood glucose). Perawat juga
harus tetap memantau kadar glukosa darah yang berfungsi mendeteksi gejala
hipoglikemia atau hiperglikemia, serta perawat juga harus mencari tahu di mana
pasien berlindung/mengungsi.
2. Fase sub-akut (dari minggu ke 2 hingga bulan 1 atau 2 pascabencana) Perawat
harus tetap memantau kadar glukosa / HbA1c masing-masing pengungsi, apakah
mereka menggunakan injeksi insulin atau berapa dosis insulin atau tidak dan
apakah mereka menggunakan agen farmakologis / berapa banyak obat tetap
atau tidak. Perawat juga harus mencari tahu tentang komplikasi diabetes,
kondisi hidup, dan status mental pasien.
3. Tahap pemulihan (dari bulan 1 atau 2 pascabencana dan selanjutnya) Perawat
harus mengukur kadar glukosa / HbA1c pada pasien dengan diabetes dan
mencari tahu tentang komplikasi diabetes, status perawatan, perubahan berat
badan, kondisi hidup, status mental, dan sarana transportasi yang diperlukan
untuk kunjungan rumah sakit.
BAB II

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bencana merupakan peristiwa yang destruktif (menghancurkan) yang dapat merugikan
orang-orang yang terkena dampaknya. Bencana sering mengakibatkan berkurangnya
akses obat-obatan, layanan, perumahan, air bersih, dan makanan bergizi, serta
daya/listrik yang dibutuhkan untuk menjalankan peralatan penting yang membantu
kehidupan. Pasien dengan diabetes dapat menimbulkan gejala perburukan selama dan
setelah bencana. Kebutuhan akan keberlanjutan manajemen diabetes sangat
diprioritasikan, dan memastikan bahwa pengobatan dan pemantauan diabetes secara
rutin tidak terganggu. Kesiapan diri menunjukan kunci sukses dalam pemulihan pasca
bencana. Pasien dengan diabetes dan kondisi kronis lainnya perlu dipersiapkan untuk
keadaan darurat/bencana yang membutuhkan keperluan untuk evakuasi dalam waktu
yang lama. Hal yang harus dipersiapkan khusus oleh pasien dengan diabetes adalah Kit
Darurat Diabetes (Diabetes Emergency Kit). Perawat memainkan peran penting dalam
kesiapsiagaan bencana, respons/pemulihan dan evaluasi, terutama dalam mengurangi
kerentanan dan meminimalkan risiko dalam suatu bencana. Kesiapan menghadapi
bencana dianggap sangat mendesak dilakukan di Indonesia. Dengan
mempertimbangkan beberapa kondisi bencana perlu adanya peranan perawat yang
lebih dalam menghadapi situasi tersebut. Sehingga diperlukan perawat yang mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang khususnya pada penderita dengan
penyakit kronik agar tetap terus dapat mempertahankan pengobatan dan pemantauan
penyakit secara terus menerus. Pemerintah juga harus mendukung kebijakan untuk
memberikan peran dan fungsi perawat dalam penanganan bencana serta mengikut
sertakan perawat dalam memberikan pelatihan berkelanjutan khusus (pelatihan khusus
untuk penyakit kronik).
DAFTAR PUSTAKA

indonesian Journal of Nursing Health Science ISSN (Print) : 2502-6127

Vol.5, No.1, Maret 2020,p.48-60

MODULKEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN MANAJEMEN BENCANA ALAM


LANJUTAN DI SUSUN OLEH Sholichin, S.Kp, M.Kep.

BUKU MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN GAWAT DARURAT DAN BENCANA


Penulis : Ns.Erita. S.Kep., M.Kep Ns.Donny Mahendra. S.Kep Adventus MRL.Batu,
SKM.,M.Kes PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN FAKULTAS
VOKASI UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA 2019

Anda mungkin juga menyukai